TINJAUAN PUSTAKA
Tuak adalah hasil sadapan yang diambil dari tanaman aren (Arenga
pinnata). Di Indonesia tanaman aren tumbuh dengan baik dan mampu berproduksi
pada daerah dengan tanah yang subur pada ketinggian 500-800 m di atas
permukaan laut. Pada daerah – daerah dengan ketinggian kurang dari 500 m atau
lebih dari 800 m, tanaman aren dapat tumbuh namun dari segi produksi buahnya
Hingga saat ini, tuak masih menjadi kegemaran yang dikonsumsi sebagai
minuman penghangat tubuh dan minuman dalam setiap perayaan adat. Daerah
sebagai penghasil dan pengkonsumsi tuak yang cukup tenar adalah Sumatera
memotong tandan bunga. Pada wadah penampung yang diletakkan di pohon aren
diisi dengan sabut kelapa atau yang dikenal dengan lau. Penambahan sabut kelapa
ini membuat tuak menjadi warna merah. Fermentasi yang terjadi pada tuak
Perombakan salah satunya terjadi pada gula yang selanjutnya berubah menjadi
alkohol, kemudian berubah menjadi asam cuka. Fermentasi yang terjadi dibantu
fermentasi karena memiliki ragi liar (Muku dan Sukadana, 2009). Komposisi nira
6
7
dari suatu jenis tanaman dipengaruhi beberapa faktor yaitu varietas tanaman, umur
sekitar 80-90%.
fruktosa (Lehninger, 1982). Ujung dari suatu gula reduksi adalah ujung yang
fruktosa, galaktosa) dan disakarida (laktosa, maltosa), kecuali sukrosa dan pati
aktivitas enzim maka semakin tinggi pula gula reduksi yang dihasilkan.
bidang polarisasi ke kanan. Glukosa dapat terbentuk dari hidrolisis pati, glikogen,
dan maltosa. Glukosa sangat penting bagi kita karena sel tubuh kita
dapat dioksidasi oleh zat pengoksidasi seperti pereaksi Tollens sehingga sering
disebut sebagai gula reduksi. Struktur glukosa diperlihatkan dalam Gambar 2.1.
terdapat di alam. Fruktosa merupakan gula termanis, terdapat dalam madu dan
disakarida yang disebut sukrosa. Fruktosa adalah salah satu gula reduksi. Struktur
bebas di alam. Umumnya berikatan dengan glukosa dalam bentuk laktosa, yaitu
gula yang terdapat dalam susu. Galaktosa mempunyai rasa kurang manis jika
dibandingkan dengan glukosa dan kurang larut dalam air. Seperti halnya glukosa,
Gambar 2.3.
Maltosa adalah suatu disakarida yang terbentuk dari dua molekul glukosa.
ikatan yang terjadi ialah antara atom karbon nomor 1 dan atom karbon nomor 4,
oleh karenanya maltosa masih mempunyai gugus –OH glikosidik dan dengan
9
dalam proses hidrolisis amilum dengan asam maupun dengan enzim (Hawab,
laktosa. Laktosa ada di dalam kandungan susu dan merupakan 2-8 persen bobot
susu keseluruhan (Hawab, 2003). Rumus kimia laktosa adalah C12H22O11. Nama
2.1.2 Alkohol
baik siklik kecuali senyawa aromatis maupun alifatik dan –OH merupakan gugus
dengan air karena memiliki gugus O-H yang dapat berikatan hidrogen dengan
10
molekul air. Sifat dari ikatan O-H sangat polar ini juga dapat menghasilkan ikatan
hidrogen dengan molekul alkohol lain (Satyajit, 2009). Dalam strukturnya, apabila
semakin banyak cabang akan memiliki titik didih yang semakin rendah. Dari
beberapa jenis alkohol, metanol, etanol, dan propanol memiliki sifat mudah larut
dalam air, sedangkan alkohol jenis butanol sedikit larut dalam air. Hal ini
molekul – molekul air, jadi semakin panjang rantai hidrokarbon maka makin
rendah kelarutan alkohol dalam air karena sifat hidrofobik lebih dominan dari
Dalam istilah umum, alkohol digunakan untuk menyebut etanol. Hal ini
yang tersusun atas gugus hidroksil (-OH) dengan 2 atom karbon (C). Dalam
alkohol atau metil karbinol dengan rumus kimia C2H5OH. Etanol disebut juga etil
alkohol dengan rumus kimia C2H5OH atau CH3CH2OH dengan titik didihnya
78,4°C. Etanol memiliki sifat tidak berwarna, bersifat volatil dan dapat bercampur
dengan air dalam segala perbandingan. Adapun struktur etanol seperti dalam
Gambar 2.6.
