Anda di halaman 1dari 131

KINERJA KENYAMANAN TERMAL

LINGKUNGAN KAMPUNG LERENGAN SEMARANG


(Studi Kasus Kampung Wonosari)

TESIS

Diajukan oleh:

NAMA : Tito Hadinata


NIM : 16.A2.0013

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK ARSITEKTUR


FAKULTAS ARSITEKTUR DAN DESAIN
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG
2019
Abstrak

Kenyamanan termal lingkungan sama pentingnya dengan kenyamanan termal


ruang dalam bangunan. Kualitas lingkungan sebagai tempat aktivitas mempunyai
karakteristik termal yang memaksa pelaku aktifitas menyesuaikan dirinya terhadap
kondisi yang ada. Kampung Wonosari merupakan permukiman di daerah Semarang
yang mempunyai topografi lerengan dan bukit. Saat ini kampung Wonosari menjadi
perhatian Pemerintah Kota Semarang terkait proyek revitalisasi penataan ulang
kawasan. Namun dalam progam revitalisasi tersebut hanya memperhatikan segi
visual saja. Berdasarkan kondisi tersebut bagaimana kah kenyamanan termal kampung
Wonosari berdasarkan standar kenyamanan termal, bagaimana tingkat kenyamanan
menurut warga, dan apa saja yang menjadi faktor – faktor yang mempengaruhi
kenyamanan termal dikampung Wonosari.
Variabel dalam penelitian ini adalah temperatur udara, kelembaban udara dan
kecepatan angin. Penelitian ini menggunakan alat pengukur termal selama pengukuran
termal di lapangan yang kemudian data – data hasil tabulasi tersebut dianalisa dengan
metode . Pada penelitian yang menggunakan 3 sampel ini didapat hasil bahwa pada
setiap ketinggian memiliki karakteristik yang berbeda dari suhu, kelembaban dan
kecepatan angin. Solid dan void menunjukan kepadatan rumah yang tinggi, ruas jalan
yang sempit serta sedikitnya ruang terbuka menjadi salah satu faktor kenyamanan
termal lingkungan yang ada pada Kampung Wonosari. Penataan Solid dan void yang
baik dapat mempengaruhi kualitas kenyamanan termal suatu lingkungan.

Kata kunci : Kampung,lerengan, kenyamanan termal, temperatur udara, kelembapan


udara, kecepatan angin,solid, void

iv
Abstract

Environmental thermal comfort is as important as the thermal comfort of space


in a building. The quality of the environment as a place of activity has a thermal
characteristic that forces people to adjust themselves to the existing condition.
Wonosari village is a settlement in the Semarang area that has slope topography and
hills. Nowadays, Wonosari village is became the concern of the Semarang City
Government regarding the revitalization project of the year. In Fact, in the
revitalization program was concerned only on the visual aspect. Based on these
conditions how is the thermal comfort of Wonosari village based on thermal comfort
standards, what is the comfort level according to residents, and what are the factors
that influence the thermal comfort in Wonosari village.
The variables in this research are air temperature, air humidity and wind
speed. This study using thermal gauges to measure the thermal comfort, and then
analyzes the tabulation results. In this study using 3 samples, the results showed that
at each height had different characteristics of temperature, humidity and wind speed.
Solids and voids show a high density of houses, narrow road sections and a minimum
of open space to be one of the environmental thermal comfort factors in Wonosari
Village. A good arrangement of Solids and voids can affect the quality of a thermal
comfort environment.

Keywords : Village, slope, thermal comfort, air temperature, air humidity, wind
speed, solid, voids

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan limpahan rahmat-Nya
maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan lancar yang berjudul
“Kinerja Kenyaman Termal Lingkungan Kampung Lerengan Semarang (Studi
Kasus Kampung Wonosari) “.
Penulisan tesis ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak,
sehingga pada kesempatan ini penulis hendak mengucapkan terima kasih sebesar-
besarnya kepada :
1. Ibu Dra. B. Tyas Susanti, MA, Ph.D selaku Dekan Pasca Sarjana Magister
Teknik Arsitektur.
2. Ibu MD. Nestri Kiswari, ST, MSc selaku Ketua Jurusan Pasca Sarjana
Magister Teknik Arsitektur.
3. Bapak Dr. Ir. Ant. Ardiyanto, MT selaku Ketua Progam Studi Magister
Teknik Arsitekur
4. Ibu Dr. VG. Sri Rejeki, MT selaku dosen pembimbing I. Terima kasih karena

telah banyak membimbing dari awal perkuliahan hingga akhir masa

perkuliahan, dan juga terima kasih atas bimbingan serta masukan yang

diberikan dengan banyak kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan tesis ini dengan lebih maksimal.

5. Ibu Ir. Tri Hesti Mulyani, MT selaku dosen pembimbing II. Terima kasih

karena telah banyak membimbing dari awal perkuliahan hingga akhir masa

perkuliahan, dan juga terima kasih atas bimbingan serta masukan yang

diberikan dengan banyak kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan tesis ini.

6. Bapak, Ibu dan adik yang selalu mendukung dan memotivasi dalam segala hal

penyelesaian tesis ini.

vi
7. Adeliona Retno Hapsari yang selalu menemani, memotivasi penulis, memberi

semangat dan masukan, serta membantu dalam hal editorial penulisan tesis ini.

8. Mas Gatot dan Mbak Tarmi selaku karyawan pengajaran di kampus, yang

selalu membantu penulis dalam proses asistensi dengan para dosen

pembimbing.

9. Warga Kampung Wonosari atas waktu yang diluangkan serta pemberian data

yang diperlukan penulis.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak

membantu penulis dalam melaksanakan penelitian tesis hingga dapat

diselesaikannya proses penulisan tesis ini.

Penulis menyadari adanya kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam penulisan

tesis ini. Oleh karena itu, penulis meminta maaf apabila terdapat kesalahan,

kekurangan, maupun hal-hal yang kurang berkenan bagi pembaca sekalian. Dengan

segala kerendahan hati, penulis menerima kritik dan saran bila terdapat kesalahan-

kesalahan dalam penulisan tesis ini. Akhir kata, penulis berharap agar penulisan tesis

ini dapat berguna bagi pembaca dan pihak-pihak yang membutuhkan.

Semarang, 18 Juli 2019

Penulis

Tito Hadinata, ST

vii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................................ 0


Halaman Persetujuan ...................................................................................................... i
Halaman Pengesahan ...................................................................................................... ii
Pernyataan Keaslian Tesis .............................................................................................. iii
Abstrak ............................................................................................................................ iv
Abstract ........................................................................................................................... v
Kata Pengantar ................................................................................................................ vi
Daftar Isi ......................................................................................................................... viii
Daftar Tabel .................................................................................................................... xii
Daftar Diagram .............................................................................................................. xiv
Daftar Gambar ................................................................................................................ xvi

1 BAB I Pendahuluan ............................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2

1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 2

1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 2

1.5 Batasan dan Lingkup Penelitian ................................................................. 3

1.6 Kerangka Penelitian ................................................................................... 4

1.7 Sistematika Penulisan ................................................................................ 5

2 BAB II Kajian Pustaka dan Landasan Teori ...................................................... 6


2.1 Kenyamanan Termal ................................................................................ 6

2.1.1 Definisi Kenyamanan Termal .......................................................... 6

2.1.2 Kenyaman Termal Lingkungan (Ruang Luar) ................................. 7

2.1.3 Standart Kenyaman Termal Menurut Pendapat ...............................9

2.1.4 Faktor Pengaruh Kenyaman Termal ................................................10

2.1.5 Faktor Pengaruh Kenyaman Termal Ruang Luar ...........................11

viii
2.2 Iklim Tropis ..............................................................................................15

2.2.1 Iklim Tropis ......................................................................................15

2.2.2 Iklim Tropis Lembab ........................................................................16

2.2.3 Pengaruh Iklim Terhadap Manusia ..................................................18

2.2.4 Comfort Zone ...................................................................................19

2.3 Prinsip Desain Arsitektur Tropis ..............................................................21

2.3.1 Atap ..................................................................................................21

2.3.2 Dinding .............................................................................................23

2.4 Permukiman ..............................................................................................26

2.5 Lerengan ...................................................................................................27

2.6 Penentuan Sumbu Jalan (Alinament) ......................................................28

2.7 Rumah Sengkedan dan Split-level ...........................................................29

2.8 Angin .......................................................................................................29

2.9 Terori Perancangan Kota...........................................................................30

2.9.1 Teori Figure / Ground .....................................................................30

2.9.2 Pola Massa dan Ruang ....................................................................31

2.9.3 Tekstur Perkotaan ............................................................................32

2.9.4 Tipologi Solid (Massa) dan Void (Ruang) ......................................32

2.10 Teori Linkage .........................................................................................34

2.10.1 Linkage Visual ...............................................................................34

2.10.2 Linkage Struktural .........................................................................35

2.10.3 Linkage Kolektif ...........................................................................35

2.11 Teori Place..............................................................................................36

2.12 Parameter................................................................................................37

ix
3 BAB III Metodologi Penelitian ........................................................................... 39
3.1 Pendahuluan .......................................................................................... 39
3.2 Metode Penlitian .................................................................................... 40
3.3 Metode Analisis...................................................................................... 43
3.4 Metode Pemilihan Sampel ..................................................................... 43
3.4.1 Objek Penelitian ............................................................................. 46
3.4.2 Lingkup Penelitian ........................................................................ 48
3.4.3 Lokasi Terpilih (Makro) ............................................................... 49
3.4.4 Sampel Penelitian Terpilih (Mikro) .............................................. 50
3.4.5 Potongan Kawasan Kampung Wonosari ......................................51
4 BAB IV Hasil dan Pembahasan .......................................................................... 50
4.1 Hasil Penelitian ...................................................................................... 50
4.2 Tingkat Kenyamanan di Kampung Wonosari ........................................ 50
4.3 Sampel Penelitian .................................................................................... 51
4.3.1 Sampel I ......................................................................................... 51

4.3.1.1 Data Suhu Bulan Juli (Sampel I) .......................................... 53


4.3.1.2 Data Kelembaban Bulan Juli (Sampel I) .............................. 54
4.3.1.3 Data Kecepatan Angin Bulan Juli (Sampel I) ...................... 55
4.3.1.4 Data Suhu Bulan Agustus (Sampel I).................................. 56
4.3.1.5 Data Kelembaban Bulan Agustus (Sampel I) ....................... 57
4.3.1.6 Data Kecepatan Angin Agustus Juli (Sampel I) ................... 58
4.3.1.7 Matriks Koresponden Sampel I ............................................ 59
4.4 Sampel II ................................................................................................ 60
4.4.1 Data Suhu Bulan Juli (Sampel II) .................................................. 62
4.4.2 Data Kelembaban Bulan Juli (Sampel II) ...................................... 63
4.4.3 Data Kecepatan Angin Bulan Juli (Sampel II) .............................. 64
4.4.4 Data Suhu Bulan Agustus (Sampel II) .......................................... 65
4.4.5 Data Kelembaban Bulan Agustus (Sampel II) .............................. 66
4.4.6 Data Kecepatan Angin Bulan Agustus (Sampel II) ...................... 67
4.4.7 Matriks Responden Sampel II........................................................ 68

x
4.5 Sampel III .............................................................................................. 69
4.5.1 Data Suhu Bulan Juli (Sampel III) ................................................. 71
4.5.2 Data Kelembaban Bulan Juli (Sampel III) ..................................... 72
4.5.3 Data Kecepatan Angin Bulan Juli (Sampel III) ............................. 73
4.5.4 Data Suhu Bulan Agustus (Sampel III) ......................................... 74
4.5.5 Data Kelembaban Bulan Agustus (Sampel III) ............................. 75
4.5.6 Data Kecepatan Angin Bulan Agustus (Sampel III) ...................... 76
4.5.7 Matriks Responden Sampel III ...................................................... 77
4.5.8 Pembayangan Pada Kampung Wonosari ....................................... 78
4.6 Perbandingan Suhu Bulan Juli dan Suhu Bulan Agustus ..................... 80
4.7 Perbandingan Kelembaban Bulan Juli dan Kelembaban Bulan Agustus
...............................................................................................................81
4.8 Perbandingan Kecepatan Angin Bulan Juli dan Kecepatan Angin Bulan
Agustus .................................................................................................82
4.9 Data Hasil Kenyaman Termal ...............................................................83
4.10 Pembahasan...........................................................................................84
4.10.1 Kenyamanan Termal Kampung Wonosari ....................................84
4.10.2 Tingkat Kenyamanan Termal Menurut Responden .......................93
4.10.3 Faktor Yang Mempegaruhi Kenyaman Termal Kampung Wonosari
.......................................................................................................94
4.11 Tingkat Kenyaman Termal Ruang Luar Kota Jakarta, Kota Manado, dan
Kampung Wonosari Bulan Juli – Agustus 2018 ...................................96
5 BAB V Kesimpulan dan Saran ...........................................................................98
5.1 Kesimpulan..............................................................................................98
5.2 Saran ........................................................................................................99
6 DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................102

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Fungsi Vegetasi................................................................................................. 12

Tabel 2. Fungsi Atap ....................................................................................................... 22

Tabel 3. Kenyaman Termal Menurut Pendapat .............................................................. 37

Tabel 4. Parameter Kajian............................................................................................... 38

Tabel 5. Data Kependudukan .......................................................................................... 48

Tabel 6. Data Suhu Sampel I Bulan Juli 2018 ................................................................ 57

Tabel 7. Data Kelembaban Sampel I Bulan Juli 2018 .................................................... 58

Tabel 8. Data Kecepatan Angin Sampel I Bulan Juli 2018 ............................................ 59

Tabel 9. Data Suhu Sampel I Bulan Agustus 2018 ......................................................... 60

Tabel 10. Data Kelembaban Sampel I Bulan Agustus 2018 ........................................... 61

Tabel 11. Data Kecepatan Angin Sampel I Bulan Agustus 2018 ................................... 62

Tabel 12. Matriks Koresponden Sampel I ..................................................................... 63

Tabel 13. Data Suhu Sampel II Bulan Juli 2018 ............................................................. 67

Tabel 14. Data Kelembaban Sampel II Bulan Juli 2018 ................................................. 68

Tabel 15. Data Kecepatan Angin Sampel II Bulan Juli 2018 ......................................... 69

Tabel 16. Data Suhu Sampel II Bulan Agustus 2018 ..................................................... 70

Tabel 17. Data Kelembaban Sampel II Bulan Agustus 2018 ......................................... 71

Tabel 18. Data Kecepatan Angin Sampel II Bulan Agustus 2018 .................................. 72

Tabel 19. Data Responden Sampel II ............................................................................. 73

Tabel 20. Data Suhu Sampel III Bulan Juli 2018 ........................................................... 77

Tabel 21. Data Kelembaban Sampel III Bulan Juli 2018 ............................................... 78

Tabel 22. Data Kecepatan Angin Sampel III Bulan Juli 2018 ........................................ 79

Tabel 23. Data Suhu Sampel III Bulan Agusutus 2018 .................................................. 80

Tabel 24. Data Kelembaban Sampel III Bulan Agustus 2018 ........................................ 81

xii
Tabel 25. Data Kecepatan Angin Sampel III Bulan Agustus 2018 ................................ 82

Tabel 26. Data Responden Sampel III ............................................................................ 83

Tabel 27. Data Hasil Kenyamanan Termal ..................................................................... 89

Tabel 28. Analisa Suhu Udara Berdasarkan Parameter .................................................. 94

Tabel 29. Analisa Kelembaban Berdasarkan Parameter ................................................. 95

Tabel 30. Analisa Kecepatan Angin Berdasarkan Parameter ......................................... 97

Tabel 31. Kenyaman Termal Berdasarkan Parameter .................................................... 98

Tabel 32. Kenyaman Termal Berdasarkan Responden ................................................... 100

Tabel 33. Fungsi Vegetasi............................................................................................... 107

Tabel 34. Material Penutup Jalan.................................................................................... 108

xiii
DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1. Analisis Kerangka Pemikiran ...................................................................... 4

Diagram 2. Data Suhu Sampel I Bulan Juli 2018 ........................................................... 57

Diagram 3. Data Kelembaban Sampel I Bulan Juli 2018 ............................................... 58

Diagram 4. Data Kecepatan Angin Sampel I Bulan Juli 2018 ....................................... 59

Diagram 5. Data Suhu Sampel I Bulan Agustus 2018 .................................................... 60

Diagram 6. Data Kelembaban Sampel I Bulan Agustus 2018 ........................................ 61

Diagram 7. Data Kecepatan Angin Sampel I Bulan Agustus 2018 ................................ 62

Diagram 8. Data Suhu Sampel II Bulan Juli 2018 .......................................................... 67

Diagram 9. Data Kelembaban Sampel II Bulan Juli 2018 .............................................. 68

Diagram 10. Data Kecepatan Angin Sampel II Bulan Juli 2018 .................................... 69

Diagram 11. Data Suhu Sampel II Bulan Agustus 2018 ................................................ 70

Diagram 12. Data Kelembaban Sampel II Bulan Agustus 2018 .................................... 71

Diagram 13. Data Kecepatan Angin Sampel II Bulan Agustus 2018 ............................. 72

Diagram 14. Data Suhu Sampel III Bulan Juli 2018 ...................................................... 77

Diagram 15. Data Kelembaban Sampel III Bulan Juli 2018 .......................................... 78

Diagram 16. Data Kecepatan Angin Sampel III Bulan Juli 2018 ................................... 79

Diagram 17. Data Suhu Sampel III Bulan Agustus 2018 ............................................... 80

Diagram 18. Data Kelembaban Sampel III Bulan Agustus 2018 ................................... 81

Diagram 19. Data Kecepatan Angin Sampel III Bulan Agustus 2018 ........................... 82

Diagram 20. Data Suhu Bulan Juli & Bulan Agustus 2018 ............................................ 86

Diagram 21. Data Kelembaban Bulan Juli & Bulan Agustus 2018 ................................ 87

Diagram 22. Data Kecepatan Angin Bulan Juli & Bulan Agustus 2018 ........................ 89

Diagram 23. Perbandingan Tingkat Kenyamanan Termal Kota Jakarta dan

Kota Manado .................................................................................................................. 102

xiv
Diagram 24. Tingkat Kenyamanan Termal Luar Kampung Wonosari Bulan Juli 2018 102

Diagram 24. Tingkat Kenyamanan Termal Luar Kampung Wonosari Bulan

Agustus 2018 .................................................................................................................. 102

Diagram 23. Perbandingan Tingkat Kenyamanan Termal Kota Jakarta,

Kota Manado dan Kampung Wonosari Bulan Juli - Agustus 2018 ............................... 102

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kenyamanan Thermal yang timbul dari sinar matahari dan gerakan angin .9

Gambar 2. Fungsi Vegetasi .............................................................................................12

Gambar 3. Jenis Vegetasi ...............................................................................................13

Gambar 4. Kenyamanan Thermal yang timbul dari sinar matahari dan gerakan angin .13

Gambar 5. Horizontal Shadow Angle .............................................................................14

Gambar 6. Vertical Shadow Angle .................................................................................15

Gambar 7. Ilustrasi pertukaran kalor manusia ................................................................18

Gambar 8. Diagram Ashrae ............................................................................................20

Gambar 9. Ilustrasi Fungsi Atap .....................................................................................21

Gambar 10. Pengaruh luar terhadap dinding penutup luar .............................................25

Gambar 11. Penyesuaian Rumah pada Topografi Tapak................................................28

Gambar 12. Garis Kontur ................................................................................................28

Gambar 13. Rumah Split Level ......................................................................................29

Gambar 14. Rumah Sengkedan.......................................................................................29

Gambar 15. Pengaruh Topografi Atas Sifat Angin .........................................................30

Gambar 16. Pola Tekstur Kota Secara Diagramatis .......................................................31

Gambar 17. Tekstur Konfigurasi Massa Bangunan dan Lingkungan .............................32

Gambar 18. Tiga Elemen Solid.......................................................................................33

Gambar 19. Tiga Elemen Void .......................................................................................33

Gambar 20. Lima Elemen Linkage Visual .....................................................................34

Gambar 21. Tiga Elemen Linkage Struktural .................................................................35

Gambar 22. Tiga Elemen Bentuk Kolektif .....................................................................36

Gambar 23. Lima Elemen Teori Place ............................................................................37

Gambar 24. Hydrometer Digital .....................................................................................41

xvi
Gambar 25. Anemometer Digital ....................................................................................42

Gambar 26. Meteran Roll ...............................................................................................42

Gambar 27. Diagram Metode Analisis Data ...................................................................44

Gambar 28. Diagram Keseluruhan Penelitian ................................................................44

Gambar 29. Peta Kampung Wonosari ............................................................................45

Gambar 30. Peta Lokasi Kampung Wonosari.................................................................46

Gambar 31. Peta Lokasi Kampung Wonosari.................................................................47

Gambar 32. Foto Drone Kampung Wonosari .................................................................47

Gambar 33. Solid (Massa) dan Void (Ruang) ................................................................49

Gambar 34. Sampel Penelitian ........................................................................................50

Gambar 35. Potongan Kawasan Kampung Wonosari.....................................................51

Gambar 36. Sampel I Penelitian .....................................................................................54

Gambar 37. Foto Panorama Sampel I .............................................................................54

Gambar 38. Foto Eksisting B ..........................................................................................55

Gambar 39. Foto Eksisting C ..........................................................................................55

Gambar 40. Foto Eksisting A..........................................................................................55

Gambar 41. Foto Eksisting D..........................................................................................55

Gambar 42. Foto Eksisting Sampel I ..............................................................................55

Gambar 43. Foto Pengukuran Sampel I ..........................................................................56

Gambar 44. Sampel II Penelitian ....................................................................................64

Gambar 45. Foto Panorama Sampel II ............................................................................64

Gambar 46. Foto Eksisting B ..........................................................................................65

Gambar 47. Foto Eksisting C ..........................................................................................65

Gambar 48. Foto Eksisting A..........................................................................................65

Gambar 49. Foto Eksisting D..........................................................................................65

Gambar 50. Foto Eksisting Sampel II .............................................................................65

Gambar 51. Foto Pengukuran Sampel II.........................................................................66

xvii
Gambar 52. Sampel III Penelitian ...................................................................................74

Gambar 53. Foto Eksisting Sampel III ...........................................................................74

Gambar 54. Foto Eksisting A..........................................................................................75

Gambar 55. Foto Eksisting D..........................................................................................75

Gambar 56. Foto Eksisting B ..........................................................................................75

Gambar 57. Foto Eksisting C ..........................................................................................75

Gambar 58. Foto Eksisting Sampel III ...........................................................................75

Gambar 59. Foto Pengukuran Sampel III .......................................................................76

Gambar 60. Pembayangan Pada Jam 07.00 ....................................................................84

Gambar 61. Pembayangan Pada Jam 12.00 ....................................................................84

Gambar 62. Pembayangan Pada Jam 17.00 ....................................................................84

Gambar 63. Pembayangan Pada Jam 07.00 ....................................................................91

Gambar 64. Pembayangan Pada Jam 17.00 ....................................................................91

Gambar 65. Pemberian Tritisan Pada Bangunan yang Terkena Sinar

MLangsung .....................................................................................................................91

Gambar 66. Ilustrasi Pergerakan Angin Kampung Wonosari .......................................106

Gambar 67. Jenis Vegetasi .............................................................................................107

Gambar 68. Elemen Vegetasi pada Area Publik ............................................................109

Gambar 69. Alternatif Material Perkerasan Tanah ........................................................109

Gambar 70. Alternatif Material Perkerasan Tanah .........................................................109

xviii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Permukiman merupakan suatu ruang, tempat atau wadah untuk dihuni sekelompok
masyarakat dengan beragam aktivitas dan kepentingannya yang didukung oleh fasilitas-
fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan yang ada dimana faktor budaya, sosial, ekonomi
dan politik berpengaruh didalamnya. Menurut Doxiadis (1968: 21), permukiman dapat
didefinisikan sebagai suatu ruang yang dihuni oleh manusia. Permukiman terdiri dari dua
elemen dasar yaitu wadah dan isi. Wadah yang dimaksud yaitu berupa bangunan fisik
rumah, jaringan prasarana, dan alam. Sedangkan isi yang dimaksud yaitu berupa manusia
dan hubungan masyarakat di dalamnya.
Pada awal tahun 2017 pemerintah kota Semarang menjalakan progam penataan
ulang kawasan pasar bunga Kalisari, seiring berjalanannya proyek tersebut background
pasar bunga Kalisari yaitu kampung Wonosari menjadi perhatian pemerintah kota untuk
menunjang hasil akhir dari proyek penataan ulang kawasan pasar bunga Kalisari tersebut.
Kampung Wonosari atau yang saat ini lebih dikenal dengan kampung pelangi di Semarang
sedang menjadi sorotan publik dalam negeri maupun mancanegara. Menurut Ratih Dian
Saraswati, MD. Nestri Kiswari pada pada prosiding Seminar Nasional Arsitektur populis
tahun 2017, dalam progam revitalisasi kampung Wonosaari ini pemerintah hanya
memperhatikan dari segi visual bangunan saja, yang mana letak topografi kampung
Wonosari adalah lerengan atau bukit sehingga akses lingkungan yang berupa jalan
berundak dan kenyaman termal rumah tinggal juga perlu di perhatikan. Berdasarkan atas
kondisi tersebut maka dilakukan penelitian berpedoman pada kaidah kenyaman termal
lingkungan. Dimana spasial pola jalan dan bangunan atau rumah tinggal di lerengan
memiliki faktor yang mempengaruhi kenyamanan termal bangunan yang berbeda.

