Pramuka penggalang merupakan pernggolongan sekaligus sebuatan bagi anggota pramuka yang berusia antara 11-15 tahun.
Selain usia seorang pramuka juga resmi dikatakan sebagai pramuka penggalang jika ia telah menyelesaikan syarat-syarat
kecakapan umum pramuka penggalang tingkat Rakit serta telah mengucapkan Trisatya pada upacara pelantikan yang dipimpin
oleh pembinanya. Meskipun ia telah berusia 11 tahun tapi apabila belum menyelesaikan SKU penggalang rakit, ia masih disebut
sebagai tamu penggalang. Lantas mengapa bisa disebut dengan Kata Penggalang? Itu diambil dari kisah perjuangan bangsa
Indonesia dalam merebut kemerdekaan. Kata penggalang tersebut merujuk kepada masa penggalangan persatuan serta kesatuan
bangsa yang ditandai dengan berlangsungnya kongres pemuda Indonesia yang kemudian menghasilkan “Sumpah Pemuda” pada
Kode kehormatan dari pramuka penggalang terdiri atas Tri satya dan Dasa Dharma. Tri satya berarti 3 janji dan Dasa Dharma
berarti 10 ketentuan moral. Seorang anggota Pramuka penggalang wajib menepati setiap janji yang telah diucapkannya. Adapun
bunyi dari Tri Satya dan Dasa Dharma adalah sebagai berikut :
TRI SATYA
Menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan mengamalkan Pancasila,
Seperti halnya golongan peserta didik pramuka yang lainnya, dalam setiap kegiatannya Pramuka Penggalangan itu
diorganisasikan dalam kelompok ataupun satuan secara berjenjang, berikut penjelasan lengkapnya. Satuan terkecil dari pramuka
penggalang itu disebut “Regu” yang terdiri dari 5-10 anggota. Regu Putra biasanya dinamakan dengan menggunakan nama-nama
hewan ataupun alat-alat yang berguna dalam kehidupan seperti misalkan regu Kalajengking, Regu Rajawali, Regu Garuda, Regu
Cobra, Regu Harimau, Regu Singa, Regu Elang, dan lain sebagainya. Sedangkan untuk regu putri umumnya menggunakan nama-
nama bunga ataupun tumbuhan misalkan seperti Regu melati, regu mawar, regu anggrek, regu matahari dan lain sebagainya.
Untuk setiap regu itu dipimpin oleh seorang pemimpin regu dan dibantu oleh wakilnya, pemimpin regu itu disebut “pinru”
sedangkan untuk wakil pemimpin regu disebut “Wapinru”. Seorang pinru memiliki hak dan kewajiban-kewajiban yang harus
dilaksanakan. Berikut ini adalah hak dan kewajiban dari seorang Pinru :
1. Membantu pembina dalam melatih anggota regunya.
Nah, hal yang harus dipahami selanjutnya adalah, dalam setiap 4 regu itu dihimpun lagi dalam satuan yang lebih besar yang
disebut sebagai “Pasukan” (Pasukan Penggalang). Pasukan itu dipimpin oleh seorang yang dinamakan “PRATAMA” atau
pemimpin regu utama. Pratama itu sendiri dipilih dari dan oleh para pimpinan regu serta anggota regu pasukan tersebut.
Dalam menjalankan kegiatannya pasukan penggalang akan dibimbing oleh seseorang yang disebut Pembina dan dibantu oleh 2
orang pembantu pembina penggalang. Pembina itu dipanggil dengan sebutan “Kakak” baik dia itu laki-laki maupun perempuan.
