Anda di halaman 1dari 8

JENIS-JENIS TEATER KRATON

1. Wayang Boneka
 Ada dua jenis wayang, yakni wayang boneka
(boneka tiga dimensi/golek dan dua
dimensi/kulit) dan wayang orang.
 Meskipun data tertulis tentang adanya wayang
baru muncul sekitar tahun 840 Masehi, namun
banyak ahli memperkirakan adanya wayang
sudah sejak zaman prasejarah (koentjaraningrat)
atau sebelum tahun 400 Masehi (Hazeau) dan
bahkan Soeroto menyebutnya 3000 tahun
sebelum Masehi.
2. Perkembangan Wayang
Data-data tertulis dari berbagai prasasti menunjukan
bahwa wayang sudah dikenal sejak tahun 840
(Cohen Stuart).
Pada tahun 860 di Bali (Kern) yang menyebut kata-
kata “juru batata” alias “dalang”.
Pada tahun 907 dalam prasasti Balitung menyebut
kata-kata “mawayang buat Hyang” bahkan
menyebut nama lakonnya “Bhimmaya Kumara”
Abad 11, dalam kitab Arjuna Wiwaha berita tentang
pertunjukan wayang (kulit) sudah dapat dipastika
ada.
Baru pada zaman Kediri (abad 11-12), menurut kitab sastra
Wrttasancaya disebutkan adanya sejumlah besar nama wayang
yang juga peralatan wayang yang lengkap seperti kelir, gamelan
yang relatif lengkap, suluk, sinden dan sebagainya. Pementasan
juga telah diselenggarakan secara teratur dan tertib di Istana.
Pada zaman Majapahit repertoire cerita tidak hanya terpaku pada
Mahabharata dan Ramayana, tetapi juga cerita-cerita ruwat seperti
Sudamala, atau yang bersifat kerohanian seperti Dewaruci, dan
juga cerita-cerita mitos Jawa seperti Tantu Panggelaran.
Pada tahun 1416 , dari berita Cina disebutkan Ada wayang beber di
Majapahit, merupakan pementasan cerita tutur berdasarkan
gambar rol yang digelar.
Ketika zaman Hindu-Indonesia berlalu dengan runtuhnya
Majapahit, dan Indonesia memasuki zaman berdirinya kerajaan-
kerajaan Islam, wayang ternyata masih tetap digemari dan bahkan
makin berkembang.
Pada zaman kesultanan Demak abad 16 misalnya,
wayang makin disempurnakan baik bentuk wayang
maupun aspek-aspeknya yang lain, sampai pada zaman
Mataram abad 17 Rupanya bentuk wayang kulit yang
sekarang diwarisi berasal dari masa penyempurnaan ini.
Seni teater wayang tersebut berdasarkan pola baku yang
mapan, yang menunjukkan adanya penggarapan secara
profesional oleh seniman-seniman istana. Kemudian
seni istana ini akhirnya sampai ke kalangan rakyat dan
menjadi bagian dari seni rakyat. Namun pola bakunya
masih tetap dipatuhi, dan bahkan dalang-dalang rakyat
sampai abad 20 selalu berusaha menghubungkan silsilah
dirinya dengan dalang-dalang istana yang sudah menjadi
mitos.
2. Wayang Orang
Wayang orang yang sekarang berlangsung di masyarakat,
jelas bersumber dari wayang kulit (boneka).
Pada abad 10 masehi, tepatnya tahun 930 berdasarkan
prasasti Wimalasrama. Wayang wong ini dinamai wayang
wwang, yang menunjukkan bahwa ia ada setelah dikenal
bentuk wayang boneknya (Lihat Soedarsono, disertasi).
Pada zaman kediri jenis teater ini ditambah dengan
munculnya teater tari topeng yang lain yang disebut raket.
Pigeaud menduga bahwa raket ini mempertunjukan lakon
Calonarang atau lakon yang menggambarkan perpaduan
unsur jantan dan unsur betina dalam sebuah upacara
kesuburan. Inilah sebabnya para raja sering mengambil
peranan sebagai penari dalam lakon-lakon demikian.
Ketika berdiri kerajaan Islam di Demak
rupanya wayang orang dari Majapahit ini tidak
hidup.
Di Cirebon tradisi raket tersebar ke luar istana.
Di Yogyakarta tradisi wayang topeng rupanya
tidak hidup, kecuali justru di lingkungan teater
rakyat.
Di istana Yogyakarta justru dihidupkan kembali
wayang wong yang sudah lama tenggelam
sejak zaman Majapahit.
3. Langendriya dan Langen MandraWanara
Kedua jenis teater ini sebenarnya bukan murni berasal dari
kraton, tetapi dari lingkungan kraton, tepatnya kepatihan.
Langendriya diciptakan oleh R.T. Purwadiningrat (sekitar
pertengahan abad 19) yang kemudian dikembangkan oleh
KGPA Mangkubumi.
Langendriya mengambil cerita Damarwulan, juga masih
berdasarkan naskah tertulis. Ciri khas teater ini adalah
penggunaan dialog para pelakunya yang dinyanyikan
dengan lagu-lagu macapat.
Langen Mandra Wanara adalah ciptaan KPH Yudanegara III
yang kelak menjadi Patih dengan nama Danurejo. Jadi
teater ini lahir di kepatihan.
Langen Mandra Wanara memainkan kisah-kisah epos Ramayana.
Keistimewaan teater ini adalah dimasukkannya unsur-unsur
teater rakyat di dalamnya.
Dalam sastradrama Langen Mandra Wanara di samping
ungkapan kata-kata halus penuh nilai sastra yang diwarisi dari
tradisi kraton, juga diselingi dengan bahasa kasar yan mudah
dimengerti rakyat. Bahkan seringkali ada adegan cerita yang
menyimpang yang menggambarkan keadaan aktual lingkungan.
 Alasan untuk memasukkan unsur teater rakyat ini menjadi
terbuka pada adegan-adegan yang menggambarkan kehidupan
tentara monyet.
Keistimewaan lainnya adalah penggunaan posisi para penari
untuk tetap berlutut (jengkeng) pada waktu menari
membawakan perannya. Hal ini dilakukan agar tidak menyamai
teater kraton yang para perannya bermain dan menari dengan
berdiri.

Anda mungkin juga menyukai