SEMARANG
Entrepreneur Campus
LAPORAN INOVASI
BAYI BARU LAHIR DENGAN
ASFIKSIA SEDANG
Di susun oleh :
1. Erna Yuliana (2109003)
2. Rilensye Agnes Haumahu (2109006)
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Inovasi
Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
Dengan Asfiksia Sedang
Oleh :
Kelompok I
Profesi Bidan Semester I
Menyetujui,
iii
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik
Eva Mauli.,S.Kep,Ns
Maftuchah,S.Si.T.,M.Kes
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan
iv
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT, yang maha pengasih lagi maha penyayang.
Segala puji bagi Allah tuhan semesta alam, karena atas berkat rahmat dan karunianya lah
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas modul yang berjudul modul inovasi Bayi Baru
Lahir Dengan Asfiksia Sedang.
Dengan adanya modul ini, diharapkan pembaca dapat memetik manfaat dan dapat
meningkatkan pengetahuan tentang apa itu Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia Sedang. Kami
menyadari bahwa modul ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun agar lebih baik lagi. Semoga modul ini dapat memberi
manfaat bagi kita semua. Atas perhatiannya, kami ucapkan terimakasih.
Penyusun
ASFIKSIA
PENDAHULUAN
Masa neonatus merupakan waktu yang paling rentan untuk kelangsungan hidup
seorang bayi. Data World Health Organization (WHO) tahun 2016 menunjukkan kematian
neonates mencapai 2,6 Juta. Angka ini menyumbangkan 46% dari seluruh kematian anak
berusia dibawah 5 tahun dan menunjukkan bahwa sekitar 7000 neonatus meninggal setiap
harinya.1 Data United Nations Children’s Fund (UNICEF) menunjukkan rerata kematian
neonatal secara global mencapai 18 kematian per 1.000 kelahiran hidup di tahun 2018. Angka
kematian neonatus di Indonesia pada tahun 2018 mencapai 12,7 kematian per 1.000 kelahiran
hidup. Angka ini masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan beberapa Negara lain di Asia
Tenggara seperti Malaysia dengan rerata kematian neonatus. kematian per 1.000 kelahiran
hidup dan Thailand dengan 5 kematian per 1.000 kelahiran hidup.2
Pada negara berkembang, asfiksia merupakan salah satu dari tiga penyebab kematian
terbanyak. Kejadian kematian neonatus akibat asfiksia diperkirakan sekitar 21-30%.2-5 Data
UNICEF menunjukkan bahwa asfiksia merupakan penyebab kedua terbanyak kematian
neonatus setelah prematuritas. Penelitian di Jawa Timur mendapatkan 27,38% kematian
neonatus yang disebabkan oleh asfiksia.3 Data WHO menunjukkan 4-9 juta bayi baru lahir
mengalami asfiksia setiap tahunnya.1 Rerata kejadian asfiksia neonatorum di negara
berkembang lebih tinggi daripada negara maju, berkisar antara 4,6-20 per 1000 kelahiran.3
Asfiksia merupakan suatu kondisi dimana bayi baru lahir tidak bernapas secara
spontan, teratur dan adekuat. Hal tersebut akan dapat mengakibatkan komplikasi yang berat
pada bayi seperti ensefalopati hipoksik iskemia, palsi cerebralis, retardasi mental bahkan
hingga kematian.4,5 Terdapat berbagai faktor risiko yang telah diteliti sebagai penyebab
asfiksia. Faktor tersebut digolongkan menjadi tiga yaitu faktor ibu, faktor bayi dan faktor
plasenta. Faktor dari ibu yang telah diteliti dapat meningkatkan risiko terjadinya asfiksia
diantaranya usia maternal, ketuban pecah dini (KPD), partus lama dan penyakit pada ibu
seperti preeklampsia. Faktor dari bayi diantaranya, prematuritas, berat badan lahir rendah
(BBLR) dan metode persalinan. Faktor plasenta yaitu kelainan pada plasenta seperti plasenta
previa dan solusio plasenta.5,6
TUJUAN& MANFAAT
A. TUJUAN
1. UMUM
Untuk mengetahui tentang asfiksia pada bayi baru lahir
2. KHUSUS
a. Untuk mengetahui Pengertian asfiksia
b. Untuk mengetahui Etiologi
c. Untuk mengetahui Klasifikasi
d. Untuk mengetahui Patofisiologi
e. Untuk mengetahui Karakteristik
f. Untuk mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi asfiksia
g. Untuk mengetahui Penatalaksanaan
B. MANFAAT
A. Bagi Tenaga Kesehatan
B. Bagi Masyarakat
c. Klasifikasi
Klasifikasi serta tanda dan gejala asfiksia meliputi:8
1) Asfiksia berat ( Nilai APGAR 0-3 )
Pada kasus asfiksia berat, bayi akan mengalami asidosis,
sehingga memerlukan perbaikan dan resusitasi aktif dengan
segera. Tanda dan gejala yang muncul pada asfiksia berat
meliputi : Frekuensi jantung kecil, yaitu <40 kali permenit,
tidak ada usaha napas, tonus otot lemah bahkan hampir tidak
ada, bayi tidak dapat memberikan reeaksi jika sebelum
rangsangan, bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu,
terjadi kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum atau sesudah
persalinan.
