Anda di halaman 1dari 11

PERBEDAAN TOKOH DAN PENOKOHAN SERTA IDENTIFIKASINYA DALAM

NOVEL THE COUNT OF MOTE CRISTO OLEH ALEXANDRE DUMAS


Syintia Hafiziawati

PENDAHULUAN
Eksistensi tokoh dan penokohan sangatlah penting dalam sebuah cerita. Mereka berperan
sebagai penggerak sepanjang cerita itu berjalan. Namun, jika penting, lantas apa perbedaan
merekan di dalam sebuah cerita?
A. Tokoh
Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga
peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita (Aminuddin dalam Nurgiyanto, 1995: 76).
Menurut Abrams (dalam Nurgiyanto, 2000: 165) mengatakan bahwa tokoh cerita
ialah orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama yang oleh
pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang
diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam sebuah tindakan. Dapat
dikatakan bahwa tokoh merupakan individu rekaan pada sebuah cerita sebagai pelaku
yang mengalami peristiwa dalam sebuah cerita.
Tokoh dibagi menjadi lima (5) jenis:
1. Berdasarkan Peranannya
Tokoh dibagi dua macam berdasarkan peranannya dalam suatu cerita, yakni:
 Tokoh Utama atau Tokoh Sentral, merupakan tokoh yang paling banyak
mengalami peristiwa dalam cerita.
 Tokoh Pendukung atau Tokoh Tambahan, merupakan tokoh yang biasanya
tidak mengalami banyak peristiwa atau seperi namanya, tokoh yang
mendukung tokoh utama dalam suatu cerita.
2. Berdasarkan Sifatnya
Tokoh dibagi dua macam berdasarkan sifatnya, yakni:
 Tokoh Protagonis, merupakan tokoh yang positif serta seringkali
digambarkan memiliki kebaikan hati dan biasanya menjadi pahlawan atau
hero dalam cerita.
 Tokoh Antagonis, merupakan tokoh yang negatif yang biasanya melawan
tokoh protagonis.
3. Berdasarkan Perwatakannya
Tokoh dibagi dua macam berdasarkan perwatakannya, yakni:
 Tokoh Sederhana, merupakan tokoh yang hanya memiliki satu karakter atau
watak tertentu saja dan biasanya tidak berubah.
 Tokoh Bulat, merupakan tokoh yang memiliki watak dari berbagai segi.
4. Berdasarkan Perubahan Karakternya
Tokoh dibagi menjadi dua macam berdasarkan perubahan karakternya, yakni:
 Tokoh Statis, merupakan tokoh yang tidak mengalami perubahan atau
perkembangan sifat atau watak di dalam sebuah cerita.
 Tokoh Dinamis, merupakan tokoh yang memiliki perubahan atau
perkembangan sifat atau wataknya di dalam sebuah cerita.
5. Berdasarkan Pencerminannya
Tokoh dibagi menjadi dua macam berdasarkan pencerminan tokoh cerita dengan
realita, yakni:
 Tokoh Tipikal, merupakan tokoh yang hanya menampilkan keadaan
individualitasnya, seperti keadaan kualitas pekerjaan, lembaga, atau
kebangsaanya yang menjadi tipikal atau khas tokoh tersebut.
 Tokoh Netral, merupakan tokoh yang hanya menampilkan eksistensinya di
dalam sebuah cerita.

B. Penokohan
Penokohan dan perwatakan adalah pelukisan mengenai tokoh cerita, baik keadaan
lahirnya maupun batinnya yang dapat berubah, pandangan hidupnya, sikapnya,
keyakinannya, adat istiadatnya, dan sebagainya. Menurut Jones dalam Nurgiyantoro
(1995:165) penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang
ditampilkan dalam sebuah cerita. Menurut Sudjiman (1988:22) watak adalah kualitas
nalar dan jiwa tokoh yang membedakannya dengan tokoh lain.

Penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh ini yang disebut penokohan.
Penokohan dan perwatakan sangat erat kaitannya. Penokohan berhubungan dengan
cara pengarang menentukan dan memilih tokoh-tokohnya serta memberi nama tokoh
tersebut, sedangkan perwatakan berhubungan dengan bagaimana watak tokoh-tokoh
tersebut. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat dikatakan bahwa penokohan
adalah penggambaran atau pelukisan mengenai tokoh cerita baik lahirnya maupun
batinnya oleh seorang pengarang.
Selain Tokoh, adapula jenis penokohan atau penggambaran karakter tokoh yang
dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Berdasarkan Fisik
2. Berdasarkan Psikologi
Serta teknik penggambaran tokoh menurut Altenbernd dan Lewis (1966 dalam
Wahyuningtyas dan Santosa, 2011:4) yaitu:
1. Teknik Penokohan Analitik, teknik yang dipakai dalam penokohan sebuah tokoh
secara deskriptif atau berupa uraian penggambaran secara langsung.
2. Teknik Penokohan Dramatis, teknik yang dipakai ketika penokohan sebuah
tokoh yang digambarkan secara tidak langsung biasanya melalui dialog para
tokoh, dan lain-lain.

Jadi perbedaan di antara tokoh dan penokohan adalah sebagai brikut tokoh cerita
adalah individu rekaan yang mempunyai watak dan perilaku tertentu sebagai pelaku yang
mengalami peristiwa dalam cerita, sedangkan penokohan adalah hanyalah sebuah
penggambaran dari tokoh itu sendiri atau lebih tepatnya bisa di sebut sebagai sifat.

