Anda di halaman 1dari 13

PEMPLOTAN

___________________________________________________________________________________________________________

Oleh
Willy F. Sembung

Bab I
Tinjauan Mendasar

Pengertian

Dari asal kata ‘plot’ yang umum diartikan sebagai ‘jalan cerita, alur cerita, rancang bangun cerita atau pun kerangka dasar
cerita yang dikonstruk, dipergunakan dan diimplisitkan dalam keseluruhan cerita-cerita yang dibuat’.
Pemplotan dapat diartikan sebagai ‘pembuatan plot atau jalan cerita’.
1) Berhubungan erat dengan pemeristiwaan.
1
2) Terdiri dari sejumlah peristiwa utama yang saling terkait satu dengan yang lain.
3) Cenderung terbentuk karena adanya penghubungan-penghubungan antar peristiwa yang mengsebab-akibat atau kausal
ketimbang kondisional atau .
4) Termanifestasi dalam keseluruhan cerita dari karya yang diciptakan.
5) Dapat mengandung bagian-bagian yang oleh Aristoteles disebut sebagai ‘awal (beginning)’, ‘pertengahan (middle)’ dan
‘akhir (end)’.
6) Umumnya terancang secara intuitif dalam jiwa pencipta sebelum atau ketika membuat cerita.
7) Sering mengalami perubahan dan penyempurnaan dalam pembuatannya.
8) Sering digambarkan dalam rupa garis struktur-dramatik.

Untuk pemahaman terperinci, simak potongan novel “The Pearl” 1947 karya John Steinbeck berikut ini.

“THE PEARL”
sebuah novelet
karya: John Steinbeck

Kino terbangun ketika hari masih gelap. Bintang-bintang masih bersinar dan fajar baru menampakkan seberkas cahaya pucat di bentangan terbawa
ufuk timur. Beberapa ayam jantan telah berkokok, sementara babi-babi yang kerajingan bangun pagi sudah memulai kesibukan tanpa henti mereka,
memporak-porandakan berbagai macam ranting dan membolak-balikkan batang-batang kayu untuk melihat kemungkinan akan adanya makanan tersembunyi
yang dapat dimakan. Di luar gubuk Kino, dalam kantong-kantong gembel yang terbuat dari anyaman rumput, sekelompok burung kecil ramai mencicit-cicit
dan mengepak-ngepakkan sayap.
Mata Kino terbuka dan segera tertuju pada cahaya kelam berbentuk kotak yang muncul dari balik pintu. Kemudian dia melihat ke arah buaian yang
tergantung di mana Coyotito tidur sebelum akhirnya dia memutar kepalanya untuk melihat Juana, isterinya yang terbaring di atas kasur di sampingnya dan
tengah menutupkan syal biru yang dikenakan ke atas hidung, buah-dada dan bahu kecilnya. Mata Juana juga sudah terbuka. Kino tak pernah melihat mata
isterinya itu tertutup ketika dia telah bangun. Baginya, mata hitam-kelam isterinya seperti memancarkan cahaya bintang-bintang. Perempuan itu juga tengah
menatapnya sebagaimana yang biasa yang ia lakukan ketika suaminya telah terbangun.

