Anda di halaman 1dari 9

TEORI STRUKTUR DRAMATIK DAN CONTOHNYA

Oleh
Willy F. Sembung

Pemeristiwaan yang Membentuk Struktur-dramatik Cerita


Ditinjau dari tujuan teknis pemberadaannya dalam pembentukan struktur-dramatik cerita, terdapat enam macam pemeristiwaan
yang dapat disimpulkan; dan keenam macam pemeristiwaan dimaksud, adalah: 1) pemeristiwaan dengan kejadian-kejadian atau
peristiwa-peristiwa eksposisi; 2) pemeristiwaan dengan kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa laku-hasutan atau titik-serangan;
3) pemeristiwaan dengan kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa laku-penanjakan; 4) pemeristiwaan dengan kejadian-kejadian
atau peristiwa-peristiwa klimaks; 5) pemeristiwaan dengan kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa laku-penurunan; dan 6)
pemeristiwaan dengan kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa penutup.

Pemeristiwaan dengan Kejadian-kejadian atau Peristiwa-peristiwa Mengeksposisi

Pemeristiwaan dengan kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa mengeksposisi atau yang umumnya disebut sebagai
‘pemeristiwaan dengan kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa pendahuluan’ adalah pemeristiwaan yang terjadi ketika dalam
penciptaan lakon dan lain-lain, pencipta karya-karya itu memasukkan dalam bagian-bagian awal karya-karya mereka, kejadian-
1
kejadian atau peristiwa-peristiwa yang dimaksudkan untuk menjelaskan pada para apresiator, keberadaan-keberadaan mendasar cerita
seperti: 1) keberadaan-keberadaan latar cerita, baik yang menyangkut waktu kejadian, maupun yang menyangkut tempat kejadian; 2)
tokoh-tokoh penting yang diceritakan; dan 3) masalah-masalah yang dihadapi para tokoh utama dan mungkin tokoh yang lain cerita.
Dalam keberadaan lakon “Oedipus Rex”, contoh dari pemeristiwaan yang dimaksudkan ini adalah pemeristiwaan yang yang
terjadi mulai dari peristiwa yang paling awal yang terdapat dalam bagian prologos sampai ketika tokoh Creon menjawab pertanyaan
tokoh Oedipus menjelang akhir prologos bahwa pada waktu yang lampau tidak ada orang yang mempersoalkan serta menuntut balas
kematian raja Laius karena pada waktu itu, Oedipus tiba-tiba muncul di Thebes dan menghentikan kehendak Sphinx yang terus
menebar bencana di kota itu.

Pemeristiwaan dengan Kejadian-kejadian atau Peristiwa-peristiwa Menglaku Hasutan atau Mentitik


Serangan

Pemeristiwaan dengan kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa menglaku hasutan (inciting action) atau yang senantiasa
disebut dengan istilah lain sebagai ‘pemeristiwaan dengan kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa mentitik serangan (point of
attack)’ adalah pemeristiwaan yang terjadi ketika dalam penciptaan lakon dan lain-lain, pencipta karya-karya itu memasukkan dalam
keberadaan karya-karya mereka, satu kejadian atau peristiwa yang amat menentukan yang mengakibatkan para tokoh protagonis yang
diceritakan sudah akan terlibat dalam masalah-masalah atau konflik-konflik berkepanjangan yang menjadi masalah-masalah atau
konflik-konflik yang diceritakan secara lebih lanjut dalam cerita-cerita yang dibuat.
Dalam keberadaan lakon “Oedipus Rex”, contoh dari pemeristiwaan yang dimaksudkan ini adalah pemeristiwaan yang terjadi
pada penghujung bagian prologos, ketika tokoh Oedipus diperistiwakan bertekad mencari serta menghukum pembunuh raja Laius.

2
Pemeristiwaan dengan Kejadian-kejadian atau Peristiwa-peristiwa Menglaku Penanjakan

Pemeristiwaan dengan kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa menglaku penanjakan (rising action) adalah pemeristiwaan
yang terjadi ketika dalam penciptaan lakon dan lain-lain, pencipta karya-karya itu memasukkan dalam keberadaan karya-karya
mereka, kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa yang berungkap tentang terlibatnya para tokoh protagonis dan mungkin para
tokoh yang lain dalam masalah-masalah atau konflik-konflik yang semakin lama semakin sengit.
Dalam keberadaan lakon “Oedipus Rex”, contoh dari pemeristiwaan yang dimaksudkan ini adalah pemeristiwaan yang terjadi
mulai dari peristiwa yang paling awal episodion pertama sampai pada saat sebelum tokoh Gembala diperistiwakan menjelaskan pada
Oedipus bahwa bayi yang diberikannya pada tokoh Orang Corintha berpuluh-puluh tahun yang lampau adalah bayi yang berasal dari
istana raja Laius.

Pemeristiwaan dengan Kejadian-kejadian atau Peristiwa-peristiwa Mengklimaks

Pemeristiwaan dengan kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa mengklimaks (climax) adalah pemeristiwaan yang terjadi
ketika dalam penciptaan lakon dan lain-lain, pencipta karya-karya itu memasukkan dalam keberadaan karya-karya mereka, satu
kejadian atau peristiwa yang merupakan puncak dari konflik di antara para tokoh yang diceritakan.