HASIL
Dalam tulisan ini, penulis akan membahas tokoh dan penokohan dalam sebuah novel
karya Alenxadre Dumas, seorang penulis asal Perancis dengan judul The Count of Monte
Cristo berdasarkan penjelasan tokoh dan penokohan sebelumnya.
The Count of Monte Cristo sendiri bercerita tentang Edmond Dantes, seorang juru
mudi utama kapal bertiang tiga Pharaon milik seorang pengusaha bernama Morrel asal
Marseilles, Perancis, yang merubah identitasnya menjadi Count of Monte Cristo demi
pembalasan dendam kepada Danglars, Fernand, Villefort, dan Caderousse, orang-orang yang
telah berkhianat, menjebak dan menjebloskannya ke dalam Penjara Chateau d’lf, sebuah
penjara negara yang hanya digunakan untuk menyekap para tahanan politik serta terkenal
menyeramkan dan tersohor karena memliki tradisi kekejaman yang sudah berlangsung
berabad-abad.
Selama empat belas tahun lamanya ia mendekam di balik jeruji dan terpaksa berpisah
dengan ayah kandungnya serta kekasih hatinya, Mercedes. Selama itu pula ia merasa putus
asa dan depresi tanpa mengetahui kebenaran dibalik insiden yang menimpanya. Namun, ia
mulai bangkit serta mulai berani bermimpi untuk bebas setelah mengenal Abbe Faria,
seorang teman tahanan yang dianggap ‘gila’ yang dijebloskan ke dalam penjara karena suatu
kesalapahaman. Darinya, Dantes belajar segala macam pengetahuan dan keahlian dan
menganggapnya sebagai ayah asuhnya. Karena ketulusan hati Dantes, akhirnya Faria
memberitahukan rahasia terbesarnya yang tidak pernah ia bagi kepada siapapun, yakni
keberadaan sebuah harta melimpah yang sudah lama tersimpan hingga 2 abad lamanya.
Termotivasi ingin bebas, Dantes beserta Faria menyusun rencana untuk lari dari penjara.
Namun, takdir berkata lain. Hanya Danteslah yang berhasil melarikan diri dengan taruhan
nyawa.
Dari sana Dantes menyusun rencana yang matang untuk mengaktualisasikan misi
balas dendamnya. Dimulai dengan mendekati Albert de Morcerf, anak dari Fernand dan
Mercedes, menghancurkan keharmonisan hubungan orang-orang terdekat yang telah
bersengkongkol menghancurkan kebahagiaannya.
Setelah mengetahui gambaran cerita dari The Count of Monte Cristo, mari kita telaah
tokoh-tokoh inti serta penokohannya yang menjadi penggerak dalam cerita tersebut.
1. Edmond Dantes/Count of Monte Cristo
Yang pertama ialah Edmond Dantes atau Monte Cristo. Tokoh Dantes sendiri
merupakan satu – satunya tokoh utama atau tokoh sentral dalam novel ini. Segala
macam peristiwa secara gamblang dijelaskan berputar hanya pada tokoh ini.
Berdasarkan sifatnya, ia dapat dikategorikan sebagai tokoh protagonis. Sedangkan
perwatakannya ia termasuk ke dalam tokoh bulat dikarenakan wataknya yang
kompleks berdasarkan perubahan karakter yang dialami tokoh di dalam cerita
tersebut. Penokohan Edmond Dantes atau Monte Cristo dapat digambarkan secara
fisik dan psikologis.
 Secara fisik terjadi perbedaan antara sosok muda Edmond Dantes serta sosok
dewasanya dengan identitas Monte Cristo.
(i) ‘Sewaktu melihat perahu mendekat, anak muda yang berdiri di sebelah
juru mudi beranjak melangkah ke tepi kapal dengan memegang
topinya. Ia tinggi semampai, bermata gelap, dan berambut hitam sehit
am arang. Usianya tidak lebih dari dua puluh tahun. Semua gerak dan
tingkah lakunya menunjukkan ketenangan dan keteguhan hati khas
orang yang telah terbiasa mengahadapi bahaya sejak masa kecil’ –hal.
8
(ii) ‘Umurnya sudah tiga puluh tiga tahun. Penyekapan selama empat belas
tahun telah banyak mengubah wajahnya. Dia memasuki Chateau d’lf
dengan wajah berseri-seri penuh kebahagiaan khas anak muda yang
telah berhasil menjejakkan langkah pertama pada jalan menuju masa
depan yang cemerlang. Semua itu sekarang telah berubah. Raut
mukanya yang lonjong tampak lebih memanjang, bibir yang selalu
tersenyum berubah menjadi sebuah garis yang tegas penuh kepastian;
alisnya agak melengkung di bawah jidat yang telah berkerut segaris;
matanya menyorotkan sinar kesedihan yang mendalam, yang terkadang
diselingi kilat kebencian, kulitnya menjadi sangat pucat karena lama
tidak tersapu sinar matahari; ilmu pengetahuan yang didapatnya di
penjara tecermin pada air mukanya yang cerdas dan percaya siri.
Kemudian, meskipun pada dasarnya ia berbadan tinggi, tampak kesan
gemuk pendek berkat ketegapan dan kekekarannya. Dan matanya yang
telah lama terbiasa dalam kegelapan mampu mengenali dengan cepat
benda-benda dalam kegelapan bagaikan mata seekor anjing pemakan
bangkai atau anjing hutan.’ –hal. 115
 Secara Psikologi
Pada awal cerita, tokoh Edmond Dantes digambarkan sebagai pemuda
yang baik, setia, jujur, dan naif. Ini dapat dilihat dalam beberapa dialog dan
narasi di dalam novel.
(i) ‘”Ya, aku sudah pulang dengan membawa sedikit uang dan harapan
akan masa depan yang cerah. Ini Ayah, ambillah semua dan belilah
segala sesautu yang diperlukan.” Dantes mengeluarkan mengeluarkan
semua isi dompetnya dan menaruhnya dia atas meja: selusin emas
batangan, dua puluh lima atau tiga puluh franc, dan beberapa uang
receh lainnya.’ –hal. 17
(ii) ‘”Oh!’ seru Monsieur Morrel, terpesona oleh tanggapan anak muda itu.
“Anda tidak mengenalnya! Dia orang yang paling sopan dan paling
dapat dipercaya di muka bumi ini.”’ –hal. 36
(iii) ‘Pemuda ini sangat tulus dan terbuka, penuh dengan perasaan cinta
kasih kepada sesamanya, termasuk kepada jaksa garang yang sedang
memeriksanya’ –hal.38
(iv) ‘”Orang yang lidahnya tidak sesuai dengan hatinya,” Edmond
menggerutu. “Tapi biarlah, dia tetangga kita dan pernah berjasa kepada
kita.”’ –hal. 17
(v) ‘Padri mengangkat bahu. “Terang bagaikan siang,” ujarnya, “Rupanya
hatimu terlalu bersih untuk bisa segera memecahkan persoalan itu....”’
–hal.76
Namun, setelah mengalami rintangan terberat dalam hidupnya, ia
mengalami perubahan dalam wataknya menjadi sosok yang mementingkan
pembalasan dendam untuk menuangkan rasa kebenciannya serta menjadi
sosok yang cerdas, tenang dan berwibawa, seperti yang terlihat pada dialog
dan narasi dibawah ini.
(vi) ‘.....matanya menyorotkan sinar kesedihan yang mendalam, yang
terkadang diselingi kilat kebencian, kulitnya menjadi sangat pucat
karena lama tidak tersapu sinar matahari; ilmu pengetahuan yang
didapatnya di penjara tecermin pada air mukanya yang cerdas dan
percaya diri....’ –hal. 115
(vii) ‘Setelah Jaksa Penuntut Umum itu pergi, Monte Cristo berkata dalam
hati, Karena hatiku penuh dengan racun kebencian, sekarang aku
memerlukan obat penawarnya.’ –hal.271
(viii) ‘”Menuntut sesuatu dalam gedung ini?’ sahut Monte Cristo dengan
sangat tenang dan sorot mata yang memancarkan kepercayaan diri....’
–hal. 466
Tatkala mengalami perubahan tersebut, tokoh Edmond Dantes atau
Monte Cristo tetap memiliki kebaikan hati dan tulus walaupun hanya pada
orang yang dikehendakinya.
Seperti perlakuannya terhadap Faria, sosok yang yang sudah dianggap
sebagai ayah asuhnya,
(ix) ‘”Baiklah,” jawab Dantes. “Saya pun akan tinggal.” Ia berdiri, dengan
khidmat ia mengangkat tangannya di atas badan orang tua itu,
kemudian berkata, “Saya bersumpah demi darah Kristus bahwa saya
tidak akan meninggalkan Anda selama Anda masih hidup.”’ –hal. 85
(x) ‘Faria menatap dalam-dalam anak muda yang tulus dan berbudi luhur
ini, dan bisa menampak kesungguhan sumpah itu pada wajahnya, yang
digelorakan oleh kesetiaan yang murni.’ –hal. 85
Serta, kepada tokoh Maximilien, anak majikannya terdahulu sewaktu
ia masih menjadi pelaut.
(xi) ‘”Dengar, Maximilien. Aku begitu mengasihimu sehingga apabila aku
tidak berhasil menghilangkan kesedihanmu dalam tempo sebulan....”’
–hal. 565

