Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH MEKANISASI PERTANIAN

“STRATEGI DALAM MELAKSANAKAN MEKANISASI PERTANIAN DI INDONESIA”

Dosen Pengasuh :

Ir. Yan yozef

Disusun Oleh:

Ulil azkia (19542010026)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ACHMAD YANI BANJARMASIN

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah “STRATEGI DALAM MELAKSANAKAN
MEKANISASI PERTANIAN DI INDONESIA”

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir.Yan Yozef.A.S,MP
selaku dosen penanggung jawab mata kuliah “MEKANISASI PERTANIAN” yang telah membimbing
penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, penulis menyadari makalah ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Banjarbaru 18 oktober 2021

Penulis

Ulil Azkia
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

BAB II PEMBAHASAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kemampuan suatu sistem untuk meningkatkkan dan mengembangkan kapasitasnya


tergantung kepada empat sumber penggerak pembangunan yaitu; (a) sumber daya, (b)
teknologi, (c) kelembagaan, dan (d) budaya. Memperhatikan perkembangan sistem usaha tani
dari waktu ke waktu dengan rentang wilayah dari Sumatera sampai ke Papua, dapatlah diambil
suatu masa pembelajaran bahwa ada suatu pola inovasi teknologi yang mengikuti konsep
Hayami et.all ( 1984) mengenai induce innovation dan Park (1996) mengenai proses sustainable
pathways. Handaka (2003) memberikan suatu ilustrasi bahwa pengembangan mekanisasi
pertanian di Indonesia bertumbuh sebagai suatu proses inovasi dalam bentuk evolusi teknologi.

Prosesnya berjalan lambat, bahkan relatif lebih lambat dibandingkan dengan negara Asia
Pasifik dalam kelompok negara berkembang seperti di Thailand, India, Philipina, Malaysia dan
Vietnam. Perkembangan dari masa ke masa sistem usaha tani tradisional ke usaha tani modern
atau maju digambarkan dalam dua dimensi, yaitu tingkat adopsi mekanisasi dengan dimensi
perubahan waktu (termasuk di dalamnya sarana prasarana, inovasi kelembagaan dan unsur
unsur pembangunan yang lain). Proses evolusi terjadi dari sistem usaha tani subsisten ke arah
usaha tani komersial, proses pertumbuhan tersebut akan mengikuti perkembangan lingkungan
strategis. Varian varian yang ikut berperan dalam perubahan tersebut adalah perkembangan
infrastruktur (sarana prasarana), adopsi dan adaptasi teknologi, kelembagaan, kualitas sumber
daya manusia, budaya (culture). Sejalan dengan teori Hayami dalam induce innovation,
kemampuan sistem usaha tani untuk meningkatkan produktivitas ekonominya sangat
tergantung kepada upaya untuk mengelola teknologi, sumber daya, kelembagaan yang ada dan
juga sistem budaya yang dimilikinya.

Secara bertahap perubahan tersebut berlangsung dengan banyak external input. Dalam hal
ini, intervensi atau partisipasi pemerintah akan banyak berpengaruh dalam mempercepat adopsi
dan pertumbuhan tersebut, namun juga dapat memperburuk situasi jika tidak sepadan dengan
lingkungan yang ada.

Meskipun dalam jumlah dan jenis peralatan yang terbatas, alat mesin pertanian telah lama
digunakan di Indonesia, terutama di perkebunan-perkebunan. Sedangkan yang dapat dicatat
sebagai awal perkembangan penggunaan alat mesin pertanian secara besar-besaran adalah
kegiatan yang dilakukan oleh PN Mekatani sekitar tahun enampuluhan. Kegagalan yang
kemudian dialami oleh PN Mekatani, selain disebabkan masalah teknis dan manajemen, kondisi
lingkungan pada waktu itu belum mendukung pengembangan mekanisasi pertanian untuk
tanaman pangan. Perkembanganlkemajuan teknologi di bidang pertanian masih berjalan
lambat. Pakar sosiologi masih mengawatirkan akan meningkatnya pengangguran akibat
mekanisasi, karena 70-80 % penduduk masih menggantungkan hidupnya di sektor pertanian.
Dari aspek ekonomi, penggunaan alat mesin pertanian masih dianggap terlalu mahal.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Alat pertanian ( mekanisasi pertanian)