api (flame) yang berwarna biru muda dan transparan, dan membentuk H2O
dan CO2
c. Bila direaksikan dengan asam halida akan membentuk alkil halida dan air
d. Bila direaksikan dengan asam karboksilat akan membentuk ester dan air
adalah memisahkan campuran cairan (dalam hal ini etanol dan air)
tersebut. Etanol yang titik didihnya lebih rendah yaitu 78,4ºdan air
100º akan diuapkan dengan cara pemanasan. Air akan tinggal dan
12
etanol akan menguap, uap etanol ini dijadikan cairan lagi dengan cara
mendinginkannya.
hanya sebagian kecil ion saja yang dapat bergeser ke kiri atau ke kanan. Asam
asetat lebih dikenal sebagai asam cuka dengan rumus molekul CH3COOH adalah
senyawa berbentuk cairan, tidak berwarna, memiliki rasa asam yang tajam dan
larut dalam air, alkohol, gliserol, dan eter. Sifat kelarutan dan kemudahan
bercampur dari asam asetat ini membuatnya digunakan secara luas dalam industri
kimia dan laboratorium (Hartet al., 2003). Asam asetat bersifat mudah menguap
di udara terbuka, mudah terbakar, serta bersifat korosif pada logam. Sifat fisika
asam asetat adalah berbentuk cairan bening tidak berwarna, pH asam, memiliki
titik beku 16,6°C, titik didih 118,1°C , berat molekul 60,05g/mol, dan densitas
pada 25°C sebesar 1,049 kg/L.Struktur asam asetat tersaji dalam Gambar 2.7.
magnesium, dan seng, membentuk gas hidrogen dan garam-garam asetat (disebut
logam asetat). Logam asetat juga dapat diperoleh dengan reaksi asam asetat
dengan suatu basa. Contohnya adalah soda kue (Natrium bikarbonat) bereaksi
dengan cuka. Hampir semua garam asetat larut dengan baik dalam air. Contoh
etanoat bila bereaksi dengan logam, dan menghasilkan logam etanoat, air dan
organik yang paling terkenal dari asam asetat adalah pembentukan etanol melalui
2.2 Sukrosa
Sukrosa mempunyai sifat sedikit higroskopis dan mudah larut dalam air. Semakin
tinggi suhu, kelarutannya semakin besar. Satu gram sukrosa dapat larut dalam 0,5
ml air pada suhu kamar/ 0,2 ml dalam air mendidih, dalam 170 ml alkohol/ 100
ml metanol. Kristal sukrosa bersifat stabil di udara terbuka dan dalam keadaan
yang langsung berhubungan dengan udara dapat menyerap air sebanyak 1% dari
14
total berat dan akan dilepaskan kembali apabila dipanaskan pada suhu 90ºC
Cocos dari suku aren-arenan atau Areaceae (Hanum, 2015). Buah kelapa terdiri
dari epicarp atau bagian luar yang memiliki permukaan licin, agak keras, dengan
tebal ± 0,7 mm, mesocarp yaitu bagian tengah yang disebut sabut terdiri dari serat
keras dengan tebal 3-5 cm, dan endocarp yaitu tempurung kelapa dengan tebal 3-
6 mm.
