Anda di halaman 1dari 21

PENGANTAR UNTUK ANALISIS PENOKOHAN

Bahan kuliah
ANALISIS STRUKTURAL LAKON
Oleh
Willy F. Sembung

Aspek-Aspek yang Perlu Disimpulkan dalam Analisis-Analisis


tentang Penokohan
Beberapa aspek yang perlu disimpulkan jika menganalisis penokohan adalah: 1) keterdirian tokoh (misalnya apa sebagai
manusia, roh, arwah, manusia setengah dewa dan lain-lain); 2) realitas keberadaan tokoh (apakah realistik, tidak realistik atau
campuran); 3) ras, bangsa atau suku tokoh; 4) jender tokoh; 5) status kekeluargaan tokoh (suami/ayah dll); 6) status sosial atau
kemasyarakatan tokoh (misal sebagai kepala suku, lurah dll); 7) umur tokoh; 8) rupa tokoh (misal tinggi besar, berotot dll); 9) profesi
tokoh; 10) keberadaan mengekonomi tokoh (kaya miskin dll); 11) anutan-anutan tokoh (agama, ideologi dll); 12) suara tokoh; 13)
watak atau karakter tokoh (perlu pengetahuan teoretik tentang kepribadian); 14) nama tokoh; 15) kedudukan tokoh dalam penceritaan
(protagonis, antagonis dll); dan 16) model watak atau karakter tokoh (arketip, tipe dan stereotipe; serta flat dan round).

1
Tentang Macam-Macam Penokohan

Ditinjau dari Ketergolongan Keberadaan Tokoh

Penokohan dengan Tokoh Menyata atau Merupa

Penokohan dengan tokoh menyata atau merupa adalah penokohan yang terjadi ketika dalam penciptaan atau keberadaan lakon
dan lain-lain, pencipta karya-karya itu menghadirkan dalam keberadaan karya-karya mereka, tokoh-tokoh cerita dengan keberadaan-
keberadaan yang nyata atau terlihat oleh para tokoh cerita lain yang diceritakan.
Terdiri dari: 1) penokohan dengan tokoh memakhluk manusia, binatang, alien, zombie, makhluk jadi-jadian dan lain-lain; dan
2) penokohan dengan tokoh membenda seperti sebongkah emas, sebuah koper, sebilah pedang dan lain-lain yang diperebutkan.

2
Contoh dari penokohan yang dimaksudkan ini, antara lain adalah: 1) penokohan terhadap tokoh-tokoh Oedipus, Creon,
Teirisias dan Jocasta dalam lakon “Oedipus Rex” 429 SM; dan 2) penokohan terhadap tokoh-tokoh Nyonya Alving, Pastor Manders,
Regina, Oswald dan Engstrand dalam lakon “Ghosts” 1881.

Penokohan dengan Tokoh yang Tidak Menyata atau Merupa

Penokohan dengan tokoh yang tidak menyata atau merupa adalah penokohan yang terjadi ketika dalam penciptaan atau
keberadaan lakon dan lain-lain, pencipta karya-karya itu memberadakan dalam karya-karya mereka, para tokoh cerita dengan
keberadaan-keberadaan yang pada dasarnya tidak nyata, terlihat atau disadari oleh para tokoh cerita yang lain yang diceritakan.
Umumnya menghasilkan tokoh-tokoh yang: 1) bersifat abstrak dan tersembunyi; 2) berkedudukan sebagai antagonis; dan 3)
perlu disimpulkan dan dideskripsi dengan kata-kata sendiri oleh para apresiator; penokohan yang dimaksudkan ini adalah penokohan
yang senantiasa terdapat dalam karya-karya mentragedi dan mentragikomedi.
Contoh dari penokohan yang dimaksudkan ini adalah: 1) penokohan tokoh antagonis ‘nasib atau kehendak dewata yang buruk
bahwa ia akan membunuh ayahnya dan mengawini ibunya’ yang berusaha dilawan oleh tokoh Oedipus dalam lakon “Oedipus Rex”
429 SM; dan 2) penokohan tokoh antagonis ‘akibat kehidupan memasa-lalu Nyonya Alving sendiri dan berbagai peninggalan nilai,
ajaran dan lain-lain dari para orang tua atau leluhur yang telah mati yang dianggapnya menghantu dan bersifat destruktif’ yang
berusaha dilawan oleh tokoh Nyonya Alving dalam lakon “Ghosts” 1881.