1
1.2 Rumusan Masalah
Dari pernyataan di atas, dapat di identifikasi beberapa masalah yang akan di teliti,
yaitu :
1. Bagaimana kenyamanan termal pada kampung Wonosari berdasarkan
standart kenyaman termal?
2. Bagaimana persepsi / respon kenyamanan warga di ruang luar dalam
melakukan kegiatan bervariasi di kampung Wonosari?
3. Menurut penilain warga, bagaimana tingkat kenyamanan thermal di kampung
Wonosari?
4. Apa saja faktor yang mempengaruhi termal lingkungan kampung Wonosari?
5. Seperti apa penyelesaian dari permasalahan termal pada lingkungan kampung
Wonosari ?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini antara lain :
1 Mengetahui apa saja faktor-faktor yang menjadi kenyaman termal di
kampung Wonosari.
2 Mendapatkan informasi bagaimana kualitas lingkungan dapat
mempengaruhi kenyaman termal pada kampung Wonosari.
3 Memberikan kontribusi pada bidang arsitektur untuk stakeholders kampung
Wonosari.

1.4 Manfaat Penelitian


Bagi akademis memiliki beberapa manfaat :
• Penambahan ilmu dalam penataan suatu permukiman yang berada di
lerengan dengan benar.
• Menemukan solusi untuk kenyaman termal pada kampung Wonosari.
Bagi praktisi:

• Memperoleh informasi penataan suatu kawasan permukiman lerengan


dengan mempertimbangkan faktor aksesbiilitas jalan lingkungan dan
kenyaman termal untuk menunjang progam penataan revitalisasi kampung
Wonosari.

2
Bagi masyarakat :

• Memberikan pengertian pentingnya menjaga kenyamanan kualitas ruang


luar pada kawasan lereng.

1.5 Batasan dan Lingkup Penelitian


Ruang lingkup penelitian yang diusulkan dibatasi pada materi penelitian sesuai
dengan substansi berdasarkan pada tujuan di atas agar penelitian ini tidak lepas dari
tema dan judul yang diangkat yaitu Kinerja kenyamanan termal pada akses
lingkungan. Sedangkan batasan lingkup spasialnya adalah pada lokasi studi yaitu
kampung lerengan Wonosari RW 3, Kelurahan Randusari Kecamatan Semarang
Selatan Kota Semarang.

3
1.6 Kerangka Pemikiran

Latar Belakang Studi Kasus Kampung


Lerengan Semarang

Kenyamanan Termal

Tujuan

Kondisi Iklim Lerengan

Lingkungan

Kajian

Zoning Bangunan Pembayangan Kenyamanan


Termal Lingkungan

Analisis Pengukuran

Analisa & Pembahasan

Hasil
Kesimpulan & Saran

Diagram 1 : Analisis kerangka pemikiran


Sumber : Penulis

4
1.7 Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan
Bab ini berisi tentang pendahuluan yang mencakup latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan dan lingkup penelitian,
kerangka pemikiran sistematika penulisan.

Bab II Kajian Pustaka dan Landasan Teori


Bab ini berisi tinjauan teoritik dari berbagai sumber, dimana dipaparkan
mengenai teori – teori yang berkaitan dengan penelitian, antara lain :
Permukiman, rumah tinggal, kenyamanan termal, arsitektur tropis, lerengan.

Bab III Metodologi


Dalam bab ini dipaparkan metode penelitian yang terdiri dari metode
pembahasan, pengukuran, pengumpulan data, dan pengolahan data

Bab IV Data dan Analisis


Dalam bab ini dipaparkan mengenai hasil pengumpulan data di lapangan serta
analisis dan pembahasan hasil penelitian berdasarkan data kemudian diolah.

Bab V Kesimpulan dan Saran


Dalam Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah
dilakukan.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 KenyamanTermal

2.1.1 Definisi Kenyaman Termal


Kenyamanan thermal adalah suatu keadaan dari pemikiran manusia yang
menunjukkan adanya kepuasan dengan lingkungan thermal (Nugroho, 2011
hal 5). Menurut Karyono (2001 hal 24), kenyamanan dalam kaitannya dengan
bangunan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan yang dapat memberikan
rasa nyaman dan menyenangkan bagi penghuninya. Kenyamanan thermal
merupakan suatu keadaan berhubungan dengan alam yang dapat
mempengaruhi manusia dan dapat dikendalikan oleh arsitektur (Snyder, 1989).
Olgyay (1963) mendefinisikan zona kenyamanan sebagai suatu zona dimana
manusia memiliki kemampuan untuk mereduksi tenaga yang harus dikeluarkan
dari dalam tubuh guna mengadaptasikan dirinya terhadap lingkungan
sekitarnya. Menurut Peter Hoppe dalam (Sugini, 2004), ada tiga pemaknaan
kenyamanan thermal Pertama, pendekatan thermophysiological ke dua
pendekatan heat balance (keseimbangan panas) dan ke tiga adalah pendekatan
psikologis. Kenyamanan thermal sebagai proses thermophisiological
menganggap bahwa nyaman dan tidaknya lingkungan thermal akan tergantung
pada menyala dan matinya signal syarat reseptor thermal yang terdapat di kulit
dan otak. Sangkertadi, (2013) Kenyaman termis secara umum dikenal sebagai
rasa nyaman terhadap situasi termik dilingkungan sekitar tubuh. Situasi
kenyaman termis senantiasa dihubungkan dengan situasi klimatik. Fangger
1970 Sebagaimana juga ASHRAE (American Standard Of Heating
Refrigerating and Air Conditioning Engineers-ASHRAE Standard 55) dalam
Sangkertadi, (2013: 75). Mendefinisikan kenyaman termis sebagai suatu rasa
puas dari seseorang menghadapi lingkungan termisnya atau dengan kata lain
adalah situasi dengan absennya rasa tidak nyaman.

6
2.1.2 Kenyamanan Termal Lingkungan (Ruang Luar)
Kenyamanan ruang luar sangat dipengaruhi oleh suhu udara suatu
kawasan (Wonorahadjo dan Koerniawan, 2005). Studi kenyamanan termal
ruang luar dapat memberi evaluasi pada proyek perencanaan kota dan
bangunan. Kondisi lingkungan luar yang nyaman membuat orang-orang lebih
nyaman untuk beraktivitas di luar bangunan. Banyaknya aktivitas di luar ruang
diharapkan dapat meningkatkan interaksi sosial. Hal itu penting untuk
mewujudkan keserasian sosial antar masyarakat. Namun, saat ini banyak
masyarakat tidak mau beraktivitas di luar ruang karena pemanasan global.
Salah satu cara paling mendasar untuk menggambarkan struktur permukiman
adalah berhubungan dengan jaringan dan terutama sistem sirkulasi alur
transportasi dan titik-titik pertemuan (nodal point). Rakhmawati (2009)
menyebutkan bahwa elemen pola spasial dalam lingkungan binaan terdiri atas
faktor internal yang berupa kondisi fisik dan juga faktor eksternal yang
merupakan kondisi non fisik sehingga melatarbelakangi terbentuknya kondisi
fisik atas suatu pola spasial. Hasil studi dari Anes dan Ballanti (1997) yang
menunjukan adanya pengaruh angin pada kenyamanan termal manusia pejalan
kaki.
Menurut Ronald (2005:hal 136) bahwa unsur spasial pada hunian terdiri dari :
1. Arah (orientation)
Orientasi merupakan perhatian utama atau perasaan seseorang atau
sekelompok orang terhadap tanda-tanda tertentu pada lingkungan
kehidupannya.
2. Tata letak (blocking)
Tata letak adalah kedudukan manusia atau makhluk hidup, yang
pengertiannya dapat dijabarkan secara geometrik, dengan menggunakan
pedoman tanda tertentu di permukaan tanah yang dapat dipercaya.
3. Tingkatan (hierarchy)
Hirarki adalah tingkatan ruang yang muncul berdasarkan suatu paham,
kultur, dan status dalam menempatkan seseorang atau makhluk lain pada
tingkatan yang tepat.
7
4. Keterbukaan (transparancy)
Keterbukaan ruang adalah tersedianya ruang yang terbuka (tidak
berdinding) baik secara fisik maupun lingkungan sosialnya.
5. Besaran ruang (size)
Besaran ruang memiliki keterkaitan langsung dengan konsep
keterbukaan ruang dan secara tidak langsung dengan bentuk ruang baik
secara horisontal maupun vertikal, letak yang berkaitan dengan
kebebasan dalam pengembangan bentuk ruang yang berhubungan
dengan penampang ruang secara vertikal

Kenyamanan Termal ruang luar sama pentingnya dengan kenyamanan


termal ruang dalam bangunan sesuai dengan fungsi ruang luar tersebut
(Hermawan dalam seminar Proceding Seminar Nasional Arsitektur Populis,
2014). Berdasarkan penelitian Wonoharjo dan Koerniawan (dalam Proceding
Seminar Nasional Peran Arsitektur Perkotaan dalam mewujudkan Kota Tropis,
2008), maka alat ukur yang dipakai dalam mengetahui kenyamanan thermal
ruang luar (thermal outdoor comfort) adalah melalui temperature udara
kawasan tersebut. Dari data pengukuran temperatur udara kawasan tersebut,
didukung dengan data kelembaban udara kawasan Cluster kemudian dihitung
untuk memperoleh nilai temperature udara efektif (˚TE) dengan bantuan
Diagram Psikometrik. Dalam Nikolopoulou dan Lykoudis (2006 hal 51), jalan
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kenyamanan termal suatu
bangunan di sekitarnya terhadap sinar matahari, baik yang langsung maupun
yang terpantulkan, juga terhadap pergerakan angin. Nikolopoulou dan
Lykoudis (2006 hal 65) juga mengatakan bahwa faktor –faktor yang
mengakibatkan timbul atau tidaknya kenyamanan termal seperti jalan, dapat
memberikan dampak terhadap kenyamanan termal suatu bangunan yang
terpapar pantulan sinar matahari (yang langsung maupun yang tidak langsung)
serta aliran angin.

8
Gambar 1 : Kenyamanan Thermal yang timbul dari sinar matahari dan gerakan angin
Sumber : Frick & BambangDasar dasar arsitektur ekologis,2006

2.1.3 Standart KenyamananThermal Menurut Pendapat

a. Sangkertadi (2013)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sangkertadi tahun (2013)
menunjukan bahwa rasa nyaman pada ruang luar termasuk kategori sejuk
di suhu 26 – 27,5 ºC dengan kecepatan angin di atas 3 m/s, kategori
nyaman bila suhu berada pada 26 – 30 ºC dengan kecepatan angin 2 - 4
m/s, tergolong agak panas apabila suhu diatas 32 ºC dengan kecepatan
angin hanya dibawah atau sama dengan 1,5 ºC, tergolong sangat tidak
nyaman dan sakit apabila suhu berada 31 - 33 ºC dengan kecepatan angin
0,5 – 1 m/s.
b. Tri Harso Karyono (2014)
Tri Harso Karyono melakukan penelitian kenyaman termal di Bandung
dan Jakarta tahun 1993 – 2014, dari penelitian tersebut di dapatkan
kesimpulan bahwa kenyamana termal nyaman 24 ºC - 30 ºC, Kelembaban
70% - 80%, Kecepatan angin 0,4 – 1 m/s.

9
2.1.4 Faktor Pengaruh Kenyaman Termal
Kenyaman termal juga melibatkan kondisi psikologis dan fisikologis manusia.
Hal – hal yang kualitaf akan memberikan suatu penilian yang subyektif.
Banyak penelitian telah membuktikan adanya faktor utama yang dapat
mempengaruhi kenyaman termal, yaitu temperatur udara, kelembaban dan
kecepatan aliran udara.
a. Temperatur Udara
Temperatur udara merupakan salah satu faktor yang paling dominan dalam
menyatakan kenyamanan termal suatu lingkungan. Satuan yang dipakai untuk
temperatur udara adalah Celcius, Fahrenheit, Reamur, dan Celvin. Manusia
dikatakan nyaman apabila suhu tubuhnya berada sekitar pada suhu 37%.
Temperatur udara antara suatu daerah dengan daerah lainnya sangat berbeda.
Hal ini dipengaruhi oleh adanya beberapa faktor, seperti sudut datang sinar
matahari, ketinggian suatu wilayah, arah angin, arus laut, awan, dan waktu
penyinaran. Menurut SNI 03-6572-2001 Suhu dingin berada pada < 20,5ºC,
suhu ideal 24,8ºC – 27,1ºC, sedangkan suhu panas dikategorikan pada >28ºC.
b. Kelembapan Udara
Kelembaban udara merupakan uap air yang terkandung pada udara, sedangkan
kelembaban relatif adalah rasio antara banyaknya uap air di udara dengan
jumlah maksimum uap air yang dapat ditampung di udara pada temperatur
tertentu. Beberapa faktor yang mempengaruhi kelembaban udara, contohnya
radiasi matahari, tekanan udara, ketinggian wilayah, kondisi angin, kerapatan
udara, serta suhu udara. Tingkat kelembaban udara berbeda dengan unsur yang
lain, yang mana mengalami fluktuasi yang tinggi dan dipengaruhi oleh
perubahan temperatur udara. Semakin tinggi temperatur, semakin tinggi pula
kemampuan udara dalam penyerapan air. Kelembapan absolut ialah kandungan
air dari udara tersebut, dinyatakan dalam grma per kilogram udara kering.
Berdasarkan SNI 03-6572-2001 kelembaban udara dengan tingkat rendah
adalah < 40%, kelembaban udara sedang 40% - 70%, melainkan kelembaban
udara tinggi ada pada > 70%

10
c. Pergerakan Udara
Kecepatan angin adalah kecepatan aliran udara yang bergerak secara mendatar
atau horizontal pada ketinggian dua meter di atas tanah. Kecepatan angin
sangat tergantung pada karakteristik permukaan yang dilaluinya. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan angin (Resmi, 2010), antara lain
gradient barometris, lokasi suatu wilayah, tinggi lokasi tersebut, dan periode
waktu. Menurut SNI 03-6572-2001 kategori kecepatan angin adalah kecepatan
rendah 0,2 m/s – 0,5 m/s, kecepatan angin sedang 1 m/s – 1,5 m/s, sedangkan
yang tergolong pada kecepatan angin tinggi 1,5 m/s – 2 m/s.

2.1.5 Faktor Pengaruh Kenyaman Termal Ruang Luar


a. Vegetasi
Dalam Sangkertadi 2013, dipusat kota yang dipadati oleh bangunan-bangunan
tinggi yang tidak menerapkan arsitektur hijau, dan bahkan saling berhimpitan,
menimbulkan resiko naiknya temperatur suhu udara, dikarenakan semakin
banyaknya elemen penyerap dan emitor panas matahari serta adanya produksi
panas dari hasil kegiatan kehidupan seperti asap dapur, kendaraan bermotor
dan lain-lain. Kondisi pemanasan lingkungan tersebut semakin diperparah
dengan berkurangnya jumlah vegetasi yang semestinya berfungsi sebagai
penahan radiasi matahari sekaligus menyerap karbondioksida dan
penyimpanan air.
Penghijauan kota seharusnya mudah dicapai (di dalam setiap kampung dan
dekat kawasan industri) dan dinikmati secara gratis oleh semua lapisan
masyarakat. 1 Penghijauan kota dalam bentuk taman dan hutan kota akan
memenuhi kebutuhan dasar tersebut. Taman kota tidak selalu harus luas sekali
karena manfaat bagi masyarakat akan lebih besar jika taman kota, walaupun
kecil berada dekat dengan tempat tinggal mereka. 2

1
Bdk.: Alexander, Christopher. Op.cit. halaman 305
2
Frick, Heinz/Mulyani, Tri Hesti. Arsitektur Ekologis. Yogyakarta: Kanisius, 2005. Hal. 97
11
Gambar 2 : Fungsi Vegetasi
Sumber : Frick, Heinz/Mulyani, Tri Hesti. Arsitektur Ekologis.
Yogyakarta: Kanisius, 2005

Penghijauan di ruang luar meningkatkan produksi oksigen yang mendukung


kehidupan sehat bagi manusia, mengurangi pencemaran udara, dan
meningkatkan kualitas iklim mikro. Air hujan yang turun diserap oleh tanah,
kemudian menguap kembali. Dengan demikian, tanaman ikut mengelola air
hujan dan melindungi lerengan terhadap tanah longsor.

Tanaman-tanaman pada prinsipnya dapat dibagi atas: 3

Menurut jenis tanaman Menurut penggunaan Menurut fungsi


Semak belukar sebagai Penghijauan privat Fungsi sosial sebagai
penutup tanah ruang komunikasi
Perdu sebagai penghias dan Penghijaun semiprivat Fungsi higiene mental
perbaikan tanah (kreativitas, imajinasi)
Pohon peneduh dan Penghijauan umum Fungsi peristirahatan
pemberi manfaat lainnya untuk melepas lelah

Tabel 1 : Fungsi Vegetasi


Sumber : Frick, Heinz/Mulyani, Tri Hesti. Arsitektur Ekologis.
Yogyakarta: Kanisius, 2005

3
Bdk.: Frick, Heinz/FX Bambang Suskiyatno. Arsitektur Ekologis. Op.cit. hal 76-77
12
Gambar 3 : Jenis Vegetasi (rumput, tanaman hias dan tanaman perdu)
Sumber : Google (https://id.aliexpress.com/item/32836983369.html)

b. Perkerasan Jalan / Pelapis Tanah


Dalam Nikolopoulou dan Lykoudis (2006), jalan merupakan salah satu faktor
pengaruh kenyamanan termal suatu bangunan di sekitarnya terhadap sinar
matahari. Faktor – faktor penyebab timbul atau tidaknya kenyamanan thermal
seperti jalan dapat memberikan dampak timbul atau tidaknya kenyamanan
termal pada bangunan yang terkena pantulan matahari (yang langsung maupun
yang tidak langsung) dan terkena aliran angin. Juga memberikan pengaruh
terhadap kenyamanan thermal lingkungan disekitarnya.

Gambar 4 : Kenyamanan Thermal yang timbul dari sinar matahari dan gerakan angin
Sumber : Frick, Heinz/Mulyani, Tri Hesti. Arsitektur Ekologis.
Yogyakarta: Kanisius, 2005

13
c. Pembayangan
Pembayangan adalah salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan untuk
meminimalkan ketidaknyamanan termal akibat radiasi matahari langsung di
ruang terbuka. Jumlah radiasi matahari langsung di ruang terbuka dipengaruhi
oleh geometri permukaan, karena geometri permukaan menentukan
pembayangan yang terbentuk di ruang terbuka tersebut. Geometri permukaan
di antaranya ditentukan oleh rasio tinggi bangunan / jarak antar bangunan,
orientasi dan konfigurasi massa bangunan dan ruang terbuka.
Tipe Pembayangan pada Bangunan
Sudut pembayangan berubah - ubah pada setiap jam, tergantung pada posisi
letak matahari. Ada 2 macam bentuk pembayangan :
• HSA (Horizontal Shadow Angle)
Horizontal Shadow Angle adalah perbedaan antara azimuth matahari
dengan orientasi pada sisi bangunan yang dapat ditentukan pada titik tepi
bayangan jatuh. Semakin kecil sudut nya, semakin besar siripnya (La
Roche, 2011).

Gambar 5. Horizontal Shadow Angle


Sumber : La Roche, 2011

• VSA (Vertical Shadow Angle)


Vertical Shadow Angle adalah sudut pembayangan vertikal yang diukur
saat ketinggian matahari sejajar dengan sisi bangunan (fasade). Semakin
kecil sudutnya, semakin besar overhang yang dibutuhkan (La Roche,
2011).
14
Gambar 6..Vertical Shadow Angle
Sumber : La Roche, 2011

2.2 Iklim Tropis


2.2.1 Iklim Tropis
Arsitektur tropis dapat diartikan dengan arsitektur yang dapat
beradaptasi pada keadaan tropis (Lefaivre dan Tzonis, 2001). Bermula dari
perang dunia ke dua, banyak arsitek yang memulai untuk mendefinisikan ulang
makna, batasan, atau lingkup arsitektur tropis. Para arsitek tersebut melakukan
pemikiran ulang baik dalam desain, teknologi maupun pemahaman yang lebih
dalam tentang arsitektur tropis yang ditinjau dari sudut pandang iklim, sosial
dan budayanya. Pertimbangan ulang tersebut bertujuan untuk memberikan
pandangan bahwa arsitektur tropis mempunyai karakteristik yang unik dan
khas karena letak dan kondisi geografis, serta sosial dan budayanya yang
berbeda dengan arsitektur Barat.4
Pendapat lain menyatakan bahwa arsitektur tropis merupakan suatu
karya arsitektur yang dapat mengantisipasi permasalahan yang ditimbulkan
iklim tropis, seperti hujan deras, terik matahari, suhu udara tinggi, kelembaban
tinggi (untuk daerah dengan iklim tropis basah), maupun kecepatan angin yang
umumnya rendah. Tidak perlu lagi meninjau dari bentuk atau estetika bangunan
beserta elemen-elemennya, namun lebih pada kualitas fisik lingkup yang ada

4
http://.www.wikipedia.co.id
15
didalamnya, yaitu suhu ruang rendah, kelembaban yang rendah, pencahayaan
alam yang cukup, pergerakan udara (angin) memadai, serta terhindar dari hujan
dan paparan sinar matahari.

2.2.2 Iklim Tropis Lembab


Faktor iklim setempat sebagai pendukung utama dalam penentu tinggi
rendahnya tingkat kenyamanan seseorang bila berada dalam sebuah ruangan
(bangunan) atau di lingkungan luar. Elemen-elemen iklim yang mempengaruhi
tingkat kenyamanan didalam sebuah ruangan tertutup atau bangunan
(Lippsmeier, 1994), antara lain : temperatur udara, kelembaban udara, radiasi
matahari, kecepatan gerakan udara, tingkat pencahayaan dan distribusi cahaya
pada dindingpandangan.
Iklim adalah salah satu faktor yang mempengaruhi perancangan
bangunan. Sebuah bangunan sewajarnya dapat mengurangi pengaruh iklim
yang merugikan dan memaksimalkan dampak positif bagi pengguna bangunan.
Secara umum iklim digolongkan menjadi 2 yaitu : iklim makro dan iklim
mikro. Iklim makro merupakan keseluruhan kejadian meteorologis di atmosfir
yang dapat dipengaruhi oleh keadaan topografi bumi dan perubahan peradaban
dipermukaannya, iklim makro berkaitan dengan lingkup lebih besar seperti
negara, benua dan lautan. Sedangkan iklim mikro berhubungan dengan ruang
yang lebih kecil dan terbatas yaitu bangunan, jalan, taman kecil, atau distrik.
Iklim tropis panas lembap dapat diilustrasikan dengan hujan yang
tinggi serta suhu yang selalu tinggi. Angin yang cenderung bertiup dengan arah
yang berlawanan pada musim hujan dan musim kemarau. Radiasi matahari
sedang dan pertukaran panas kecil karena tingginya kelembaban.

Ciri-ciri daerah iklim tropis lembap menurut Sugiyanto (2000) antara lain :
1. Temperatur udara maksimal rata-rata 27ºC - 32ºC dan minimal rata-rata
20ºC -23ºC.
2. Mempunyai kelembapan pada rentangan 75 % hingga 80 %, bahkan
untuk kondisi tertentu dapat mencapai 90 % dan ini diluar nyaman.
16
3. Curah hujan kisaran 1000 mm hingga 5000 mm.
4. Jumlah awan berkisar antara 60 % hingga 90%
5. Luminasi langit untuk langit tertutup awan tipis adalah 7000 kandela/m2,
sedangkan untuk langit tertutup awan tebal yakni 8500 kandela/m2.
6. Kecepatan angin rata-rata 2 m/s hingga 4m/s.