Sabut kelapa merupakan salah satu biomassa yang mudah diperoleh dan
merupakan hasil samping pertanian. Komposisi sabut buah kelapa sekitar 35%
dari berat buah kelapa secara keseluruhan. Sabut kelapa terdiri dari serat (fiber)
dan gabus (pitch) yang menghubungkan satu serat dengan serat lainnya. Sabut
kelapa terdiri dari 75% serat dan 25% gabus (Sudiarta et al., 2011). Komposisi
kimia sabut kelapa secara umum terdiri atas selulosa, lignin, pyroligneous acid,
Hasil uji komposisi serat sabut berdasarkan SNI dilakukan dengan sarana
bebas akan mereduksi larutan basa dari garam logam menjadi bentuk oksida
ataupun bentuk basanya. Kelebihan Cu2+ yang tidak tereduksi dapat dikuantifikasi
2CuI2 → 2CuI- + I2
Titrasi yang digunakan dalam metode ini adalah titrasi iodometri. Harga
E° iodium berada pada daerah pertengahan maka sistem iodium dapat digunakan
16
pada tabel 2.2 di atas. Volume tiosulfat pada tabel diatas merupakan selisih dari
volume titrasi blanko dengan sampel. Berdasarkan volume tiosulfat yang terdapat
pada tabel maka dapat diketahui jumlah gula reduksi yang dinyatakan dalam
satuan mg, sehingga selanjutnya dapat dihitung kandungan gula reduksi dalam
sampel yang dianalisis pada massa tertentu. Pada tabel diatas juga terdapat Δ
diaplikasikan pada produk pangan yang mengandung gula dan memiliki bobot
molekul rendah serta pati alami atau modifikasi. Kemampuan mereduksi gugus
aldehid dan keton digunakan sebagai dasar teori dalam mengkuantisasi gula
sederhana yang telah terbentuk. Namun reaksi reduksi yang terjadi antara gula dan
tembaga sulfat tidak stoikiometri dan tergantung kondisi reaksi. Faktor utama
antara kromatografi gas dan detektor ionisasi nyala. Kromatografi gas digunakan
untuk pemisahan serta identifikasi semua jenis senyawa organik yang mudah
Dalam kromatografi gas, fase yang bergerak (mobile phase) adalah sebuah
operator gas, yang biasanya gas murni. Stationary atau fasa diam merupakan tahap
mikroskopis lapisan cair atau polimer yang mendukung gas murni, di dalam bagian
dari sistem pipa-pipa kaca atau logam yang disebut kolom. Instrumen yang
aerograph, gas pemisah). Fase gerak akan membawa campuran sampel menuju
kolom. Campuran dalam fase gerak akan berinteraksi dengan fase diam. Suatu
berbeda dimana interaksi komponen dengan fase diam dengan waktu yang paling
cepat akan keluar pertama dari kolom dan yang paling lambat akan keluar paling
18
akhir. Waktu retensi (tr) merupakan ukuran waktu mulai injeksi cuplikan hingga
suatu komponen campuran keluar kolom, dengan kata lain waktu yang diperlukan
oleh suatu komponen campuran (solut) untuk keluar dari kolom. Waktu retensi
diukur melalui kromatogram dari menit ke-0 hingga muncul puncak (Hendayana,
2006).
melakukannya pada suhu yang lebih tinggi (Hendayana, 2006). Fungsi dari
detektor itu sendiri adalah mengukur kuantitas dalam jumlah kecil, dari komponen
yang dipisahkan yang ada dalam aliran gas pembawa yang meninggalkan kolom.