3
Ditinjau dari Cara Penghadiran Tokoh

Penokohan dengan Tokoh yang Dihadirkan secara Langsung

Penokohan dengan tokoh yang dihadirkan secara langsung adalah penokohan yang terjadi ketika dalam penciptaan lakon dan
lain-lain, pencipta karya-karya itu menghadirkan dalam keberadaan karya-karya mereka, tokoh-tokoh cerita yang memang
mempunyai peran-peran tertentu dan dihadirkan secara langsung dalam penceritaan.
Contoh dari penokohan yang dimaksudkan ini adalah: 1) penokohan terhadap tokoh-tokoh Oedipus, Creon, Teirisias dan
Jocasta dalam lakon “Oedipus Rex” 429 SM; 2) penokohan terhadap tokoh-tokoh Nyonya Alving, Pastor Manders, Regina, Oswald
dan Engstrand dalam lakon “Ghosts” 1881; dan 3) penokohan terhadap tokoh-tokoh Upta Liman, Ambe, Indo dan Margaretha Sua
dalam cerita-pendek “Ambe Masih Sakit” 2012.

Penokohan dengan Tokoh yang Dihadirkan secara Tidak Langsung

Penokohan dengan tokoh yang dihadirkan secara tidak langsung adalah penokohan yang terjadi ketika dalam penciptaan lakon
dan lain-lain, pencipta karya-karya itu menghadirkan dalam keberadaan karya-karya mereka, tokoh-tokoh yang hanya diceritakan
atau terceritakan oleh tokoh-tokoh lain yang dihadirkan secara langsung dalam penceritaan.
Penokohan yang dimaksudkan ini adalah penokohan yang dalam banyak waktu ditampilkan dalam penceritaan-penceritaan
melatar atau membackstory dari para tokoh cerita yang dihadirkan secara langsung dalam penceritaan-penceritaan yang
dikemukakan.

4
Contoh dari penokohan yang dimaksudkan ini adalah: 1) penokohan tokoh Spinx dan raja Laius dalam lakon “Oedipus Rex”
429 SM; 2) penokohan tokoh Kapten Alving dalam lakon “Ghosts” 1881; dan 3) penokohan tokoh burung beo yang telah mati dalam
lakon “Malam Jahanam” 1958.

Penokohan dengan Tokoh yang Sama Sekali Tidak Dihadirkan atau Terceritakan, akan Tetapi Ada dan
Berpengaruh dalam Kehidupan Tokoh Tertentu yang Diceritakan

Penokohan dengan tokoh yang sama sekali tidak dihadirkan atau terceritakan, akan tetapi ada dan berpengaruh dalam
kehidupan tokoh tertentu yang diceritakan adalah penokohan yang terjadi ketika dalam penciptaan lakon dan lain-lain, pencipta
karya-karya itu memberadakan dalam karya-karya mereka, tokoh-tokoh yang sama sekali tidak dihadirkan ataupun dibuat
terceritakan oleh para tokoh lain yang diceritakan, akan tetapi ada dan berpengaruh dalam kehidupan tokoh-tokoh tertentu yang
diceritakan.
Contoh dari penokohan yang dimaksudkan ini adalah: 1) penokohan tokoh antagonis ‘nasib atau kehendak dewata yang buruk
bahwa ia akan membunuh ayahnya dan mengawini ibunya’ yang terus berusaha dilawan oleh tokoh Oedipus dalam lakon “Oedipus
Rex” 429 SM; dan 2) penokohan tokoh antagonis ‘akibat kehidupan memasa-lalu Nyonya Alving sendiri dan berbagai peninggalan
nilai, ajaran dan lain-lain dari para orang-tua atau leluhur yang telah mati yang dianggapnya menghantu dan bersifat destruktif’ yang
berusaha dilawan oleh tokoh Nyonya Alving dalam lakon “Ghosts” 1881.