3
Dalam keberadaan lakon “Oedipus Rex” 429 SM, contoh dari pemeristiwaan yang dimaksudkan ini adalah pemeristiwaan yang
terjadi ketika pada episodion ke empat, tokoh Gembala diperistiwakan menjelaskan pada Oedipus bahwa bayi yang diberikannya
pada tokoh Orang Corintha berpuluh-puluh tahun sebelumnya adalah bayi yang berasal dari istana raja Laius.

Pemeristiwaan dengan Kejadian-kejadian atau Peristiwa-peristiwa Menglaku Penurunan

Pemeristiwaan dengan kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa menglaku penurunan (falling action) adalah pemeristiwaan
yang ketika dalam penciptaan lakon dan lain-lain, pencipta karya-karya itu memasukkan dalam keberadaan karya-karya mereka,
kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa yang berungkap tentang yang terjadi selanjutnya pada para tokoh utama cerita setelah
mereka dibuat mengalami klimaks dari perumitan-perumitan hubungan atau konflik-konflik pada bagian-bagian cerita sebelumnya.
Dalam keberadaan lakon “Oedipus Rex”, contoh dari pemeristiwaan yang dimaksudkan ini adalah pemeristiwaan yang terjadi
mulai dari saat setelah tokoh Gembala diperistiwakan menjelaskan pada Oedipus bahwa bayi yang diberikannya pada tokoh Orang
Corintha berpuluh-puluh tahun sebelumnya adalah bayi yang berasal dari istana raja Laius sampai sesaat sebelum tokoh Oedipus
diperistiwakan muncul kembali dari dalam istana dengan mata yang buta dan wajah bersimbah darah menjelang akhir bagian
eksodos.

Pemeristiwaan dengan Kejadian-kejadian atau Peristiwa-peristiwa Penutup

4
Pemeristiwaan dengan kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa penutup atau yang umumnya disebut sebagai ‘pemeristiwaan
dengan kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa mempenyelesaian atau mengresolusi (resolution)’, ‘pemeristiwaan dengan
kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa mengkesimpulan (conclusion)’ atau ‘pemeristiwaan dengan kejadian-kejadian atau
peristiwa-peristiwa mengkatastrope (catasthrope)’, adalah pemeristiwaan yang terjadi ketika dalam penciptaan lakon dan lain-lain,
pencipta karya-karya itu memasukkan dalam keberadaan karya-karya mereka, kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa yang
berungkap tentang yang terjadi pada para tokoh cerita, terutama para tokoh utama cerita setelah semua kejadian atau peristiwa
memplot, dibuat terjadi dan dialami oleh para tokoh cerita.
Dalam keberadaan lakon “Oedipus Rex”, contoh dari pemeristiwaan yang dimaksudkan ini adalah pemeristiwaan yang terjadi
mulai dari saat tokoh Oedipus diperistiwakan muncul dengan mata buta dan wajah bersimbah darah menjelang akhir bagian eksodos
sampai pada akhir lakon.

CONTOH ANALISIS STRUKTUR-DRAMATIK CERPEN


“Ambe Masih Sakit”
―――――――――――――――――――――――――――――――――――――――――――――――――――――

Meskipun cerpen ini adalah cerpen yang juga berungkap tentang peristiwa-peristiwa yang sudah terjadi di masa lampau,
struktur dramatik cerpen ini harus dilihat dari peristiwa-peristiwa mengalur-maju yang terjadi selangkah-demi-selangkah dalam
kekinian latar cerita.
Berikut ini adalah analisis tentang struktur-dramatik yang terdapat dalam cerpen itu.

5
Eksposisi

Eksposisi atau yang umumnya disebut sebagai ‘pemeristiwaan dengan kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa pendahuluan’
adalah pemeristiwaan yang terjadi ketika dalam penciptaan lakon dan lain-lain, pencipta karya-karya itu memasukkan dalam bagian-
bagian awal karya-karya mereka, kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa yang dimaksudkan untuk menjelaskan pada para
apresiator, keberadaan-keberadaan mendasar cerita seperti: 1) keberadaan-keberadaan latar cerita, baik yang menyangkut waktu
kejadian, maupun yang menyangkut tempat kejadian; 2) tokoh-tokoh penting yang diceritakan; dan 3) masalah-masalah yang
dihadapi para tokoh utama dan mungkin tokoh yang lain cerita.
Dengan mengacuh pada pengertian di atas, dan dengan menyadari peristiwa-peristiwa kekinian yang telah dijelaskan
sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa bagian eksposisi dari cerpen ini adalah bagian yang dimulai dari awal cerita, yakni mulai dari
ketika Upta akan berangkat kerja dan melihat indo sedang sarapan di dekat mayat ambe sampai ketika Upta menguatkan diri untuk
menerima kenyataan bahwa Margaretha Sua akan memutuskan hubungan dengannya dan bertanya “Kau mau menerimanya?”