2. Danglars/Baron Danglars
Tokoh Danglars di dalam cerita merupakan tokoh pendukung yang memiliki sifat
antagonis yang perwatakannya dapat dikategorikan statis, dikarenakan tidak adanya
perubahan watak pada tokoh ini. Penokohan Danglars dapat digambarkan secara fisik
dan psikologis.
 Secara fisik sosok Danglars hanya digambarkan saat ia masih muda saja.
(i) ‘Kepala keuangan itu berumur dua puluh lima atau dua puluh enam
tahun. Pembawaannya agak murung....–hal.9
 Secara Psikologi
Dari awal cerita hingga akhir, sosok Danglars digambarkan memiliki sifat
yang sangat angkuh dan selalu membenci tokoh Dantes di salam cerita. Hal ini
dapat dilihat dari dialog dan narasi berikut.
(i) ‘...Ia pintar menjilat atasan, sedangkan kepada bawahan ia bersikap
congkak. Kebencian semua awak kapal kepadanya sebanyak cinta
mereka kapada Edmond Dantes’ –hal.9
(ii) ‘”Benar,” jawab Danglars sambil melemparkan pandangan penuh
benci kepada Dantes, “dia muda dan tidak pernah ragu-ragu bertindak
dalam segala hal. Segera sesudah Kapten meninggal dunia, dia
mengambil alih pimpinan tanpa bermusyawarah terlebih dahulu
dengan siapa pun. Dan dia sudah merugikan kita satu setengah hari
lantaran singgah di pulau Elba, bukannya langsung pulang ke
Marseilles.”’ –hal. 9-10
(iii) ‘Danglars memandang kedua temannya. Ia berkata dalam hari. “Kedua
orang tolol ini tidak berguna bagiku, yang satu pemabuk, yang satu
lagi pengecut. Aku khawatir nasib baik Dantes akan terwujud. Dia
akan menikahi gadis itu, menjadi Kapten Pharaon, dan akan
menertawakan kami, kecuali...” seulas senyuman tersungging di
bibirnya...”kecuali kalau aku turun tangan.”’ –hal.26
(iv) ‘....Danglars menjepit tengkuknya lalu melemparkannya ke kursi yang
lain. Anjing yang terperanjat dan ketakutan itu menciutkan badan,
bersembunyi di balik bantal.’ –hal. 341
(v) ‘”Biasanya kau cuma kasar, malam ini sudah meningkat tidak sopan.”’
–hal. 341