Untuk pakaian seragam pramuka penggalang, kakak-kakak bisa melihat gambar berikut ini :
Pakaian Seragam Harian Untuk Pramuka Penggalang Putri
SISTEM TANDA KECAKAPAN PRAMUKA PENGGALANG
Sistem kecakapan pramuka penggalang itu terdiri dari Kecakapan Umum, Kecakapan Khusus, dan Pramuka Garuda. Kecakapan
umum harus ditempuh dengan menyelesaikan syarat-syarat keckapan umum (SKU) yang terdiri atas 3 tingkatan yaitu ramu, rakit,
dan juga terap. Untuk kecakapan khusus sendiri juga haruslah diselesaikan dengan cara menyelesaikan syarat-syarat kecakapan
khusus yang terdiri atas 3 tingkatan yaitu Purwa, Madya, dan Utama. Bagi kakak-kakak pramuka penggalang yang telah berhasil
menyelesaikan SKU penggalang Terap, dapat segera untuk mengajukan diri menempuh Tingkatan pramuka yang paling tinggi
Pramuka penggalang itu biasa disingkat dengan huruf “G” yang diambil dari huruf pertada kata dasar “Galang”
Penggalang itu menggunakan kode warna “Merah” yang melambangkan bahwa penggalang itu sebagai masa-masa berkembang
satu sisinya terbuka) dengan posisi dari pembina dan pembantu pembinanya berada disisi yang terbuka. Ini mempunyai filosofi
bahwa mulai berkembangnya pandangan penggalang dalam menerima pengaruh yang baik dari lingkungan sekitarnya.
Kegiatan-kegiatan pertemuan dari pramuka penggalang diantaranya adalah jambore, lomba tingkat, perkemahan bakti, gladian
pimpinam regu (DianPinru), forum penggalang, JOTA (Jambore On The Air), JOTI (Jambore On The Internet), penjelajahan dan
perkemahan lainnya.
Pasukan Pramuka Penggalang
Pasukan Pramuka Penggalang. Perlu diketahui bahwa pasukan pramuka penggalang itu juga lebih sering disebut dengan
“Pasukan”.
Pasukan adalah satuan organic dalam Gerakan Pramuka yang terdiri dari paling banyak 32 orang Pramuka Penggalang. Setelah
itu pasukan penggalang terbagi lagi menjadi 4 regu yang masing-masing terdiri dari 6-8 orang pramuka penggalang. Gerakan
Pramuka itu menghimpun anggotanya dalam satuan dan kwartir. Satuan terdepannya dalam pembinaan peserta didik adalah
Gugus Depan atau disingkat dengan kata Gudep. Dalam Gugus Depan yang lengkap itu terdiri atas Perindukan Siaga, Pasukan
Penggalang, Ambalan Penegak, dan Racana Pandega. Pasukan penggalang itu merupakan tempat pembinaan untuk anak
Pramuka berusia 11-15 tahun yang disebut Pramuka Penggalang. Tujuan dari pembentukan pasukan ini adalah untuk
memudahkan penghimpunan, pengelolaan, penggerakan dan pengarahan peserta didik dalam pelaksanaan kegiataan Pramuka
Penggalang untuk mencapai tujuannya.
Dewan Penggalang
Pramuka Penggalang merupakan golongan pramuka yang berdasarkan usia setelah golongan siaga. Di dalam tingkatan pramuka
penggalang dikenal dengan adanya pasukan penggalang, dewan penggalang, dan juga dewan kehormatan. Pada artikel
sebelumnya sudah pernah dijelaskan tentang apa itu Pasukan Penggalang. Nah, pada kesempatan kali ini kita akan membahas
Dewan penggalang adalah organisasi dalam pasukan penggalang yang beranggotakan para pemimpin regu. Dewan Penggalang
dalam pasukan pada tahap awalnya bisa dipimpin terlebih dulu oleh kakak pembina, namun jika adik-adik sudah dianggap siap dan
mampu maka kakak pembina harus menyerahkannya kepada para anggota Dewan Penggalang. Pemimpin regu yang menjadi
anggota Dewan Penggalang melimpahkan tugas memimpin regu kepada wakil pemimpin regu. Wakil dari pemimpin regu juga
Terdiri atas pemimpin regu utama, para Pemimpin Regu, Wakil Pemimpin Regu, Pembina Penggalang dan juga para
Ketua dari Dewan Penggalang adalah Pratama, sedangkan jabatan Penulis dan Bendahara Dewan Penggalang secara bergilir
Masa bakti dari Ketua Dewan Penggalang adalah selama 6 bulan, dan dapat dipilih kembali maksimal sebanyak 2 kali berturut-
turut.