5
Ditinjau dari Model Watak atau Karakter yang Dikenakan pada Tokoh
yang Diceritakan
Ditinjau dari model watak atau karakter yang dikenakan pada tokoh yang diceritakan, ada empat macam penokohan yang dapat
disimpulkan; dan keempat macam penokohan dimaksud, adalah: 1) penokohan dengan model watak atau karakter mengarketip; 2)
penokohan dengan model watak atau karakter mengstereotipe; dan 3) penokohan dengan watak atau karakter mentipe.

Penokohan dengan Model Watak atau Karakter Mengarketip

Penokohan dengan model watak atau karakter mengarketip adalah penokohan yang terjadi ketika dalam penciptaan atau
keberadaan lakon dan lain, pencipta karya-karya itu menghadirkan dalam keberadaan karya-karya mereka, tokoh-tokoh dengan
model watak atau karakter mengarketip, yakni watak atau karakter memprototipe atau mentipe dasar dengan peran-peran tertentu
semisal ‘ibu’, ‘ayah’, ‘pahlawan’ dan lain-lain yang pada dasarnya sudah dikenal secara universal dan intuitif karena sudah tersimpan
dalam ingatan bawaan menturun-temurun yang oleh Carl Gustav Jung disebut sebagai ‘ketidaksadaran kolektif’.
Contoh dari penokohan yang dimaksudkan ini adalah: 1) penokohan tokoh Linda sebagai ‘istri dan ibu yang baik, penuh
perhatian dan kasih’ dalam lakon “Death of a Salesman” 1949; dan 2) penokohan tokoh Gandalf sebagai ‘orang tua penuntun yang
baik dan bijak’ dalam novel-novel mentrilogi “The Lord of the Rings” 1954 dan 1955.

6
Penokohan dengan Model Watak atau Karakter Mengstereotipe

Penokohan dengan model watak atau karakter mengstereotipe adalah penokohan yang terjadi ketika dalam penciptaan atau
keberadaan lakon dan lain-lain, pencipta karya-karya itu memberadakan dalam karya-karya mereka, tokoh-tokoh dengan model
watak atau karakter mengstereotipe, yakni watak atau karakter dengan ciri-ciri sifat, sikap dan lain-lain yang mengklise dari watak
atau karakter tokoh yang pernah dipergunakan pada waktu-waktu terdahulu dalam berbagai penciptaan karya-karya yang lain.
Seringkali menghasilkan tokoh-tokoh cerita dengan watak atau karakter yang umumnya disimpulkan secara ringkas seperti
‘orang atau tokoh yang kasar’, ‘orang atau tokoh yang pendiam’, ‘teman yang baik’, ‘orang atau tokoh penjilat’, dan lain-lain;
Contoh dari penokohan yang dimaksudkan ini adalah: 1) penokohan tokoh Harpagon sebagai ‘lintah-darat teramat kikir dan
egois’ dalam lakon “L’Avare” atau “The Miser” 1668; dan 2) penokohan tokoh Forest Gump sebagai ‘si bodoh yang ramah dan tulus’
dalam film cerita “Forest Gump” 1986.

Penokohan dengan Model Watak atau Karakter Mentipe

Penokohan dengan model watak atau karakter mentipe atau mentipologi adalah penokohan yang terjadi ketika dalam
penciptaan atau keberadaan lakon dan lain-lain, pencipta karya-karya itu memberadakan dalam karya-karya mereka, tokoh-tokoh
yang dikarakterisasi dengan sifat-sifat, sikap-sikap dan lain-lain yang mentipe, yakni sifat-sifat, sikap-sikap dan lain-lain yang sudah
umum atau dikenal secara luas karena secara mengempirik, sifat-sifat, sikap-sikap dan lain-lain itu dikenal sebagai sifat-sifat, sikap-
sikap dan lain-lain yang dimiliki oleh, antara lain: 1) orang-orang dari ras, bangsa atau suku tertentu; 2) orang-orang dengan jender