3. Gerald de Villefort
Tokoh Villefort di dalam cerita merupakan tokoh pendukung yang dapat
dikategorikan antagonis karena bertentangan dengan tokoh utama protagonis Dantes.
Wataknya dapat dikatakan bulat, dikarenakan sifat dasarnya baik namun karena
keserakahannya, ia menjadi sosok yang licik agar dapat mencapai tujuannya.
Penokohan Villefort dapat digambarkan secara fisik dan psikologis.
 Secara fisik sosok Danglars hanya digambarkan saat ia masih muda saja.
(i) ‘...sebenarnya pada saat itu Gerald de Villefort sedang diliputi rasa
bahagia yang tak kepalang. Kendati baru berusia dua puluh enam
tahun,...’ –hal.35
 Secara Psikologi
Di awal cerita, sosok Villefort digambarkan memiliki sifat yang simpati. Hal
ini dapat dilihat dari dialog dan narasi berikut
(ii) ‘Villefort terperanjat. Persamaan kejadian itu telah menggoyahkan
hatinya yang biasa membatu. Di dalam lubuk hatinya ia memberikan
rasa simpati....’ –hal. 37
(iii) ‘”Memang tidak. Dia anak muda yang betul-betul terhormat, cerdas,
dan di atas segalanya amat berambisi....”’ –hal. 51
Namun, karena ketamakan dan ambisinya, ia berubaha menjadi sosok yang
angkuh
(iv) ‘Villefort memandang Morrel dengan angkuh, “Anda boleh yakin
bahwa permohonan Anda tidak akan sia-sia apabila tertuduh ternyata
tidak bersalah. Tapi kita hidup di zaman yang sulit, Tuan, dan kalau
dia terbukti bersalah maka saya terpaksa menjalankan tugas saya,” –
hal.36
(v) ‘....ia suka bermain bridge dengan teman-teman yang dipilihnya
dengan teliti, semisal seorang duta besar, atau seorang pangeran, atau
seorang uskup.’ –hal. 266
(vi) ‘Tatkala mengucapkan kata-kata ini air mukanya tidak berubah sama
sekali, tetap angkuh sebagaimana biasa, bahu dan lehernya tetap
kaku...’ –hal. 266