Merencanakan, melaksanakan serta mengevaluasi kegiatan Pasukan Penggalang sesuai dengan arahan dari Kakak
Pembinanya.
Menyelesaikan dan membahas persoalan-persoalan yang menghambat kemajuan pasukan dan juga membuat rencana kerja
pasukan.
Menerima, mempertimbangkan dan membahas gagasan ataupun usul tiap regu untuk memajukan pasukan.
Mengatur waktu dan tempat latihan rutin serta program kegiatan pasukan lainnya
Membantu anggota Dewa Penggalang agar menjadi seorang Pramuka yang berwatak dan berkecakapan serta berwibawa
Dewan Penggalang merupakan forum yang sangat ideal untuk menumbuhkembangkan potensi kepemimpinan para Pramuka
Penggalang khususnya dalam cara bermusyawarah untuk mencapai mufakat atau keputusan bersama.
Dalam rapat Dewan penggalang, pembina dan pembantu Pembina bertindak sebagai penasehat, pengarah,pembimbing serta
mempunyai hak untuk mengambil keputusan terakhir, dalam hal-hal yang dinilai membahayakan peserta didik.
Rapat dan pertemuan Dewan Penggalang diantaranya untuk menyiapkan materi yang akan dibahas dalam Dewan Majelis
Penggalang.
Undangan disampaikan seminggu sebelumnya dan masalah yang akan dibicarakan juga diumumkan atau diberitahukan.
Dewan Kehormatan Pasukan Penggalang adalah sebuah organisasi yang dibentuk sebagai alat kelengkapan dari organisasi
Pasukan Penggalang. Dewan Kehormatan Penggalang ini digunakan sebagai media untuk melatih kepemimpinan serta bertujuan
untuk menjaga, mempertahankan dan mengawal nama baik dan kehormatan pasukan.
Dewan Kehormatan Pasukan Penggalang terdiri atas para Pemimpin Regu Utama (Pratama), Pemimpin Regu (Pinru), kakak
Ketua dan Wakil Ketua Dewan Kehormatan Penggalang adalah Pembina Penggalang dan pembantunya, sedangkan Sekretaris
2. Merencanakan, mempersiapkan serta melaksanakan upacara pemindahan seorang siaga dari Perindukan ke Pasukan
4. Merencanakan dan mengatur kenaikan tingkat kecakapan umum, penerimaan TKK dan pemindahan Penggalang ke Ambalan.
5. Memberikan penghargaan kepada anggota regu yang telah berhasil mengharumkan nama baik dan kehormatan dari pasukan.
6. Merumuskan kode etik pergaulan, kegiatan, latihan, serta tata kehormatan pasukan, regu dan anggota regu.
7. Menggelar rapat untuk membahas anggota yang telah melakukan pencemaran nama baik dan kehormatan pasukan.
8. Mengatur pelantikan pemimpin dan wakil pemimpin regu serta Pratama
11. Menggelar sidang kehormatan dengan memberikan kesempatan kepada anggota yang dianggap melanggar untuk
penggalang.
13. Hasil dari putusan sidang kehormatan dilaporkan kepada pembina gugusdepan dengan tembusan kamabigus
Undangan yang disampaikan haruslah seminggu sebelumnya dan masalah yang akan dibicarakan harus diumumkan pula
Peserta yang hadir menggunakan pakaian seragam pramuka lengkap
Sejarah Kepramukaan di Dunia tidak bisa kita lepaskan dari peranan penting seorang Baden Powell. Dia adalah seorang Tentara
Inggris yang lahir di London, Inggris pada tanggal 22 Februari tahun 1857 ini lah yang menggagas kegiatan yang dalam sejarah
Sejarah mencatat bahwa buku Aids to Scouting (1899) yang berisikan pengalaman Baden Powell pada masanya di ketentaraan itu
menarik minat, dan juga banyak dibaca, tidak hanya oleh kalangan militer saja melainkan oleh para guru dan organisasi-organisasi
pemuda.