Sedangkan menurut Lippsmeier (1994, Hal 18) Ciri – ciri iklim ropis lembab
antara lain :

1. Karakteristik Iklim tropis lembab memiliki kelembaban udara relatif


tinggi di atas 90%,
2. curah hujan dengan rata-rata tahunan yang tinggi diatas 18º C, fluktuasi
temperatur harian dan tahunan lebih kecil dibanding dengan daerah
tropis kering.
3. Keadaan berawan dan berkabut sepanjang tahun, lapisan awan pada 60%
-90%.

Dengan demikian dapat disimpulkan suatu kerangka teoritis mengenai


karakteristik iklim indonesia berdasarkan klasifikasi iklim menurut definisi
Lippsmeier dan Soegijanto :

1. Berada pada kawasan garis isoterm 20º CLU/LS.


2. Temperatu udara yang relatif panas sepanjang tahun. Di daerah pantai
dan dataran rendah, temperatur maksimum rata –rata sekitar 32 C. Makin
tinggi letak suatu tempat dari permukaan laut maka suhu udara akan
berkurang rata – rata 0,6 C untuk kenaikan100M.

3. Curah hujan tinggi dengan rata – rata sekitar 1500 – 2500 mm setahun.
4. Keadaan langit pada umumnya selaluberawan.
5. Kelembaban udara relatif tinggi yaitu 80% bhkan sering di atas90%
6. Kecepatan angin rata-rata adalah rendah sekitar 2 - 4 m/detik

17
2.2.3 Pengaruh Iklim Terhahadap Manusia

Secara fisiologis, iklim sangat mempengaruhi tingkat kenyamanan termal


individu manusia.5 Akibat paparan sinar matahari dan kegiatan di dalamnya,
bangunan menerima dan melepas panas yang akan berdampak terhadap kondisi
ruang. Dalam kaitannya dengan kenyamanan termal bangunan, kondisi ini akan
mempengaruhi secara langsung pertukaran panas pada tubuh seseorang di
dalam bangunan. Secara timbal balik bangunan menerima dan melepas panas
lingkungan serta aktivitas didalamnya dan tubuh manusia yang berada di dalam
bangunan juga akan menerima dan melepas panas lingkungan serta tubuhnya
sendiri. Suhu inti manusia adalah 37ºC, keadaan otot dan di permukaan kulit
manusia berbeda dimana suhu menjadi lebih rendah, yaitu 30-35 ºC, sedangkan
pada ujung hidung dan kuping terdapat 22ºC.

Gambar 7 : Ilustrasi pertukaran kalor manusia


Sumber : Frick, Heinz/Mulyani, Tri Hesti. Arsitektur Ekologis. Yogyakarta:Kanisius, 2005.

Dengan metabolisme tubuh, maka tubuh manusia melepaskan panas kalor


sebesar 100 Watt. Pertukaran kalor manusia dengan lingkungannya tergantung
pada suhu udara, suhu permukaan yang berada di sekelilingnya, penyalur panas
oleh permukaan tersebut, kelembapan, dan gerak udara (angin).6

5
Grandjean, Etienne. Wohnphysiologie, Grundlagen gesunden Wohnens.
Zurich: Artemis. n.d. dikutip oleh Stahel, Hans Peter. Baukunst &
Gesundheit. Aarau: AT Verlag,1990. Hal83-84
6
Frick, Heinz/Mulyani, Tri Hesti. Arsitektur Ekologis. Yogyakarta: Kanisius, 2005. Hal. 40
18
2.2.4 Comfort Zone

Comfort Zone merupakan suatu daerah dalam bioclimatic chart yang


menunjang kondisi komposisi udara nyaman secara termal. Menurut Prasasto
faktor yang mempengaruhi kenyamanan termal berada pada taraf sebagai
berikut:
1. Temperatur (T) pada nilai antara 24º C < T <26º C
2. Kelembaban udara (RH) pada nilai antara 40 % < RH < 60%
3. Aliran udara (WH) pada nilai antara 0,6 m/s < WH < 1,5m/s
Menurut Standar Nasional Indonesia nomor SNI 03-6572-2001 tentang “Tata
Cara Perencanaan Teknis Konservasi Energi pada bangunan Gedung”, terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi kenyaman termal individu manusia,
seperti tingkat kelembaban udara, kecepatan pergerakan udara, radiasi
permukaan yang panas, termasuk aktivitas orang didalamnya danlain
sebagainya. Temperatur udara kering sangat besar dampaknya terhadap jumlah
kalor yang dilepas melalui penguapan (evaporasi) dan melalui konveksi.
Daerah kenyaman termal untuk daerah tropis dapat dibagi menjadi:
1. Temperatur sejuk nyaman 20,5ºC –22,8ºC
2. Temperatur nyaman optimal 22,8ºC -26ºC
3. Temperatur hangat nyaman 26ºC –27,1ºC
Untuk kelembaban (RH) yang masih dalam batas atas toleransi terdapat pada
nilai 40 % - 70 %, dan kecepatan angin pada nilai antara 0,4 – 1,5 m/s.
Temperatur efektif diartikan sebagai indeks lingkungan yang menggabungkan
temperatur dan kelembaban udara menjadi satu indeks yang mempunyai arti
bahwa pada temperatur tersebut respon termal dari orang pada kondisi tersebut
adalah sama, meskipun mempunyai temperatur dan kelembaban yang berbeda,
tetapi keduanya harus mempunyai kecepata udara yang sama. Standar
ASHRAE untuk temperatur efektif ini diartikan sebagai temperatur udara
ekuivalen pada lingkungan isometermal dengan kelembaban udara relatif 50%
dimana manusia memakai pakaian standar dan melakukan aktifitas tertentu
serta menghasilkan temperatur kulit dan kebasahan kulit yang sama.

19
Untuk memperoleh daerah zona yang dapat diterima sebagai daerah
temperatur operatif dan kelembaban udara relatif yang memenuhi kenyamanan
untuk orang melakukan aktivitas ringan dengan met kurang 1,2 , serta memakai
pakain dengan clo¹=0,5 untuk musim panas dan clo=0,9 untuk musim dingin,
ASHRAE (American Society of Heating Refrigerating and Air Conditioning
Engineering) mengeluarkan standar untuk zona kenyaman (comfrot zone)
seperti ditunjukan pada diagram dibawah

Gambar 8 : Daerah zona memenuhi kenyaman orang yang melakukan


aktivitas ringan dengan met <1,2
Sumber : SNI 03-6572-2001

Diagram ini mempunyai batasan ketidak puasan sebesar 10%, dengan batasan
koordinat sebagai berikut :

• Musim dingin, Temperatur operatif (top) berkisar antara 20ºC -23,5ºC


pada kelembaban udara relatif 60% dan berkisar antara 20,5ºC - 24,5ºC
pada 20ºC dew point dan dibatasi oleh temperatur efektif 20ºC dan
23,5ºC.

20
• Musim panas, Temperatur operatif (top) berkisar antara 22,5ºC - 26ºC
pada kelembaban udara relatif 60% dan berkisar antara 23,5ºC - 27º C
pada 20ºC dew point dan dibatasi oleh temperatur efektif 23ºC dan 26ºC

Dapat diambil kesimpulan menurut SNI bahwa zona kenyamanan termal untuk
orang Indonesia seperti yang telah disebutkan sebelumnya diambil 25C ± 1C
dan kelembaban udara relatif 55% ± 10%.

2.3 Prinsip Desain Arsitektur Tropis


Prinsip-prinsip desain arsitektur tropis dan untuk pencapaian kualitas
kenyamanan termal, berikut ini adalah bagian dari selubung bangunan yang
masing-masing mempunyai persyaratan khusus agar berfungsi optimal, antara
lain:

2.3.1 Atap
Merupakan bagian paling atas dari suatu bangunan, yang melindungi
gedung dan penghuninya secara fisik maupun metafisik
(mikrokosmos/makrokosmos). Permasalahan atap bergantung pada
luasnya ruang yang harus dilindungi, bentuk dan konstruksi yang
dipilih, dan jenis lapisan penutupnya. 7

Gambar 9 : Ilustrasi Fungsi Atap


Sumber : Frick & BambangDasar dasara rsitektur ekologis ,2006

7
Bdk: Ronner, Heinz. Kontext 79 – Dach. Zurich: ETH, 1987. Hlm21.

21
Fungsi Pengaruh luar Penyelesaian sehingga
kesinambungan terjamin
Menerima Beban oleh
beban bobot sendiri
kuda-kuda dan Memilih struktur yang
bahan pelapis cocok, kuat dan stabil
berarah vertikal

Tekan angin Beban yang


Memilih konstruksi sesuai
berarah
angin atau rangka batang
horizontal
dalam ruang
pada gevel
Kenaikan Menerima Ruang atap diberi
suhu oleh panas oleh pembaharuan udara
matahari sinar matahari secara alamiah
Menghindari Air hujan Memilih pelapis atap
masuknya air dengan sambungan yang
hujan rapat untuk perlindungan
terhadap air hujan.
Menghindari Kebisingan lalu
kebisingan lintas, terutama Memilih bahan bangunan
kapal terbang yang berat > 400kg/m2

Menghindari Petir Menyediakan penangkal


kebakaran petir dengan pembumian
yang cukup luas

Tabel 2 : Fungsi Atap


Sumber : Frick & BambangDasar dasar arsitektur ekologis ,2006
Persyaratan mendesain atap yang baik untuk daerah iklim tropis lembab antara
lain, yakni :

1. Atap miring bersudut tajam


Kemiringan atap yang tajam ini digunakan untuk menghadapi curah
hujan yang tinggi, agar air yang menerpa atap dapat dengan segera
mengalir. Ruang dibawah atap yang miring juga berfungsi sebagai ruang
menahan radiasi panas, namun sebaiknya diberi plafond agar hawa panas
dibawah atap tersebut tidak menerus ke ruangan di bawahnya.

22
2. Menghindari bentuk atap yang rumit.
Atap yang sesuai untuk daerah dengan curah hujan tinggi sebaiknya
dibuat sederhana, seperti atap pelana tanpa jurai, yang memiliki tingkat
kebocoran paling rendah, karena jurai umumnya berpotensi
mengakibatkankebocoran.
3. Material penutup atap yang mampu menahan panas.
Dapat diambil contoh pada bangunan kolonial yang ditandai dengan
pemakain konstruksi berat pada hampir semua elemen bangunan.
Konstruksi atap yang memiliki kemiringan hampir 40 derajat dengan
bahan penutup berupa genteng yang tebal dan berat terbukti mampu
menahan dan menangguhkan panas untuk jangka waktu yang panjang,
sehingga suhu udara di dalam ruang selalu berada dibawah suhu ruangan
di luarbangunan.
4. Teritisan atap yang lebar.
Bertujuan untuk melindungi dinding dari panas dan percikan air hujan.
Pada iklim tropis sinar matahari sampai pukul 10 pagi masih baik,
namun setelah jam tersebut akan berakibat pemanasan pada ruang. Maka
sebaiknya atap didesain dengan teritisan lebar untuk meminimalisir
paparan cahaya matahari siang yang mengenai badan bangunan. Selain
itu teritisan berfungsi menghalangi tampias hujan supaya air tidak
memercik masuk melalui bukaan, juga mengurangi intensitas kusen
terkena percikan air, sehingga kusen lebih awet.

2.3.2 Dinding

Dinding dapat didefinisikan sebagai bagian struktur bangunan yang


berbentuk bidang vertikal dan yang berguna untuk melingkupi,
membagi, atau melindungi.

Di daerah tropis, dinding memenuhi berbagai fungsi seperti

1. Membagi ruang yang luas atas ruang yang ukurannya


lebihnyaman
23
2. Mencegah masuknya debu dan air hujan serta sekaligus sebagai
pengudaraan dalam.

3. Menyediakan tempat teduh, segar, dan nyaman serta memberi


kebebasan (privacy) dan perlindungan bagi penghuni.

Menurut struktur gedung, dinding yang menerima beban dapat


berbentuk persegi atau melingkar (struktur bangunan masif),
berbentuk pelat (struktur bangunan pelat dinding sejajar), atau
berbentuk tiang atau kolom (struktur bangunan rangka) di mana
dinding dilubangi sedemikian rupa sehingga tinggal kolom saja.

Gambar 5. Konstruksi Gambar 6. Konstruksi Gambar 7. Kontruksi


dinding pada dinding pada dinding pada struktur
struktur bangunan struktur bangunan pelat bangunan rangka
masif dinding sejajar

Sumber : Frick & Setiawan Ilmu konstruksi struktur bangunan, 2001

Trechsel, H. R.(2001) menyatakan bahwa untuk mengurangi


kelembaban yang berlebihan melalui difusi pada dinding dan elemen
dinding, dapat menggunakan pelambat/penghambat uap air (vapor
retarder), yang berupa membran atau cat dinding dengan tingkat
kelembaban rendah. Kolom adalah elemen linear dan dinding
merupakan elemen dalam bidang bangunan yang vertikal. Dinding
adalah konstruksi yang berfungsi sebagai pembagi ruang umum dan
ruang pribadi.

24
Gambar 10. Pengaruh luar terhadap dinding penutup luar
Sumber : Frick & Setiawan Ilmu konstruksi struktur bangunan, 2001

Dinding merupakan elemen yang sangat berpengaruh pada


kenyamanan termal, karena merupakan bagian yang secara langsung
berhubungan dengan iklim luar atau lingkungan luar di sekitar
bangunan. Penentuan material dinding juga sangat berpengaruh
terhadap kenyamanan termal.

Pada dinding terdapat ventilasi dan jendela yang memiliki persyaratan


sebagai berikut agar dapat berfungsi dengan optimal, yakni:8

• Ventilasi (Penghawaan)

Perpindahan udara segar diperlukan untuk menjaga temperatur


dan kelembaban udara dalam ruangan. Sebaiknya temperatur udara
dalam ruangan harus lebih rendah paling sedikit 4 C dari temperatur
udara luar untuk daerah tropis. Pergantian udara bersih untuk orang
dewasa 33 m3/org/jam, kelembaban udara berkisar antara 60%.
Persyaratan ventilasi yang baik luas lubangnya minimum 5 % dari luas

8
Bdk: Ronner, Heinz. Kontext 79 – Dach. Zurich: ETH, 1987. Hlm21.
25
lantai ruangan untuk ventilasi tetap, sedangkan untuk ventilasi buka-
tutup (insidentik) minimal 10 % dari luas lantai ruangan. Lubang
ventilasi sebaiknya tidak terlalu rendah, maksimal 80 cm dari langit-
langit. Tinggi jendela yang dapat dibuka-tutup minimal 80cm dari lantai.
Jarak dari langit-langit dengan jendela minimal 30 cm dan untuk
mencegah gangguan binatang sebaiknya dipasang kasa nyamuk (insect
proof).

• Jendela

Persyaratan Jendela :
1. Luas jendela minimal 10 % luas lantai dan setengah dari luasan
jendela harus dapat dibuka.
2. Lubang hawa minimal 0,35 % luas lantai ruangan yang
bersangkutan di bawah permukaan langit-langit ruangan.

2.4 Permukiman

Permukiman menurut UU Nomor 1 tahun 2011 tentang perumahan


permukiman Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri
atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana,
utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan
perkotaan atau kawasan perdesaan. UU Nomor 80 tahun 1991 kawasan
permukiman adalah kawasan budidaya yang ditetapkan dalam rencana tata
ruang dan fungsi utama untuk permukiman. Permukiman merupakan bagian
dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan
perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal
atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung prikehidupan
dan penghidupan. 9

9
Petunjuk Perencanaan Kawasan Permukiman Kota, Bagian Peraturan
Perundangan Nomo 80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap Bangun dan
Lingkungan Siap bangun yang Berdiri Sendiri. Departemen Pekerjaan Umum.
26
Kurniasih (2007) mengemukakan bahwa permukiman memberikan
kesan tentang pemukim atau kumpulan pemukim beserta sikap dan
perilakunnya di dalam lingkungan.
Rumah sebagai bangunan merupakan bagian dari suatu permukiman
yang utuh. Rumah tidak hanya merupakan tempat bernaung melainkan juga
untuk melindungi diri dari segala gangguan, dan pengaruh fisik belaka, serta
merupakan tempat tinggal, tempat beristirahat setelah menjalani kegiatan
hidup sehari-hari. Oleh karena itu rumah harus mampu pula memenuhi hasrat-
hasrat psikologis insani dalam membina kerluarga. Rumah memberikan
kehangatan manusiawi yang dapat meredakan rangsangan kejiwaan, dapat
membangkitkan rasa dan suasana damai, aman, tentram, penuh kerukunan
dalam mengembangkan dan membangun diri maupun keluarganya untuk
mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan hidup lahir maupun batin.
Permukiman telah berkembang sebagai suatu proses yang homogen yakni
kehadiran manusia dalam menciptakan ruang dalam lingkungan yang serasi
akan meningkatkan tata lingkungan bermasyarakat menuju suatu pola
kehidupan sosial budaya yang sejahtera.

2.5 Lerengan

Pembangunan rumah di lerengan dapat menciptakan kampung yang


menghemat lahan dengan kepadatan penghuni yang tinggi. Meskipun
demikian, kebebasan/privasi pada rumah dan halaman masing- masing tetap
terjamin, dan jika aturan ruang memenuhi kebutuhan penghuni, maka kualitas
kehidupan dapat ditingkatkan.10
Makin padat lingkungan tempat tinggal direncanakan makin tinggi
kebutuhan atas kualitas. Hasil dari penelitian tentang perumahan membuktikan
bahwa kepadatan rendah bukan menjamin kualitas tinggi, tetapi lingkungan
tempat tinggal yang padat menuntut perencanaan bermutu tinggi sebagai

Hal2
10
Bdk: Gunsser, Christoph. Wohnen am Hang. Stuttgart: DVA, 2001. Hal8.
27
kebutuhan dasar. Permukiman di lerengan terjal dapat menentukan standar
baru tentang tempat tinggal yang padat.

Gambar 11. Penyesuaian rumah pada topografi tapak.


Sumber : Frick, Heinz, Membangun dan Menghuni Rumah di
Lerengan, Yogyakarta, Kanisius ,2003

2.6 Penentuan Sumbu Jalan (Alinament)


Seleksi awal dengan garis sumbu jalan dilakukan sebelum pekerjaan
konstruksi dimulai agar mendapatkan alur yang baik. Garis sumbu jalan yang
baik adalah garis yang mengikuti garis kontur atau yang naik-turun secara
merata. Hal ini dapat diaplikasikan dengan menggunakan jangka untuk
menetapkan jarak horizontal yang ingin ditempuh di antara dua garis kontur.

M = 1 : 5000
Jarak jangka = 20

Gambar 12. Garis kontur


Sumber : Frick, Heinz, Membangun dan Menghuni Rumah di Lerengan,
Yogyakarta, Kanisius ,2003
28
2.7 Rumah Sengkedan dan Split-level

Berkaitan dengan pembangunan rumah di lerengan perlu dijelaskan dua istilah


yang sering disalahgunakan, yaitu :
• Split-level berarti hunian yang karena topografi tanah adalah lerengan
landai, maka memiliki dua lantai yaitu di bagian bawah dan di bagian
atas lerengan, biasanya dengan beda tinggi setengah tingkat rumah.
• Rumah sengkedan (terraced house) merupakan rumah hunian yang
karena topografi tanah merupakan lerengan yang agak terjal, maka
memiliki susunan tingkat rumah yang sesuai garis kontur, dengan beda
tinggi selalu satu tingkat rumah.

Gambar 13. Rumah Split level ; Gambar 14. Rumah Sengkedan


Sumber : Frick, Heinz, Membangun dan Menghuni Rumah di Lerengan,
Yogyakarta, Kanisius ,2003

2.8 Angin

Angin terjadi terutama karena perbedaan radiasi matahari yang


diterima oleh permukaan bumi. Perbedaan radiasi matahari mengakibatkan
adanya perbedaan pemanasan permukaan bumi dan suhu udara.Hal ini
menyebabkan adanya perbedaan tekanan udara yang menimbulkan pergerakan
udara atau dingin.
Udara yang lebih panas mempunyai tekanan udara yang lebih rendah
sehingga udara dingin, yang bertekanan lebih tinggi, akan bergerak menuju
daerah udara yang lebih panas.

29
Angin Lokal
Lebih jauh, iklim dan angin regional dapat berubah karena variasi
bentuk permukaan bumi, seperti adanya lembah, perbukitan, dan perairan
dalam jarak yang lebih kecil atau berskala lokal. Angin lokal, yang juga
disebut dengan angin berskala topoklimatik, meliputi bentangan daerah sejauh
sepuluh kilometer. Angin lokal terjadi akibat pengaruh panas yang lebih besar
di daratan dan tempat yang lebih tinggi pada siang hari. Contoh angin lokal
adalah angin laut, angin daratan angin lembah.

Gambar 15. Pengaruh topografi atas sifat angin


Sumber : Frick, Heinz, Membangun dan Menghuni Rumah di Lerengan,
Yogyakarta, Kanisius ,2003

2.9 Teori Perancangan Kota

2.9.1 Teori Figure / Ground

Teori Tentang figure/ ground didapatkan melalui studi


hubungan tekstural antara bangunan ( building mass) dan ruang
terbuka ( open space). Sebagai bentuk solid (figure) serta open void
(ground). Trancik, Roger,(1986: 97-106) menyatakan bahwa teori
figure-ground bermula dari studi mengenai hubungan perbandingan
lahan yang ditutupi bangunan sebagai masa yang padat (figure)
dengan ruang-ruang (void- void) terbuka (ground). Secara khusus

30
teori ini tefokus pada pemahaman pola, tekstur dan poche (tipologi-
tipologi massa bangunan dan ruang tersebut). Analisis figure / ground
adalah alat yang sangat baik untuk mengidentifikasikan sebuah tekstur
dan pola-pola sebuah tata ruang perkotaan (urban fabric), serta
mengindentifikasikan masalah keteraturan massa / ruangperkotaan.
2.9.2 Pola Massa dan Ruang

Secara teoritik terdapat enam tipologi pola yang dibentuk


oleh hubungan massa dan ruang yaitu pola anguler, aksial, grid,
kurva linier, radial konsentris dan organis. Pola anguler merupakan
konfigurasi massa bangunan dan ruang di sekitar poros
keseimbangan yang tegak lurus terhadap suatu bangunan
monumentalis. Pola grid konfigurasi massa dan ruang yang
terbentuk atas perpotongan jalan-jalan secara tegak lurus. Pola
kurva linier adalah konfigurasi massa bangunan dan ruang secara
linier (lurus menerus). Pola radial konsentris adalah konfigurasi
massa dan ruang yang terpusat. Sedangkan pola organis merupakan
konfigurasi massa dan ruang yang dibentuk dengan ketidakteraturan.

Gambar 16. Pola tekstur kota secara diagramatis


Sumber : Trancik, Roger. op.cit hal 101

31
2.9.3 Tekstur Perkotaan
Tekstur merupakan derajat keteraturan dan kepadatan massa dan ruang.
Menurut variasi massa dan ruangnya, secara teoritik ada tiga tipologi tekstur
pekotaan yaitu :
• Tekstur Homogen : suatu konfigurasi yang dibentuk oleh massa dan
ruangnya yang relatif sama baik dari ukuran, bentuk dan kerapatan
• Tekstur Heterogen : Konfigurasi yang dibentuk oleh massa dan
ruangnya dan ukuran, bentuk dan kerapatannya berbeda
• Tekstrur menyebar : Konfigurasi yang dibentuk oleh massa dan
ruangnya dan ukuran, bentuk dan kerapatannya sangat heterogen
sehingga tidak mudah mendefinisikannya

Gambar 17. Tekstur konfigurasi massa bangunan dan lingkungan


Sumber : Zahnd (2000)

2.9.4 Tipologi Solid (Massa) dan Void (Ruang)


Sistem hubungan di dalam figure / ground dikenal dengan dua kelompok
elemen, yaitu solid (massa bangunan) dan void (ruang). Secara teoritis terdapat
tiga elemen dasar yang bersifat solid serta empat elemen dasar yang memiliki
sifat void.

A. Tiga elemen solid (atau blok) adalah:


• Blok tunggal : satu massa bangunan dalam sebuah blok dimana elemen
tersebut sering memiliki sifat yang penting (misalnya sebagai penentu
sudut, hierarki, atau penyambung).
• Blok yang mendefinisi sisi : Konfigurasi massa bangunan yang menjadi
pembatas sebuah ruang
32
• Blok medan : Konfigurasi yang terdiri dari kumpulan massa bangunan
secara tersebar secara luas.