7
tertentu; 3) orang-orang dengan bangun dan keadaan tubuh tertentu; 4) orang-orang dengan watak atau karakter tertentu; dan lain-
lain.
Sebagai contoh, dapat dikemukakan bahwa jika dalam teori tipologi Konstitusi Fisik William H. Sheldon (1898-1977)
disebutkan bahwa orang yang bertipe ‘mesomorph’ adalah orang yang nampak kokoh, kuat, berotot dan tahan sakit; sementara orang
dengan komponen primer ‘somatotonia’ adalah orang dengan otak yang ingin dominan, suka melakukan pekerjaan yang
mempergunakan otot, mempunyai sikap tubuh yang gagah dan nampak perkasa, kebutuhan bergeraknya besar, sportif atau terbuka,
mempunyai suara yang lantang, nampak lebih tua dari umur yang sebenarnya, dan jika menemui kesulitan, suka melakukan gerakan-
gerakan tertentu; maka dapat dikatakan bahwa tokoh-tokoh seperti Cyrano de Bergerac dalam lakon “Cyrano de Bergerac” 1897 dan
Achilles dalam film cerita “Troy” 2004 adalah tokoh-tokoh yang dikarakterisasi secara mentipe ‘mesomorph’ dengan komponen
primer ‘somatotonia’ karena tokoh-tokoh itu adalah tokoh-tokoh yang sedikit-banyaknya mempunyai ciri-ciri watak atau karakter
sebagaimana dikemukakan.

Ditinjau dari Model-model Watak atau Karakter Tokoh Menurut E.M.


Foster

Penokohan dengan Model Watak atau Karakter Mendatar atau Memipih

8
Penokohan dengan model watak atau karakter mendatar atau memipih (flat character) adalah penokohan yang terjadi ketika
dalam penciptaan atau keberadaan lakon dan lain-lain, pencipta karya-karya itu memberadakan dalam karya-karya mereka, tokoh-
tokoh yang dikarakterkan dengan kecenderungan-kecenderungan bersikap, berpendirian dan lain-lain yang sudah dikenal secara luas,
baik karena kecenderungan-kecenderungan itu bersifat mengarketip, mengstereotipe, maupun karena kecenderungan-kecenderungan
itu bersifat mentipe; sehingga watak-watak atau karakter-karakter para tokoh dimaksud dapat dianggap sebagai watak-watak atau
karakter-karakter yang tidak rumit dan gampang diingat.
Contoh dari penokohan yang dimaksudkan ini adalah: 1) penokohan tokoh Amanda Wingfield, Laura Wingfield dan Jim
O’Connor yang terdapat dalam lakon “The Glass Menagerie” 1944; dan penokohan tokoh Agamemnon, Hector, Menelaus dan
Odysseus dalam film cerita “Troy” 2004.

Penokohan dengan Model Watak atau Karakter Membulat

Penokohan dengan model watak atau karakter membulat adalah penokohan yang terjadi ketika dalam penciptaan atau
keberadaan lakon dan lain-lain, pencipta karya-karya itu menghadirkan dalam keberadaan karya-karya mereka, tokoh-tokoh yang
dikarakterkan dengan kecenderungan-kecenderungan bersikap, berpendirian atau bertindak-tanduk yang tidak menentu karena
senantiasa berubah-ubah.
Contoh dari penokohan yang dimaksudkan ini adalah: 1) penokohan tokoh Emma Micawber dalam novel “David Copperfield”
1850; dan 2) penokohan tokoh Bawuk dalam cerita pendek “Bawuk” 1975.

9
Ditinjau dari Kedudukan Tokoh dalam Penceritaan
Ditinjau dari kedudukan tokoh dalam penceritaan, ada delapan macam penokohan yang dapat disimpulkan; dan kedelapan
macam penokohan dimaksud, adalah: 1) penokohan dengan tokoh protagonis; 2) penokohan dengan tokoh antagonis; 3) penokohan
dengan tokoh deuteragonis; 4) penokohan dengan tokoh foil; 5) penokohan dengan tokoh yang menjadi subjek atau objek
pertentangan; 6) penokohan dengan tokoh confidante; 7) penokohan dengan tokoh raisonneur; dan 8) penokohan dengan tokoh
utility.