Minat dari masyarakat terhadap buku Aids to Scouting yang tinggi ini membuat William Alexander Smith (Pimpinan Boys Brigade
Inggris) meminta Baden Powell untuk melatih 22 pemuda. Oleh Baden Powell, ke-22 pemuda ini diajak untuk berkemah di pulau
Brownsea selama 8 hari pada tanggal 25 Juli hingga 2 Agustus 1907. Tercatat dalam sejarah, perkemahan tersebut telah
menginspirasi Baden Powell untuk menulis buku 'Scouting for Boys' (1908).
Robert Stephenson Smyth Baden-Powell, Baron I Baden-Powell Gilwell, adalah seorang tentara Inggris dan penemu the Boy
Scouts, lahir di London, dan merupakan lulusan Charterhouse School. Bergabung dengan Pasukan Hussars Ke-13 di India pada
tahun 1876. Dari 1888 sampai 1895, BP sukses bertugas, di India, Afghanistan, Zulu, dan Ashanti. .Sebelum dan semasa Perang
Boer, BP bertugas sebagai perwira staff dari Pasukan Kerajaan Inggris (1896-1897), menjadi kolonel dari Pasukan Berkuda, Afrika
Selatan, dan letnan kolonel dari Pengawal Naga ke-5 (5th Dragon Guards, 1897-1899). Karena keberanian dan pengabdiannya
selama mempertahankan Kota Mafikeng (dulu Mafeking) dari kepungan musuh, dipromosikan menjadi mayor jendral. Baden-
Powell kemudian kembali ke Inggris, pada tahun 1908 BP menjadi letnan jendral. Dianugerahi gelar kesatria tahun 1909, kemudian
pensiun dari dinas militer pada tahun berikutnya. BP membentuk the Boys Scouts di tahun 1908, dan dua tahun berikutnya BP
membantu mendirikan the Girl Guides, organisasi serupa untuk para anak-anak dan remaja putri. Selama Perang Dunia I.
BP bersama saudara-saudaranya bertambah akrab sepeninggal ayahnya, yang meninggal pada tanggal 11 Juni 1860. Pada usia
3 tahun Baden-Powell telah jadi seorang anak yatim. Sehingga dari sejak usia masih sangat muda, Baden-Powell dituntut untuk
dapat hidup mandiri.
Baden-Powell telah berusaha untuk hidup mandiri dengan hanya didukung oleh kekerasan hati serta keteguhan ibundanya yang
tercinta Ny. Henrietta GraceBaden-Powell sejak kecil sudah banyak mengagumi karya-karya ilmuwan terkenal pada zamannya,
seperti Charles Darwin, Babbage, George Elliot, G.H. Lewes, dan James Martineau' . Baden-Powell adalah seorang yang bertipe
pekerja keras, beliau tidak mudah putus asa dan penolong. Hal tersebut dapat terlihat pada sebuah tulisan Baden-Powell, dalam
sebuah suratnya kepada ibundanya.
Setelah menemui banyak kesulitan dalam memilihkan sekolah yang tepat untuk Baden-Powell seperti Rugby atau Eton, akhirya
Ny. Henrietta Grace memasukkan Baden-Powell ke harterhouse School di tahun 1870.
Di Charterhouse, Bad -Powell sangat populer, selain pandai dalam belajar hingga Baden-Powell meraih beasiswa, Baden-Powell
Juga mengikuti banyak kegiatan ekstra seperti :
1) Marching Band,
2) Klub menembak (Rifle Corps)
3) Teater, kegemarannya ini terus digeluti hingga sering tampil dalam berbagai pementasan drama bersama sahabatnya Kenneth
Mc Laren
4) Melukis dan menggambar, gambar/illustrasi selalu mengisi berbagai karya tulisnya.
5) Kiper kesebelasan Charterhouse.
Di usia 19 tahun, Baden-Powell menamatkan sekolah di Charterhouse School. Kemudian Baden-Powell memutuskan untuk
bergabung dengan dinas kemiliteran, atas bantuan pamannya Kolonel Henry Smyth, komandan dari Royal Military Academy di
Woolwich. Kemudian setelah lulus dari akademi militer tersebut Baden-Powell ditempatkan di India, dengan pangkat pembantu
lestnan.
Pengalaman Baden-Powell di ketentaraan inilah yang nantinya akan banyak mempengaruhi perkembangan berdirinya gerakan
kepanduan di Inggris.