Hasil pemisahan tersebut keluar dari detektor dan masuk ke alat perekam
rendah, responnya linear, dan dapat memberikan respon dengan setiap senyawa,
tidak sensitif terhadap perubahan temperatur serta kecepatan aliran dan juga tidak
mahal harganya.
sinyal listrik hasil elusi gas pembawa dari kolom. Berbagai jenis detektor dibuat
karena pengaruh fluktuasi suhu dan aliran gas pembawa. Sensitivitas dari detektor
19
akan berkurang jika sampel yang dianalisis mengandung suatu unsur halogen serta
akan terbentuknya suatu pengotor atau deposit pada detektor. Flame Ionization
meningkat sesuai dengan kenaikan dari atom karbon). Komponen dalam jumlah
kecil, dimana senyawa dengan titik didih yang tinggi yang disuntikkannya dalam
konsentrasi rendah.
pembakaran yang ditimbulkan oleh reaksi udara O2 dan H2 . Proses ini akan
yang dikeluarkan dari kolom. Molekul – molekul dari komponen tersebut akan
melepaskan elektron dan berubah menjadi ion – ion. Ion positif akan tertarik
kromatografi gas dapat didasarkan pada pendekatan tinggi peak atau area peak serta
standar. Pendekatan tinggi peak diperoleh degan membuat base line pada suatu
peak dan mengukur tinggi garis tegak lurus yang menghubungkan base line dengan
peak. Pendekatan ini berlaku jika luas peak standar dan analit tidak berbeda.
Pendekatan berikutnya adalah area peak, yang dapat diperhitungkan yaitu lebar
peak sehingga lebar peak yang berbeda antara standar dan analit tidak masalah.
ditambahkan komponen dengan sifat yang hampir sama dengan komponen yang
akan dianalisis. Untuk mengetahui jenis alkohol yang terkandung dalam sampel,
2006). Rasio luas puncak (atau tinggi) senyawa target dalam sampel serta standar
internal pada sampel dibandingkan dengan rasio serupa yang diperoleh untuk
setiap standar. Senyawa yang digunakan sebagai standar internal harus merupakan
senyawa yang tidak ditemukan dalam sampel yang akan dianalisis dan harus
Adapun syarat untuk standar internal yang efektif yaitu, 1) harus menimbulkan
komponen yang akan diukur; 2) tinggi atau luas puncak harus sama dengan tinggi
atau luas peak dari komponen – komponen yang akan diukur; dan 3) secara
kimiawi harus serupa dengan sampel, tetapi tidak diperoleh dalam sampel aslinya
dari asam oleh ion OH-dari basa, atau sebaliknya. Asam atau basa dalam air,
Zat yang digunakan sebagai penitrasi disebut zat standar atau zat baku. Zat
baku kembali dikelompokkan menjadi zat baku primer dan zat baku sekunder. Zat
baku primer merupakan zat yang memenuhi kriteria yaitu memiliki kemurnian
yang tinggi, stabil dalam waktu lama, serta stabil dalam bentuk larutannya dalam
waktu penyimpanan relatif lama. Beberapa zat baku primer yang umum
digunakan dalam titrasi asam – basa adalah asam oksalat, natrium oksalat, boraks,
dan natrium karbonat. Zat baku sekunder seperti HCl, NaOH, KOH, H2SO4, bila
larutan zat baku primer. Zat baku sekunder tidak stabil, agak sukar dimurnikan,
dan tidak tahan lama dalam bentuk larutannya, sehingga bila akan digunakan
Titik akhir titrasi ini mudah sekali dideteksi baik dengan indikator ataupun
berbagai asam dan basa organik dapat ditingkatkan dengan cara melakukan titrasi
dalam pelarut bukan air. Ini akan memberikan titik akhir yang lebih tajam dan
juga memungkinkan titrasi terhadap asam atau basa yang lebih lemah. Indikator
asam-basa pada umumnya adalah senyawa organik yang bersifat asam atau basa
lemah dan dalam larutan mengalami ionisasi sebagai berikut: HIn H+ + In- (bentuk
asam) (bentuk basa) Bila hanya salah satu bentuk-bentuk itu yang berwarna
tertentu disebut indikator satu warna, misalnya timolftalein (tak berwarna – biru),
fenolftalein (tak berwarna – merah). Bila kedua bentuk itu mempunyai warna
yang berbeda disebut indikator dua warna, misalnya metil orange (merah-orange),
22
metil merah (merah-kuning) dan banyak lainnya. Pada titrasi asam basa indikator
yang dipilih harus dapat berubah warna tepat pada saat titik ekivalen tercapai.