Anda di halaman 1dari 3

Menetapkan apa yang memisahkan cerita pendek dari format fiksi lainnya yang lebih panjang

adalah sesuatu yang problematik. Sebuah definisi klasik dari cerita pendek ialah bahwa ia harus
dapat dibaca dalam waktu sekali duduk (hal ini terutama sekali diajukan dalam esai Edgar Allan Poe
"The Philosophy of Composition" pada 1846). Definisi-definisi lainnya menyebutkan batas panjang
fiksi dari jumlah kata-katanya, yaitu 7.500 kata. Dalam penggunaan kontemporer, istilah cerita
pendek umumnya merujuk kepada karya fiksi yang panjangnya tidak lebih dari 20.000 kata dan tidak
kurang dari 1.000 kata.
bangsa lain yang dianggap berasal dari Aesop). Fabel-fabel kuno ini kini dikenal sebagai Fabel
Aesop. Akan tetapi ada pula yang memberikan definisi lain terkait istilah Fabel. Fabel, dalam
khazanah Sastra Indonesia seringkali, diartikan sebagai cerita tentang binatang sebagai pemeran
(tokoh) utama. Cerita fabel yang populer misalnya Kisah Si Kancil, dan sebagainya.

Pada pertengahan abad ke-17 di Perancis terjadi perkembangan novel pendek yang diperhalus,
"nouvelle", oleh pengarang-pengarang seperti Madame de Lafayette. Pada 1690-an, dongeng-
dongeng tradisional mulai diterbitkan (salah satu dari kumpulan yang paling terkenal adalah
karya Charles Perrault). Munculnya terjemahan modern pertama Seribu Satu Malam karya Antoine
Galland (dari 1704; terjemahan lainnya muncul pada 1710–12) menimbulkan pengaruh yang hebat
terhadap cerita-cerita pendek Eropa karya Voltaire, Diderotdan lain-lainnya pada abad ke-18.