Gambar 18. Tiga elemen solid


Sumber : Zahnd (2000)

B. Empat elemen void (ruang) adalah:


• Sistem tertutup yang linear : Memperhatikan ruang yang bersifat
linear, tetapi terkesan tertutup
• Sistem tertutup yang memusat : Sedikit jumlahnya karena memiliki
pola ruang yang berkesan terfokus dan tertutup (contoh pusat kota).
• Sistem terbuka yang sentral : adalah pola ruang bersifat terbuka
namun masih terlihat terfokus (contoh alun-alun besar,
tamankota).Sistem terbuka yang linear : Merupakan pola ruang yang
terkesan terbuka dan linear (contoh kawasansungai)

Gambar 19. Tiga elemen void


Sumber : Zahnd (2000)

33
2.10 Teori Linkage

Fumihiko Maki dalam bukunya berjudul “Investigation into Collective


Form”, menyatakan bahwa linkage adalah kesatuan bentuk fisik pada suatu
kota. Teori ini menitikberatkan pada hubungan satu elemen ke elemen lain,
memperhatikan dan menegaskan kaitan dinamik sebuah tata ruang perkotaan.
Secara teoritik linkage perkotaan dapat dibedakan menjadi tiga yaitu : linkage
visual, structural, dankolektif.
2.10.1 Linkage Visual
Dalam linkage yang visual dua atau lebih banyak fragmen kota
dihubungkan menjadi satu kesatuan secara visual. Edmund Bacon, membahas
teori ini secara lebih dalam. Teorinya menyebutkan bahwa kasus-kasus yang
menunjukan pengaruh elemen-elemen visual di dalam sejarah kota. Artinya
elemen-elemen tersebut sudah lama dikenal dan dapat dipakai baik di dalam
skala makro besar maupun skala makro kecil, yaitu kota secara keseluruhan
maupun kawasan dalam kota, karena sebuah linkage yang visual mampu
menyatukan daerah dalam berbagai skala.Lima elemen linkage visual yang
menghasilkan hubungan secara visual, yaitu garis, koridor, sisi sumbu dan
irama.

Gambar 20. Lima elemen linkage visual


Sumber : Zahnd (2000)

34
2.10.2 Linkage Struktural

Dalam linkage struktural yang baik, pola ruang perkotaan dan


bangunanya sering berfungsi sebagai stabilisator dan koodinator di dalam
lingkungannya, karena setiap kolase perlu diberikan stabilitas dan koodinasi
tertentu dalam strukturnya. Ada tiga elemen struktural yang mencapai
hubunganecara arsitektural, yaitu : tambahan, sambungan, dan tembusan.
Secara struktural elemen tambahan melanjutkan pola pembangunan yang
sudah ada sebelumnya. Bentuk-bentuk massa dan ruang yang ditambah dapat
berbeda, namun pola kasawasannya tetap diartikan sebagai bagian atau
tambahan pola yang sudah ada disekitarnya. Elemen sambungan
memperkenalkan pola baru pada kawasan lingkungannya. Elemen tembus
tidak memperkenalkan pola baru yang belum ada.

Gambar 21. Tiga elemen linkage struktural


Sumber : Zahnd (2000)

2.10.3 Linkage Kolektif


Tipe spatial yang diungkapkan oleh Fumihiko Maki secara kolektif adalah :
1. Compositional Form : ruang sebagai penghubung bentuk yang letak
2. Megaform : berbentuk massa besar memanjang, ada awalan
dan akhiran, merupakan satu kesatuan besar, open ended.
35
3. Group Form : Berkelompok - kelompok dan masing –
masing kelompok dihubungkan oleh jalur pedestrian. Merupakan hasil
akumulasi tata bangunan secara incremental sepanjang sirkulasi dan
organik.

Gambar 22. Tiga elemen bentuk kolektif


Sumber : Zahnd (2000)

2.11 Teori Place

Teori ini lebih bersifat interaksi manusia dengan lingkungannya, dimana


spesifikasinya ditentukan oleh waktu. Sifatnya cenderung tidak tetap dan sistemnya
membutuhkan batas yang jelas. Christian Norberg Shultz mengemukakan bahwa
spirit of place memiliki sifat yang divisualisasikan melalui arsitektur, sehingga
tercipta tempat-tempat yang bermakna sebagai “tempat manusia”. Suatu lingkungan
wajib memenuhi kebutuhan fisik dan pikiran (menyerap, membentuk, merasakan)
sehingga memperkuat identitas perseptualnya.
Roger Trancik mengemukakan sebuah space akan ada kalau dibatasi sebagai
sebuah void, dan sebuah space menjadi sebuah place kalau mempunyai arti dari
lingkungan yang berasal dari budaya daerahnya.11
Karakteristik dasar kota dapat diidentifikasi melalui lima elemen dasar
pembentuknya yaitu : Jalur (path), tepian (edges), distrik (districk), simpul (nodes),
dan tengaran (landmark).

11
Trancik, Roger. Op.cit hal112
36
Gambar 23. Lima elemen teori place
Sumber : Zahnd (2000)

2.12 Parameter Menurut Pendapat


Hasil penelitian dibawah ini bersumber dari penelitian ruang luar
yang dilakukan oleh Sangkertadi (2013) di Manado dan Tri Harso
Karyono (2014) di Jakarta.

Tolok Ukur Nyaman


No Parameter Lokasi Tidak
Nyaman Sedang
Nyaman
Jakarta 24-27 ° 25- 30 ° 30-34°
1 Suhu
Manado 26-27,5 ° 26- 30 ° 31-33°
Kelembaban Jakarta 60-70 % 55-60 % 30-40 %
2
Udara Manado 60-70 % 50-60 % 32-40 %
Jakarta 2 m/s 1 m/s 0,5 m/s
3 Kecepatan Angin
Manado 3 m/s 2 m/s 1 m/s

Tabel 3. Kenyaman Termal Menurut Pendapat


Sumber : Sangkertadi (2013), Tri Harso Karyono (2014)

Keterangan :
• Lokasi Jakarta pedapat Tri Haryo Karyono (2014)
• Lokasi Manado pendapat Sangkertadi (2013)
37
Kajian Pola Spasial

1 Deskripsi Batas Peta lokasi, data penduduk dan situasi daerah


umum pembahsan tersebut.
Kondisi fisik
kampung
lerengan

• Linier (tertutup)
2 Solid - Void Bentuk
Memperhatikan ruang yang bersifat linear, tetapi
terkesan tertutup
• Linier (terbuka)
Merupakan pola ruang yang berkesanterbuka dan
linear
• Homogen
Konfigurasi yang dibentuk oleh massa
danruangnya yang relatif sama baik dari ukuran,
bentuk dan kerapatan

• Heterogen
Tekstur Konfigurasi yang dibentuk oleh massa
danruangnya dan ukuran, bentuk dan
kerapatannya berbeda
• Menyebar
Konfigurasi yang dibentuk oleh massa
danruangnya dan ukuran, bentuk dan
kerapatannya sangat heterogensehingga sulit
Pola mendefinisikannya

• Blok tunggal
Terdapat satu massa bangunan dalam sebuah
blokdimana elemen tersebut sering memiliki sifat
yang penting.
• Blok yang medefinisisisi
Konfigurasi massa bangunan yangmenjadi
pembatas sebuah ruang
• Blok Medan
Konfigurasi yang terdiri dari kumpulan massa
bangunan secara tersebar secara luas.

Tabel 4 : Parameter Kajian


Sumber : Penulis

38
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam peneletian yang berjudul Kinerja Kenyamanan Termal Akses


Lingkungan Kampung Lerengan Semarang Studi Kasus Kampung Pelangi RW 3 ini,
peneliti menggunakan metode penelitian campuran (mix method). Berikut penjelasan
metode penelitian campuran yang digunakan peneliti.

3.1 Pendahuluan

Metodologi penelitian merupakan kronologis atau keseluruhan suatu


penelitian dari awal permasalahan sampai suatu masalah dapat terjawab atau
diselesai, dimana metode penelitian adalah langkah-langkah atau tahapan yang
digunakan dalam mengerjakan penelitian. Pada penelitian ini metode yang
digunakan adalah metode kombinasi desain dengan metode kuantitatif sebagai
metode primer atau yang cenderung lebih banyak digunakan dalam melakukan
penelitian.
Menurut Johson dan Cristen 2007 dalam Sugiyono (2011, Metode
Penelitian Kombinasi, hlm.404) menyatakan bahwa : Penelitian metode
campuran (mixed methods) merupakan penelitian yang mengombinasikan atau
mengasosiasikan bentuk kualitatif dan kuantitatif. Metode ini berupa
pendekatan yang melibatkan asumsi-asumsi filosofis, aplikasi pendekatan-
pendekatan kualitatif dan kuantitatif, dan penggabungan kedua pendekatan
tersebut dalam satu penelitian. Penggunaan metode campuran dalam penelitian
yang dimaksud yaitu penelitian yang sedang dilaksanakan untuk mendapatkan
data kuantitatif beserta data kualitatif yang digunakan sebagai bukti empiris
dalam menjawab rumusan masalah penelitian. Penggunaan metode campuran
ini dirasa oleh peneliti lebih baik, lengkap dan komprehensif. Dengan kata lain
metode campuran (mix methods) dipilih pada penelitian ini karena peneliti
ingin mendapatkan fakta yang lebih banyak dalam meneliti termal lingkungan
Kampung Pelangi, dengan tujuan untuk melengkapi gambaran hasil studi
mengenai fenomena yang diteliti dan agar analisa penelitian lebih baik.

39
Metode penelitian ini diharapkan akan membantu dalam menjawab dengan
sangat baik untuk permasalahan yang menjadi fokus objek penelitian, yaitu
kampung lerengan Wonosari RW 3, Kelurahan Randusari Kecamatan
Semarang Selatan Kota Semarang.
Dibawah ini penjelasan penelitian campuran (mix method) menurut Jhon W.
Creswell dalam Research design, 2014) :
• Melibatkan data kualitatif dan kuantitatif dalam menanggapi
pertanyaan.
• Dua data terintegrasi dalam analisis penelitian (Pengambilan sampel,
sumber informasi, analisa data, wawancara dan pengkuran)
• Mencakup analisis kedua bentuk data kualitatif dan kuantitatif.

3.2 Metode Penelitian

3.2.1 Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data primer
Pengambilan data primer dilakukan untuk menghimpun data- data serta
permasalahan yang ada. Pengambilan data primer dilakukan dengan
cara :

• Wawancara
Dilakukan melalui interaksi kepada masyarakat dan atau pihak-
pihak terkait.

• Observasi
Menurut Hamidi dalam Susanti 2015, Observasi berarti peneliti
melihat dan mendengarkan (termasuk menggunakan 3 indera
yang lain) apa yang dilakukan dan dikatakan para responden
dalam aktivitas sehari- hari.

• Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan data grafis sebagai
materi analisis grafis. Metode dokumentasi yang peneliti
lakukan yakni mengambil foto-foto yang berkaitan dengan
40
objek penelitian, baik lokasi maupun catatan dari lembaga atau
perseorangan.

• Pengukuran
Pengukuran (dengan alat-alat ukur) untuk memperoleh data-
data kuantitatif variabel yang diperlukan pada obyek yang
diteliti, dengan menggunakan alat bantu antara lain :
➢ Thermo Hydrometer
Thermo Hygrometer ini digunakan untuk mengukur
suhu dan kelembaban di dalam dan diluar ruangan.

Gambar 24. Hydrometer digital


Sumber : Dokumentasi Pribadi (10 Maret 2018)

41
➢ Anemometer
Pada gambar ini digunakan untuk mengukur
kecapatan angin dan temperatur udara.

Gambar 25. Anemometer digital


Sumber : Dokumentasi Pribadi (10 Maret 2018)

➢ Meteran Roll
Pada gambar ini digunakan untuk mengukur ruas jalan
lingkungan.

Gambar 26. Meteran Roll


Sumber : Dokumentasi Pribadi (10 Maret 2018)

42
3.3 Metode Analisis

Tahapan yang dilakukan setelah semua data yang penulis butuhkan


terkumpul adalah analisa data. Kelengkapan data sangat mempengaruhi
lancarnya proses analisis. Berikut merupakan cara analisa data yang dilakukan
dalam penelitian ini :
1. Memeriksa, bertujuan agar semua data yang telah terkumpul ke peneliti
baik data observasi, wawancara maupun dokumentasi mengenai Kinerja
Kenyamal Termal Akses Lingkungan Kampung Lerengan Semarang
dapat di gunakan secara maksimal.
2. Memberi tanda, memberi kode terhadap pertanyaan yang telah diajukan
dan data yang didapat.
3. Tabulasi data, seluruh data yang telah diperikasa dan diberi tanda
dimasukan dalam tabel-tabel yang kemudian akan dianalisa
mengunakan paramater-parameter di telah ditetapkan diawal.

Data serta analisis yang telah diolah dideskripsikan sesuai dengan fakta dan
kenyataan yang ada. Analisis tersebut dapat dikembangkan kembali untuk
menghasilkan sebuah kesimpulan yang berujung pada terjawabnya
permasalahan.
Kerangka analisis untuk penelitian Kinerja Kenyamanan Termal Lingkungan
Kampung Lerengan Semarang. (studi kasus Kampung Wonosari, RW 3) dapat
dilihat pada diagram alur penelitian berikut.

43
• Alur Penelitian

Metode Wawancara Metode Pengamatan

Data Landasan Data


Teori &

Hasil
Analisa

Kesimpulan
Gambar 27. Diagram Metode Analisis Data
Sumber: Penulis

Permasalahan

Kajian Teoritik Metode Penelitian

Data Lapangan

Analisi
s

Kesimpulan

Saran

Gambar 28. Diagram Keseluruhan Penelitian


Sumber: Penulis
44
3.4 Metode Pemilihan Sampel Lokasi
Lokasi penelitian berada dikawasan kampung lerengan Wonosari,
Kelurahan Randusari Kecamatan Semarang Selatan Kota Semarang. Secara
geografis Kota Semarang terletak di antara 6º, 5' - 7º, 10' Lintang Selatan dan
110º, 35' Bujur Timur dan memiliki luas wilayah mencapai 37.366.838 Ha atau
setara dengan 373.7 Km2.

Gambar 29. Peta Kampung Wonosari


Sumber: Disperkim Kota Semarang

45
Batas wilayah Batas wilayah Kampung Wonosari adalah sebagai berikut :

Utara : Berbatasan dengan Jalan Pandanaran dan Tugu Muda


Timur : Berbatasan dengan Jalan Bergota dan TPU Bergota
Selatan : Berbatasan dengan Jalan Dr Sutomo dan RSUP Kariadi
Barat : Berbatasan dengan Jalan Hos Cokroaminoto dan Rumah
Sakit Bhakti Wira Tamtam

Lokasi penelitian berada dikawasan kampung lerengan Wonosari, Kelurahan


Randusari Kecamatan Semarang Selatan Kota Semarang.

Gambar 30. Peta Lokasi Kampung Wonosari


Sumber : Google maps

46
TUGU MUDA
LOKASI
KAMPUNG RSUP. DR
PELANGI KARIADI

LUAS KAWASAN ± 4 Ha
TOTAL BANGUNAN 391

Gambar 31. Peta Lokasi Kampung Wonosari


Sumber : Google maps (Kampung Wonosari)

Gambar 32.Foto Drone Kampung Wonosari


Sumber : Dokumentasi pribadi (5 Maret 2018)

47
3.4.1 Objek Penelitian
Objek Penelitian yang diteliti pada kampung lerengan Wonosari adalah
kenyaman termal lingkungan dan bangunan pada kampung pelangi, Kelurahan
Randusari Kecamatan Semarang Selatan Kota Semarang. Penelitian
dilapangan diharapkan dapat memberikan informasi yang nantinya akan
menghasilkan kesimpulan mengenai kenyamanan termal lingkungan pada
suatu kampung lerengan.

3.4.2 Lingkup Penelitian

Peneliti membatasi lingkup penelitian pada kampung lerengan Wonosari


atau kampung pelangi dengan mengabil hanya wilayah RW 3. Dimana RW 3
kampung wonosari menjadi fokus penelitian karena memiliki kepadatan
penduduk lebih padat dibandingkan RW 4, sebagaimana ditercantum pada tabel
dan gambar berikut :

Usia Penduduk RW 3 RW 4
No
(Tahun) L P L P
1 0-5 73 61 28 29
RW
2 6 - 10 69 69 30 32
3
3 11 - 15 67 69 23 36
4 16 - 20 50 51 40 36
5 21 - 25 64 36 28 36
6 26 - 30 57 48 23 18
7 31 - 35 57 48 30 31
8 36 - 40 52 64 28 35
9 41 - 45 48 49 41 41
10 46 - 50 39 49 32 44
11 51 - 55 47 50 33 29
12 56 - 60 38 48 18 26
13 61 keatas 46 56 49 65
Jumlah 707 698 403 458
Jumlah Penduduk 1.405 861

Tabel 5 : Data kependudukan


Sumber : Disperkim Kota Semarang

48
3.4.3 Lokasi Terpilih (Makro)

Gambar 33 . Solid (Massa) dan Void (Ruang)


Sumber : Penulis

Keterangan :

: Solid

: Vegetasi

Pada gambar diatas merupakan solid dan void pada kampung Wonosari dan
tanda pada gambar adalah area gang 5 , RW 3 dimana sebagai objek dalam
penelitian.

49
3.4.4 Sampel Penelitian Terpilih (Mikro)

1 Sampel I merupakan gerbang masuk pada


gang 5 dan titik terendah dalam penelitian
dimana kondisi esksisting terdapat
bantaran sungai di depan area rumah.
Pada area ini lebar jalan ±2 m.
Konfigurasi kepadatan pada sampel I
memiliki tekstur homogen dan memiliki
pola blok yang mendefinisi sisi.

3
2

Sampel II merupakan titik tengah dalam Sampel III merupakan titik tertinggi
penelitian dengan ketinggian ±30 mdpl. dalam penelitian dengan ketinggian ±50
Pada area ini lebar jalan ±1 m. mdpl . Pada area ini lebar jalan ±1 m.
Konfigurasi kepadatan pada sampel II Konfigurasi kepadatan pada sampel I
memiliki tekstur heterogen dan memiliki memiliki tekstur heterogen dan memiliki
pola blok yang mendefinisi sisi. pola blok medan.

Gambar 34 . Sampel penelitian


Sumber : Penulis

50
3.4.5 Potongan Kawasan Kampung Wonosari

A`

Sampel I Sampel II Sampel III

Gambar 35 . Potongan Kawasan Kampung Wonosari


Sumber : Penulis

51
Dari tiga sampel yang di ambil memiliki karakteristik konfigurasi kepadatan yang
berbeda-beda. Objek pada sampel penelitian ini akan di jelaskan bagaimana perbedaan
konfigurasi kepadatan yang banyak dengan kepadatan yang memiliki void sebagai
ruang luar ( area hijau)

Penelitian ini dititikberatkan pada dua aspek yaitu, aspek fisik yang berupa analisa
kenyaman termal lingkungan. Sedangkan aspek non fisik yang berupa asumsi dan
tanggapan dari pengguna kampung Wonosari RW 3. Kedua aspek tersebut didapatkan
melalui pengumpulan data yang terbagi dalam data sekunder dan data primer. Data
Primer merupakan segala bentuk data yang berhasil peneliti dapatkan dilapangan,
dapat berupa pengamatan, foto lapangan, dan hasil wawancara. Melainkan data
sekunder adalah data yang dihimpun dari pihak ke tiga atau stakeholders.

52
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dari penelitian dan pembahasannya akan dibahas pada bab ini. Pertama akan
lebih dijelaskan mengenai lingkup penelitian yang diteliti. Setelah itu dilanjutkan mengenai
sampel yang diambil serta pembahasannya. Penyajian atau penampilan penulisan data suhu
udara, kelembaban udara, dan kecepatan angin untuk kenyamanan termal lingkungan luar
akan disajikan dalam bentuk tabel fungsi dalam jam periode harian selama bulan Juli dan
bulan Agustus tahun 2018.

4.1 Hasil Penelitian


Pembahasan mengenai kebutuhan kenyaman masyarakat di Kampung
Wonosari, meliputi tingkat suhu nyaman berdasarkan tabel data suhu udara,
kelembaban udara dan kecepatan angin yang terdapat di Kampung Wonosari. Pada
penelitian ini terdapat beberapa sampel yang akan jadikan objek penelitian, dimana
masing – masing sampel memiliki karakteristik konfigurasi kepadatan yang
berbeda – beda.

4.2 Tingkat Kenyaman di Kampung Wonosari

Tingkat kenyaman iklim pada suatu wilayah di pengaruhi oleh tiga unsur
yaitu suhu udara, kelembaban udara dan kecepatan angin. Di kampung Wonosari
menurut keterangan dari responden, rasa nyaman diperoleh pada suhu 24.5ºC –
27.2ºC, dengan kelembaban udara 60% - 80% dan kecepatan angin maksimal 1.5
m/s.

Berdasarkan hasil wawancara dengan warga setempat di Kampung


Wonosari, ada perbedaan udara pada area atas dan bawah Kampung Wonosari.
Pergerakan angin pada jam 07.00-11.00 pada area atas lebih dingin di bandingkan
di area bawah. Sedangkan pada area bawah pada jam 12.00-16.00 lebih dingin
dibandingkan area atas. Hal ini yang menyebabkan terjadinya angin laut dan angin
darat.

53
4.3 Sampel Penelitian
4.3.1 Sampel I
Pada sampel I di ambil pada RW 3, gang 5. Dimana pada sampel I ini berada
dititik terendah pada Kampung Wonosari. Dengan kondisi eksisting dimana
terdapat bantaran sungai di depan area rumah. Pada area ini lebar jalan ±2 m dengan
material paving sebagai jalan lingkungan. Vegetasi berupa pohon mangga (2)
dengan diameter ±60cm, pohon belimbing (4) dengan diameter ±10cm dan pohon
pepaya (1) dengan diameter ±25cm. Konfigurasi kepadatan pada sampel I memiliki
tekstur homogen dan memiliki pola blok yang mendefinisi sisi.

: Pohon Mangga

: Pohon Belimbing

: Pohon Pepaya

Gambar 36. Sampel I penelitian


Sumber: Penulis

Gambar 37. Foto Panorama Sampel I


Sumber : Dokumentasi pribadi ( 17 Maret 2018)

54
Gambar 38. Foto Eksisting B Gambar 39. Foto Eksisting C
Sumber : Dokumentasi pribadi (17 Maret 2018) Sumber : Dokumentasi pribadi (17 Maret 2018)

A B

D
C

Gambar 40. Foto Eksisting A Gambar 41. Foto Eksisting D


Sumber : Dokumentasi pribadi (17 Maret 2018) Sumber : Dokumentasi pribadi (17 Maret 2018)

Gambar 42. Foto Eksisting Sampel I


Sumber : Dokumentasi pribadi (17 Maret 2018)

Pada gambar di atas adalah sequence sampel I yang merupakan titik terendah dalam
penelitian dengan kondisi eksisting bantaran sungai di sekitar area. Dimana keterangan
pada gambar A adalah ruas kiri rumah penduduk dengan jalan lingkungan menggunakan
material paving, lebar jalan ±1,5 m . Sedangkan gambar B dan C merupakan gerbang
akses gang 5 dengan lebar jalan ±2 m. Dan gambar D adalah ruas kanan rumah
penduduk dengan jalan lingkungan menggunakan material beton dengan lebar jalan
±1,5 m
55
4.3.1.1 Data Suhu Bulan Juli (Sampel I)

Pada sampel I bulan Juli, grafik yang terlihat menunjukan


pergeseran temperatur udara pada setiap interval waktu. Suhu terendah pada
tanggal ke 4 dan jam 07.00 yaitu 24,1 ºC. Sedangkan suhu tertinggi pada
hari ke 28 jam 12.00 yaitu 34,4 ºC. Terlihat pada grafik bahwa mulai
pertengahan bulan tepatnya hari ke 13 suhu sampel I setiap jamnya
menunjukan peningkatan yang cukup signifikan. Rata –rata suhu udara pada
jam 07.00 adalah 25 ºC, pada jam 12.00 adalah 33,9 ºC dan 17.00 adalah
30,3 ºC sedangkan untuk jam 21.00 adalah 27,8 ºC.