2) Asfiksia Sedang ( Nilai APGAR 4-6 )
Pada Asfiksia sedang, tanda dan gejala yang muncul
meliputi: Frekuensi jantung menurun menjadi 60 - 80 kali per
menit, usaha napas lambat, tonus otot biasanya dalam keadaan
baik, bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang
diberikan, bayi tampak sinosis, tidak terjadi kekurangan oksigen
yang bermakna selama proses persalinan.
3) Asfiksia ringan ( Nilai APGAR 7-10 )
Pada Asfiksia ringan, tanda dan gejala yang muncul meliputi :
Takipnea dengan napas lebih dari 60 kali permenit, bayi tampak
sianosis, adanya retraksi sela iga, bayi merintih, adanya
pernapasan cuping hidung, bayi kurang aktivitas, dari
pemeriksaan auskultasi diperoleh hasil ronchi, rales, dan
wheezing positif.
d. Patofisiologi
Patofisiologi yang menyebabkan asfiksia meliputi
kurangnya oksigenisasi sel, retensi karbon dioksida berlebihan, dan
asidosis metabolik.9 Kombinasi ketiga peristiwa tersebut
menyababkan kerusakan sel dan lingkungan biokimia yang tidak
cocok dengan kehidupan. Tujuan resusitasi adalah intervensi tepat
untuk membalikkan efek-efek biokimia asfiksi, sehingga mencegah
kerusakan otak dan organ yang ireversibel. Pada awalnya frekuensi
jantung dan tekanan darah akan meningkat dan bayi melakukan
upaya megap-megap (gasping).
Bayi kemudian masuk pada periode apnea primer. Bayi
yang menerima stimulasi adekuat selama apnea primer akan
melakukan usaha nafas bayi yang mengalami asfiksia jauh lebih
berbeda dalam tahap apnea sekunder. Apnea sekunder cepat
menyebabkan kematian kalau tidak dibantu dengan pernafasan
buatan dan warna bayi berubah menjadi putih karena bayi baru lahir
menutupi sirkulasi perifer sebagai upaya memaksimalkan aliran
darah keorgan-organ, seperti jantung dan ginjal. Penurunan oksigen
yang tersedia menybabkan pembuluh darah diparu-paru mengalami
kontriksi. Kontriksi ini menyebakan paru-paru resisten terhadap
ekspansi sehingga mempersulit kerja resusitai janin yang persisten.
Kurangnya oksigen dalam periode tingkat menyebabkan
metabolism pada bayi baru lahir berubah menjadi metabolisme
anaerob. Terutama karena kurangnya glukosa yang dibutuhkan
sebagai sumber energi pada saat darurat. Hal ini mengakibatkan
akumulasi asam laktat dan asidosis metabolik, dan hanya akan
hilang setelah periode waktu yang signifikan. Efek hipoksia
terhadap otak sangat terlihat. Aliran darah ke otak meningkat,
sebagai bagian dari mekanisme kompensasi, kondisi ini hanya dapat
memberikan penyesuaian sebagian. Jika hipoksia berlanjut maka
tidak akan terjadi penyesuaian akibat hipoksia pada sel-sel otak.