2
Samar-samar telinga Kino mendengar deburan ombak dari pinggir pantai. Alangkah indahnya—dan Kino menutup kembali matanya untuk
mendengarkan musiknya. Mungkin hanya dia sendiri yang suka berbuat seperti itu, dan mungkin pula semua orang dari sukunya yang suka berbuat begini.
Orang-orang sukunya memang pernah menjadi pembuat lagu yang hebat sehingga segala sesuatu yang mereka lihat, pikir, perbuat atau dengar dijadikan
lagu. Itu memang sudah lama sekali. Lagu-lagunya tertinggal; Kino tahu mereka, tetapi tidak ada lagu baru yang ditambahkan. Itu tidak berarti bahwa tidak
ada lagu-lagu pribadi. Di kepala Kino sekarang ada lagu, jelas dan lembut, dan jika dia mampu berbicara tentang lagu itu, dia akan menyebutnya ‘Lagu
Nyanyian Keluarga’.
Kino menutupi hidungnya untuk melindungi dirinya dari udara lembab. Kemudian, ketika sebuah suara berdesir di sampingnya, dia menoleh ke arah
datangnya suara; dan itu adalah Juana yang telah bangkit dari tempat-tidur hampir tanpa suara. Dengan kaki telanjang, perempuan itu melangkah ke arah
buaian tempat Coyotito tidur; membungkuk untuk menggumamkan sejumlah kata yang menyejukkan jiwa. Coyotito membuka mata sejenak, mengatupkan
kembali dan tertidur lagi.
Juana melangkah ke arah tungku, membuka abu yang menutupi arang yang masih membara, menyurukkan sejumlah ranting kering ke atas arang, dan
mulai mengipasi arang dan ranting-ranting itu.
Kini giliran Kino yang bangkit dari tempat-tidur dan membenahi letak selimut untuk menutupi kepala, hidung dan bahunya. Kemudian, setelah
menyelipkan sandal ke kakinya, dia melangkah keluar untuk menyaksikan fajar menyingsing.
Di luar gubuk, Kino berjongkok dan kembali membenahi letak selimut untuk menutupi lututnya juga. Kemudian dia mendongakkan kepala untuk
melihat ke arah awan yang menggumpal di atas teluk. Seekor kambing datang mendekatinya, mengendus-endus dirinya dan menatap dingin wajahnya
dengan kedua mata-kuningnya. Di belakangnya, api-tungku yang dikobarkan Juana tiba-tiba membesar dan ujung-ujungnya berhamburan keluar melalui
celah-celah dinding gubuk dan pintu-dapur yang melongo. Seekor ngengat kesiangan tiba-tiba keluar dengan bersemangat untuk terbang menyerbu api.
Lagu Nyanyian Keluarga kembali membahana dari belakang diri Kino. Dan irama lagu itu adalah irama yang terbentuk dari putaran batu penggiling-tepung
yang tengah dipergunakan Juana untuk menggiling jagung yang akan dibuat menjadi kueh pagi hari.
Fajar menyingsing dengan cepat sekarang. Awalnya masih kelabu, kemudian memerah, cerah; dan tiba-tiba sebuah ledakan api sebagaimana ketika
matahari segera terbit, melompat keluar dari ufuk di ujung teluk. Kino serta-merta menunduk untuk menghindarkan matanya dari serbuan cahaya yang amat
menyilaukan. Dari arah dapur dia mendengar bantingan dan tepuk-tepukan adonan kueh, dan dari arah dapur dia dapat mencium keharuman kueh yang
sedang dimasak. Sejumlah semut sedang sibuk di tanah; yang hitam besar dengan badan mengkilat, dan sejumlah semut berdebu yang bergerak cepat. Kino
menyaksikan perbuatan-perbuatan detasemen bentukan Tuhan itu sebelum kemudian dia menyaksikan bagaimana seekor semut berdebu dengan panik tengah
berusaha melarikan diri dari jebakan pasir seekor singa semut yang mau memangsanya. Seekor anjing kurus dan pemalu datang mendekati Kino; dan setelah