4. Albert de Morcerf
Tokoh Albert di dalam cerita merupakan tokoh pendukung yang dapat
dikategorikan sebagai tokoh protagonis. Wataknya dapat dikatakan statis, dikarenakan
sifatnya yang tidak berubah dari awal hingga akhir cerita. Penokohan Albert hanya
dapat digambarkan secara psikologis di dalam novel.
 Secara Psikologi
Dari awal cerita, sosok Albert digambarkan memiliki sifat yang
penyayang kepada ibunya, jujur, dan pemberani. Hal ini dapat dilihat dari
dialog dan narasi berikut.
(i) ‘”....Tapi apabila saya terpaksa harus memilih salah satu dari sua
keburukan, saya bersedia berbantah-bantahan dengan ayah demi
menghindarkan ibu dari kepedihan.”’ –hal. 288
(ii) ‘....Ia mengagumi keberanian Albert ketika Albert berada dalam
cengkraman bandit-bandit Roma. Kekagumannya semakin bertambah
karena sekarang ia melihat keberanian itu telah sanggup menaklukkan
watak Albert yang keras dan membuka dirinya bersikap jujur dan
rendah hati.

5. Maximilien Morrel
Tokoh Maximilien di dalam cerita merupakan tokoh pendukung yang dapat
dikategorikan tokoh protagonis karena sifatnya yang baik. Wataknya dapat dikatakan
statis, dikarenakan kebaikan hatinya tidak berubah hingga akhir cerita. Penokohan
Maximilien dapat digambarkan secara fisik dan psikologis.
 Secara fisik sosok Maximilien dapat digambarkan sebagai berikut.
(i) ‘.....untuk memandang seorang lelaki tinggi kekar, berdahi lebar dan
bermata tajam dengan kumis melintang di bawah hidungnya. Seragam
yang indah menonjolkan dadanya yang bidang terhias bintang
kehormatan. Perwira muda itu membungkukkan badan memberi
hormat. Gerakannya sangat mengesankan karena ia seorang yang
gagah.’ –hal. 209
 Secara Psikologi
Dari awal hingga akhir cerita, sosok Maximilien digambarkan memiliki sifat
yang baik dan tulus. Hal ini dapat dilihat dari dialog dan narasi berikut.
(ii) ‘Perwira muda itu menjabat tangan Monte Cristo dengan hangat sekali
sehingga tidak mungkin ada keraguan lagi tentang ketulusan hatinya.’
–hal. 275

6. Fernand Mondego/Count of Morcerf


Tokoh Fernand di dalam cerita merupakan tokoh pendukung yang dapat
dikategorikan antagonis karena bertentangan dengan tokoh utama protagonis Dantes.
Wataknya dapat dikatakan statis, dikarenakan tidak ada perubahan sifat dari awal
hingga akhir cerita. Penokohan Fernand dapat digambarkan secara fisik dan
psikologis.
 Secara fisik ada perbedaan sosok muda Fernand dengan sosok dewasanya.
Hai ini dapat dilihat dari narasi dibawah ini.
(i) ‘....Di hadapannya duduk seorang anak muda berusia sekitar dua puluh
tahun...’ –hal. 20
(ii) ‘...Seorang laki-laki berumur empat puluhan, namun terlihat seperti
berumur paling sedikit lima puluh tahun. Kumis dan alisnya yang
hitamlebat bertentangan sekali dengan rambutnya yang hampir
memutih semua, yang dipotong pendek gaya tentara.’ –hal. 225
 Secara Psikologi
Dari awal cerita, sosok Fernand digambarkan memiliki sifat yang keras. Hal
ini dapat dilihat dari dialog dan narasi berikut.
(iii) ‘”Sudah ratusan kali aku memberimu jawaban, Fernand....”’ –hal. 21
Lalu lambat laun berubah menjadi cerdik dan licik.
(iv) ‘Morcerf yang cerdik dan licik serta pantang mengalah memang telah
meramalkan datangnya serangan semacam ini’ –hal. 446