Penokohan dengan Tokoh Protagonis

Penokohan dengan tokoh protagonis (protagonist) adalah penokohan yang terjadi ketika dalam penciptaan atau keberadaan
lakon dan lain-lain, pencipta karya-karya itu menghadirkan dalam keberadaan karya-karya mereka, tokoh-tokoh yang paling utama
yang diceritakan.
Ditinjau dari banyaknya tokoh cerita yang didudukkan sebagai protagonis; termasuk dalam penokohan ini adalah: 1) penokohan
dengan tokoh protagonis tunggal atau protagonis yang terdiri dari hanya satu tokoh; dan 2) penokohan dengan tokoh protagonis
jamak atau protagonis yang terdiri dari dua tokoh atau lebih.
Ditinjau dari kedudukan tokoh protagonis dalam kejamakannya, termasuk dalam penokohan ini adalah: 1) penokohan dengan
tokoh protagonis mayor atau protagonis paling utama; dan 2) penokohan dengan tokoh protagonis minor atau protagonis tidak utama.
Contoh dari ‘penokohan dengan tokoh protagonis tunggal atau protagonis yang terdiri dari hanya satu tokoh’ adalah penokohan
tokoh Macbeth yang terdapat dalam lakon “Macbeth” 1606 dan penokohan tokoh Bawuk dalam cerita pendek “Bawuk” 1975;
10
sementara contoh dari ‘penokohan dengan tokoh protagonis menjamak atau protagonis yang terdiri dari dua tokoh atau lebih’ adalah
penokohan tokoh Jane dan Marno dalam cerita pendek “Seribu Kunang-Kunang di Manhattan” 1972 dan penokohan tokoh Sang-woo
dan Eun-soo dalam film cerita “One Fine Spring Day” 2001.
Contoh dari ‘penokohan dengan tokoh protagonis mayor atau protagonis yang paling utama’ adalah penokohan tokoh Jane
dalam cerita pendek “Seribu Kunang-Kunang di Manhattan” 1972; sementara contoh dari ‘penokohan dengan tokoh protagonis
minor atau protagonis yang tidak utama’ adalah penokohan tokoh Marno dalam cerita pendek yang sama.

Penokohan dengan Tokoh Antagonis

Penokohan dengan tokoh antagonis adalah penokohan yang terjadi ketika dalam penciptaan atau keberadaan lakon dan lain-
lain, pencipta karya-karya itu menghadirkan dalam keberadaan karya-karya mereka, tokoh-tokoh yang paling utama didudukkan
sebagai lawan-lawan yang menentang atau ditentang oleh tokoh protagonis.
Ditinjau dari banyaknya tokoh cerita yang didudukkan sebagai protagonis; termasuk dalam jenis penokohan yang dimaksudkan
ini adalah: 1) penokohan dengan tokoh antagonis yang terdiri dari hanya satu tokoh; dan 2) penokohan dengan tokoh antagonis yang
terdiri dari dua tokoh atau lebih.
Ditinjau dari kedudukan tokoh antagonis dalam kejamakannya; termasuk dalam jenis penokohan ini adalah: 1) penokohan
dengan tokoh antagonis mayor atau antagonis yang paling utama; dan 2) penokohan dengan tokoh antagonis minor atau antagonis
yang tidak utama.
Ditinjau dari realitas keberadaan tokoh yang dihasilkan, termasuk dalam jenis penokohan yang dimaksudkan ini adalah: 1)
penokohan dengan tokoh antagonis menyata; dan 2) penokohan dengan tokoh antagonis yang tidak menyata.
Contoh dari ‘penokohan dengan tokoh antagonis yang terdiri dari satu tokoh’ adalah penokohan tokoh ‘nasib atau kehendak
dewata yang buruk bahwa ia akan membunuh ayahnya dan mengawini ibunya’ dalam lakon “Oedipus Rex” 429 SM; sementara
11
contoh dari ‘penokohan dengan tokoh antagonis yang terdiri dari dua tokoh atau lebih’ adalah penokohan tokoh ‘ketakutan-ketakutan
bahwa dia sendiri akan dibunuh oleh orang-orang yang mengetahui bahwa dialah yang menjadi pembunuh raja Duncan dan lain-lain
yang sebenarnya’, Duncan, Banquo, hantu Banquo, Macduff dan lain-lain dalam lakon “Macbeth” 1606.
Contoh dari penokohan dengan tokoh antagonis mayor adalah penokohan tokoh ‘ketakutan-ketakutan bahwa dia sendiri akan
dibunuh oleh orang-orang yang mengetahui bahwa dialah yang menjadi pembunuh raja Duncan dan lain-lain yang sebenarnya’ dalam
lakon “Macbeth” 1606; sementara contoh dari ‘penokohan dengan tokoh antagonis minor atau antagonis yang tidak utama’ adalah
penokohan tokoh Duncan, Banquo, hantu Banquo, Macduff dan lain-lain dalam lakon “Macbeth” 1606.