Cerita pendek bermula pada tradisi penceritaan lisan yang menghasilkan kisah-kisah terkenal
seperti Iliad dan Odyssey karya Homer. Kisah-kisah tersebut disampaikan dalam bentuk puisi yang
berirama. Adapun irama tersebut berfungsi sebagai alat untuk menolong orang untuk mengingat
ceritanya. Bagian-bagian singkat dari kisah-kisah ini dipusatkan pada naratif-naratif individu yang
dapat disampaikan pada satu kesempatan pendek. Keseluruhan kisahnya baru terlihat apabila
keseluruhan bagian cerita tersebut telah disampaikan.
Fabel, yang umumnya berupa cerita rakyat dengan pesan-pesan moral di dalamnya, konon
dianggap oleh sejarahwan Yunani Herodotus sebagai hasil temuan seorang budak Yunani yang
bernama Aesop pada abad ke-6 SM (meskipun ada kisah-kisah lain yang berasal dari bangsa-
bangsa lain yang dianggap berasal dari Aesop). Fabel-fabel kuno ini kini dikenal sebagai Fabel
Aesop. Akan tetapi ada pula yang memberikan definisi lain terkait istilah Fabel. Fabel, dalam
khazanah Sastra Indonesia seringkali, diartikan sebagai cerita tentang binatang sebagai pemeran
(tokoh) utama. Cerita fabel yang populer misalnya Kisah Si Kancil, dan sebagainya.
Selanjutnya, jenis cerita berkembang meliputi sage, mite, dan legenda. Sage merupakan cerita
kepahlawanan. Misalnya Joko Dolog. Mite atau mitos lebih mengarah pada cerita yang terkait
dengan kepercayaan masyarakat setempat tentang sesuatu. Contohnya Nyi Roro Kidul. Sedangkan
legenda mengandung pengertian sebagai sebuah cerita mengenai asal usul terjadinya suatu
tempat. Contoh Banyuwangi.
Bentuk kuno lainnya dari cerita pendek, yakni anekdot, populer pada masa Kekaisaran Romawi.
Anekdot berfungsi seperti perumpamaan, sebuah cerita realistis yang singkat, yang mencakup satu
pesan atau tujuan. Banyak dari anekdot Romawi yang bertahan belakangan dikumpulkan
dalam Gesta Romanorum pada abad ke-13 atau 14. Anekdot tetap populer di Eropa hingga abad
ke-18, ketika surat-surat anekdot berisi fiksi karya Sir Roger de Coverley diterbitkan.
Di Eropa, tradisi bercerita lisan mulai berkembang menjadi cerita-cerita tertulis pada awal abad ke-
14, terutama sekali dengan terbitnya karya Geoffrey Chaucer Canterbury Talesdan karya Giovanni
Boccaccio Decameron. Kedua buku ini disusun dari cerita-cerita pendek yang terpisah (yang
merentang dari anekdot lucu ke fiksi sastra yang dikarang dengan baik), yang ditempatkan di dalam
cerita naratif yang lebih besar (sebuah cerita kerangka), meskipun perangkat cerita kerangka tidak
diadopsi oleh semua penulis. Pada akhir abad ke-16, sebagian dari cerita-cerita pendek yang paling
populer di Eropa adalah "novella" kelam yang tragis karya Matteo Bandello (khususnya dalam
terjemahan Perancisnya). Pada masa Renaisan, istilah novella digunakan untuk merujuk pada
cerita-cerita pendek.
Cerita-cerita pendek modern[sunting | sunting sumber]
Cerita-cerita pendek modern muncul sebagai genrenya sendiri pada awal abad ke-19. Contoh-
contoh awal dari kumpulan cerita pendek termasuk Dongeng-dongeng Grimm Bersaudara (1824–
1826), Evenings on a Farm Near Dikanka (1831-1832) karya Nikolai Gogol, Tales of the Grotesque
and Arabesque (1836), karya Edgar Allan Poe dan Twice Told Tales (1842) karya Nathaniel
Hawthorne. Pada akhir abad ke-19, pertumbuhan majalah dan jurnal melahirkan permintaan pasar
yang kuat akan fiksi pendek antara 3.000 hingga 15.000 kata panjangnya. Di antara cerita-cerita
pendek terkenal yang muncul pada periode ini adalah "Kamar No. 6" karya Anton Chekhov.
Pada paruhan pertama abad ke-20, sejumlah majalah terkemuka, seperti The Atlantic
Monthly, Scribner's, dan The Saturday Evening Post, semuanya menerbitkan cerita pendek dalam
setiap terbitannya. Permintaan akan cerita-cerita pendek yang bermutu begitu besar, dan bayaran
untuk cerita-cerita itu begitu tinggi, sehingga F. Scott Fitzgerald berulang-ulang menulis cerita
pendek untuk melunasi berbagai utangnya.
Permintaan akan cerita-cerita pendek oleh majalah mencapai puncaknya pada pertengahan abad
ke-20, ketika pada 1952 majalah Life menerbitkan long cerita pendek Ernest Hemingway yang
panjang (atau novella) Lelaki Tua dan Laut. Terbitan yang memuat cerita ini laku 5.300.000
eksemplar hanya dalam dua hari.
Sejak itu, jumlah majalah komersial yang menerbitkan cerita-cerita pendek telah berkurang,
meskipun beberapa majalah terkenal seperti The New Yorker terus memuatnya. Majalah sastra juga
memberikan tempat kepada cerita-cerita pendek. Selain itu, cerita-cerita pendek belakangan ini
telah menemukan napas baru lewat penerbitan online. Cerita pendek dapat ditemukan dalam
majalah online, dalam kumpulan-kumpulan yang diorganisir menurut pengarangnya ataupun
temanya, dan dalam blog.

