Anda di halaman 1dari 2

Slayer, merupakan benda atau atribut yang tidak asing lagi bagi anggota organisasi pecinta alam.

Sebab, benda ini yang selalu menemani dan melekat pada tubuh mereka, khususnya pada saat
melaksanakan kegiatannya. Bahkan, sudah menjadi aturan agar atribut ini dipakai pada saat ada
acara atau kegiatan penting, serta tidak diperbolehkan memakainya diluar kegiatan. Dan bagi
yang melanggarnya, akan diberi sanksi atau hukuman.

Bagi sebagian orang, mungkin akan bertanya-tanya, apa sih slayer itu?, kenapa bisa sering
menjadi sebab penghukuman bahkan sebab pengcabutan hak-hak anggota organisasi dimana
orang tersebut bergabung, kalau sampai salah dalam menempatkan atau menggunakannya.?

Slayer, berbentuk kain segitiga yang berukuran 1x1,5 m, bisa lebih besar atau kecil dan
disudutnya terdapat logo atau lambang organisasi yang bersangkutan. Warnanya pun bisa
beragam, tergantung pilihan suatu organisasi yang akan memakainya.

Bagi seorang pecinta alam, slayer mempunyai nilai dan harga yang tak bisa diukur dengan uang
dan materi atau dengan apapun. Karena untuk mendapatkannya, membutuhkan pengorbanan dan
perjuangan keras yang menguras tenaga, fikiran dan mental. Padahal, slayer ini bisa didapatkan
dengan mudah dimana saja, termasuk di pasar-pasar. Karena hanya dengan bermodalkan uang
kira-kira Rp 25.000 saja, sudah bisa didapatkan tanpa harus menguras tenaga dan fikiran. Tapi
hal itu, tentu saja sangat jauh berbeda nilainya dengan mendapatkannya melalui pengorbanan
dan perjuangan keras. Karena, yang menjadi tolak ukur bernilai tidaknya sesuatu, dilihat dari
seberapa besar perjuangan dan pengorbanan untuk mendapatkan sesuatu itu.

Namun, seberapa berharga pun slayer itu, seseorang yang ingin menjadi bagian dari organisasi
pecinta alam, harus menyadari bahwa bukan itu yang menjadi tujuan utama atau ingin
didapatkan ketika telah menjadi bagian dari organisasi. Karena, pada masa sekarang ini,
fenomena yang terjadi di beberapa kalau enggang dikatakan semua organisasi pecinta alam,
ketika melakukan pengkaderasasian, mereka menekankan kepada kader-kadernya agar slayer ini
dijaga dan disimpan dengan baik, serta melarang diletakkan disembarang tempat, terutama di
anggota badan bagian bawah.

Slayer ini, seakan-akan dianggap sebagai mahkota raja yang harus ditinggikan, dijaga dan
disucikan. Yang membuat mereka (anggota organisasi pecinta alam) lupa, bahwa bukan cuma
slayer saja yang harus dijaga dan disucikan. Banyak hal lain yang lebih utama atau lebih pantas
dijaga dan disucikan, dan hal itu mempunyai peran penting untuk kesuksesan suatu organisasi,
dibandingkan dengan slayer. Apakah slayer yang dianggap sebagai mahkota raja, ditinggikan
dan disucikan mempunyai peran penting untuk keberhasilan atau kesuksesan suatu organisasi?.
Rasa-rasanya tidak demikin!. Slayer, tidak lebih dari sekedar penghargaan yang dijadikan
sebagai tanda seseorang telah resmi atau lulus menempuh proses Pendidikan dan Latihan Dasar
(DIKLATSAR), selama beberapa hari atau minggu, bahkan bulan. Dan kemudian slayer tersebut
dijadikan sebagai atribut dan dipakai pada saat menghadiri atau melakuakan acara-acara atau
kegiatan-kegiatan yang dianggap penting.

Yang harus diutamakan anggota organisasi pecinta alam untuk dijaga, ditingikan dan disucikan
adalah sifat dan sikapnya, baik terhadap sesama manusia maupun terhadap lingkungan alam
bebas. Sifat dan sikap inilah yang memiliki peran penting untuk kesuksesan suatu organisasi.
Karena kesuksesan suatu organisasi, berawal dari kesuksesan para penghuninya. Inilah tujuan
dasar pelaksanaan Diklatsar bagi calon anggota organisasi pecinta alam. Diberikan bimbingan
dan pedidikan jasmani maupun rohani, serta melatih ketahanan fisik dan mentalnya. Dengan
demikian, melalui bimbingan, pendidikan dan pelatihan tersebut, diharapkan bisa melahirkan
sosok-sosok pecinta alam yamg memiliki sikap relegius tinggi dan tangguh dalam menjaga dan
melestarikan alam ini. Dan akan menjadi contoh yang baik dilingkungan masyarakat, khusunya
dilingkungan sesama pecinta alam.

Tulisan ini merupakan percikan unek-unek penulis, bahwa sebagian anggota organisasi pecinta
alam, menganggap slayer sebagai sebuah mahkota raja yang harus dijaga dan disucikan. Tak
mengapa slayer itu diperlakukan seperti mahkota raja, asalkan tidak sampai membuat kita lupa,
bahwa yang paling pantas untuk dijaga serta disucikan adalah hati dan perbuatan kita. Karena,
seberapa pun berharga dan bernilainya slayer itu, tidak akan berarti bila sifat dan perbuatan
pemiliknya tidak dijaga dan disucikan.

Anda mungkin juga menyukai