Penokohan dengan Tokoh Deuteragonis

Penokohan dengan tokoh deuteragonis (deuteragonist) adalah penokohan yang terjadi ketika dalam penciptaan atau keberadaan
lakon dan lain-lain, pencipta karya-karya itu memberadakan dalam karya-karya mereka, tokoh-tokoh yang didudukkan sebagai
tokoh-tokoh yang berada sepihak atau yang tidak berseberangan dengan tokoh-tokoh protagonis.
Contoh dari penokohan ini adalah penokohan tokoh Cordelia dalam lakon “King Lear” 1606 serta penokohan tokoh Linda dan
Charley dalam lakon “Death of A Salesman” 1949.

Penokohan dengan Tokoh Foil

12
Penokohan dengan tokoh foil adalah penokohan yang terjadi ketika dalam penciptaan atau keberadaan lakon dan lain-lain,
pencipta karya-karya itu memberadakan dalam karya-karya mereka, tokoh-tokoh yang dapat dianggap sebagai pasangan yang kontras
atau berseberangan dengan tokoh-tokoh tertentu yang terutama diceritakan.
Contoh dari penokohan yang dimaksudkan ini adalah penokohan tokoh Laertes sebagai foil tokoh Hamlet dalam lakon
“Hamlet, Prince of Denmark” 1599-1601.

Penokohan dengan Tokoh yang Menjadi Subjek atau Objek Pertentangan

Penokohan dengan tokoh yang menjadi subjek atau objek pertentangan (subject or object of controversy) adalah penokohan
yang terjadi ketika dalam penciptaan atau keberadaan lakon dan lain-lain, pencipta karya-karya itu memberadakan dalam karya-karya
mereka, tokoh-tokoh yang karena keberadaan-keberadaan mereka mengakibatkan tokoh-tokoh lain yang diceritakan terlibat dalam
konflik-konflik.
Contoh dari penokohan yang dimaksudkan ini adalah penokohan tokoh beo yang telah mati karena telah dibunuh Soleman
dalam lakon “Malam Jahanam” 1958.

Penokohan dengan Tokoh Confidant

Penokohan dengan tokoh confidant adalah penokohan yang terjadi ketika dalam penciptaan atau keberadaan lakon dan lain-
lain, pencipta karya-karya itu memberadakan dalam karya-karya mereka, tokoh-tokoh yang didudukkan sebagai tokoh-tokoh yang
paling dekat, dipercaya dan menjadi tempat curahan berbagai pemikiran, isi hati dan lain-lain dari para tokoh protagonis.

13
Contoh dari penokohan yang dimaksudkan ini adalah penokohan tokoh Jocasta dalam lakon “Oedipus Rex” 429 SM dan
penokohan tokoh The Nurse, Inang atau Pembantu bagi protagonis Juliet dalam lakon “Romeo and Juliet” 1597.

Penokohan dengan Tokoh Raisonneur

Penokohan dengan tokoh raisonneur adalah penokohan yang terjadi ketika dalam penciptaan atau keberadaan lakon dan lain-
lain, pencipta karya-karya itu memberadakan dalam karya-karya mereka, tokoh-tokoh yang didudukkan sebagai pengungkap pikiran-
pikiran atau pendapat-pendapat pencipta karya-karya itu.
Contoh dari penokohan yang dimaksudkan ini adalah penokohan tokoh Pangeran Escalus atau Pangeran Verona dalam lakon
“Romeo and Juliet” 1597.

Penokohan dengan Tokoh Utility

Penokohan dengan tokoh utility adalah penokohan yang terjadi ketika dalam penciptaan atau keberadaan lakon dan lain-lain,
pencipta karya-karya itu memberadakan dalam karya-karya mereka, tokoh-tokoh yang didudukkan sebagai pelayan atau pembantu
yang utamanya melakukan berbagai pekerjaan kecil seperti membuka pintu, menerima panggilan telpon dan lain-lain.
Mungkin saja tercampur-baur dengan berbagai macam penokohan yang lain seperti ‘penokohan dengan tokoh deuteragonis’,
‘penokohan dengan tokoh confidant’ dan lain-lain.
Contoh dari penokohan yang dimaksudkan ini adalah: 1) penokohan tokoh The Nurse yang merupakan pengasuh Juliet dalam
lakon “Romeo and Juliet” 1597; dan 2) penokohan tokoh Utay dalam lakon “Malam Jahanam” 1958.