Gambar 41. Foto Pengukuran Sampel I


Sumber : Dokumentasi pribadi (10 Maret 2018)

56
• Data Suhu Bulan Juli (Sampel I)

TANGGAL RATA-
BULAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 RATA

07.00 24,2 24,8 25,4 24,1 24,6 24,8 24,4 25,1 25,1 25,3 24,8 25,1 25,0 25,2 25,4 25,3 25,2 24,9 25,2 25,0 25,3 25,2 25,0 25,1 24,7 24,9 24,8 25,3 25,4 25,2 25,3 25,0
12.00 33,4 34,2 33,8 33,4 33,7 33,2 33,4 33,6 33,6 33,8 33,8 33,7 33,8 34,0 34,1 34,1 34,3 34,1 34,0 34,0 33,8 33,7 34,0 34,0 34,1 34,1 34,1 34,4 34,3 34,0 34,1 33,9
17.00 31,2 31,2 30,5 30,8 30,2 29,4 30,2 30,2 30,1 30,0 30,0 30,3 30,3 30,1 30,0 30,2 30,2 30,1 30,4 30,4 30,6 30,4 30,3 30,0 30,1 30,1 30,2 30,0 30,4 30,5 30,8 30,3
21.00 28,8 27,2 27,6 27,8 27,2 27,6 27,2 27,2 27,4 27,0 27,1 27,3 27,4 27,7 27,5 28,1 28,2 28,2 28,0 27,8 27,8 28,0 28,2 28,0 28,0 28,3 28,4 28,4 28,4 28,2 28,2 27,8

Tabel 6 : Data Suhu Sampel I Bulan Juli 2018


Sumber : Penulis

SUHU BULAN JULI (SAMPEL I)

34.0

32.0
SUHU (°C)

30.0 07.00
12.00
28.0 17.00
21.00
26.0

24.0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
TANGGAL

Diagram 2 : Data Suhu Sampel I Bulan Juli 2018


Sumber : Penulis

57
4.3.1.2 Data Kelembaban Bulan Juli (Sampel I)
Pada grafik kelembaban sampel I bulan Juli menunjukan pergerakan
yang relatif tidak stabil, yang terjadi pada pukul 07.00 dan 12.00 dalam satu
bulan penuh. Terlihat pada grafik dibawah pada tanggal ke 2 di jam 12.00
yaitu 30%. Sedangkan tingkat kelembaban tertinggi adalah tanggal ke 20
jam 07.00 yaitu 65,6 %.
Rata –rata kelembaban udara pada jam 07.00 adalah 62,4% pada jam 12.00
adalah 31,9% dan 17.00 adalah 45,8% sedangkan untuk jam 21.00 adalah
53,6%.

TANGGAL RATA-
BULAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 RATA
07.00 56,3 58,0 58,0 58,4 62,0 60,0 62,3 62,5 63,0 65,2 64,2 64,0 62,0 60,0 62,2 60,8 61,2 64,0 62,5 65,6 65,2 63,5 64,2 64,0 64,6 64,0 62,4 63,0 63,8 64,8 64,2 62,4
12.00 30,2 30,0 34,2 30,2 33,2 31,3 30,5 32,0 32,5 33,2 33,0 32,0 30,8 34,2 30,2 32,8 34,2 30,6 31,3 34,2 31,5 30,8 32,0 30,4 31,5 33,6 30,3 32,3 31,1 30,2 33,8 31,9
17.00 42,6 45,3 43,2 47,2 45,8 43,5 42,3 41,3 42,3 45,3 44,1 47,5 46,2 46,8 46,0 46,5 47,3 47,2 47,6 46,3 46,1 47,5 48,0 47,5 47,8 47,3 47,1 46,0 46,2 45,1 45,5 45,8
21.00 50,1 53,6 51,3 52,7 52,6 53,7 53,3 52,2 52,6 53,6 53,1 53,8 54,1 54,0 54,4 53,6 54,6 52,6 53,1 53,1 53,1 53,0 52,4 55,0 55,6 55,1 55,4 55,1 54,7 54,6 55,2 53,6

Tabel 7 : Data Kelembaban Sampel I Bulan Juli 2018


Sumber : Penulis

Diagram 3 : Data Kelembaban Sampel I Bulan Juli 2018


Sumber : Penulis

58
4.3.1.3 Data Kecepatan Angin Bulan Juli (Sampel I)
Adanya fluktuasi pergerakan angin yang terjadi dari tanggal ke 1
sampai dengan sampai dengan tanggal 31 untuk sampel ini. Angin
berhembus pada kecepatan tertinggi pada bulan ini yaitu 2,1 m/s yang terjadi
pada tanggal 7, 16, 17.24 dan 26 di jam 12.00. Sedangkan untuk kecepatan
angin terendah adalah 0,1 m/s. Rata –rata kecepatan angin pada jam 07.00
adalah 0,3 m/s, pada jam 12.00 adalah 1,7 m/s dan 17.00 adalah 0,5 m/s
sedangkan untuk jam 21.00 adalah 0,4 m/s.

TANGGAL RATA-
BULAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 RATA
07.00 0,3 0,1 0,1 0,3 0,1 0,3 0,4 0,3 0,3 0,4 0,1 0,2 0,2 0,3 0,1 0,1 0,2 0,2 0,3 0,3 0,3 0,4 0,4 0,2 0,3 0,3 0,1 0,3 0,2 0,4 0,3 0,3
12.00 1,2 1,4 1,2 1,8 1,4 2,0 2,1 1,6 1,5 1,6 1,2 1,4 1,2 1,8 2,0 2,1 2,1 2,0 1,8 2,0 1,8 1,8 2,0 2,1 2,0 2,1 1,8 1,6 1,8 2,0 1,8 1,7
17.00 0,2 0,2 0,4 0,4 0,6 0,6 0,8 0,8 0,4 0,5 0,5 0,1 0,6 0,5 0,6 0,4 0,4 0,8 0,8 0,6 0,5 0,3 0,3 0,6 0,6 0,4 0,4 0,5 0,7 0,5 0,2 0,5
21.00 0,5 0,2 0,4 0,6 0,5 0,5 0,4 0,4 0,4 0,6 0,6 0,2 0,2 0,5 0,5 0,4 0,4 0,2 0,2 0,4 0,4 0,6 0,6 0,5 0,5 0,6 0,4 0,6 0,6 0,6 0,4 0,4

Tabel 8 : Data Kecepatan Angin Sampel I Bulan Juli 2018


Sumber : Penulis

Diagram 4 : Data Kecepatan Angin Sampel I Bulan Juli 2018


Sumber : Penulis

59
4.3.1.4 Data Suhu Bulan Agustus (Sampel I)
Pada sampel I bulan Agustus, grafik yang terlihat menunjukan
pergeseran temperatur udara pada setiap interval waktu. Suhu terendah pada
tanggal ke 1 dan jam 07.00 yaitu 24,2 ºC. Sedangkan suhu tertinggi pada
hari ke 25 jam 12.00 yaitu 35,6 ºC. Terlihat pada grafik bahwa mulai
pertengahan bulan tepatnya tanggal ke 10 suhu sampel I setiap jamnya
menunjukan peningkatan yang cukup signifikan. Tetapi mulai tanggal 20
suhu cenderung berubah fluktuatif sehingga terlihat pada grafik pergerakan
tidak konstan, namun kondisi tersebut tidak terjadi di pukul 21.00. Rata –
rata suhu udara pada jam 07.00 adalah 25 ,6 ºC, pada jam 12.00 adalah 34,5
ºC dan 17.00 adalah 31,2 ºC sedangkan untuk jam 21.00 adalah 27,8 ºC.
TANGGAL RATA-
BULAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 RATA
07.00 24,2 25,8 25,4 25,6 24,6 24,8 24,4 25,8 25,1 25,3 24,8 25,1 26,3 26,0 25,4 25,8 26,3 26,5 26,7 26,2 25,8 26,8 26,5 26,4 26,6 25,3 24,8 25,1 25,4 26,0 25,3 25,6
12.00 34,0 34,2 34,6 34,0 34,8 34,4 33,4 34,6 34,5 34,0 35,2 35,0 34,8 35,2 35,4 35,1 34,6 34,1 34,0 35,2 35,4 34,8 34,0 34,0 35,6 34,3 34,1 35,8 34,2 34,1 33,5 34,5
17.00 31,2 30,8 30,5 30,8 31,8 31,6 31,0 30,2 30,1 30,0 30,0 30,3 30,3 31,3 31,5 31,4 31,0 31,2 31,6 31,0 32,5 31,8 32,4 31,8 31,6 31,8 31,0 31,8 31,4 31,6 30,8 31,2
21.00 28,8 27,2 27,6 27,8 27,2 27,6 27,2 27,2 27,4 27,0 27,1 27,3 27,4 27,7 27,5 28,1 28,2 28,2 28,0 27,8 27,8 28,0 28,2 28,0 28,0 28,3 28,4 28,4 28,4 28,2 28,2 27,8

Tabel 9 : Data Suhu Sampel I Bulan Agustus 2018


Sumber : Penulis

Diagram 5 : Data Suhu Sampel I Bulan Agustus 2018


Sumber : Penulis

60
4.3.1.5 Data Kelembaban Bulan Agustus (Sampel I)

Pada grafik kelembaban sampel I bulan Agustus menunjukan


pergerakan yang relatif tidak stabil, yang terjadi pada pukul 07.00 dan 12.00
dalam satu bulan penuh. Terlihat pada grafik dibawah kelembaban terendah
pada tanggal ke 4 di jam 12.00 yaitu 30%. Sedangkan tingkat kelembaban
tertinggi adalah hari ke 20 jam 07.00 yaitu 65,6 %. Rata –rata kelembaban
udara pada jam 07.00 adalah 62,7% pada jam 12.00 adalah 33,1% dan 17.00
adalah 46,8% sedangkan untuk jam 21.00 adalah 54,6%.

TANGGAL RATA-
BULAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 RATA
07.00 60,2 61,3 59,0 58,4 62,0 60,0 62,3 62,5 63,0 65,2 64,2 64,0 62,0 60,0 62,2 60,8 61,2 64,0 62,5 65,6 65,2 63,5 64,2 64,0 64,6 64,0 62,4 63,0 63,8 64,8 64,2 62,7
12.00 30,2 30,4 34,2 30,2 33,2 31,3 30,5 32,0 32,5 33,2 33,0 32,0 30,8 34,2 30,2 32,8 34,2 30,6 31,3 34,2 31,5 33,6 34,5 36,3 35,3 36,0 35,6 36,6 33,4 35,4 36,7 33,1
17.00 42,6 45,3 43,2 47,2 45,8 46,6 45,8 48,5 47,6 45,3 44,1 47,5 48,6 47,2 46,0 46,5 47,3 47,2 47,6 46,3 46,1 47,5 48,0 47,5 47,8 47,3 47,1 47,6 47,8 48,5 48,0 46,8
21.00 55,6 54,6 53,4 55,2 54,1 53,7 53,3 56,5 55,0 56,0 56,0 54,0 56,0 55,0 54,3 55,3 54,6 52,6 53,1 53,1 54,3 53,0 54,1 55,0 55,6 55,1 55,4 55,1 54,7 54,6 55,2 54,6

Tabel 10 : Data Kelembaban Sampel I Bulan Agustus 2018


Sumber : Penulis

Diagram 6 : Data Kelembaban Sampel I Bulan Agustus 2018


Sumber : Penulis

61
4.3.1.6 Data Kecepatan Angin Agustus (Sampel I)

Adanya fluktuasi pergerakan angin yang terjadi dari tanggal ke 1


sampai dengan sampai dengan tanggal 31 untuk sampel ini, terutama pada
jam 12.00. Angin berhembus pada kecepatan tertinggi pada bulan ini yaitu
2 m/s yang terjadi pada tanggal 7, 8, 1 dan 30 di jam 12.00. Sedangkan untuk
kecepatan angin terendah adalah 0,1 m/s. Rata –rata kecepatan angin pada
jam 07.00 adalah 0,2 m/s, pada jam 12.00 adalah 1,6 m/s dan 17.00 adalah
0,6 m/s sedangkan untuk jam 21.00 adalah 0,3 m/s.

TANGGAL RATA-
BULAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 RATA
07.00 0,2 0,3 0,2 0,3 0,2 0,1 0,3 0,2 0,2 0,2 0,3 0,3 0,2 0,1 0,2 0,2 0,2 0,2 0,3 0,2 0,3 0,2 0,3 0,3 0,2 0,1 0,3 0,3 0,3 0,2 0,2 0,2
12.00 1,2 1,8 1,6 1,2 1,5 1,8 2,0 2,0 1,6 1,4 1,8 1,8 1,6 1,2 1,0 1,3 1,6 1,3 1,6 1,8 1,6 1,8 1,4 1,5 1,3 1,5 1,4 1,5 1,8 2,0 1,2 1,6
17.00 0,3 0,2 0,2 0,6 0,6 1,0 0,8 0,8 0,2 0,2 0,4 0,4 0,2 0,3 0,4 0,2 0,2 0,4 0,6 0,6 0,5 0,5 0,8 0,8 1,0 1,0 0,8 0,8 1,0 0,6 0,8 0,6
21.00 0,2 0,3 0,4 0,2 0,3 0,6 0,5 0,4 0,4 0,2 0,3 0,2 0,2 0,5 0,2 0,1 0,1 0,3 0,2 0,3 0,2 0,2 0,4 0,3 0,2 0,3 0,4 0,4 0,2 0,5 0,3 0,3

Tabel 11 : Data Kecepatan Angin Sampel I Bulan Agustus 2018


Sumber : Penulis

Diagram 7 : Data Kecepatan Angin Sampel I Bulan Agustus 2018


Sumber : Penulis

62
4.3.1.7 Matriks Koresponden Sampel I

KARAKTER KAWASAN WAKTU


SAMPEL RESPONDEN KETERANGAN
AKTIVITAS SIFAT SUASANA 07.00 12.00 17.00 21.00
Sirkulasi Publik Ramai Anisa (warga) Normal Panas Panas Normal • Titik nyaman
kendaraan wisawataan Dini (warga) Normal Panas Panas Panas pada siang hari di
bermotor, pada saat Utami (warga) Normal Panas Normal Normal area pohon
pejalan kaki, tertentu Kasno (warga) Normal Panas Panas Panas peneduh,
Transaksi (siang & Sumantri (warga) Normal Panas Panas Normal dikarenakan suhu
jual beli sore) Miko (pengunjung) - Panas Normal - diluar dan di
produk UKM Sebagian Fajar (pengunjung) - Panas Panas - sekitar area pohon
terdapat Lia (pengunjung) - Panas Normal - berbeda.
pohon Ihlam - Panas Panas - Kondisi ini
peneduh (pengungjung) dinyatakan oleh
sebagai titik responden warga
Aan (Pengunjung) - Panas Normal -
kumpul yakni responden
warga. merasakan suhu
dan kenyamanan
diluar area pohon
terasa panas,
menyengat dan
tidak nyaman,
begitu pula yang
di nyatakan oleh
responden
pengunjung.

Tabel 12 : Data Responden Sampel I


Sumber : Penulis

Keterangan :
*Kenyamanan termal hasil wawancara responden langsung di
lokasi penelitian, dibandingkan dengan parameter yang
digunakan.

63
4.4 Sampel II
Pada sampel II di ambil pada RW 3, gang 5. Dimana pada sampel II ini
berada dititik tengah pada Kampung Wonosari. Dengan ketinggian ±30 mdpl. Pada
area ini lebar jalan ±1 m dengan material beton sebagai jalan lingkungan. Vegetasi
berupa pohon beringin (5) dengan diameter ±30cm. Konfigurasi kepadatan pada
sampel II memiliki tekstur heterogen dan memiliki pola blok yang mendefinisi sisi.

: Pohon Beringin

Gambar 44. Sampel II penelitian


Sumber: Penulis

Gambar 45. Foto Panorama Sampel II


Sumber : Dokumentasi pribadi (17 Maret 2018)

64
Gambar 46. Foto Eksisting B Gambar 47. Foto Eksisting C
Sumber : Dokumentasi pribadi (17 Maret 2018) Sumber : Dokumentasi pribadi (17 Maret 2018)

B
C
` D
A

Gambar 48. Foto Eksisting A


Sumber : Dokumentasi pribadi (17 Maret 2018) Gambar 49. Foto Eksisting D
Sumber : Dokumentasi pribadi (17 Maret 2018)

Gambar 50. Foto Eksisting Sampel II


Sumber : Dokumentasi pribadi (17 Maret 2018)

Pada gambar di atas adalah sequence sampel II yang merupakan titik tengah dalam
penelitian dengan ketinggian ±30 mdpl dengan kondisi eksisting berupa ruang hijau
dan rumah penduduk. Dimana keterangan pada gambar A adalah ruang hijau dengan
beberapa elemen vegetasi. Gambar B merupakan rumah penduduk. Sedangkan
Gambar C dan D adalah jalan lingkungan dengan menggunakan material beton, lebar
jalan ±1 m.
65
4.4.1 Data Suhu Bulan Juli (Sampel II)
Pada sampel II bulan Juli, grafik yang terlihat menunjukan
pergeseran temperatur udara pada setiap interval waktu. Suhu terendah pada
hari ke 4 dan jam 07.00 yaitu 24,3 ºC. Sedangkan suhu tertinggi pada hari
ke 5, 16, 20 jam 12.00 yaitu 34,8 ºC. Terlihat pada grafik bahwa mulai
pertengahan bulan tepatnya hari ke 8 suhu sampel II setiap jamnya
menunjukan peningkatan yang cukup signifikan. Rata –rata suhu udara pada
jam 07.00 adalah 25,3 ºC, pada jam 12.00 adalah 34,3 ºC dan 17.00 adalah
30,6 ºC sedangkan untuk jam 21.00 adalah 28,2 ºC.

Gambar 41. Foto Pengukuran Sampel II


Sumber : Dokumentasi pribadi (10 Maret 2018)

66
• Data Suhu Bulan Juli (Sampel II)

TANGGAL RATA-
BULAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 RATA

07.00 24,4 24,8 25,5 24,3 24,8 25,0 24,6 25,3 25,2 25,6 25,0 25,2 25,3 25,4 25,6 25,8 25,4 25,0 25,4 25,2 25,4 25,6 25,2 25,3 25,6 25,3 25,0 25,8 26,0 25,8 25,5 25,3
12.00 34,6 34,4 34,6 34,0 34,8 34,1 33,8 33,8 34,0 33,9 34,1 34,0 34,1 34,2 34,4 34,8 34,6 34,8 34,8 34,8 34,0 33,9 34,3 34,5 34,4 34,3 34,4 34,6 34,7 34,1 33,7 34,3
17.00 31,4 31,6 30,7 31,1 30,4 29,6 30,4 30,2 30,4 31,0 30,1 30,4 30,4 30,4 30,2 30,6 30,4 30,4 30,6 30,8 30,2 31,0 30,6 30,5 31,4 30,7 30,6 30,6 30,8 31,1 31,2 30,6
21.00 28,8 28,9 28,8 28,6 28,6 28,3 28,6 27,2 27,4 28,0 27,3 27,4 27,6 27,8 27,6 28,4 28,4 28,3 28,4 27,9 28,0 28,1 28,3 28,3 28,4 28,4 28,6 28,7 28,8 28,3 28,7 28,2

Tabel 13 : Data Suhu Sampel II Bulan Juli 2018


Sumber : Penulis

Diagram 8 : Data Suhu Sampel II Bulan Juli 2018


Sumber : Penulis

67
4.4.2 Data Kelembaban Bulan Juli (Sampel II)
Pada grafik kelembaban sampel II bulan Juli menunjukan
pergerakan yang relatif tidak stabil, yang terjadi pada pukul 07.00 dan 12.00
dalam satu bulan penuh. Terlihat pada grafik dibawah pada hari ke 2 di jam
12.00 yaitu 30,1%. Sedangkan tingkat kelembaban tertinggi adalah hari ke
22 jam 07.00 yaitu 65,5 %.
Rata – rata kelembaban udara pada jam 07.00 adalah 63,5% pada jam 12.00
adalah 33,2% dan 17.00 adalah 47,5% sedangkan untuk jam 21.00 adalah
54,2%.

TANGGAL RATA-
BULAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 RATA
07.00 65.0 61.0 59.0 60.0 62.0 64.7 65.2 65.0 63.0 65.2 66.1 64.0 62.0 60.1 62.2 60.8 63.0 64.0 64.3 65.3 65.0 65.5 64.2 64.0 64.3 64.1 62.4 63.0 63.7 64.8 64.2 63.5
12.00 31.0 30.1 34.2 34.0 33.2 34.5 31.3 32.0 32.5 33.2 35.5 34.6 33.5 34.0 33.4 32.7 34.2 34.0 33.8 34.1 32.5 30.7 32.0 33.5 31.6 33.6 33.2 34.3 34.2 34.1 33.5 33.2
17.00 48.7 46.2 47.2 47.1 45.7 46.2 48.7 47.3 47.0 47.2 48.8 47.2 46.2 46.8 46.0 46.5 47.3 48.0 48.2 48.5 48.1 47.5 48.0 47.5 47.2 48.0 48.3 48.4 48.2 48.2 48.2 47.5
21.00 53.4 50.5 53.6 52.5 55.6 54.8 53.3 53.0 54.5 54.1 54.7 54.6 55.0 52.1 55.0 55.4 54.7 53.0 53.6 53.1 54.2 54.0 54.2 55.0 55.6 55.1 55.4 55.1 54.7 54.6 55.2 54.2

Tabel 14 : Data Kelembaban Sampel II Bulan Juli 2018


Sumber : Penulis

Diagram 9 : Data Kelembaban Sampel II Bulan Juli 2018


Sumber : Penulis

68
4.4.3 Data Kecepatan Angin Bulan Juli (Sampel II)

Adanya fluktuasi pergerakan angin yang terjadi dari tanggal ke 1


sampai dengan sampai dengan tanggal 31 untuk sampel ini. Angin
berhembus pada kecepatan tertinggi pada bulan ini yaitu 2,2 m/s yang terjadi
pada tanggal 27 di jam 12.00. Sedangkan untuk kecepatan angin terendah
adalah 0,1 m/s. Rata –rata kecepatan angin pada jam 07.00 adalah 0,4 m/s,
pada jam 12.00 adalah 0,8 m/s dan 17.00 adalah 1,8 m/s sedangkan untuk
jam 21.00 adalah 0,8 m/s.

TANGGAL RATA-
BULAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 RATA
07.00 0,2 0,3 0,2 0,4 0,4 0,5 0,5 0,6 0,4 0,4 0,2 0,3 0,4 0,4 0,3 0,3 0,3 0,2 0,3 0,4 0,4 0,4 0,3 0,5 0,3 0,3 0,4 0,4 0,4 0,4 0,5 0,4
12.00 0,6 0,8 0,8 0,6 0,9 0,8 1,0 1,3 0,5 0,8 0,7 0,9 1,1 1,0 1,0 1,2 0,8 1,2 1,6 1,1 0,6 0,8 0,8 0,6 0,8 0,4 0,8 0,8 0,6 0,4 0,6 0,8
17.00 1,3 1,6 2,1 1,8 2,0 2,0 1,8 1,9 2,0 2,0 1,7 1,3 1,0 0,9 1,6 1,0 1,8 1,7 1,8 1,6 1,8 2,0 2,1 2,2 2,0 1,8 2,2 2,0 1,8 2,1 2,0 1,8
21.00 0,8 0,7 0,6 0,6 1,0 1,1 1,1 0,9 1,0 1,0 0,8 1,0 0,9 1,0 1,0 0,8 1,0 1,1 0,5 0,5 0,4 0,6 0,6 0,7 0,7 0,7 0,4 0,5 0,5 0,6 0,7 0,8

Tabel 15 : Data Kecepatan Angin Sampel II Bulan Juli 2018


Sumber : Penulis

Diagram 10 : Data Kecepatan Angin Sampel II Bulan Juli 2018


Sumber : Penulis

69
4.4.4 Data Suhu Bulan Agustus (Sampel II)
Pada sampel II bulan Agustus, grafik yang terlihat menunjukan
pergeseran temperatur udara pada setiap interval waktu. Suhu terendah pada
tanggal ke 9 dan 24 jam 07.00 yaitu 25,1 ºC. Sedangkan suhu tertinggi pada
hari ke 22 jam 12.00 yaitu 35,6 ºC. Terlihat pada grafik bahwa mulai
pertengahan bulan tepatnya tanggal ke 6 suhu sampel II setiap jamnya
menunjukan peningkatan yang cukup signifikan. Tetapi mulai tanggal 17
suhu cenderung berubah fluktuatif sehingga terlihat pada grafik pergerakan
tidak konstan, namun kondisi tersebut tidak terjadi di pukul 21.00. Rata –
rata suhu udara pada jam 07.00 adalah 25 ,9 ºC pada jam 12.00 adalah 34,8
ºC dan 17.00 adalah 31,5 ºC sedangkan untuk jam 21.00 adalah 28,1 ºC.