merupakan salah satu alat yang sangat membantu petani. Maka dari itu maka diperlukanlah
mekanisasi pertanian. Mekanisasi pertanian diartikan secara bervariasi oleh beberapa orang.
Mekanisasi pertanian diartikan sebagai pengenalan dan penggunaan dari setiap bantuan yang
bersifat mekanis untuk melangsungkan operasi pertanian. Bantuan yang bersifat mekanis tersebut
termasuk semua jenis alat atau perlengkapan yang digerakkan oleh tenaga manusia, hewan, motor
bakar, motor listrik, angin, air, dan sumber energi lainnya. Secara umum mekanisasi pertanian dapat
juga diartikan sebagi penerapan ilmu teknik untuk mengembangkan, mengorganisasi, dan
mengendalikan operasi di dalam produksi pertanian(Robbins,2005). Ruang lingkup mekanisasi
pertanian juga berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan modernisasi pertanian.
Ada pula yang mengartikan bahwa pada saat ini teknologi mekanisasi yang digunakan dalam proses
produksi sampai pasca panen (penanganan dan pengolahan hasil) bukan lagi hanya teknologi yang
didasarkan pada energi mekanis, namun sudah mulai menggunakan teknologi elektronika atau
sensor, nuklir, image processing, bahkan sampai teknologi robotik. Dan digunakan baik untuk proses
produksi, pemanenan, dan penanganan atau pengolahan hasil pertanian (Mugniesyah, 2006).
Mekanisasi pertanian dalam arti luas bertujuan untuk meningkatkan produktifitas tenaga kerja,
meningkatkan produktifitas lahan, dan menurunkan ongkos produksi. Penggunaan alat dan mesin
pada proses produksi dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas, produktifitas, kualitas
hasil, dan mengurangi beban kerja petani. Pengalaman dari negara-negara tetangga Asia
menunjukkan bahwa perkembangan mekanisasi pertanian diawali dengan penataan lahan
(konsolidasi lahan), keberhasilan dalam pengendalian air, masukan teknologi biologis, dan teknologi
kimia. Penerapan teknologi mekanisasi pertanian yang gagal telah terjadi di Srilangka yang
disebabkan kecerobohan akibat penerapan mesinmesin impor secara langsung tanpa disesuaikan
dengan kondisi dan karakteristik pertaniannya. Berbeda halnya dengan Jepang yang melakukan
modifikasi sesuai dengan kondisi lokal, kemudian baru memproduksi sendiri untuk digunakan oleh
petani mereka ( Hamilton dkk,1996). Suatu hal yang paling mendasar yang masih belum diperhatikan
dalam pengembangan teknologi pertanian di Indonesia hingga kini adalah kurang memadainya
dukungan prasarana pertanian. Prasarana pertanian kita belum dikelola secara baik, sehingga masih
agak sulit atau lambat dalam melakukan introduksi mesin-mesin pertanian (Robbins,2005).
Pengelolaan lahan, pengaturan dan manejemen pengairan yang meliputi irigasi dan drainase, serta
pembuatan jalan-jalan transportasi daerah pertanian, dan masih banyak lagi aspek lainnya yang
belum disentuh secara sungguhsungguh dan profesional. Relevansinya dengan hal tersebut,
beberapa hal penting yang harus dilaksanakan antara lain adalah merencanakan atau memperbaiki
kondisi lahan (konsolidasi lahan). Selain itu juga mendatangkan dan mengupayakan agar prasarana
dan sarana pertanian sampai dan tersedia di

Anda mungkin juga menyukai