Kino berkata-kata dengan lembut, anjing itu meringkukkan badannya, mengatur ekornya dengan rapih di atas kakinya, dan meletakkan dagunya dengan hati-
hati di atas tumpukan kakinya. Anjing itu adalah seekor anjing hitam dengan bintik-bintik kuning keemasan yang menjadi alisnya. Pagi itu adalah sebuah
pagi seperti pagi-pagi sebelumnya yang belum sempurna di antara semua pagi.
Kino mendengar derik tali buaian ketika Juana mengeluarkan Coyotito dari buaian, membersihkannya kemudian menidurkan anak itu dalam kain
gendongan untuk disusui. Kino seakan-akan dapat melihat semua kejadian ini tanpa melihatnya. Juana menyanyikan lagu kuno yang lembut dan yang hanya
terdiri dari tiga nada akan tetapi yang sepertinya memiliki variasi interval yang tidak dapat berakhir. Dan lagu ini adalah bagian dari Lagu Nyanyian
Keluarga juga. Semuanya. Kadangkala nada lagu itu naik ke akord yang tinggi dan sepertinya menyakitkan tenggorokan orang yang menyanyikannya, akan
tetapi semuanya tetap terkesan aman dan hangat.
3
Di seberang pagar gubuk Kino, ada gubuk para tetangga; dan asap dapur mengepul juga dari dapur mereka. Terdengar juga suara mereka yang sedang
sarapan. Akan tetapi semua itu adalah lagu lain. Babi mereka adalah babi yang lain; dan istri mereka bukan Juana. Kino adalah lelaki muda yang kuat
dengan rambut hitam terurai di atas dahi coklatnya. Matanya hangat, garang dan bercahaya, sementara kumisnya tipis dan kasar. Dia menurunkan selimutnya
dari hidungnya sekarang, karena udara beracun yang gelap hilang dan sinar matahari kuning jatuh ke atas gubuk. Tak jauh dari pagar, dua ekor ayam jantan
berhadap-hadapan dengan saling membungkuk dengan sayap-sayap yang agak merentang dan bulu-bulu leher yang mengembang. Mereka akan bertarung
gila-gilaan. Mereka bukan ayam aduan. Kino mengawasi mereka sejenak sebelum kemudian matanya beralih untuk melihat ke arah merpati liar yang terbang
dengan cepat ke pedalaman berbukit-bukit. Dunia tengah bangun sekarang, dan Kino bangkit untuk masuk ke dalam gubuknya.
Ketika dia melewati pintu, Juana masih berada di depan lubang api tungku yang masih menyala. Perempuan itu memasukkan kembali Coyotito ke
dalam kotak buaian, kemudian menyisir rambut hitamnya, mengepangnya menjadi dua dan mengikat kedua ujung kepang itu dengan dua lembar pita tipis
berwarna hijau. Kino berjongkok di dekat lubang api tungku, menggulung selembar kueh jagung yang masih panas, mencelupkan kueh itu ke dalam saus dan
memakannya. Lelaki itu kemudian meminum beberapa teguk pulque; dan selesailah sarapannya. Itulah satu-satunya sarapan yang pernah dikenalnya selain
sarapan kueh lain pada suatu hari raya yang nyaris membunuhnya. Ketika Kino selesai sarapan, Juana mendekati tungku dan memakan sarapannya. Mereka
pernah berbicara, tetapi tidak ada yang perlu dibicarakan jika itu dilakukan untuk sekedar basa-basi. Kino menghela nafas dengan puas—dan itu adalah
percakapan juga.
Matahari menghangatkan gubuk, dan sinarnya masuk menembus celah-celah atap dalam bentuk garis-garis panjang. Dan salah satu garis tertuju ke
arah buaian tempat Coyotito berbaring, dan di tali tempat tergantungnya buaian.
Sebuah gerakan kecil tiba-tiba menarik Kino dan Juana untuk melihat ke arah buaian; dan dengan segera mereka terpana kaku. Seekor kalajengking
bergerak perlahan menuruni tali menuju buaian yang menggantung. Ekor penyengatnya lurus ke arah belakang, akan tetapi dalam sekejab ekor itu akan
dapat beraksi melepaskan bisanya.