7. Gaspard Caerousse
Tokoh Caderousse di dalam cerita merupakan tokoh pendukung yang dapat
dikategorikan antagonis karena bertentangan dengan tokoh utama protagonis Dantes.
Wataknya dapat dikatakan statis, dikarenakan sifatnya yang bermuka dua dan serakah
tidak berubah hingga akhir cerita. Penokohan Caderousse dapat digambarkan secara
fisik dan psikologis.
 Secara fisik sosok Danglars hanya digambarkan saat ia masih muda saja
(i) Sesaat kemudian Caderousse memasuki rumah. Ia berusia sekira dua
puluh lima tahun. Rambut dan janggutnya hitam. Ia memegang
selembar kain –karena ia seorang penjahir- yang sedang dikerjakaanya
untuk membuat sebuah jas.’ Hal.17
(ii) .
 Secara Psikologi
Dari awal cerita hingga akhir, sosok Caderousse digambarkan memiliki sifat
bermuka dua. Hal ini dapat dilihat dari dialog dan narasi berikut
(ii) ‘”Orang yang lidahnya tidak sesuai dengan hatinya,” Edmond
menggerutu. “Tapi biarlah, dia tetangga kita dan pernah berjasa kepada
kita.”’ –hal. 17
(iii) ‘”Benar, Edmond. Tapi waktu itu kau lupa membayar utangmu kepada
tetangga kita Caderousse. Dia menagih kepadaku dan melaporkannya
kepada Monsieur Morrel kalau aku tidak membayarnya. Aku khawatir
laporannya bisa merugikan dirimu. Karena itulah aku lunasi utang itu.”
–hal.16
(iv) “Kenapa kau berbicara tentang itu? Yang sudah berlalu biarlah berlalu.
Lebih bauk kita membahas kepulanganmu saja, Kawan. Aku kebetulan
berjumpa dengan kawan kita Danglars di pelabuhan. Dialah yang
mengabariku bahwa kau sudah pulang. Dia juga bilang kau sudah
mendapat tempat yang baik di hati Monsieur Morrel. Sebaikanya kau
tidak menolak undangannya untuk makan malam di rumahnya. Kalai
seseorang ingin menjadi kapten, dia harus pandai mengambil hati
pemilik kapal.”’ –hal.18
(v) ‘”Dia berbicara seakan – akan sudah menjadi kapten, dan itu membikin
dia menjadi sombong. Dia menawarkan jasa baiknya kepadaku seolah-
olah dia orang besar.”’ –hal. 18

8. Mercedes/Madame Morcerf
Tokoh Mercedes atau Madame Morcerf di dalam cerita merupakan tokoh
pendukung yang dapat dikategorikan tokoh protagonis. Wataknya dapat dikatakan
statis, dikarenakan dari awal cerita hingga akhir, ia tetap menjadi sosok yang baik.
Penokohan Mercedes atau Madame Morcerf dapat digambarkan secara fisik dan
psikologis di dalam novel.
 Secara Fisik, sosok Mercedes hanya digambarkan saat ia masih muda saja.
(i) ‘Di dalam salah satu rumah pada satu-satunya jalan di perkampungan
itu, seorang gadis cantik berdiri bersandar pada dinding. Rambutnya
hitam legam, sedangkan sinar matanya selembut sinar mata rusa
betina. ....’ –hal.20
 Secara Psikologi
Sosok Mercedes atau Madame Morcerf memliki sifat yang tegas dan
penyayang. Hal ini dibuktikan ketika, ia menolak cinta Fernand dengan tegas
tanpa memberinya harapan sedikitpun serta sangat menyayangi anaknya,
Albert hingga ia rela memohon kepada Dantes untuk tidak membunuhnya.
(ii) ‘”Sudah ratusan kali aku memberimu jawaban, Fernand....Aku tidak
akan memberimu harapan”’ –hal. 21
(iii) ‘”Tapi balakaskanlah kepada orang yang berdosa. Kepada Fernand,
kepadaku, tapi jangan kepada anakku!”’ –hal. 474