Selain itu Baden-Powell juga terkenal sebagai orang yang pandai bergaul dan banyak kawannya. Salah seorang sahabatnya yang
terdekat adalah Kenneth Mc Laren. Kebersamaan mereka telah menghasilkan banyak pengalaman baik dalam kedinasan,
pementasan drama. maupun perburuan hewan liar (babi hutan).
Setelah sempat berpindah-pindah. dari satu kota ke kota lain. dari satu daerah ke daerah lain. bahkan dari satu negara ke negara
yang lain. Baden-Powell akhirnya bertugas di Mafeking. sebuah kota di pedalaman Afrika Selatan. Kota inilah yang membuat nama
BP menjadi terkenal dan menjadi pahlawan bangsanya. karena jasa-jasanya dalam memimpin pertahanan Kota Mafeking terhadap
pengepungan bangsa Boer
selama kurang lebih 217 hari (dari tanggal 13 Oktober 1899 sampai tanggal 18 Mei 1900). Karena jasa-jasanya ter sebut pangkat
Baden-Powell dinaikkan menjadi Mayor Jendral. Berita tersebut kemudian sampai juga ke Inggris. membuat seluruh keluarga
Baden-Powell bangga. Selama bertugas di Afrika. Baden-Powell banyak melakukan petualangan sehingga pengalaman-
pengalamannya makin bertambah. Karena keberaniannya. Baden-Powell mendapat julukan IMPEESA dari suku-suku setempat
seperti Zulu, Ashanti. dan Metabele. Impeesa mempunyai arti "Srigala yang tidak pernah tidur", Hal ini disebabkan karena sifat
waspada, cekatan, dan keberanian Baden-Powell (termasuk tindakan mengambil kalung manik-manik milik Raja Dinuzulu).
Raja Dinuzulu. adalah raja Zulu dari 1884 -1889. raja yang merupakan putra Raja Zulu Cetshwayo. beraliansi dengan para
Afrikaners (orang kulit putih keturunan Belanda) dan bersengketa dengan sepu punya, Zibhebhu yang didukung Inggris. Dinuzulu
lalu dituduh bersalah melakukan pengkhianatan sehingga diasingkan selama 10 tahun. Dibebaskan tahun 1910. Karena dianggap
tidak bersalah. Dinuzulu akhirnya meninggal tahun 1913.
Pada tahun 1901. Baden-Powell kembali ke tanah airnya, Inggris dengan disambut besar-besaran sebagai salah satu pahlawan
bangsanya. Kemudian BP sempat pula menulis pengalaman-pengalamannya dalam buku Aids To Scouting".
Kemudian Pada tahun 1907 Baden-Powell mendapatkan undangan dari perkumpulan Boys Brigade untuk mengisahkan
pengalaman-pengalamannya selama di Afrika khususnya dan selama di dinas ketentaraan pada umumnya. dalam sebuah
perkemahan yang diikuti 20 orang anggotanya. Perkemahan pertama tersebut diselenggarakan di Pulau Brownsea (Brownsea
Island).
Baden-Powell pada tahun 1908 menulis buku Scouting For Boys, sebuah mahakarya" yang sangat spektakuler. Buku inilah yang
mengakibatkan perkembangan kepanduan menjadi semakin besar. Buku ini menyebar di seluruh daratan Eropa sampai ke daerah-
daerah jajahan. Pada tahun 1910, Baden-Powell meletakkan jabatannya di dinas ketentaraan dengan pangkat terakhirnya adalah
Letnan Jendral. Mulailah Baden-Powell berkonsentrasi penuh untuk mengembangkan kepanduan ke seluruh dunia.
Pada tahun 1912, Baden-Powell mengadakan perjalanan keliling dunia untuk menemui para pandu di berbagai negara. Baden-
Powell menikah dengan Olave St. Clair Soames (Lady Baden-Powell) pada tahun tersebut, dan kemudian dikaruniai tiga orang
anak yaitu Peter, Heather dan Betty.