TANGGAL RATA-
BULAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 RATA
07.00 25,3 25,6 25,4 26,3 26,5 26,0 26,3 25,8 25,1 25,3 26,6 26,0 26,3 26,0 25,4 26,1 25,8 26,6 25,2 26,3 26,5 25,2 26,3 25,1 25,9 25,6 25,7 26,2 26,3 26,0 26,7 25,9
12.00 34,6 35,3 34,6 35,3 35,6 34,6 35,1 35,3 34,6 35,0 34,6 35,0 35,0 34,0 34,1 35,0 34,6 34,8 35,2 35,0 34,8 35,6 34,0 34,0 34,6 34,9 34,1 34,3 34,3 35,0 34,6 34,8
17.00 31,2 32,4 31,3 32,6 32,5 31,6 32,3 31,8 31,8 32,3 31,2 32,6 31,0 31,8 31,6 31,7 31,0 31,6 30,1 31,2 31,0 31,3 31,4 31,1 31,0 30,1 32,1 31,2 31,5 31,6 31,0 31,5
21.00 28,8 28,9 29,0 28,6 28,6 28,3 28,6 27,2 27,4 28,0 27,1 27,3 27,4 27,7 27,5 28,1 28,2 28,2 28,0 27,8 27,8 28,0 28,2 28,0 28,0 28,3 28,4 28,4 28,4 28,2 28,2 28,1

Tabel 16 : Data Suhu Sampel II Bulan Agustus 2018


Sumber : Penulis

Diagram 11 : Data Suhu Sampel II Bulan Agustus 2018


Sumber : Penulis

70
4.4.5 Data Kelembaban Bulan Agustus (Sampel II)

Pada grafik kelembaban sampel II bulan Agustus menunjukan


pergerakan yang relatif tidak stabil, yang terjadi pada pukul 07.00 dan 12.00
dalam satu bulan penuh. Terlihat pada grafik dibawah kelembaban terendah
pada tanggal ke 7 di jam 12.00 yaitu 31,2%. Sedangkan tingkat kelembaban
tertinggi adalah tanggal ke 5 jam 07.00 yaitu 67 %. Rata –rata kelembaban
udara pada jam 07.00 adalah 65,3% pada jam 12.00 adalah 34,7% dan 17.00
adalah 48,7% sedangkan untuk jam 21.00 adalah 55,4%.

TANGGAL RATA-
BULAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 RATA
07.00 64,0 62,0 66,0 65,0 67,0 66,2 66,0 66,0 63,0 65,6 65,8 64,3 65,0 66,2 66,5 65,6 65,2 65,2 65,1 65,1 66,3 66,3 66,1 65,3 65,4 64,6 64,8 65,2 64,1 64,8 65,6 65,3
12.00 32,2 34,0 31,4 31,5 31,3 31,3 31,2 34,6 34,2 35,1 35,5 35,4 35,4 35,4 36,1 36,2 36,2 36,3 36,3 35,6 35,4 35,1 35,2 35,2 36,4 35,1 34,5 34,6 35,3 36,2 36,0 34,7
17.00 48,7 46,2 47,2 47,1 45,7 46,2 48,7 47,3 47,0 48,6 48,8 50,1 50,0 50,2 50,2 50,1 49,6 49,3 50,5 48,5 49,5 49,2 48,6 47,5 48,5 48,5 50,3 50,2 50,2 49,6 48,2 48,7
21.00 54,2 54,3 52,6 54,3 56,2 54,0 56,1 56,2 56,2 56,3 56,3 56,3 55,0 52,1 55,0 56,1 56,1 56,1 56,1 56,1 54,3 56,2 58,1 60,0 55,6 55,1 54,2 55,1 54,7 54,6 55,2 55,4

Tabel 17 : Data Kelembaban Sampel II Bulan Agustus 2018


Sumber : Penulis

Diagram 12 : Data Kelembaban Sampel II Bulan Agustus 2018


Sumber : Penulis

71
4.4.6 Data Kecepatan Angin Bulan Agustus (Sampel II)

Adanya fluktuasi pergerakan angin yang terjadi dari tanggal ke 1


sampai dengan sampai dengan tanggal 31 untuk sampel ini, terutama pada
jam 17.00. Angin berhembus pada kecepatan tertinggi pada bulan ini yaitu
2,1 m/s yang terjadi pada tanggal 27 di jam 12.00. Sedangkan untuk
kecepatan angin terendah adalah 0,1 m/s. Rata –rata kecepatan angin pada
jam 07.00 adalah 0,3 m/s, pada jam 12.00 adalah 0,7 m/s dan 17.00 adalah
1,7 m/s sedangkan untuk jam 21.00 adalah 0,7 m/s.

TANGGAL RATA-
BULAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 RATA
07.00 0,3 0,2 0,4 0,3 0,3 0,3 0,3 0,2 0,2 0,2 0,3 0,3 0,2 0,1 0,1 0,2 0,2 0,2 0,1 0,1 0,3 0,3 0,2 0,2 0,4 0,4 0,2 0,4 0,3 0,4 0,2 0,3
12.00 0,6 0,8 0,8 0,6 0,9 0,8 0,6 0,8 0,5 0,8 0,7 0,9 0,5 1,0 1,0 1,2 0,8 1,0 1,0 1,1 0,6 0,8 0,8 0,6 0,8 0,4 0,4 0,8 0,6 0,4 0,6 0,7
17.00 1,3 1,6 1,6 1,8 2,0 2,0 1,8 1,2 1,7 2,0 1,7 1,4 1,0 0,9 1,6 1,0 1,8 1,7 1,8 1,6 1,8 2,0 2,1 1,8 2,0 1,8 2,2 2,0 1,8 1,6 1,5 1,7
21.00 0,5 0,6 0,5 1,1 1,0 0,8 1,0 0,4 0,7 0,7 1,0 0,6 0,6 0,4 0,4 0,6 0,6 0,7 0,7 1,0 1,0 0,8 0,5 0,3 0,3 0,4 0,4 0,6 0,6 0,8 1,0 0,7

Tabel 18 : Data Kecepatan Angin Sampel II Bulan Agustus 2018


Sumber : Penulis

Diagram 13 : Data Kecepatan Angin Sampel II Bulan Agustus 2018


Sumber : Penulis

72
4.4.7 Matriks Responden Sampel II

KARAKTER KAWASAN WAKTU


SAMPEL RESPONDEN KETERANGAN
AKTIVITAS SIFAT SUASANA 07.00 12.00 17.00 21.00
pejalan kaki. Publik Ramai Kusuma (warga) Normal Panas Normal Normal • Titik nyaman pada
wisawataan Wahyu (warga) Normal Panas Normal Panas sampel II berada
pada saat Eko (warga) Normal Panas Normal Normal pada level sedang,
tertentu Maryono (warga) Normal Panas Panas Normal dikarenakan pada
(siang & Kartika (warga) Normal Panas Normal Normal kios terdapat
sore) Ari (pengunjung) - Panas Normal - penutup atap yang
Sebagian Dian (pengunjung) - Panas Normal - dapat mengurangi /
terdapat kios Iwan (pengunjung) - Panas Normal - mereduksi panas
jualan snack Febri (pengungjung) - Panas Panas - terik matahari
dan minuman sehingga tingkat
Vina (Pengunjung) - Panas Panas -
yang juga kenyamanan lebih
digunakan di rasakan.
untuk tempat • Pada sampel ini
istirahat para menunjukan hasil
pengunjung. responden lebih
merujuk pada
indikator normal
dibanding sampel
sebelumnya.

Tabel 19 : Data Responden Sampel II


Sumber : Penulis

Keterangan :
*Kenyamanan termal hasil wawancara responden langsung
di lokasi penelitian, dibandingkan dengan parameter yang
digunakan.

73
4.5 Sampel III
Pada sampel III di ambil pada RW 3, gang 5. Dimana pada sampel III ini
berada dititik tertinggi Kampung Wonosari. Dengan ketinggian ±50 mdpl. Pada
area ini lebar jalan ±1 m dengan material beton sebagai jalan lingkungan. Vegetasi
berupa pohon sirkaya (5) dengan diameter ±10cm. Konfigurasi kepadatan pada
sampel III memiliki tekstur heterogen dan memiliki pola blok medan.

: Pohon Sirkaya

Gambar 52. Sampel III penelitian


Sumber: Penulis

Gambar 53. Foto Eksisting Sampel III


Sumber : Dokumentasi pribadi (17 Maret 2018)

74
Gambar 54. Foto Eksisting A Gambar 55. Foto Eksisting D
Sumber : Dokumentasi pribadi (17 Maret 2018) Sumber : Dokumentasi pribadi (17 Maret 2018)

B
A D

Gambar 56. Foto Eksisting B Gambar 57. Foto Eksisting C


Sumber : Dokumentasi pribadi (17 Maret 2018) Sumber : Dokumentasi pribadi (17 Maret 2018)

Gambar 58. Foto Eksisting Sampel III


Sumber : Dokumentasi pribadi (17 Maret 2018)

Pada gambar di atas adalah sequence sampel III yang merupakan titik tertinggi dalam
penelitian dengan ketinggian ±50 mdpl dengan kondisi eksisting berupa rumah
penduduk dan panorama dari kampung Wonosari. Dimana keterangan pada gambar A
adalah rumah penduduk. Gambar B dan C adalah jalan lingkungan dengan
menggunakan material beton, lebar jalan ±1 m. Sedangkan Gambar D merupakan gardu
pandang pada gang 5, dengan panorama kampung Wonosari dan landscape kota
Semarang.

75
4.5.1 Data Suhu Bulan Juli (Sampel III)
Pada sampel III bulan Juli, grafik yang terlihat menunjukan pergeseran
temperatur udara pada setiap interval waktu. Suhu terendah pada hari ke 12 dan jam
07.00 yaitu 25,1 ºC. Sedangkan suhu tertinggi pada hari ke 20 jam 12.00 yaitu 35,4
ºC. Rata –rata suhu udara pada jam 07.00 adalah 25,9 ºC, pada jam 12.00 adalah
34,1 ºC dan 17.00 adalah 30,9 ºC sedangkan untuk jam 21.00 adalah 28,5 ºC.

Gambar 59. Foto Pengukuran Sampel III


Sumber : Dokumentasi pribadi (10 Maret 2018)

76
• Data Suhu Bulan Juli (Sampel III)

TANGGAL RATA-
BULAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 RATA

07.00 25,6 25,8 25,4 25,3 26,2 25,4 26,3 26,0 26,2 25,3 26,3 25,1 26,2 25,8 25,6 25,8 25,7 25,8 25,2 25,9 25,7 25,2 26,3 26,8 26,4 26,2 25,8 26,0 26,4 25,8 26,0 25,9
12.00 34,8 34,5 34,7 34,3 34,9 34,4 33,9 33,8 34,3 34,0 34,3 34,2 34,3 34,4 34,8 35,0 34,8 35,1 35,3 35,4 34,6 34,8 34,9 35,1 34,8 34,6 34,8 34,7 34,9 34,6 34,1 34,6
17.00 31,8 31,7 30,7 31,3 30,4 30,1 30,7 30,6 30,6 31,2 30,6 30,7 30,6 30,7 30,6 30,8 30,9 30,5 30,9 30,7 31,0 31,6 30,7 31,2 31,7 30,8 30,8 31,1 30,0 31,4 31,2 30,9
21.00 28,9 28,9 28,8 28,7 28,6 28,6 28,8 28,1 27,5 28,2 27,3 28,2 28,1 28,7 28,3 28,7 28,9 28,6 28,6 28,0 28,2 28,4 28,6 28,7 28,8 28,7 28,7 28,8 28,8 28,5 28,8 28,5

Tabel 20 : Data Suhu Sampel III Bulan Juli 2018


Sumber : Penulis

Diagram 14 : Data Suhu Sampel III Bulan Juli 2018


Sumber : Penulis

77
4.5.2 Data Kelembaban Bulan Juli (Sampel III)
Pada grafik kelembaban sampel III bulan Juli menunjukan pergerakan yang
relatif tidak stabil, yang terjadi pada pukul 07.00 dan 12.00 dalam satu bulan penuh.
Terlihat pada grafik dibawah pada hari ke 4 di jam 12.00 yaitu 30,5%. Sedangkan
tingkat kelembaban tertinggi adalah tanggal 20, 27 jam 07.00 yaitu 65,6%. Rata –
rata kelembaban udara pada jam 07.00 adalah 67,1% pada jam 12.00 adalah 34,5%
dan 17.00 adalah 49,1% sedangkan untuk jam 21.00 adalah 55,4%.

TANGGAL RATA-
BULAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 RATA
07.00 64,0 65,6 66,7 67,5 68,6 66,0 65,0 65,3 67,1 64,8 64,2 64,0 64,4 65,1 65,4 65,6 66,3 68,3 70,1 70,2 68,3 68,2 68,2 67,1 68,2 70,1 70,2 68,3 68,5 70,8 67,0 67,1
12.00 32,1 31,2 31,7 30,5 31,2 31,0 31,0 34,2 34,3 35,2 35,3 35,3 35,6 35,6 36,3 36,2 36,3 36,3 36,1 35,7 35,3 35,1 35,4 35,0 36,3 35,1 34,5 34,7 35,3 36,0 36,2 34,5
17.00 52,0 50,2 53,0 48,0 45,3 46,1 48,2 47,2 47,1 48,4 48,6 50,2 51,2 50,1 50,0 50,2 49,3 49,3 50,4 48,6 49,3 49,1 48,5 47,3 48,2 48,4 50,2 50,1 50,1 49,3 48,0 49,1
21.00 54,1 54,2 52,4 54,2 56,0 54,2 56,1 56,1 56,1 56,2 56,4 56,5 55,2 52,6 55,3 56,0 56,0 56,0 56,2 56,2 54,4 56,2 58,2 58,0 55,7 55,0 54,1 55,3 54,1 54,8 55,0 55,4

Tabel 21 : Data Kelembaban Sampel III Bulan Juli 2018


Sumber : Penulis

Diagram 15 : Data Kelembaban Sampel III Bulan Juli 2018


Sumber : Penulis

78
4.5.3 Data Kecepatan Angin Bulan Juli (Sampel III)
Adanya fluktuasi pergerakan angin yang terjadi dari tanggal ke 1 sampai
dengan sampai dengan tanggal 31 untuk sampel ini, terutama pada jam 17.00.
Angin berhembus pada kecepatan tertinggi pada bulan ini yaitu 2,9 m/s yang
terjadi pada tanggal 18 di jam 12.00. Sedangkan untuk kecepatan angin terendah
adalah 0,1 m/s. Rata –rata kecepatan angin pada jam 07.00 adalah 0,5 m/s, pada
jam 12.00 adalah 0,9 m/s dan 17.00 adalah 2,1 m/s sedangkan untuk jam 21.00
adalah 1,2 m/s.

TANGGAL RATA-
BULAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 RATA
07.00 0,4 0,6 0,5 0,4 0,8 0,3 0,4 0,2 0,6 0,5 0,4 0,3 0,4 0,2 0,4 0,3 0,4 0,6 0,1 0,2 0,2 0,4 0,8 0,7 0,8 0,6 0,5 0,8 0,8 0,6 0,5 0,5
12.00 0,8 0,2 0,8 0,8 0,6 1,0 1,2 1,0 1,3 0,8 1,1 1,0 1,2 1,2 0,6 0,5 0,8 1,2 1,8 1,6 1,2 1,1 1,0 0,6 0,6 0,4 1,0 1,1 1,1 0,6 0,4 0,9
17.00 1,5 1,8 1,6 2,0 2,1 2,2 2,2 2,0 1,8 1,6 2,0 2,1 2,3 2,3 2,3 2,5 2,4 2,9 2,6 2,5 2,1 1,5 2,0 2,0 1,8 1,6 1,8 2,5 2,6 2,4 2,3 2,1
21.00 1,2 1,0 1,2 1,0 1,0 0,8 0,8 1,2 1,6 1,5 1,1 1,0 1,3 0,8 0,8 1,1 0,8 1,2 1,4 1,5 1,8 1,6 1,6 1,5 1,2 1,1 1,1 1,8 1,3 1,3 1,7 1,2

Tabel 22 : Data Kecepatan Angin Sampel III Bulan Juli 2018


Sumber : Penulis

Diagram 16 : Data Kecepatan Angin Sampel III Bulan Juli 2018


Sumber : Penulis

79
4.5.4 Data Suhu Bulan Agustus (Sampel III)
Pada sampel III bulan Agustus, grafik yang terlihat menunjukan pergeseran
temperatur udara pada setiap interval waktu. Suhu terendah pada tanggal ke 12 dan
jam 07.00 yaitu 25,1 ºC. Sedangkan suhu tertinggi pada tanggal ke 4 dan 19 jam
12.00 yaitu 35,8 ºC. Terlihat pada grafik bahwa mulai pertengahan bulan tepatnya
tanggal ke 12 suhu sampel III setiap jamnya menunjukan peningkatan yang cukup
signifikan. Tetapi mulai tanggal 18 suhu cenderung berubah fluktuatif sehingga
terlihat pada grafik. Rata –rata suhu udara pada jam 07.00 adalah 26 ºC, pada jam
12.00 adalah 35 ºC dan 17.00 adalah 31,8 ºC sedangkan untuk jam 21.00 adalah
28,8 ºC.

TANGGAL RATA-
BULAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 RATA

07.00 25,6 25,8 25,4 25,3 26,2 25,4 26,3 26,0 26,2 25,3 26,3 25,1 26,2 25,8 25,6 25,8 25,7 25,8 25,2 25,9 25,7 25,2 26,3 26,8 26,4 26,2 25,8 26,0 26,4 25,8 26,0 25,9
12.00 34,8 34,5 34,7 34,3 34,9 34,4 33,9 33,8 34,3 34,0 34,3 34,2 34,3 34,4 34,8 35,0 34,8 35,1 35,3 35,4 34,6 34,8 34,9 35,1 34,8 34,6 34,8 34,7 34,9 34,6 34,1 34,6
17.00 31,8 31,7 30,7 31,3 30,4 30,1 30,7 30,6 30,6 31,2 30,6 30,7 30,6 30,7 30,6 30,8 30,9 30,5 30,9 30,7 31,0 31,6 30,7 31,2 31,7 30,8 30,8 31,1 30,0 31,4 31,2 30,9
21.00 28,9 28,9 28,8 28,7 28,6 28,6 28,8 28,1 27,5 28,2 27,3 28,2 28,1 28,7 28,3 28,7 28,9 28,6 28,6 28,0 28,2 28,4 28,6 28,7 28,8 28,7 28,7 28,8 28,8 28,5 28,8 28,5

Tabel 23 : Data Suhu Sampel III Bulan Agustus 2018


Sumber : Penulis

Diagram 17 : Data Suhu Sampel III Bulan Agustus 2018


Sumber : Penulis

80
4.5.5 Data Kelembaban Bulan Agustus (Sampel III)
Pada grafik kelembaban sampel III bulan Agustus menunjukan pergerakan
yang relatif tidak stabil, yang terjadi pada pukul 07.00 dan 12.00 dalam satu bulan
penuh. Terlihat pada grafik dibawah pada hari ke 7 di jam 12.00 yaitu 31,2%.
Sedangkan tingkat kelembaban tertinggi adalah tanggal 19 jam 07.00 yaitu 72,2%.
Rata –rata kelembaban udara pada jam 07.00 adalah 68,1% pada jam 12.00 adalah
34,6% dan 17.00 adalah 49,5% sedangkan untuk jam 21.00 adalah 57%.

TANGGAL RATA-
BULAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 RATA
07.00 63,2 61,2 65,6 65,2 66,5 68,3 70,1 70,0 68,3 69,2 68,3 67,3 66,6 68,8 70,1 71,0 69,3 70,2 72,2 68,3 67,5 70,1 70,3 69,2 68,8 67,2 64,3 68,2 70,3 67,6 68,9 68,1
12.00 32,2 31,5 31,4 31,5 31,3 31,3 31,2 34,6 34,2 35,1 35,5 35,4 35,4 35,4 36,1 36,2 36,2 36,3 36,3 35,6 35,4 35,1 35,2 35,2 36,4 35,1 34,5 34,6 35,3 36,2 36,0 34,6
17.00 48,2 50,2 47,6 47,3 45,6 46,0 48,2 47,2 50,1 50,0 48,8 51,3 50,6 50,1 50,2 50,3 48,2 48,3 50,6 49,6 50,2 50,3 50,3 50,1 50,0 49,2 50,1 52,0 52,1 50,0 53,0 49,5
21.00 55,6 55,2 51,2 55,3 55,8 53,3 57,0 60,1 60,0 62,1 60,0 56,5 60,0 60,3 61,0 58,0 57,3 56,5 57,0 56,0 55,0 56,0 55,0 58,3 56,3 56,4 54,0 55,2 56,6 57,0 57,6 57,0

Tabel 24 : Data Kelembaban Sampel III Bulan Agustus 2018


Sumber : Penulis

Diagram 18 : Data Kelembaban Sampel III Bulan Agustus 2018


Sumber : Penulis

81
4.5.6 Data Kecepatan Angin Bulan Agustus (Sampel III)

Adanya fluktuasi pergerakan angin yang terjadi dari tanggal ke 1 sampai


dengan sampai dengan tanggal 31 untuk sampel ini, terutama pada jam 17.00. Angin
berhembus pada kecepatan tertinggi pada bulan ini yaitu 2,4 m/s yang terjadi pada
tanggal 17 di jam 12.00. Sedangkan untuk kecepatan angin terendah adalah 0,1
m/s. Rata –rata kecepatan angin pada jam 07.00 adalah 0,4 m/s, pada jam 12.00
adalah 0,8 m/s dan 17.00 adalah 1,8 m/s sedangkan untuk jam 21.00 adalah 1 m/s.

TANGGAL RATA-
BULAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 RATA
07.00 0,3 0,2 0,4 0,7 0,6 0,5 0,3 0,4 0,4 0,3 0,3 0,3 0,2 0,4 0,5 0,2 0,2 0,2 0,3 0,4 0,3 0,3 0,4 0,6 0,4 0,4 0,2 0,4 0,6 0,4 0,5 0,4
12.00 0,6 0,8 0,8 0,6 0,9 0,8 1,0 1,3 0,5 0,8 0,7 0,9 1,1 1,0 1,0 1,2 0,8 1,2 1,6 1,1 0,6 0,8 0,8 0,6 0,8 0,4 0,8 0,8 0,6 0,4 0,6 0,8
17.00 1,2 1,8 1,6 1,7 1,8 2,0 1,8 1,6 1,8 1,6 2,0 2,1 1,8 1,8 2,3 2,0 2,4 2,1 2,0 2,2 1,8 1,5 1,4 1,8 1,4 1,6 1,8 1,5 2,1 1,8 1,5 1,8
21.00 0,8 1,0 1,0 1,0 0,8 0,8 0,8 1,0 1,3 1,4 1,2 0,8 1,3 0,8 0,8 1,1 0,8 1,2 0,6 0,8 1,1 1,1 1,2 1,5 1,2 1,0 1,1 1,2 1,3 1,0 1,2 1,0

Tabel 25 : Data Kecepatan Angin Bulan Agustus 2018


Sumber : Penulis

Diagram 19 : Data Kecepatan Angin Sampel III Bulan Agustus 2018


Sumber : Penulis

82
4.5.7 Matriks Responden Sampel III

KARAKTER KAWASAN WAKTU


SAMPEL RESPONDEN KETERANGAN
AKTIVITAS SIFAT SUASANA 07.00 12.00 17.00 21.00
pejalan kaki Publik Ramai Tyas (warga) Normal Panas Normal Normal • Titik nyaman pada
wisawataan Sri (warga) Normal Panas Normal Normal sampel III berada
pada saat Rio (warga) Sejuk Normal Normal Normal pada level tinggi,
tertentu Lestari (warga) Normal Panas Normal Normal dikarenakan
(siang & Nur (warga) Normal Panas Normal Normal kecepatan angin
sore) Lita (pengunjung) - Panas Normal - yang berhembus
Terdapat Putra (pengunjung) - Panas Normal - lebih kencang
gardu Akbar (pengunjung) - Normal Normal - dibanding sampel
pandang Cici (pengungjung) - Panas Panas - lain, hal ini
untuk melihat disebabkan pada
Fahmi (Pengunjung) - Panas Normal -
panorama sampel III berada
landscape pada ketinggian
kampung 50 mdpl diatas
wonosari dan permukaan laut.
semarang. Meskipun suhu
dan termal sampel
III cenderung /
relatif lebih panas.
Angin yang
berhembus
tersebut membuat
responden merasa
nyaman. Terlebih
mereka dapat
merasakan
kesejukan dan
menikmati
pemandangan
melalui gardu
pandang.

Tabel 26 : Data Responden Sampel III


Sumber : Penulis

Keterangan :
*Kenyamanan termal hasil wawancara responden langsung
di lokasi penelitian, dibandingkan dengan parameter yang
digunakan.