9. Padri Faria
Tokoh Faria di dalam cerita merupakan tokoh pendukung yang dapat
dikategorikan sebagai tokoh protagonis karena membantu dan membimbing tokoh
utama protagonis Dantes. Wataknya dapat dikatakan statis, dikarenakan sifatnya yang
tidak berubah dari awal hingga akhir cerita. Penokohan Faria dapat digambarkan
secara fisik dan psikologis.
 Secara fisik sosok Faria dapat digambarkan sebagai berikut.
(i) ‘Perawakannya agak pendek. Rambutnya telah memutih, lebih banyak
dikarenakan penderitaan daripada sebab-musabab ketuaan. Mayanya
yang tajam hampir tersembunyi di bawah alis yang tebal yang juga
sudah memutih. Janggutnya yang masih berwarna hitam menjuntai
sampai ke dada. Pada wajahnya yang lonjong tampak garis-garis keras,
sebagaimana lazimnya ditemukan pada wajah orang yang lebih biasa
melatih kekuatan batin ketimbang kekuatan ragawi.’ –hal. 68
 Secara Psikologi
Dari awal cerita, sosok Faria digambarkan memiliki sifat yang baik, bijak dan
mengayomi. Hal ini dapat dilihat dari dialog dan narasi berikut
(ii) ‘Ia menyambut Dantes dengan kehangatan....’ =hal. 68
(iii) ‘”Wahai anakku,” tukas Pardi tersenyum, “pengetahuan manusia itu
amat terbatas. Kalau kau sudah mempelajari matematika, ilmu alam,
sejarah, dan tiga atau empat bahasa seperti yang kukuasai, kau pun
akan mengetahui semua yang kuketahui....”’ –hal. 80

10. Morrel
Tokoh Morrel di dalam cerita merupakan tokoh pendukung yang dapat
dikategorikan tokoh protagonis karena ia selalu membantu tokoh utama protagonis
Dantes. Wataknya dapat dikatakan statis, dikarenakan dari awal cerita hingga akhir, ia
tetap menjadi sosok yang baik. Penokohan Morrel dibagi menjadi dua jenis, yakni::
 Secara Fisik
(iv) ‘Morrel berdiri dan mempersilakan tamunya duduk. Pemilik kapal
yang pernah kaya itu telah banyak sekali berubah dalam empat belas
tahun ini. Sekarang umurnya lima puluh tahun. Rambutnya telah
memutih, matanya yang dahulu bersinar tegas dan penuh kepastian,
sekarang telah layu dan menyorotkan kebimbangan.’ –hal. 153

 Secara Psikologi
Dari awal cerita hingga akhir, tokoh Morrel digambarkan sebagai sosok yang
bijak, baik, dan setia. Ini dapat dilihat pada dialog dan narasi di bawah ini.
(i) ‘”Aku ingin tahu alasanmu singgah di Pulau Elba.”’-hal. 10
(ii) ‘”Oh!’ seru Monsieur Morrel, terpesona oleh tanggapan anak muda itu.
“Anda tidak mengenalnya! Dia orang yang paling sopan dan paling
dapat dipercaya di muka bumi ini.”’ –hal. 36
(iii) ‘”Peran seorang yang jujur, berani, dan setia kawan. Dia pernah
mengusahakan pembebasan Dantes paling kurang dua [uluh kali...Dia
kerap menengok ayah Dantes untuk tinggal bersama dia di rumahnya.
Sehari sebelum ayah Dantes meniggal, dia meninggalkan
dompetnya....”’ –hal. 139
(iv) ‘Morrel menengadahkan kepala, air mukanya penuh rasa syukur.
“Terima kasih, Tuhan,” katanya. “Setidak-tidaknya Engkau tidak
memukul yang lain selain aku.”’ –hal. 155

Anda mungkin juga menyukai