Pada tahun 1920, para pandu sedunia berkumpul di Olimpia, London, Inggris dalam acara Jambore Dunia yang pertama. Pada
hari terakhir kegiatan jambore tersebut (6 Agustus 1920) Baden-Powell diangkat sebagai Chief Scout Of The World atau Bapak
Pandu Sedunia. Baden-Powell juga dianugerahi gelar Lord Baden-Powell Of Gilwell, dengan julukan Baron oleh Raia George V.
Setelah berkeliling dunia, termasuk mengunjungi Batavia (sekarang Jakarta) pada tanggal 3 Desember 1934, sepulangnya dari
meninjau Jambore di Australia", BP beserta Lady Baden-Powell menghabiskan masa-masa akhirnya tinggal di Inggris (sekitar
tahun 1935-1938). Kemudian Baden-Powell kembali ke tanah yang amat dicintainya, Afrika
Dan BP menghabiskan masa tuanya di Nyeri, Kenya. Beliau akhirnya, wafat pada tanggal 8 Januari 1941 dan dengan diantar di
atas kereta yang ditarik oleh para pandu yang sangat mencintainya ke tempat peristirahatan terakhir.
Sejarah kepramukaan di Indonesia tidak bisa dilepaskan dengan sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Gagasan Baden Powell yang membentuk kepramukaan dengan cepat menyebar ke berbagai negara, termasuk Belanda.
Di negara Belanda kepramukaan disebut sebagai Padvinder. Di negara jajahannya, termasuk Indonesia, Belanda
mendirikan organisasi Kepramukaan. Di Indonesia dikenal dengan istilah NIPV (Netherland Indische Padvinder
Vereniging; Persatuan Pandu-Pandu Belanda). Organisasi ini dikhususkan bagi anak-anak Belanda.
Oleh tokoh-tokoh pergerakan nasional Indonesia dibentuk organisasi kepanduan yang bertujuan membentuk manusia
Indonesia yang baik dan menjadi kader pergerakan nasional. Karenanya kemudian muncul organisasi-organisasi
kepramukaan pribumi yang kala itu jumlahnya mencapai lebih dari seratus organisasi. Organisasi itu semisal; JPO
(Javananse Padvinders Organizatie); JPP (Jong Java Padvinderij), SIAP (Sarekat Islam Afdeling Padvinderij); HW
(Hisbul Wathon) dll.
Sejarah terus berlanjut. Melihat maraknya organisasi kepramukaan milik pribumi yang bermunculan, Belanda akhirnya
membuat peraturan untuk melarang organisasi kepramukaan di luar milik Belanda menggunakan istilah Padvinder.
Karena itu kemudian KH. Agus Salim menggunakan istilah "Pandu" dan "Kepanduan". Sejak tahun 1930 timbul
kesadaran dari tokoh-tokoh Indonesia untuk mempersatukan organisasi kepramukaan. Maka terbentuklah KBI
(Kepanduan Republik Indonesia). KBI merupakan gabungan dari organisasi kepanduan seperti IPO, PK (Pandu
Kesultanan), PPS (Pandu Pemuda Sumatra).
Dan pada tahun 1931 terbentuk PAPI (Persatuan Antar Pandu-Pandu Indonesia), kemudian diubah menjadi BPPKI
(Badan Pusat Persatuan Kepanduan Indonesia) pada tahun 1938.
Pada waktu pendudukan Jepang, kepanduan di Indonesia dilarang sehingga tokoh Pandu banyak yang masuk
Keibondan, Seinendan dan PETA.
Setelah masa kemerdekaan dibentuklah organisasi kepanduan yang bersifat nasional yaitu Pandu Rakyat Indonesia
yang dideklarasikan di Solo pada tanggal 28 Desember 1945. Pandu Rakyat Indonesia menjadi satu-satunya organisasi
kepramukaan di Indonesia saat itu.
Namun pada masa leberalisme, kembali bermunculan berbagai organisasi kepanduan seperti; HW, SIAP, Pandu
Indonesia, Pandu Kristen, Pandu Ansor, KBI dll yang jumlahnya mencapai seratusan lebih. Sebagian organisasi tersebut
terhimpun dalam tiga federasi yaitu; IPINDO (Ikatan Pandu Indonesia, berdiri tanggal 13 September 1951), POPPINDO
(Persatuan Organisasi Pandu Putri Indonesia, berdiri tahun 1954) dan PKPI (Persatuan Kepanduan Putri Indonesia).