14
Selayang-Pandang tentang Teori Kepribadian Konstitusi Fisik
Hypocrates-Galenus untuk Menyimpulkan Watak dan Sifat-
Sifat Tokoh

Tipe Watak Phlegmatis

Sifat-sifat: sabar, tenang dan kalem atau santai, dingin, cenderung tertutup atau tidak suka menunjukkan emosi, tidak mudah
marah, tidak mudah terpengaruh, kurang peduli, rendah-hati, konsisten, toleran dan permisif, tidak suka berdebat atau berkonflik,
objektif, praktis, mudah disuruh dan diatur, diplomatis, suka keteraturan.

15
Kelemahan: kikir, egois, tidak punya impian dan motivasi, lamban dan suka menunda-nunda pekerjaan, peragu atau kurang
dapat berpendirian dan tidak tegas, kurang pandai memberikan ide atau gagasan baru, pencemas, suka cari aman diri sendiri atau
melarikan diri dari masalah.

Tipe Watak Melankolis


16
Sifat-sifat: perfeksionis, idealis, serius, kaku karena cenderung konvensional atau taat aturan, disiplin, suka kebersihan dan
kerapihan, suka berpikir teoritis dan menganalisis, mempunyai banyak bakat dan kreatif, produktif, suka bertanggungjawab, sensitif
terhadap perasaan orang lain, rela berkorban untuk kebaikan orang lain, menyukai seni, tekun atau gigih, suka mengatur orang, tidak
mau kalah, suka berdebat, mempunyai keinginan mengetahui yang tinggi.

Kelemahan: terlalu serius dan jelimet, pesimistik, pemurung, pendendam dan kurang dapat memaafkan, suka curiga atau
berpikir negatif terhadap orang lain, kurang suka bergaul atau bermasyarakat.

17
Tipe Watak Sanguinis

Sifat-sifat: hangat, periang, mempunyai kepribadian yang menarik, antusias atau penuh semangat, ekspresif, sportif, pemaaf
atau tidak pendendam, memiliki rasa humor dan senang bercanda, ramah dan amat bersahabat, cerewet atau suka bicara, amat
percaya diri, ekspansif atau cenderung mengatur, optimis, responsif atau cepat tanggap, tidak mudah putus-asa, sosial, cenderung
pamer atau amat suka menjadi pusat perhatian, ingin selalu disenangi orang lain, mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, fleksibel
atau mudah menyesuaikan diri, suka keramaian dan pesta-pora.

Kelemahan: cenderung naif atau kekanak-kanakan, tidak disiplin, boros, sembrono, suka bekerja secara serampangan dan tidak
terorganisir, sulit berkonsentrasi dan berpikir panjang atau rumit, emosinya labil, tidak produktif, suka membesar-besarkan masalah,
18
suka menyela pembicaraan orang, susah diajak serius, tidak mandiri, mudah percaya orang sehingga mudah ditipu, pelupa, punya
banyak ide tapi cenderung hanya menjadi pembicaraan dan tidak mampu diselesaikan, egosentris, cenderung melarikan diri ketika
ada masalah, terlalu ekstrovert sehingga selalu merasa tidak punya salah dan orang lain yang selalu bersalah.

Tipe Watak Kholeris

Sifat-sifat: berkemauan keras, energik, mandiri, mempunyai kepribadian yang kuat, ekspansif, suka memimpin, tegas,
mempunyai keyakinan yang kuat, pekerja keras yang tangguh, penuh rasa tanggungjawab, suka bekerja secara terencana dan
terorganisir, suka bersaing, tidak mudah putus-asa atau menyerah, selalu punya visi ke depan, dinamis dan aktif, praktis, produktif.

19
Kelemahan: terlalu serius sehingga kurang santai dan tidak mempunyai banyak teman, dingin, sinis, dominan, mudah
tersinggung, pendendam, garang atau pemarah.

20
21

Anda mungkin juga menyukai