Dan inilah sebagian ‘kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa utama’ dan sebagian ‘kejadian-kejadian atau peristiwa-
peristiwa tambahan atau sampingan’ yang terdapat dalam plot novel “The Pearl” itu.

KEJADIAN ATAU PERISTIWA UTAMA KEJADIAN ATAU PERISTIWA TAMBAHAN


1) Kino dan isterinya terbangun pada suatu pagi; dan seperti biasa, segera 1) Bintang-bintang bersinar dan fajar baru menampakkan seberkas cahaya
melakukan kegiatan-kegiatan yang biasa mereka lakukan pada pagi hari. pucat di bentangan terbawa ufuk timur.
2) Malang tidak dapat ditolak, seekor kalajengking menyengat tubuh bayi 2) Beberapa ayam jantan berkokok, sementara babi-babi yang kerajingan

4
mereka. bangun pagi sudah memulai kesibukan tanpa henti mereka.
3) Karena Coyotito, bayi mereka menangis kesakitan, para tetangga di 3) Sekelompok burung kecil ramai mencicit-cicit dan mengepak-ngepakkan
kampung mereka datang untuk menengok. sayap.
4) Karena bayi mereka kesakitan dan harus diobati, Kino memutuskan untuk 4) Kino melihat ke arah pintu kemudian melihat ke arah Coyotito di buaian.
meminta pertolongan seorang dokter; dan dengan diantar para tetangga seisi
kampung, Kino dan Juana membawa bayi mereka untuk berobat pada DAN SETERUSNYA
seorang dokter di kota.
5) Karena Kino hanya mampu membayar dokter itu dengan beberapa butir
cikal-bakal mutiara yang nampak tidak karuan bentuk dan warnanya, dokter
itu tidak mau mengobati Coyotito.
6) Karena Kino harus mendapatkan uang atau sesuatu yang berharga yang
dapat dijual, Kino dan Juana bahu-membahu mencari mutiara di teluk.
7) Karena sepertinya mereka mujur, Kino mendapatkan sebutir mutiara yang
amat besar dengan bentuk yang sempurna.
8) Karena sejumlah nelayan tahu bahwa Kino mendapatkan sebutir mutiara
yang teramat besar dan indah, para nelayan dan orang-orang yang sudah tahu
saling memberitahukan kesana-kemari sampai seisi kampung kemudian seisi
kota gempar bahwa Kino dan Juana mendapat sebutir mutiara yang teramat
besar dan indah.
9) Karena tahu bahwa Kino dan Juana demikian, keserakahan, kelicikan dan
nafsu jahat orang untuk mendapatkan mutiara itu secara mudah, bangkit.

DAN SETERUSNYA

5
Macam-macam Pemplotan

A. Ditinjau dari Ketergolongan Mengaturan dalam Pembuatannya


Ditinjau dari ketergolongan mengaturan dalam pembuatannya, ada tiga macam pemplotan yang dapat disimpulkan; dan ketiga
macam pemplotan dimaksud, adalah: 1) pemplotan yang konvensional; 2) pemplotan yang semi-konvensional; dan 3) pemplotan
yang tidak konvensional.

Pemplotan yang Konvensional

Merupakan pemplotan yang disusun dengan aturan-aturan klasik pembuatan plot.


Ciri-ciri:
1) Terdiri dari sejumlah kejadian atau peristiwa yang dikembangkan secara mengsebab-akibat dan mengkronologi maju
sehingga membentuk plot-plot yang disebut sebagai ‘plot-plot yang linear’.
2) Berungkap tentang sejumlah kejadian atau peristiwa yang terjadi hanya dalam kurun waktu yang tidak lebih dari 24 jam dan
hanya di suatu tempat kejadian selain tidak membentuk plot-plot anakan, sehingga secara keseluruhan membentuk kesatuan-kesatuan
(unity) yang oleh Aristoteles disebut sebagai ‘kesatuan waktu kejadian (unity of time)’, ‘kesatuan tempat kejadian (unity of place)’
dan ‘kesatuan laku kejadian (unity of action)’.
3) Secara lengkap terdiri dari bagian-bagian cerita, plot atau struktur-dramatik (dramatic structure) yang oleh Aristoteles
disebut sebagai ‘bagian awal (beginning)’, ‘bagian pertengahan (middle)’ dan ‘bagian akhir (end)’; sementara oleh Gustave Freytag
6
disebut sebagai ‘eksposisi (exposition)’, ‘laku penanjakan (rising action)’, ‘klimaks (climax)’, ‘laku penurunan (falling action)’ dan
‘peleraian (denoument)’.
Contoh dari pemplotan yang dimaksudkan ini adalah pemplotan yang terdapat dalam lakon-lakon seperti “Oedipus Rex” dan
“Malam Jahanam”.

Pertanyaan: Siapa yang sudah pernah membaca lakon “Oedipus Rex”?

Pemplotan yang Semi-Konvensional

Merupakan pemplotan yang disusun dengan cara kurang mengkonvensi atau menurut aturan klasik.

Ciri-ciri:
1) Berungkap tentang sejumlah kejadian atau peristiwa yang terjadi lebih dari 24 jam di sejumlah tempat kejadian yang
berbeda-beda selain membentuk plot-plot anakan, sehingga tidak terdapat dalam plot-plot itu sebagian atau seluruh kesatuan (unity)
yang oleh Aristoteles disebut sebagai ‘kesatuan waktu kejadian (unity of time)’, ‘kesatuan tempat kejadian (unity of place)’ dan
‘kesatuan laku kejadian (unity of action)’.
2) Tidak secara lengkap terdiri dari bagian-bagian cerita, plot atau struktur-dramatik (dramatic structure) yang oleh Aristoteles
disebut sebagai ‘bagian awal (beginning)’, ‘bagian pertengahan (middle)’ dan ‘bagian akhir (end)’; sementara oleh Gustave Freytag
disebut sebagai ‘eksposisi (exposition)’, ‘laku penanjakan (rising action)’, ‘klimaks (climax)’, ‘laku penurunan (falling action)’ dan
‘peleraian (denoument)’.
3) Mungkin di dalamnya terdapat penceritaan-penceritaan menglatar (membackstory) dan mengkilas-balik (memflashback).