Beberapa efek hipoksia yang paling berat muncul akibat tidak
adanya zat penyedia energi, seperti : berhentinya kerja pompa ion-
ion transeluler, akumulasi air natrium dan kalsium dan kerusakan
akibat radikan bebas oksigen.
e. Penatalaksanaan
1) Tindakan Umum
a) Bersihkan jalan nafas : kepala bayi dileakkan lebih rendah
agar lendir mudah mengalir, bila perlu digunakan
larinyoskop untuk membantu penghisapan lendir dari saluran
nafas ayang lebih dalam.9
b) Rangsang reflek pernafasan : dilakukan setelah 20 detik bayi
tidak memperlihatkan bernafas dengan cara memukul kedua
telapak kaki menekan tanda achiles. 9
c) Mempertahankan suhu tubuh.
2) Tindakan khusus
a) Asfiksia berat
Berikan O2 dengan tekanan positif dan intermiten melalui
pipa endotrakeal. dapat dilakukan dengan tiupan udara yang
telah diperkaya dengan O2. Tekanan O2 yang diberikan tidak
30 cm H 20. Bila pernafasan spontan tidak timbul lakukan
message jantung dengan ibu jari yang menekan pertengahan
sternum 80 –100 x/menit. 9
b) Asfiksia sedang/ringan
Pasang relkiek pernafasan (hisap lendir, rangsang nyeri)
selama 30-60 detik. Bila gagal lakukan pernafasan kodok
(Frog breathing) 1-2 menit yaitu : kepala bayi ektensi
maksimal beri Oz 1-2 1/mnt melalui kateter dalam hidung,
buka tutup mulut dan hidung serta gerakkan dagu ke atas-
bawah secara teratur 20x/menit. 9
c) Penghisapan cairan lambung untuk mencegah regurgitasi
A
B
E
P
S
I. PENGKAJIAN
Hari / Tanggal : Kamis, 30 September 2021
Jam : 10.00 WIB
Tempat : Ruang Perinatalogi
A. Data Subjektif
1. Identitas Bayi
Nama : Bayi Ny.D
Umur : 0 hari
Tgl Lahir : 30 september 2021
Alamat : kudu genuk, kota semarang
2. Biodata Penanggung jawab
Nama Ibu : Ny. D
Umur : 29 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Kudu genuk, kota semarang
3. Alasan Datang/keluhan Utama
Pasien dari ruang IBS dengan asfiksia sedang Apgar Score 6/8/9, dengan
riwayat persalinan SC atas indikasi CPD
4. Riwayat Kelahiran
a. Usia Kehamilan : 40 Minggu
b. Lama kala I :-
c. Lama kala II :-
d. Warna Air Ketuban :-
e. Jumlah air ketuban :-
f. Jenis persalinan : Sc
g. Komplikasi persalinan : tidak ada
h. Penolong : dokter kandungan
i. Tanggal Lahir : 30 september 2021
j. Jenis Kelamin : perempuan
k. BB Lahir : 2755 gram
l. PB Lahir : 49cm
m. LK Lahir : 33 cm
n. LD Lahir : 32 cm
o. LILA Lahir : 11 cm
p. AS Lahir : 6/8/9
q. Refleks Lahir
1) Refleks moro : ada, reflek bayi terkejut jika di
kagetkan
Dengan menyentu bagian badannya
2) Refleks rooting : ada, reflek mulut bayi mencari arah ibu jari
bidan saat dirangsang sentuhan beberapa
kali dipipi
3) Refleks graping : ada, reflek bayi dapat menggenggam jari
Bidan, bayi menggenggam dengan kuat
4) Refleks sucking : ada, tetapi belum sempurna
5. Riwayat eliminasi
a. BAB : belum BAB
b. BAK : sudah BAK
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum Bayi : sedang
b. Kesadaran : Composmentis
c. Antopometri
BB : 2755 gram
PB : 49 cm
LK : 33 cm
LD : 32 cm
LiLA: 11 cm
d. Tanda – tanda Vital
Suhu : 36,6°c
RR : 44 x/ menit
Nadi : 137 x/menit
APGAR SCORE
KRITERIA 0-1 MENIT 1-5 MENIT 5-10 MENIT
1. Denyut Jantung 1 2 2
2. Usaha Nafas 1 2 2
3. Tonus Otot 2 2 2
4. Reflek 1 1 2
5. Warna Kulit 1 1 1