Unsur dan ciri khas[sunting | sunting sumber]


Cerita pendek cenderung kurang kompleks dibandingkan dengan novel. Cerita pendek biasanya
memusatkan perhatian pada satu kejadian, mempunyai satu plot, setting yang tunggal, jumlah tokoh
yang terbatas, mencakup jangka waktu yang singkat.
Dalam bentuk-bentuk fiksi yang lebih panjang, ceritanya cenderung memuat unsur-unsur inti tertentu
dari struktur dramatis: eksposisi (pengantar setting, situasi dan tokoh utamanya); komplikasi
(peristiwa di dalam cerita yang memperkenalkan konflik); aksi yang meningkat, krisis (saat yang
menentukan bagi si tokoh utama dan komitmen mereka terhadap suatu langkah); klimaks (titik minat
tertinggi dalam pengertian konflik dan titik cerita yang mengandung aksi terbanyak atau terpenting);
penyelesaian (bagian cerita di mana konflik dipecahkan); dan moralnya.
Karena pendek, cerita-cerita pendek dapat memuat pola ini atau mungkin pula tidak. Sebagai
contoh, cerita-cerita pendek modern hanya sesekali mengandung eksposisi. Yang lebih umum
adalah awal yang mendadak, dengan cerita yang dimulai di tengah aksi. Seperti dalam cerita-cerita
yang lebih panjang, plot dari cerita pendek juga mengandung klimaks, atau titik balik. Namun, akhir
dari banyak cerita pendek biasanya mendadak dan terbuka dan dapat mengandung (atau dapat
pula tidak) pesan moral atau pelajaran praktis. Seperti banyak bentuk seni manapun, ciri khas dari
sebuah cerita pendek berbeda-beda menurut pengarangnya. Cerpen mempunyai 2 unsur yaitu:
Unsur Intrinsik[sunting | sunting sumber]
Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya itu sendiri. Unsur–unsur intrinsik cerpen
mencakup:
 Tema adalah ide pokok sebuah cerita, yang diyakini dan dijadikan
sumber pada cerita.
 Latar(setting) adalah tempat, waktu , suasana yang terdapat dalam
cerita. Sebuah cerita harus jelas dimana berlangsungnya, kapan
terjadi dan suasana serta keadaan ketika cerita berlangsung.
 Alur (plot) adalah susunan peristiwa atau kejadian yang membentuk
sebuah cerita.
Alur dibagi menjadi 3 yaitu:

1. Alur maju adalah rangkaian peristiwa yang urutannya sesuai


dengan urutan waktu kejadian atau cerita yang bergerak ke
depan terus.
2. Alur mundur adalah rangkaian peristiwa yang susunannya tidak
sesuai dengan urutan waktu kejadian atau cerita yang bergerak
mundur (flashback).
3. Alur campuran adalah campuran antara alur maju dan alur
mundur.
Alur meliputi beberapa tahap:

1. Pengantar: bagian cerita berupa lukisan , waktu, tempat atau


kejadian yang merupakan awal cerita.
2. Penampilan masalah: bagian yang menceritakan masalah yang
dihadapi pelaku cerita.
3. Puncak ketegangan / klimaks : masalah dalam cerita sudah
sangat gawat, konflik telah memuncak.
4. Ketegangan menurun / antiklimaks : masalah telah berangsur–
angsur dapat diatasi dan kekhawatiran mulai hilang.
5. Penyelesaian / resolusi : masalah telah dapat diatasi atau
diselesaikan.

 Perwatakan
Menggambarkan watak atau karakter seseorang tokoh yang dapat dilihat dari tiga segi yaitu melalui:

1. Dialog tokoh
2. Penjelasan tokoh
3. Penggambaran fisik tokoh

 Tokoh
Tokoh adalah orang orang yang diceritakan dalam cerita dan banyak mengambil peran dalam cerita.
tokoh dibagi menjadi 3, yaitu:

Anda mungkin juga menyukai