7
Mungkin terdapat dalam karya dengan adanya adanya: 1) pemplotan dengan alur cerita mengkronologi maju-mundur-maju; 2)
pemplotan dengan alur pemeristiwaan yang mengepisodik secara konsentrik; dan 3) pemplotan dengan akhir cerita terbuka.
Contoh dari pemplotan yang dimaksudkan ini adalah pemplotan yang terdapat dalam lakon-lakon seperti “Hamlet, Prince of
Denmark” dan “Death of a Salesman”; serta film cerita seperti “Batman Begins”.

Pertanyaan: Siapakah yang sudah pernah membaca atau menonton ketiga karya yang disebutkan di atas?

Pemplotan yang Tidak Konvensional

Merupakan pemplotan yang disusun atau tersusun dengan cara yang tidak sesuai dengan aturan atau kovensi pembuatan cerita
yang klasik.

Ciri-ciri:
1) Terdiri dari rangkaian-rangkaian kejadian atau peristiwa mengadegan dengan alam, kenyataan atau realitas yang berbeda-
beda satu dengan yang lain (Terdapat dalam karya-karya dengan adanya pengungkapan-pengungkapan secara dramatik, kejadian-
kejadian atau peristiwa-peristiwa yang hadir misalnya dalam lamunan, impian, fantasi dan lain-lain para tokoh cerita.
2) Terdiri dari sejumlah kejadian atau peristiwa utama yang disusun atau tersusun secara tidak mengkronologi maju dan linear.
3) Tidak mempunyai bagian-bagian cerita, plot atau struktur-dramatik yang jelas.

Contoh dari pemplotan yang dimaksudkan ini adalah pemplotan yang terdapat dalam lakon-lakon seperti “Merrily We Roll
Along” dan “Betrayal”; serta film cerita seperti “Babel”.

8
Pertanyaan: Siapakah yang sudah pernah menonton film “Babel”.

B. Ditinjau dari Pengaluran Perjalanan Hidup Tokoh Utama yang


Diceritakan Menurut Teori Dramaturgi Aristoteles

Ditinjau dari pengaluran perjalanan hidup tokoh utama yang diceritakan menurut teori dramaturgi Aristoteles, ada dua macam
pemplotan yang dapat disimpulkan; dan kedua macam pemplotan dimaksud, adalah: 1) pemplotan yang rumit; dan; 2) pemplotan
yang sederhana.

Pemplotan yang Rumit

Pemplotan yang rumit (complex) adalah pemplotan dalam mana terdapat dalam plot-plot yang diciptakan, bagian-bagian plot
yang disebut Aristoteles sebagai ‘peripeteia’, yakni bagian-bagian plot di mana para tokoh protagonis dibuat mengalami kenyataan-
kenyataan hidup yang terbalik atau amat berbeda dari kenyataan-kenyataan hidup yang mereka alami pada awal-awal plot. (Dalam
lakon “Oedipus Rex”, contoh dari peripeteia adalah bagian yang dimulai dari saat setelah Jocasta bercerita pada Oedipus bahwa

9
dahulu, ia dan almarhum Laius, mantan suaminya yang menjadi raja Thebes sebelum Oedipus, pernah membuang anak mereka ke
hutan lebat di gunung Chitaeron karena anak mereka diramalkan akan membunuh almarhum suaminya, sampai akhir lakon; bagian
mana dianggap sebagai bagian peripeteia karena bagian ini adalah bagian yang berungkap mengenai kenyataan-kenyataan hidup
terbalik dari kenyataan-kenyataan hidup awal yang dialami Oedipus, yakni kenyataan-kenyataan bahwa: 1) jika pada awalnya,
Oedipus adalah penuduh yang akan mengadili tertuduh yang membunuh almarhum raja Laius, tapi pada waktu-waktu kemudian dia
malah menjadi tertuduh yang harus mengadili dirinya sendiri; dan 2) jika pada awalnya, dia adalah seorang raja yang berjasa,
dihormati dan hidup di istana megah, tapi pada waktu-waktu kemudian dia harus terbuang untuk menjalani hidup dalam pengasingan
karena dia adalah seorang penjahat nista yang telah membunuh ayahnya dan mengawini ibunya.

Pemplotan yang Sederhana

Pemplotan yang sederhana (simple) adalah pemplotan di mana tidak terdapat bagian cerita yang oleh Aristoteles disebut sebagai
‘peripeteia’.
Contoh dari pemplotan yang dimaksudkan ini adalah pemplotan yang terdapat dalam lakon-lakon seperti “Waiting for Godot”
dan “Dag Dig Dug”; serta film cerita “A Simple Life”.

C. Ditinjau dari Banyaknya Alur Cerita yang Terdapat di Dalamnya


10
Ditinjau dari banyaknya alur cerita yang terdapat di dalamnya, ada dua macam pemplotan yang dapat disimpulkan; dan kedua
macam pemplotan dimaksud, adalah: 1) pemplotan dengan satu alur cerita; 2) pemplotan dengan banyak alur-cerita.

Pemplotan dengan Satu Alur Cerita

Pemplotan dengan satu alur cerita adalah pemplotan yang terjadi ketika dalam penciptaan lakon dan lain-lain, pencipta karya-
karya itu membentuk atau mengembangkan dalam keberadaan karya-karya mereka, cerita-cerita dengan plot-plot atau jalan-jalan
cerita yang tidak lebih dari satu.
Contoh dari pemplotan yang dimaksudkan ini adalah pemplotan yang terdapat dalam lakon-lakon seperti “Oedipus Rex” dan
“Malam Jahanam”; serta film cerita seperti “Forrest Gump”.

Pemplotan dengan Banyak Alur Cerita

Pemplotan dengan banyak alur cerita atau yang senantiasa disebut sebagai ‘pemplotan beralur jamak’ adalah pemplotan yang
terjadi ketika dalam penciptaan atau keberadaan karya-karya yang mengandung cerita atau peristiwa, pencipta karya-karya itu

11
membentuk atau mengembangkan dalam keberadaan karya-karya mereka, cerita-cerita dengan plot-plot atau jalan-jalan cerita yang
lebih dari satu.
Contoh dari pemplotan yang dimaksudkan ini adalah pemplotan yang terdapat dalam lakon-lakon seperti “King Lear” dan “The
Tempest”; serta film cerita seperti “The Gods Must Be Crazy” dan “Troy”.

D. Ditinjau dari Kedudukan Plot yang Terdapat di Dalamnya

Ditinjau dari kedudukan plot yang terdapat di dalamnya, ada dua macam pemplotan yang dapat disimpulkan; dan kedua macam
pemplotan dimaksud, adalah: 1) pemplotan dengan plot utama; dan 2) pemplotan dengan plot sampingan.

Pemplotan dengan Plot Utama

Pemplotan dengan plot utama (main-plot) merupakan pemplotan berisi pengungkapan jalan cerita tentang kehidupan atau
perjalanan hidup para tokoh utama.
12
Dalam lakon “King Lear”, contoh dari pemplotan ini adalah Pemplotan yang berungkap mengenai kehidupan dan perjalanan
hidup Lear.

Pemplotan dengan Plot Sampingan

Pemplotan dengan plot sampingan (sub-plot) atau yang dapat disebut sebagai ‘pemplotan dengan plot anakan’ merupakan
pemplotan berisi pengungkapan jalan cerita tentang kehidupan atau perjalanan hidup para tokoh sampingan.

Dalam lakon “King Lear”, contoh dari pemplotan ini adalah:


1) Pemplotan yang berungkap mengenai kehidupan dan perjalanan hidup Gonerill, putri tertua yang turut menzalimi Lear.
2) Pemplotan yang berungkap mengenai kehidupan dan perjalanan hidup Regan, putri ke dua yang turut menzalimi Lear.
3) Pemplotan yang berungkap mengenai kehidupan dan perjalanan hidup Cordelia, putri bungsu Lear yang menyayangi Lear.
4) Pemplotan yang berungkap mengenai kehidupan dan perjalanan hidup adipati Kent yang menjadi penasehat Lear.
5) Pemplotan yang berungkap mengenai kehidupan dan perjalanan hidup adipati Gloucester yang juga menjadi penasehat Lear.
6) Pemplotan yang berungkap mengenai kehidupan dan perjalanan hidup Edgar, putra tertua dan sah adipati Gloucester.
7) Pemplotan yang berungkap mengenai kehidupan dan perjalanan hidup Edmund, putra haram adipati Gloucester.

13

Anda mungkin juga menyukai