83
4.5.8 Pembayangan Pada Kampung Wonosari

Timur

Jam 07.00

Gambar 60. Pembayangan pada jam 07.00


Sumber : Penulis

Jam 12.00

Gambar 61. Pembayangan pada jam 12.00


Sumber : Penulis

Barat

Jam 17.00

Gambar 62. Pembayangan pada jam 17.00


Sumber : Penulis

84
Pembayangan terjadi pada pukul 07.00 sampai dengan pukul 17.00.
Matahari terbit dari timur atau pada gambar sebelah kanan, sehingga pembayangan
jatuh di sebelah barat. Sedangakan pada sore hari matahari dari barat atau pada
gambar sisi sebelah kiri, maka pembayangan jatuh pada sisi timur. Pada jam 12.00
siang bayangan jatuh tegak lurus dengan bangunan. Titik pengukuran sampel I
berada pada akses masuk Kampung Wonosari, titik penelitian yang di ambil bagian
yang terkena sinar matahari langsung dan bagian pembayangan pada vegetasi.
Sehingga area yang terkena pembayangan lebih sejuk dibandingkan dengan area
yang terkena sinar matahari langsung. Pada titik pengukuran sampel II berada di
tengah – tengah. Pembayangan yang masuk sampel II lebih banyak dikarenakan
sebelah kanan dan kiri berupa bangunan. Perletakan vegetasi pada sampel II cukup
banyak yang berfungsi menurunkan temperatur udara pada siang hari jam 12.00.
Sedangkan pada sampel III berada di titik atas, yang mana ternaungi masuknya
pembayangan pada pukul 17.00 sore hari.

85
4.6 Perbandingan Suhu Bulan Juli dan Suhu Bulan Agustus

Perbandingan suhu pada bulan Juli dan Agustus sampel I, II, dan III data
yang di dapat setiap interval waktu berbeda. Dimana setiap sampel mengalami
kenaikan temperatur suhu. Dapat dilihat pada diagram bulan Agustus temperatur
suhu lebih tinggi dibandingkan bulan Juli. Pada jam 07.00 bulan Juli dan Agustus
memiliki kenaikan dengan selisih 0,5ºC, jam 12.00 dengan selisih 0,4ºC, jam 17.00
dengan selisih 0,6ºC dan jam 21.00 dengan selisih 0,4ºC.

JULI

AGUSTUS

Diagram 20 : Data Suhu Bulan Juli & Bulan Agustus 2018


Sumber : Penulis

86
4.7 Perbandingan Kelembaban Bulan Juli dan Kelembaban Bulan Agustus

Perbandingan kelembaban udara pada bulan Juli dan Agustus sampel I, II,
dan III setiap interval waktu berbeda. Dilihat pada diagram di bawah dimana pada
bulan Agustus kelembaban lebih tinggi di bandingkan bulan Juli. Pada bulan Juli
dan Agustus memiliki kenaikan rata –rata dengan selisih 1-2 %.

JULI

AGUSTUS

Diagram 21 : Data Kelembaban Bulan Juli & Bulan Agustus 2018


Sumber : Penulis

87
4.8 Perbandingan Kecepatan Angin Bulan Juli dan Kecepatan Angin Bulan Agustus

Perbandingan kecepatan angin pada sampel I, II dan III setiap interval waktu
berbeda. Dilihat pada grafik di bawah dimana pada bulan Agustus kecepatan angin
lebih tinggi di bandingkan bulan Juli. Adanya fluktasi perubahan pergerakan angin
pada Sampel I jam 07.00 - 11.00 pada area bawah lebih dingin di bandingkan di
area atas. Sedangkan Sampel II dan Sampel III pada jam 12.00 - 21.00 lebih dingin
dibandingkan area bawah. Hal ini yang menyebabkan terjadinya angin laut dan
angin darat.

2.5
JULI
KECEPATAN ANGIN (m/s)

2.0 SAMPEL I
SAMPEL II
1.5 SAMPEL III
AGUSTUS
1.0

0.5

0.0
07.00 AM 12.00 AM 17.00 PM 21.00 PM
WAKTU

Diagram 22 : Data Kecepatan Angin Bulan Juli & Bulan Agustus 2018
Sumber : Penulis

88
4.9 Data Hasil Kenyaman Termal

SAMPEL
KENYAMANAN TERMAL WAKTU SAMPEL I SAMPEL III KETERANGAN
II

7:00 25 25,3 25,9 Nyaman Optimal


12:00 33,9 34,3 34,6 Panas
JULI
17:00 30,3 30,6 30,9 Panas
21:00 27,8 28,2 28,5 Panas
SUHU (∘C)
7:00 25,6 25,9 26 Nyaman Optimal
12:00 34,5 34,8 35 Panas
AGUSTUS
17:00 31,2 31,5 32 Panas
21:00 27,8 28,1 28,5 Panas
7:00 62,4 63,5 67,1 Sedang
12:00 31,9 33,2 34,5 Rendah
JULI
17:00 45,8 47,5 49,1 Sedang
KELEMBABAN 21:00 53,6 54,2 55,4 Sedang
UDARA (%)
7:00 62,7 65,3 68,1 Sedang
12:00 33,1 34,7 34,6 Rendah
AGUSTUS
17:00 46,8 47,3 49,5 Sedang
21:00 54,6 55,4 57 Sedang
7:00 0,3 0,4 0,5 Rendah

Sampel I Tinggi,
12:00 1,7 0,8 0,9 Sampel II dan III
rendah
JULI Sampel I rendah,
17:00 0,5 1,8 2,1 sampel II dan III
tinggi

Sampel I dan II
21:00 0,4 0,8 1,2 rendah, sampel III
KECEPATAN tinggi
ANGIN (m/s) 7:00 0,2 0,3 0,4 rendah

Sampel I Tinggi,
12:00 1,5 0,8 0,8 Sampel II dan III
rendah
AGUSTUS Sampel I rendah,
17:00 0,6 1,7 1,8 sampel II dan III
tinggi

Sampel I dan II
21:00 0,3 0,7 1,8 rendah, sampel III
sedang

Tabel 27 : Data Hasil Kenyaman Termal Kampung Wonosari


Sumber : Penulis

89
4.10 Pembahasan
4.10.1 Termal Kampung Wonosari

Tingkat kenyamanan termal di pengaruhi oleh kondisi geografis dimana


perbedaan ketinggian letak geografis berdampak kepada kondisi unsur iklim yang
meliputi suhu, kelembaban, dan kecepatan angin. Secara keseluruhan bahwa
tingkat kenyamanan setiap lokasi terutama pada wilayah kampung lerengan
ditentukan oleh ketinggian. Semakin tinggi lokasi maka semakin rendah pula
tingkat suhu kenyamanan.

Pembayangan juga merupakan salah satu yang mempengaruhi kenyaman


termal suatu lingkungan sebagai salah satu dampak dari kondisi geografis
lingkungan tersebut. Kampung Wonosari memiliki pembayangan berbeda – beda
tergantung jatuhnya orientasi matahari, hal ini menimbulkan perbedaan temperatur
yang berdampak pada kenyaman termal penghuni di kampung ini. Pembayangan
terjadi pada pukul 07.00 sampai dengan pukul 17.00. Matahari terbit dari timur
atau pada gambar sebelah kanan, sehingga pembayangan jatuh di sebelah barat.
Sedangakan pada sore hari matahari dari barat atau pada gambar sisi sebelah kiri,
maka pembayangan jatuh pada sisi timur. Pada jam 12.00 siang bayangan jatuh
tegak lurus dengan bangunan. Titik pengukuran sampel I berada pada akses masuk
Kampung Wonosari, titik penelitian yang di ambil bagian yang terkena sinar
matahari langsung dan bagian pembayangan pada vegetasi. Sehingga area yang
terkena pembayangan lebih sejuk dibandingkan dengan area yang terkena sinar
matahari langsung. Pada titik pengukuran sampel II berada di tengah – tengah.
Pembayangan yang masuk sampel II lebih banyak dikarenakan sebelah kanan dan
kiri berupa bangunan. Perletakan vegetasi pada sampel II cukup banyak yang
berfungsi menurunkan temperatur udara pada siang hari jam 12.00. Sedangkan
pada sampel III berada di titik atas, yang mana ternaungi masuknya pembayangan
pada pukul 17.00 sore hari.

Berdasarkan penelitian di Kampung Wonosari ini, efektifikas yang


memberikan pengaruh adalah bangunan. Dimana menurut teori pembayangan La
Roche temasuk VSA (Vertical Shadow Angel). Dari sampel I , II dan III memiliki
pembayangan yang berbeda beda pada setiap jam nya. Pada fasad bangunan disana
baik sampel I, II dan III tidak banyak memiliki teritisan (overhang) yang cukup
untuk memfilter jatuhnya matahari.
90
Timur

Jam 07.00

Gambar 63. Pembayangan pada jam 07.00


Sumber : Penulis

Barat

Jam 17.00

Gambar 64. Pembayangan pada jam 17.00


Sumber : Penulis

Gambar 65. Pemberian tritisan pada bangunan yang terkena sinar matahari langsung
Sumber : Penulis

91
• Perbandingan Suhu Udara Kampung Wonosari

Berdasarkan penelitian didapatkan hasil suhu udara pada kampung


Wonosari yang diperoleh dengan proses pengukuran pada setiap titik sampel,
menunjukan bahwa suhu terendah berada pada 25 ºC yang ditemukan pada tabel
pengukuran bulan Juli 2018 dan suhu tertinggi berada pada 35 ºC yang ditemukan
pada tabel pengukuran bulan Agustus 2018. Pada sampel I bulan Juli suhu
tergolong pada kategori normal menurut Sangkertadi (2013), sedangkan untuk
sampel II yang memiliki temperatur suhu 25,3 ºC dan sampel III 25,8 ºC yang
diukur pada jam 07.00 pagi tergolong pada kategori panas, begitu pula dengan
sampel II dan sampel III yang temperatur suhunya 28,1 ºC pada jam 21.00 malam
tergolong pada kategori tidak nyaman. Pada bulan Agustus 2018 suhu di sampel
I, II dan III baik pada jam 07.00 maupun pada jam 21.00 tergolong pada kategori
tidak nyaman. Di sampel I terdapat vegetasi lebih banyak dibandingkan sampel
II dan sampel III, hal tersebut membuat suhu panas tereduksi oleh vegetasi yang
ada sehingga temperatur udara sampel ini tergolong normal.

• Perbandingan Kelembaban Udara Kampung Wonosari

Perbandingan kelembaban udara pada bulan Juli 2018 dan Agustus 2018
sampel I, II, dan III setiap interval waktu berbeda. Dilihat pada diagram di bawah
dimana pada bulan Agustus 2018 kelembaban lebih tinggi di bandingkan bulan
Juli 2018. Pada bulan Juli 2018 dan Agustus 2018 memiliki kenaikan rata–rata
dengan selisih 1-2%. Kelembaban udara pada kampung Wonosari yang
diperoleh dengan proses pengukuran pada setiap titik sampel, menunjukan
bahwa kelembaban terendah berada pada 31,9% yang ditemukan pada tabel
pengukuran bulan Juli 2018 dan kelembaban tertinggi berada pada 68,1% yang
ditemukan pada tabel pengukuran bulan Agustus 2018. Dilihat pada tabel 30
didapatkan bahwa pada bulan Juli 2018 maupun Agustus 2018 disampel I,
sampel II dan sampel III pada jam 07.00 tergolong pada kategori kelembaban
nyaman sedang, yaitu terendah pada 62,4% dan tertinggi pada 68,1% menurut
Sangkertadi (2013). Sedangkan pada pukul 12.00 kelembaban udara disampel I,
sampel II, dan sampel III menurut Sangkertadi (2013) tergolong rendah yaitu
31,1% pada titik terendah dan 34,7% pada titik tertinggi untuk bulan Juli 2018

92
dan Agustus 2018. Pada jam 21.00 kelembaban udara di Kampung Wonosari
baik sampel I, sampel II dan sampel III kembali pada kategori sedang yaitu 57%
pada titik tertinggi.

• Perbandingan Kecepatan Angin Kampung Wonosari

Kecepatan angin pada kampung Wonosari yang diperoleh dengan proses


pengukuran pada setiap titik sampel, menunjukan bahwa kecepatan angin
terendah berada pada 0,1 m/s yang ditemukan pada tabel pengukuran bulan
Agustus 2018 dan kecepatan angin tertinggi berada pada 2,9 m/s yang
ditemukan pada tabel pengukuran bulan Juli 2018. Kecepatan angin di sampel
I, sampel II dan sampel III pada jam 07.00 tergolong pada kategori tidak
nyaman menurut Sangkertadi (2013) yaitu dibawah 1 m/s. Sedangkan untuk
pukul 12.00 sampel II dan sampel III yang memiliki kecepatan angin 0,8 m/s
tergolong pada kategori rendah lain hal dengan sampel I yang tergolong pada
kategori kecepatan tinggi karena memiliki kecepatan angin sebesar 2,1 m/s pada
jam 12.00. Sedangkan titik tertinggi untuk kecepatan angin berada pada jam
17.00 yang mana sampel II dan sampel III memiliki kecepatan angin 1 m/s
untuk kecepatan terendah dan 2,9 m/s untuk kecepatan tertinggi, namun pada
sampel I tergolong pada kategori rendah karena hanya memiliki kecepatan
angin sebesar 0,6 m/s.

A. Suhu Udara Kampung Wonosari Berdasarkan Pendapat

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di kampung Wonosari yang


merupakan kawasan iklim tropis untuk sampel I memiliki tingkat suhu 25 -
33,9ºC pada bulan Juli 2018 dan 25,6 - 34,5ºC pada bulan Agustus 2018
tergolong pada kategori panas sesuai dengan didukung oleh penelitian Tri Harso
Karyono, Sangkertadi yang menyatakan bahwa suhu 25-35 ºC tergolong pada
suhu panas dan tidak nyaman secara thermal. Pengukuran sampel II yang
memiliki suhu 25,3 - 34,3 ºC pada bulan Juli 2018 dan suhu 25,9 - 34,8 ºC pada
bulan Agustus 2018. Sampel III memiliki suhu 25,9 – 34,8 ºC pada bulan Juli
2018 dan 26 – 35 ºC bulan Agustus 2018. Menurut penelitian Tri Harso karyono
(2014) dan Sangkertadi (2013) tergolong pada kategori panas. Sehingga variabel
suhu udara penelitian ini dinyatakan tidak nyaman secara termal karena tidak

93
memenuhi standar yang ditetapkan oleh Sangkertadi untuk dinyatakan nyaman
secara termal pada suhu 26 – 27,5 ºC. Hasil penelitian ini juga tidak sepenuhnya
dapat memenuhi standar yang dinyatakan dalam Sangkertadi (2013) yaitu suhu
nyaman berada pada 26-27,5 ºC, maka pada tabel 32 dapat disimpulkan bahwa
keadaan suhu udara kampung Wonosari yang dinyatakan nyaman secara termal
sesuai dengan penelitian Tri Haryo Karyono (2014) dan Sangkertadi (2013)
hanya pada pagi hari pukul 07.00 sampai dengan sebelum pukul 12.00 dan pukul
21.00.

Indikator Sampel Bulan


Pendapat Hasil
Parameter Penelitian Juli Agustus
Nyaman
25- 25,6- sedang pukul
Sampel I
33,9ºC 34,5ºC 07.00 & 21.00
Nyaman 24-27ºC
Tri Haryo Sedang 25- 30ºC Nyaman
Tidak nyaman 31- Sampel II 25,3 - 25,9 - 34,8 sedang pukul
Karyono
34 ºC 34,3ºC ºC 07.00 & 21.00
Nyaman
Sampel III 25,9 - sedang pukul
26–35ºC
34,8ºC 07.00 & 21.00
25 - 25,6- Nyaman pukul
Sampel I
33,9ºC 34,5ºC 07.00 & 21.00
Nyaman 26-27,5ºC
25,3 - 25,9 - 34,8 Nyaman
Sedang 26- 30 ºC
Sangkertadi Sampel II pukul 07.00 &
Tidak nyaman 31- 34,3ºC ºC 21.00
33 ºC
25,9- Nyaman pukul
Sampel III 26–35ºC
34,8ºC 07.00 & 21.00

Tabel 28 : Analisa Suhu Udara Berdasarkan Parameter


Sumber : Penulis

B. Kelembaban Udara Kampung Wonosari Berdasarkan Pendapat

Kelembaban kampung Wonosari yang terukur dalam penelitian ini pada


sampel I berada pada titik 32-62,4% untuk bulan Juli 2018 dan pada bulan
Agustus 2018 adalah 33-62,7%. Hasil terserbut tidak dapat dinyatakan nyaman
secara termal menurut penilitan Tri Harso Karyono (2014) yang menyatakan 60-
70% sebagai kelembaban kenyamanan termal. Begitu pula menurut Sangkertadi
(2013) yang menyatakan kelembaban udara pada tingkat 60-70% lah yang
dinyatakan nyaman..
94
Sampel II yang memiliki tingkat kelambaban udara sebesar 33,2-63,4%
untuk bulan Juli 2018 tidak dapat dinyatakan nyaman secara termal menurut Tri
Harso Karyono (2014) namun untuk bulan Agustus 2018 yang memiliki
kelembaban udara 34,7-65,3% Sangkertadi (2013) yang menyatakan tidak
nyaman termal. Sedangkan sampel III tidak jauh berbeda dengan kedua sampel
sebelumnya, yaitu 34,5-67% pada bulan Juli 2018 dan 34,6-68% untuk
kelembaban bulan Agustus 2018 yang juga tidak dinyatakan nyaman secara
termal menurut Tri Harso Karyono.

Dari ketiga sampel tersebut dapat dinyatakan bahwa kelembaban


kampung Wonosari dinyatakan Sangkertadi (2013), Tri Harso Karyono (2014)
nyaman hanya pada jam tertentu yaitu pada jam 07.00, nyaman sedang pukul
17.00 – 21.00, dan tidak nyaman pukul 12.00.

Indikator Sampel Bulan


Pendapat Hasil
Parameter Penelitian Juli Agustus

Nyaman pukul
07.00; Nyaman
sedang pukul
Sampel I 32-62,4% 33-62,7% 17.00 & 21.00 ;
Tidak nyaman
pukul pukul
12.00
Nyaman 60-70%
Tri Haryo Sedang 55- 60ºC
Nyaman pukul
Karyono Tidak nyaman 30- 07.00, Nyaman
40 ºC sedang pukul
Sampel II
17.00 & 21.00 ;
33,2- 34,7-
Tidak nyaman
63,4% 65,3%
pukul 12.00
Nyaman pukul
07.00, Nyaman
sedang pukul
Sampel III
17.00 & 21.00 ;
34,5- 34,6-68% Tidak nyaman
67%
pukul 12.00
Nyaman pukul
07.00, Nyaman
Nyaman 60-70% 32- sedang pukul
Sampel I 33-62,7%
62,4% 17.00 & 21.00 ;
Sedang 50- 60ºC
Tidak nyaman
Sangkertadi
Tidak nyaman 32- pukul 12.00
Nyaman pukul
40 ºC
07.00, Nyaman
Sampel II
sedang pukul
17.00 & 21.00 ;
95
Tidak nyaman
33,2- 34,7-
pukul 12.00
63,4% 65,3%
Nyaman pukul
07.00, Nyaman
sedang pukul
Sampel III 34,5- 34,6-68%
17.00 & 21.00 ;
67% Tidak nyaman
pukul 12.00

Tabel 29 : Analisa Kelembaban Berdasarkan Parameter


Sumber : Penulis

C. Kecepatan Angin Kampung Wonosari Berdasarkan Pendapat

Hasil penelitian kecepatan angin di kampung Wonosari pada sampel I bulan


Juli 2018 berada pada titik 0,2 – 1,7 m/s dan 0,2 – 1,5 m/s pada bulan Agustus
2018. Kecepatan angin tersebut tergolong dalam kecepatan angin yang nyaman
sesuai Tri Harsono Karyono (2014) yang menyatakan kenyamanan termal
memiliki kecepatan angin pada tingkat 0,4 – 1,5m/s. Namun hasil sampel ini tidak
dapat dinyatakan nyaman secara menyeluruh menurut penelitian Sangkertadi
(2013), hanya pada jam 12.00 saja yang kecepatan anginnya dapat dinyatakan
nyaman.

Pada sampel II tingkat kecepatan angin bulan Juli 2018 adalah 0,4 – 1,8 m/s
dan bulan Agustus 2018 adalah 0,3 – 1,7 m/s yang dinyatakan nyaman penelitian
Karyono (2014) kecapatan angin bulan Juli dan Agustus pada jam 17.00 lain hal
menurut Sangkertadi (2013) yang menurut penelitiannya hasil ini dinyatakan
tidak nyaman karena terlalu rendah. Sedangkan untuk sampel III memiliki
kecepatan angin 0,5 – 2,1 m/s pada bulan Juli 2018 dan 0,4 – 1,8 m/s pada bulan
Agustus 2018 yang menurut Tri Harso Karyono (2014) kecepatan angin tersebut
tergolong tinggi atau kencang sehingga nyaman secara termal. Berbeda dengan
Sangkertadi (2013) hasil kecepatan angin pada sampel ini termasuk nyaman dan
cendererung tidak nyaman pada pukul 07.00 - 12.00 siang.

Pada penelitinan ini kecepatan angin berada pada titik yang lebih kecil dari
penelitian sebelumnya milik Tri Haryo Karyono (2014) dan Sangkertadi (2013)
sehingga tidak dapat memenuhi standar kenyamanan termal ruang luar. Dapat
disimpulkan pada tabel 34 kecepatan angin menurut pendapat Tri Haryo Karyono
(2014) hanya berada pada titik nyaman sampel II dan III pada pukul 17.00.
Sedangkan menurut pendapat Sangkertadi (2013) tidak memenuhi standar
96
nyaman, tetapi termasuk kategori nyaman sedang pada sampel I pukul 12.00,
sampel II dan III pukul 17.00.

Indikator Sampel Bulan


Pendapat Hasil
Parameter Penelitian Juli Agustus

Nyaman sedang
pukul 12.00;
Sampel I 0,2 – 1,5 Tidak nyaman
0,2 – 1,7 m/s
m/s pukul 07.00,
17.00, 21.00
Nyaman 2 m/s

Tri Haryo Sedang 1 m/s


Nyaman pukul
Karyono Tidak nyaman 0,5
17.00; Nyaman
m/s Sampel II 0,4 – 1,8 0,3 – 1,7 sedang pukul
m/s m/s 07.00, 12.00,
21.00
Nyaman pukul
17.00; Nyaman
0,5 – 2,1 0,4 – 1,8 sedang pukul
Sampel III
m/s m/s 12.00, 21.00 ;
tidak nyaman
pukul 07.00
Nyaman sedang
pukul 12.00;
Sampel I 0,2 – 1,7 0,2 – 1,5 Tidak nyaman
m/s m/s pukul 07.00,
12.00, 21.00
Nyaman 3 m/s
Nyaman sedang
Sedang 2 m/s pukul 17.00;
Sangkertadi Sampel II 0,4 – 1,8 0,3 – 1,7 Tidak nyaman
Tidak nyaman 1
m/s m/s pukul 07.00,
m/s 12.00, 21.00
Nyaman sedang
pukul 17.00;
Sampel III 0,5 – 2,1 0,4 – 1,8 Tidak nyaman
m/s m/s pukul 07.00,
12.00, 21.00

Tabel 30 : Analisa Kecepatan Angin Berdasarkan Parameter


Sumber : Penulis

97
D. Kenyamanan Termal Kampung Wonosari Berdasarkan Pendapat

Menurut Tri Harso Karyono (2014), indikator kenyamanan termal yang


berhasil didapatkan dari penelitian ini mencerminkan bahwa kampung Wonosari
memiliki kenyamanan termal yang berbeda-beda dan cenderung tidak nyaman
untuk sebuah kawasan terbuka maupun tempat tinggal dimana banyak warga
melakukan aktifitasnya karena suhu udara hariannya berkisan antara 27-33 ºC
namun angin yang berhembus hanya dibawah 2 m/s serta kelembaban udara yang
dimilki kampung ini dibawah 70%. Hasil ini mendukung Sangkertadi (2013)
yang menurut standarnya kampung Wonosari dinyatakan kurang nyaman bahkan
cenderung tidak nyaman secara termal. Namun berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan pada 2 bulan di pertengahan tahun dimana iklim tidak terlalu ekstrim
perubahannya, kampung Wonosari masih dapat dinyatakan nyaman pada jam –
jam tertentu.