Pada 1953 IPINDO berhasil menjadi anggota kepramukaan sedunia. Pada tanggal 10-20 Agustus 1955 IPINDO juga
berhasil menyelenggarakan Jambore Nasional I di Pasar Minggu Jakarta. Sedangkan POPPINDO dan PKPI pernah
bersama-sama menyambut singgahnya Lady Baden Powell (istri Baden Powell) ke Indonesia, dalam perjalanan ke
Australia. Pada tahun 1959, PKPI mengadakan perkemahan besar untuk pramuka putri yang disebut “Desa Semanggi”
di Ciputat. Pada tahun ini juga IPINDO mengirimkan kontingen ke Jambore Dunia di MT. Makiling Filipina. Menyadari
kelemahan yang ada, ketiga federasi tersebut akhirnya meleburkan diri menjadi PERKINDO (Persatuan Kepanduan
Indonesia). Namun ternyata Perkindo sendiri kurang solid sehingga coba dimanfaatkan oleh pihak komunis agar
menjadi gerakan Pionir Muda seperti di negara komunis lainnya.
Mulai tahun 1960-an, berbagai pihak termasuk pemerintah dan MPRS melakukan berbagai upaya untuk melakukan
penertiban organisasi kepanduan termasuk upaya untuk mendirikan Gerakan Pramuka.
Pada hari Kamis malam tanggal 9 Maret 1961 Presiden mengumpulkan tokoh-tokoh dan pemimpin gerakan
kepramukaan Indonesia, bertempat di Istana Negara. Presiden mengungkapkan bahwa kepanduan yang ada harus
diperbaharui, metode dan aktivitas pendidikan harus diganti, seluruh organisasi kepanduan yang ada dilebur menjadi
satu yang disebut Pramuka.
Presiden juga menunjuk Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka yang terdiri atas Sri Sultan Hamengku Buwono IX,
Menteri P dan K Prof. Prijono, Menteri Pertanian Dr.A. Azis Saleh dan Menteri Transmigrasi, Koperasi dan
Pembangunan Masyarakat Desa, Achmadi. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI TUNAS GERAKAN
PRAMUKA Panitia inilah yang kemudian mengolah Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, sebagai Lampiran Keputusan
Presiden R.I Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961 tentang Gerakan Pramuka. Kepres ini menetapkan Gerakan
Pramuka sebagai satu-satunya organisasi kepanduan yang ditugaskan menyelenggarakan pendidikan kepanduan bagi
anak-anak dan pemuda Indonesia. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI PERMULAAN TAHUN KERJA.
Kepres Nomor 238 Tahun 1961 ini ditandatangi oleh Perdana Menteri Ir. Juanda sebagai Pejabat Presiden Karena
Presiden RI, Ir. Soekarno saat itu sedang berkunjung ke Jepang.
Pada tanggal 30 Juli 1961, bertempat di Istora Senayan (Sekarang Stadiun Gelora Bung Karno), tokoh-tokoh organisasi
kepanduan di Indonesia yang menyatakan dengan ikhlas meleburkan diri ke dalam organisasi Gerakan Pramuka.
Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI IKRAR GERAKAN PRAMUKA.
Pada tanggal 14 Agustus 1961, dilakukan Pelantikan Mapinas (Majlis Pimpinan Nasional), Kwarnas dan Kwarnari di
Istana Negara, dilanjutkan penganugerahan Panji-panji Kepramukaan dan defile Pramuka untuk memperkenalkan
Pramuka kepada masyarakat yang diikuti oleh sekitar 10.000 Pramuka. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI
PRAMUKA yang diperingati hingga sekarang.
Mapinas saat itu diketuai oleh Dr. Ir. Soekarno (Presiden RI) dengan Wakil Ketua I, Sri Sultan Hamengku Buwono IX
dan Wakil Ketua II Brigjen TNI Dr.A. Aziz Saleh. Sementara Kwarnas, diketuai oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan
Brigjen TNI Dr.A. Aziz Saleh sebagai Wakil Ketua merangkap Ketua Kwarnari.