TOTAL 6 8 9
2. Status Present
a. Kepala :
Bersih, rambut hitam tipis, tidak ada
benjolan
b. Mata :
Bersih, simetris, konjungtiva tidak pucat,
sclera putih
c. Hidung :
Bersih, simetris, tidak ada polip
d. Mulu :
Bersih, tidak ada hipersalivasi, tidak ada
epulis, tidak ada stomatitis, bibir lembab,
lidah bersih
e. Telinga :
Bersih, simetris,tidak ada serumen
f. Leher : Tidak
ada pembesaran vena jugularis, tidak
Ada pembesaran kelenjar tyroid
g. Dada :
Simetris,retraksi dindin dada minimal,
tidak ada stridor,
h. Abdomen : perut
tidak kembung, tidak terdengar bunyi
whezing, terpasang infus diumbilikal
i. Genetalia :
Bersih, tidak ada kelainan, labia mayora
menutupi labia minora
j. Anus :
Terdapat lubang anus
k. Ekstremitas :
simetris Jari lengkap, tidak ada kelainan,
tidak sianosis
l. Kulit :
Bersih, turgor baik, tidak ada oedema,
tidak ada kelainan
3. Data Penunjang
Pada tanggal : 30 September 2021
Hemoglobin : 17 g/dl
Hematokrit : 52.90%
Leokosit : 9,7 u/L
Trombosit : 241 u/L
Glukosa : 43 mg/dl
VI. IMPLEMENTASI
Tanggal 30 September 2021
Jam 10.25 WIB
No Jam Tindakan
1 10.25 Melakukan observasi TTV yaitu RR:44 x/menit,
wib N:137x/menit, S:36,60C
2 10.30 Melakukan stabilisasi dengan memasang O2 1 liter/menit
wib
3 10.35 Meletakan bayi didalam inkubator dengan suhu 320C
wib untuk pencegahan hipotermi
4 10.50 Melakukan kolaborasi dengan dokter Spesialis Anak
wib tentang tindakan lanjutan
5 10.55 Menjaga personal hygiene bayi dengan sering mengganti
wib pakaian atau popok bayi bila basah menjaga bayi agar
suhu tubuh tetap terjaga karena bayi rentan untuk
mengalami hipotermi terpapar dengan suhu lingkungan
yang rendah atau kain alas yang basah.
6 11.05 Melakukan dokumentasi tindakan
wib
VII. EVALUASI
Tanggal 30 september 2021
Jam 11.05 WIB
1. Sudah dilakukan Observasi TTV
2. Sudah dilakukan stabilisasi dengan memberikan O2
3. Sudah dilakukan pencegahan hipotermi
4. Sudah dilakukan kolaborasi dengan dokter Spesialis Anak tentang
tindakan lanjutan
5. Sudah menjaga personal hygiene pada bayi
6. Sudah melakukan dokumentasi tindakan
PEMBAHASAN
U
N
T
P
A. Kesimpulan
Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir
yang mengalami gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah
lahir. Sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat
mengeluarkan zat asam arang dalam tubuhnya. Pada Asfiksia sedang,
tanda dan gejala yang muncul meliputi: Frekuensi jantung menurun
menjadi 60 - 80 kali per menit, usaha napas lambat, tonus otot biasanya
dalam keadaan baik, bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang
diberikan, bayi tampak sinosis, tidak terjadi kekurangan oksigen yang
bermakna selama proses persalinan.
B. Saran
1. Sebagai mahasiswa kesehatan terutama kebidanan
kita harus mampu menguasai semua materi terutama tentang
penanganan awal pada bayi yang mengalamai asfiksia dan
penanganan paska asfiksia dengan metode muscle pumping untuk
meningkatkan aliran balik darah vena menuju ke jantung, yaitu
mengalirkan darah yang berada di ekstremitas inferior bayi menuju ke
atrium kanan sehingga terjadi sirkulasi darah yang teratur, hal ini
dapat berpengaruh terhadap sistem pernafasan pada bayi.