Pendapat Indikator Parameter Hasil Penelitian


Nyaman
Suhu 24 ºC - 27 ºC , Kelembaban
60% - 70%, Kecepatan angin 2 m/s
Nyaman Sedang Nyaman sedang pukul
Suhu 25- 30 ºC,
Tri Haryo Karyono Kelembaban 55 –60%, Kecepatan 07.00 dan 21.00
angin 1 m/s
Tidak Nyaman
Suhu 30- 34ºC,
Kelembaban 30-40%, Kecepatan
angin 0,5 m/s
Nyaman
Suhu 26- 27,5ºC,
Kelembaban 60 –70%; Kecepatan
angin 3 m/s,
Sedang
Suhu 26- 30 ºC, Nyaman pukul 07.00
Sangkertadi
Kelembaban 50 –60%, Kecepatan dan 21.00
angin 2 m/s
Tidak Nyaman
Suhu 31- 33ºC,
kelembaban 32 –40%, kecepatan
angin 1 m/s

Tabel 31 : Kenyamanan Termal Berdasarkan Parameter


Sumber : Penulis

98
4.10.2 Termal Kenyaman Termal Menurut Responden

Pada penelitian ini peneliti mencoba mendapatkan kenyamanan termal


di Kampung Wonosari dengan metode wawancara kepada responden yang
tinggal maupun sering berada di kampung tersebut. Hal ini peneliti lakukan
karena pada teori kenyamanan termal yang dinyatakan oleh Sangkertadi
(2013) dijelaskan bahwa kenyamanan suhu sangat dipengaruhi oleh
kemampuan menyesuaikan diri atau adaptasi dari individu terhadap suhu di
sekitarnya. Tingkat kenyamanan menurut reponden dinilai perlu diteliti
karena banyak dari warga maupun tamu wisata merasa bahwa tempat tinggal
di kawasan lerengan cenderung lebih sejuk dilihat dari posisinya yang lebih
tinggi dibandingkan wilayah perkotaan, sehingga mengesampingkan tingkat
nyaman termal yang sesungguhnya juga sangat penting.

Kenyaman termal dikampung Wonosari berdasarkan hasil penelitian


dengan cara wawancara terhadap responden mendapatkan hasil bahwa pada
sampel I titik kenyamanan disebutkan pada kategori normal. Pada sampel II
kenyaman termal menurut responden adalah nyaman sedang. Sedangkan
pada sampel III menurut responden kenyaman termal pada sampel ini adalah
nyaman sedang. Titik nyaman sampel III berada pada nyaman optimal
dikarenakan menurut responden kecepatan angin yang berhembus lebih
kencang sehingga membuat suhu yang relatif lebih panas tidak dirasakan
oleh responden, terlebih responden dapat merasakan kesejukan dari
hembusan angin dan menikmati pemandangan melalui gardu pandang. Dari
hasil diatas dapat disimpulkan bahwa menurut warga dan tamu wisata,
kampung lerengan Wonosari nyaman cenderung hangat pada siang hari dan
sejuk nyaman pada malam hari.

Dari hasil wawancara kepada responden yang kemudian dianalisa


sesuai dengan pendapat yang tercantum pada Tri Haryo Karyono (2014) dan
Sangkertadi (2013) maka didapatkan bahwa kenyamanan termal disuatu
wilayah khususnya Kampung Wonosari juga dapat dipengaruhi oleh
kemampuan individu menyesuaikan dalam menilai dan merasakan
kenyamanan termal lingkungan. Kemampuan satu individu dengan individu
lainnya dalam penyesuaian dengan suhu atau termal sekitar berbeda-beda.
Didapatkan pada penelitian ini bahwa apabila kenyamanan termal di suatu
99
wilayah dinyatakan tidak nyaman, berbeda dengan yang dirasakan oleh
responden karena responden kebanyakan hanya merasakan pergerakan angin
sehingga merasa lebih nyaman meskipun suhu udara tinggi dan tingkat
kelembaban dalam keadaan yang tinggi pula.

Waktu Responden Pendapat Teori Pendapat Teori Hasil


Sangkertadi Tri Haryo Kayono
07.00 Nyaman (25º) Nyaman (26º) Nyaman (24º) Sesuai

12.00 Tidak nyaman (34º) Tidak nyaman (31º) Tidak nyaman (31º) Sesuai

17.00 Nyaman (30º) Nyaman sedang (30º) Nyaman sedang (30º) Sesuai

21.00 Nyaman (27º) Nyaman sedang (30º) Nyaman sedang (30º) Sesuai

Tabel 32 : Kenyamanan Termal Berdasarkan Responden


Sumber : Penulis

4.10.3 Faktor Yang Mempegaruhi Kenyaman Termal Kampung Wonosari

Setelah di lakukannya penelitian dan dibandingkan dengan penelitian


terdahulu yang dilakukan oleh Sangkertadi (2013) dan Tri Harso Karyono
(2014) yang menjadi parameter dalam penelitian ini faktor yang
mempengaruhi kenyamanan termal lingkungan Kampung Wonosari secara
umum yaitu temperatur udara, kelambaban udara, kecepatan angin dan letak
geografis ketinggian.

Temperatur udara sangat dipengaruhi oleh keberadaan jumlah vegetasi


yang ada dilingkungan serta ketinggian dari lokasi tersebut. Temperatur udara
antara suatu daerah dalam penelitian ini berarti sampel satu dengan sampel
lainnya sangat berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh adanya beberapa faktor,
seperti sudut datang sinar matahari, ketinggian suatu wilayah, arah angin, arus
laut, awan, dan waktu penyinaran yang terjadi di kampung Wonosari.

Hal ini juga berlaku pada faktor kelembaban udara yang mempengaruhi
kenyamanan termal dikampung Wonosari indikator yang mempengaruhi
kelembaban udara, contohnya radiasi matahari, tekanan udara, ketinggian
wilayah, kondisi angin, kerapatan udara, serta suhu udara. Tingkat
kelembaban udara berbeda dengan unsur yang lain, yang mana mengalami
fluktuasi yang tinggi dan dipengaruhi oleh perubahan temperatur udara.
100
Semakin tinggi temperatur, semakin tinggi pula kemampuan udara dalam
penyerapan air. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah vegertasi dan
lokasi bangunan di kampung Wonosari yang menimbulkan pembayangan dari
sinar matahari dapat mempengaruhi tingkat kelembaban udara di sekitarnya.
Pemilihan material prasarana di ruangan terbuka seperti jalan juga menjadi
salah satu penyebab tinggi rendahnya tingkat kelembaban dan suhu udara
Kampung Wonosari.

Kecepatan angin sangat tergantung pada karakteristik permukaan yang


dilaluinya. Tingkat nyaman kecepatan angin dipengaruhi oleh ketinggian
letak geografis pada lerengan Kampung Wonosari, keberadaan vegetasi juga
menjadi faktor kecepatan angin yang menentukan kenyaman termal karena
menjadi barrier laju kecepatan angin tersebut. Semakin kencang angin
berhembus melewati suatu wilayah maka semakin nyaman wilayah tersebut
karena suhu yang cenderung tinggi atau panas dan kelembaban yang rendah
atau kering dapat berkurang dengan adanya hembusan angin yang menerpa
individu atau responden yang berkunjung maupun yang tinggal di Kampung
lerengan Wonosari.

101
4.11.1 Tingkat Kenyamanan Termal Ruang Luar Kota Jakarta, Kota
Manado dan Kampung Wonosari bulan Juli - Agustus 2018
• Dari diagram 23 dapat dilihat perbandingan tingkat kenyamanan
termal ruang luar kota Jakarta dan Kota Manado, dimana suhu pada
titik nyaman pada kota Jakarta 24 - 27° sedangkan kota Manado 26 -
27,5°. Kelembaban udara 60 - 70% dan kecepatan angin nyaman kota
Jakarta berkisar 2 m/s dan kota Manado 3 m/s. Hal ini memperlihatkan
rasa nyaman ruang luar pada kota Jakarta dan kota Manado termasuk
kategori nyaman apabila kecepatan angin mencapai 2 – 3 m/s.

• Diagram 24 menunjukan tingkat kenyaman termal ruang luar


kampung Wonosari pada bulan Juli 2018 dimana suhu terendah
berada 25° pukul 07.00 tertinggi 34,5° pukul 12.00 dengan
kelembaban tertinggi 67% pada pukul 07.00 serta kecepatan angin
terendah 0,3 m/s pukul 07.00 dan tertinggi 2,1 m/s pukul 17.00. Dari
hasil diagram tersebut di dapat hasil temperatur efektif pada bagian
terarsir, yang mana kampung Wonosari bulan Juli 2018 suhu efektif /
nyaman berada pada batas 27° - 31°. Dari ketiga sampel penelitian
yang dapat mencapai suhu efektif hanya pada jam tertentu, yaitu pukul
07.00 & pukul 21.00.

• Dari diagram 25 menunjukan tingkat kenyaman termal ruang luar


kampung Wonosari bulan Agustus 2018 dimana suhu terendah berada
26° pukul 07.00 tertinggi 35° pukul 12.00 dengan kelembaban 68%
pada pukul 07.00 serta kecepatan angin terendah 0,3 m/s pukul 07.00
dan tertinggi 1,8 m/s pukul 17.00. Diagram temperatur efektif bulan
Agustus 2018 sama dengan bulan Juli 2018. Dari ketiga sampel
penelitian yang dapat mencapai suhu efektif hanya pada jam tertentu,
yaitu pukul 07.00 & pukul 21.00.

102
• Pada diagram 26 terlihat perbandingan kenyamanan termal ruang luar
kota Jakarta, Kota Manado dan Kampung Wonosari bulan Juli-
Agustus 2018 keduanya memiliki perbedaan. Kampung Wonosari
titik nyaman temperatur efektif bulan Juli-Agustus 2018 berada pada
27°-31° melebihi indaktor tesebut dikatakan panas, sedangkan titik
nyaman kota Jakarta 25°-30° dan kota Manado 26°-30°. Kecepatan
angin termasuk kategori nyaman hanya berada bulan Juli 2018 dengan
kecepatan 2,1 m/s pada pukul 17.00. Hal ini menunjukan temparatur
suhu Kampung Wonosari lebih panas di bandingkan Kota Jakarta dan
Kota Manado, di sebabkan letak topografi kampung Wonosari yang
berundak -undak atau lerengan dan dekat dengan pesisir pantai.

103
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data, identifikasi karakter termal
lingkungan dari kampung lerengan Wonosari secara keseluruhan bisa disimpulkan
sebagai berikut :
1. Kenyamanan Termal kampung Wonosari berdasarkan standar kenyaman
termal adalah suhu udara pada kampung Wonosari yang diperoleh dengan
proses pengukuran pada setiap titik sampel, menunjukan bahwa suhu
terendah berada pada 25 ºC pada bulan Juli 2018 dan suhu tertinggi berada
pada 35 ºC pada bulan Agustus 2018. Kelembaban udara pada kampung
Wonosari yang diperoleh dengan proses pengukuran pada setiap titik
sampel, menunjukan bahwa kelembaban terendah berada pada 31,9% pada
bulan Juli 2018 dan kelembaban tertinggi berada pada 68,1% pada bulan
Agustus 2018. Kecepatan angin pada kampung Wonosari yang diperoleh
dengan proses pengukuran pada setiap titik sampel, menunjukan bahwa
kecepatan angin terendah berada pada 0,2 m/s bulan Agustus 2018 dan
yang tertinggi berada adalah 2,1 m/s yang pada bulan Juli 2018.
Berdasarkan data-data yang telah diteliti, maka dapat disimpulkan bahwa
kampung Pelangi Wonosari RW 3 gang 5 cenderung tidak nyaman secara
termal.
2. Kebanyakan responden penduduk yang memang bertempat tinggal di
kampung Wonosari menyatakan lingkungan mereka nyaman untuk
ditinggali dan melakukan aktivitas sehari-hari karena mereka telah terbiasa
dan beradaptasi dengan lingkungan termal yang kurang nyaman tersebut,
namun tidak sedikit juga yang menyatakan bahwa Kampung Wonosari
mereka ini terasa sangat tidak nyaman bila beraktifitas diluar ruang pada
siang hari. Berbeda dengan reponden penduduk, responden pengunjung
menyatakan bahwa untuk melakukan aktifitas di luar ruang pada sampel I
terasa sangat tidak nyaman dan cenderung panas baik pagi maupun malam
hari, oleh karena itu banyak responden yang lebih memilih berada pada titik
sampel III untuk menikmati Kampung Wonosari.

104
3. Menurut responden, kenyaman termal di Kampung Wonosari pada sampel
I adalah sedang, sampel II termasuk hangat sedang sampel III termasuk
kategori nyaman. Berbeda dengan responden pengunjung yang menyatakan
bahwa sampel I cenderung sangat tidak nyaman secara termal dan yang
dapat dinyatakan nyaman adalah sampel II dan sampel III.
4. Faktor yang mempengaruhi kualitas termal lingkungan kampung Wonosari
dapat dinyatakan nyaman atau tidak adalah suhu udara, kecepatan angin
yang berhembus, kelembaban udara yang ada di luar ruang, vegetasi yang
ada disekitar lingkungan, pembayangan sebagai akibat dari paparan radiasi
sinar matahari yang terhalang oleh bangunan fisik ataupun vegetasi, serta
pemilihan material pada perkerasan jalan lingkungan.
5. Termal lingkungan kampung Wonosari yang cenderung dikatakan kurang
bahkan tidak nyaman dapat diminimalisir dengan cara penambahan vegetasi
di ruang luar yang dapat dijadikan penghijauan sekaligus peneduh dari sinar
matahari yang dapat meningkatkan kenyaman termal ruang luar &
pengaturan tata letak bangunan. Untuk lebih jelasnya peneliti telah
memberikan saran penyelesaian atas kondisi termal kampung Wonosari
pada bagian selanjutnya.
6. Ruang luar sebagai tempat aktivitas pengguna mempunyai karakteristik
termal yang memaksa pengguna ruang luar untuk menyesuaikan dirinya
terhadap kondisi yang ada. Kampung lerengan Wonosari pada dasarnya
mempunyai karakteristik termal yang cenderung tinggi, hal ini dikarenakan
material jalan lingkungan yang terbuat dari bahan keras dan kurangnya
vegetasi di dalam kawasan.

105
Angin Laut :
Angin Darat :

Gambar 66. Ilustrasi Pergerakan Angin Kampung Wonosari


Sumber : Penulis

• Angin lokal pada kampung Wonosari terjadi akibat pengaruh panas yang
lebih besar di daratan dan tempat yang lebih tinggi pada siang hari. Dimana
pada pukul 07.00 dan 12.00 kecepatan angin sampel I lebih besar
dibandingkan sampel II dan III. Akan tetapi pada pukul 17.00 - 21.00
kecepatan angin yang bergerak lebih besar pada sampel II dan III. Adanya
fluktasi pergerakan angin pada topografi lerengan ini menyebabkan
terjadinya angin lokal (angin laut) pada siang hari dan angin darat pada
malam hari.

106
5.2 Saran

• Penghijauan di ruang luar meningkatkan produksi oksigen yang mendukung


kehidupan sehat bagi manusia, mengurangi pencemaran udara, dan
meningkatkan kualitas iklim mikro. Air hujan yang turun diserap oleh tanah,
kemudian menguap kembali. Dengan demikian, tanaman ikut mengelola air
hujan dan melindungi lerengan terhadap tanah longsor.1
Identifikasi kriteria kenyamanan thermal di daerah tropis yang didukung oleh
peletakkan vegetasi-vegetasi peneduh, penggunaan material seperti grass blok
pada jalan lingkungan, rumput pada pelapis tanah dan air sebagai salah satu
elemen yang dapat mereduksi / mengurangi suhu panas pada kampung lerengan
Wonosari.

Menurut jenis tanaman Menurut penggunaan Menurut fungsi


Semak belukar sebagai Penghijauan privat Fungsi sosial sebagai
penutup tanah ruang komunikasi
Perdu sebagai penghias Penghijaun semiprivat Fungsi higiene mental
dan perbaikan tanah (kreativitas, imajinasi)
Pohon peneduh dan Penghijauan umum Fungsi peristirahatan
pemberi manfaat lainnya untuk melepas lelah

Tabel 33 : Fungsi Vegetasi


Sumber : Frick, Heinz/Mulyani, Tri Hesti. Arsitektur Ekologis.
Yogyakarta: Kanisius, 2005

Gambar 67. Jenis Vegetasi (rumput, tanaman hias dan tanaman perdu)
Sumber : Google (https://id.aliexpress.com/item/32836983369.html)

1 Bdk.: Frick, Heinz/FX Bambang Suskiyatno. Arsitektur Ekologis. Op.cit. hal 76-77
107
• Peran pohon peneduh menciptakan bayangan pada siang hari dari permukaan
tanah yang terbuka karena aspek bayangannya, menjadi alternatif menciptakan
kondisi termal pada lingkungan kampung lerengan Wonosari. Pemilihan
vegetasi pada yang baik dapat menjadikan suhu kawasan kampung Wonosari
menjadi rendah. Dalam Tri Haryo Karyono (2014) penghijauan diperlukan di
kawasan beriklim tropis sebagai upaya menurukan temperatur udara kawasan.
Selain berfungsi sebagai penghasil oksigen, vegetasi juga berperan sebagai
‘pembersih’ (penyerap) CO2 .

• Dalam Nikolopoulou dan Lykoudis (2006), jalan merupakan salah satu faktor
pengaruh kenyamanan termal suatu bangunan di sekitarnya terhadap sinar
matahari. Dalam rancangan arsitektur tropis, rancangan ruang luar bangunan
memegang peran penting untuk temperatur udara luar. Agar temperatur di luar
bangunan tidak panas, maka penggunaan material keras (beton, aspal) pada
permukaan halaman perlu di minimalkan. Permukaan tanah yang tertutup
material keras dan langsung terkena radiasi matahari akan membuat temperatur
udara di sekitar bangunan menjadi panas.

Material Penutup Jalan Temperatur udara Rembesan Air Hujan


Jalan aspal, beton 35º 90%
Paving block 33º 85%
Kerikil 28-30º 50%
Rumput 24-26º 5-15%

Tabel 34 : Material penutup jalan


Sumber : Frick, Heinz/FX Bambang Suskiyatno. Arsitektur Ekologis.
Yogyakarta: Kanisius, 2005

108
Gambar 68. Elemen vegetasi pada area publik
Sumber : Penulis

Gambar 69. Alternatif material perkerasan tanah


Sumber : Penulis

Gambar 70. Alternatif material perkerasan tanah


Sumber : Penulis
109
DAFTAR PUSTAKA

Ashrae. (2009). Handbook of Fundamental. USA : Ashare. Diakses dari


https://www.ashrae.org/technical-resources/ashrae-handbook
Doxiadis.(1968).“Human Settlement are, by definition, settlements inhabited
by man“ dalam Ekistics. Diakses dari
https://dtap.undip.ac.id/index.php/arsitektur-perkotaan/
Eddy, Imam Santoso. (2012). “Kenyamanan Termal Indoor pada Bangunan
di Daerah Beriklim Tropis Lembab“. Jurnal Indonesian Green Technology.
Diakses dari
https://www.academia.edu/6904042/Indonesian_Green_Technology_Journa
l_KENYAMANAN_TERMAL_INDOOR_PADA_BANGUNAN_DI_DA
ERAH_BERIKLIM_TROPIS_LEMBAB
Frick, Heinz/Suskiyanto,Bambang.FX. (1998). Dasar- dasar Eko Arsitekur
Yogyakarta : Kanisius.
Frick, Heinz/Setiawan, Pujo. (2001). Ilmu Kontruksi Struktur Bangunan.
Yogyakarta : Kanisius.
Frick, Heinz/Mulyani, Tri Hesti. (2006). Arsitektur Ekologis. Yogyakarta :
Kanisius.
Frick, Heinz/Suskiyanto,Bambang.FX. (2007). Dasar- dasar Arsitektur
Ekologis. Yogyakarta : Kanisius.
Frick, Heinz/Ardiyanto, Antonius/Darmawan, AMS. (2008). Ilmu Fisika
Bangunan. Yogyakarta : Kanisius.
Jenny. (2014). "Pengaruh Orientasi Bangunan Terhadap Kecepatan Angin
Pada Massa Bangunan Dengan Layout Berbentuk U. Medan : Universitas
Sumatera Utara. Diakses dari https://id.123dok.com/document/4yrnd7zo-
pengaruh-orientasi-bangunan-terhadap-kecepatan-angin-pada-massa-
bangunan-dengan-layout-berbentuk-u.html
Karyono, Tri Harso (1996).“Arsitektur, Kenyamanan Termal dan Energi“.
Kuliah Terbuka Jurusan Arsitektur, Unika Soegijapranata. Diakses dari
https://www.researchgate.net/publication/305186728_ARSITEKTUR_KEN
YAMANAN_TERMAL_DAN_ENERGI
Karyono, T.H. (2016). Arsitektur Tropis. Jakarta : Erlangga

98
Maidinita,D.(2009). “ Pola Ruang Luar Kawasan Perumahan dan
Kenyamanan Thermal di Semarang“. Riptek, Vol 3 No 2. Diakses dari
https://bappeda.semarangkota.go.id/uploaded/publikasi/Pola_Ruang_Luar_
Kawasan_Perumahan_Dan_Kenyamanan_Thermal_Di_Semarang_-
_MAIDINITA._D_dkk.pdf
Mclntye, D.A. (1980). “Indoor Climate“. London : Applied Science
Diakses dari https://www.worldcat.org/title/indoor-climate/oclc/610803947
Nugroho. M.A. (2011).“A Preliminary Study of Thermal Environment in
Malaysia‘s Terraced House. Journal and Economic Engeneering. Diakses
dari
https://www.researchgate.net/publication/245440936_A_Preliminary_Study
_of_Thermal_Comfort_in_Malaysia's_Single_Storey_Terraced_Houses
Nur Laela Latifah, Harry Perdana, Agung Prasetya, Oswald P. M
Siahaan.(2013).“ Kajian Kenyamanan Termal pada Bangunan Student
Center Itenas Bandung. Bandung : Universitas Itenas. Diakses dari
https://ejurnal.itenas.ac.id/index.php/rekakarsa/article/view/43
Olgyay, V. (1963). Design with Climate : Bioclimatic Approach to
Architectural Regionalism. Princenton University Prees. Diakses dari
http://assets.press.princeton.edu/chapters/s10603.pdf
Purwanto, L.M.F. (2006). Arsitektur Tropis dalam Penerapan
Desain Arsitektur. Semarang : Universitas Katolik Soegijapranata.
Sri Rejeki, V.G. (2009). ”Kajian Teoritik Teknologi Bahan Bangunan Rumah
Tinggal Sesuai Iklim Kawasan Lereng Gunung di Jawa Tengah“. Disertasi.
Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.
Sangkertadi.(2012).“Pengaruh Kecepatan Angin Terhadap Tingkat
Kenyamanan Termal di Ruang Luar Iklim Tropis Lembab“. Jurnal
Lingkungan Binaan Indonesia, Vol 1 No 2. Diakses dari
https://www.academia.edu/4017453/PENGARUH_KECEPATAN_ANGIN
_TERHADAP_TINGKAT_KENYAMANAN_TERMAL_DI_RUANG_LU
AR_IKLIM_TROPIS_LEMBAB?auto=download
Sangkertadi. (2013).Kenyaman Termis di Ruang Luar Beriklim Tropis
Lembab. Bandung : Alfabeta
Saraswati, Ratih Dian and Kiswari, Nestri MD (2017) Kajian Estetika
Lingkungan Kampung Pelangi Studi Kasus: Jalan Lingkungan Kampung
Pelangi Gg. VI. In: Seminar Nasional Arsitektur Populis.
http://repository.unika.ac.id/15671/
Sugini. (2014).Kenyaman Termal Ruang (Konsep Penerapan pada Desain).
Yogyakarta : Graha Ilmu.
SNI 03-6572-2001. (2001). Tata Cara Perencanaan Sistem Ventilasi Dan
Pengkondisian Udara Pada Bangunan Gedung. Diakses dari
99
https://dokumen.tips/documents/sni-03-6572-2001-tata-cara-perencanaan-
sistem-ventilasi-dan-pengkondisian.html
Syamsiah, Nur Rahmawati. (2012). “Konsep Arsitektur Islam
Berkeseimbangan Dalam Membentuk Kenyamanan Termal Taman Kota
Studi Kasus : City Walk Jalan Slamet Riyadi Surakarta“. Seminar Nasional
Arsitektur Islam 2. Diakses dari
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/xmlui/handle/11617/3520
Undang – undang Nomor 1 tahun 2011. Diakses dari
https://www.bphn.go.id/data/documents/11uu001.pdf
Wardan, Kusuma Laksmi. (2007). “Perubahan Desain Rumah Tinggal Jawa
Menjadi Ruang Publik Terbatas (Dari Rumah Bangsawan ke Hunian Publik).
Surabaya. Diakses dari
http://dimensiinterior.petra.ac.id/index.php/int/article/view/16881
Zahnd, Markus. (1999). Perancangan Kota Secara Terpadu.
Yogyakarta : Kanisius.
Zahnd, Markus. (2008). Model Baru Perancangan Kota yang Kontekstual.
Yogyakarta : Kanisius.

100

Anda mungkin juga menyukai