Laku Hasutan atau Titik Serangan

Laku hasutan (inciting action) atau yang senantiasa disebut dengan istilah lain sebagai ‘pemeristiwaan dengan kejadian-
kejadian atau peristiwa-peristiwa mentitik serangan (point of attack)’ adalah pemeristiwaan yang terjadi ketika dalam penciptaan
lakon dan lain-lain, pencipta karya-karya itu memasukkan dalam keberadaan karya-karya mereka, satu kejadian atau peristiwa yang
amat menentukan yang mengakibatkan para tokoh protagonis yang diceritakan sudah akan terlibat dalam masalah-masalah atau
konflik-konflik berkepanjangan yang menjadi masalah-masalah atau konflik-konflik yang diceritakan secara lebih lanjut dalam
cerita-cerita yang dibuat.
Dengan mengacuh pada pengertian di atas, dan dengan menyadari peristiwa-peristiwa kekinian yang telah dijelaskan
sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa laku hasutan atau titik serangan dari cerpen ini adalah satu peristiwa yang terjadi ketika

6
Margaretha Sua mengatakan kata-kata “Aku cuma dikasih waktu sedikit buat berpikir”; peristiwa mana menjelaskan pada Upta
bahwa Margaretha Sua benar-benar sudah tidak ingin berhubungan lebih lanjut dengannya.

Laku Penanjakan

Laku penanjakan (rising action) adalah pemeristiwaan yang terjadi ketika dalam penciptaan lakon dan lain-lain, pencipta karya-
karya itu memasukkan dalam keberadaan karya-karya mereka, kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa yang berungkap tentang
terlibatnya para tokoh protagonis dan mungkin para tokoh yang lain dalam masalah-masalah atau konflik-konflik yang semakin lama
semakin sengit.
Dengan mengacuh pada pengertian di atas, dan dengan menyadari peristiwa-peristiwa kekinian yang telah dijelaskan
sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa bagian laku penanjakan dari cerpen ini adalah bagian yang dimulai dari ketika Upta
mengatakan kata-kata “Etha, bilang saja kalau kita hanya bisa sampai di sini.” sampai sesaat sebelum peristiwa klimaks terjadi, yakni
ketika Rantedoping bertanya pada indo: “Siapa ahli warisnya, kau?”

Klimaks

Klimaks (climax) adalah pemeristiwaan yang terjadi ketika dalam penciptaan lakon dan lain-lain, pencipta karya-karya itu
memasukkan dalam keberadaan karya-karya mereka, satu kejadian atau peristiwa yang merupakan puncak dari konflik di antara para
tokoh yang diceritakan.
Dengan mengacuh pada pengertian di atas, dan dengan menyadari peristiwa-peristiwa kekinian yang telah dijelaskan
sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa klimaks dari cerpen ini adalah satu peristiwa yang terjadi ketika indo mengatakan pada
Rantedoping, kata-kata ”Bukan. Upta Liman, anakmu.”
Peristiwa yang dikemukakan di atas dianggap sebagai peristiwa mengklimaks karena...

7
Laku Penurunan

Laku penurunan (falling action) adalah pemeristiwaan yang ketika dalam penciptaan lakon dan lain-lain, pencipta karya-karya
itu memasukkan dalam keberadaan karya-karya mereka, kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa yang berungkap tentang yang
terjadi selanjutnya pada para tokoh utama cerita setelah mereka dibuat mengalami klimaks dari perumitan-perumitan hubungan atau
konflik-konflik pada bagian-bagian cerita sebelumnya.
Dengan mengacuh pada pengertian di atas, dan dengan menyadari peristiwa-peristiwa kekinian yang telah dijelaskan
sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa laku penurunan dari cerpen ini hanya terdiri dari tiga peristiwa yang berlangsung secara
ringkas-ringkas dan terdiri dari peristiwa-peristiwa: 1) Upta melihat indo menangis sungguh-sungguh; 2) Upta terlongo dan
Rantedoping menatapnya dengan seksama; dan 3) Upta berusaha menahan tubuh indo agar tidak roboh.

Penutup

Pemeristiwaan dengan kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa penutup atau yang umumnya disebut sebagai ‘pemeristiwaan
dengan kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa mempenyelesaian atau mengresolusi (resolution)’, ‘pemeristiwaan dengan
kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa mengkesimpulan (conclusion)’ atau ‘pemeristiwaan dengan kejadian-kejadian atau
peristiwa-peristiwa mengkatastrope (catasthrope)’, adalah pemeristiwaan yang terjadi ketika dalam penciptaan lakon dan lain-lain,
pencipta karya-karya itu memasukkan dalam keberadaan karya-karya mereka, kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa yang
berungkap tentang yang terjadi pada para tokoh cerita, terutama para tokoh utama cerita setelah semua kejadian atau peristiwa
memplot, dibuat terjadi dan dialami oleh para tokoh cerita.
Dengan mengacuh pada pengertian di atas, dan dengan menyadari peristiwa-peristiwa kekinian yang telah dijelaskan
sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat laku penutup dari cerpen ini.

8
GAMBAR STRUKTUR-DRAMATIK
Cerpen “Ambe Masih Sakit”

Anda mungkin juga menyukai