2. Bagi Institusi, sebagai sebuah lembaga yang
mendirikan sekolah berbasis kesehatan kebidanan diharapkan mampu
menyediakan sumber referensi yang memadai untuk proses belajar
mengajar terutama tentang penanganan pada asfiksia dan paska
asfiksia.
3. Bagi masyarakat diharapkan mengetahui tentang
faktor penyebab dari asfiksia, serta pencegahan infeksi pada bayi.
AT
PE
SE
ST
IN
O
O
U
D
R
A
D
N
A
P
SOP
MUCLE PUMPING PADA ASFIKSIA
Pengertian Teknik muscle pumping merupakan salah satu tindakan untuk
meningkatkan aliran balik darah vena menuju ke jantung,
yaitu untuk mengalirkan darah yang berada di ekstremitas
inferior bayi menuju ke atrium kanan sehingga terjadi
sirkulasi darah yang teratur.
tujuan Untuk meningkatkan curah jantung dan aliran balik vena ke
jantung.
indikasi Bayi yang mengalami asfiksia ringan sedang maupun berat
kontraindikasi Tidak ada
Persiapan 1. Persiapan:
a. Cuci tangan
b. Pakai handscoon
2. Persiapan bayi:
a. Ukur tanda vital
b. Meletakan bayi ditempat yang datar
Persiapan alat 1. Alas bayi/ bedong
2. Alat pengukur tanda vital
Prosedur kerja
1. Persiapan
a. Melakukan cuci tangan 6 langkah dengan air mengalir dan sabun
b. Memakai sarung tangan
2. Persiapan Bayi
1. Dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
2. Memposisikan bayi pada tempat yang datar
3. Memberi alas kain atau bedong dibawah badan bayi untuk mencegah
terjadina hipotermi
3. Proses tehnik muscle pumping
1. Mengatur posisi bayi ditempat yang datar
2. Memberi alas kain atau bedong dibawah badan bayi untuk mencegah
hipotermi
3. Menggerakan kedua kaki bayi secara bersamaan yaitu dengan posisi
kedua lutut dilipat menuju kearah dada bayi.
4. Lakukan tehnik ini beberapa kali
5. Kemudian lakukan observasi denyut jantung bayi, tangisan, warna
kulit serta reflek atau tonus otot pada bayi.
Evaluasi
1. Tanda-tanda vital bayi
Hal-hal yang perlu diperhatikan
1. Tanda-tanda vital bayi apakah frekuensi denyut jantung nbayi sudah
normal atau belum, saturasi oksigen pada bayi.
2. Menjaga kehangatan bayi untuk mencegah terjadinya hipotermi
SKILL LABORATORIUM
Tanggal : ________________________________
Jam : ________________________________
Penguji : ________________________________
TEHNIK MUSCLE PUMPING PADA ASFIKSIA
NO PUNGGUNG
NO BUTIR YANG DINILAI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A. SIKAP (10%)
1. Menyambut klien dengan sopan dan ramah
2. Memperkenalkan diri kepada klien
3 Merespon terhadap reaksi klien
4 Percaya diri
5 Menjaga Privasi
Nilai A : Jumlah score/5 x 10%
B. CONTENT (80%)
Menjelaskan maksud dan tujuan tehnik
1.
muscle pumping
2 Menjelaskan manfaat muscle pumping
3 Mencuci tangan
4 Memposisikan bayi pada tempat yang datar
Memberi alas kain atau bedong dibawah
5
badan bayi untuk mencegah hipotermi
Menggerakan kedua kaki bayi secara
6 bersamaan yaitu dengan posisi kedua lutut
dilipat menuju kearah dada bayi.
7 Melakukan tehnik ini beberapa kali
Melakukan observasi denyut jantung bayi,
8 tangisan, warna kulit serta reflek atau tonus
otot pada bayi.
9 Melakukan dokumentasi secara bertahap
Nilai B : Jumlah score 9 x 80%
C. TEKNIK (10%)
1 Teruji melakukan secara sistemastis
2 Teruji melakukan pencegahan hipotermi
Teruji memperhatikan keamanan dan
3 kenyamanan bayi pada saat melakukan
tindakan
5 Melakukan dokumentasi
Nilai C : Jumlah score / 5 x 10%
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA