The Future of
Organizational Communication
In The Industrial Era 4.0
Tim Editor:
Dr. Agus Rusmana
Dr. Jenny Ratna Suminar
Dr. Purwanti Hadisiwi
Dr. Siti Karlinah
Dwi Ridho Aulianto, S.Hum, lchsan Adil Prayogi, S.I.Kom
Andini Claudita, S.I.Kom, Eni Kustanti, S.Pi
Eko Retno Wulandari, S.E, Yanti Sundari, S.Sos
Risa Nurisani,S.IIP., Moh Faidol Juddi S.I.Kom
Rani Auliawati Rachman, S.Ap
Penerbit:
MEDIAAKSELERASI
Cetakan 1
Tahun Terbit: Januari 2019
ISBN: 978-602-60882-8-4
SANKSI PELANGGARAN
Pasal 72 UU Nomor 19 Tahun 2002
Tentang Hak Cipta
1. Barangsiapa dengan sengaja clan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat ( J) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana
penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp.
1.000.000,00 (satu juta rupiah) atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual
kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait
sebagaimana dimaksud pada ayat (I) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan/atau denda paling ba1~yak Rp 500.000.000.00 (lima ratus juta rupiah).
OAFTARISI -
HALAMAN
Ill
SAMBUTAN DEKAN
SAMBUTAN KETUA PRODI v
ARUS KOMUNIKASI
l. Alur Komunikasi Antara PT.
Alkurnia Sentosa dengan Calon
dan Pekerja Migran Indonesia di
Taiwan {Studi Kasus pada PT
Alkarunia Sentosa International
sebagai Perusahaan Penempatan
Pekerja Migran Indonesia). oleh
Moh Faidol Juddi1, Susie
Perbawasari2, Feliza Zubair3
2. Arus Komunikasi dalam Sidang 12
Fatwa Halal oleh MUI Provinsi Jawa
Barat, oleh Lina Kamila Rahmasari1,
Agus Rusmana2
3. Penyampaian lnformasi oleh 22
Tenaga Kependidikan pada Sub
Bagian Administrasi Akademik
dalam Pelayanan Akademik
Terhadap Mahasiswa Jenjang Sl
{Studi Kasus pada Fakultas
Matematika dan llmu
......................................... --------------------
*Korespondensi: ilham265@gmail.com
PENDAHULUAN
\1asyarakat masih merupakan unsur pokok sebuah negara yang terbesar dan terus
menerus mengalami dinamika positif maupun negatif. Kondisi demikian seringkali
menimbulkan gap atau jurang pemisah antara kelompok masyarakat, sehingga perlu
proses yang disebut pemberdayaan untuk menguranginya.
Pemberdayaan Masyarakat adalah proses mernbantu orang-orang biasa agar
dapat memperbaiki masyarakatnya melalui tindakan-tindakan kolektif (Twelvetrees.
1991: I). Secara akademis, Pemberdayaan masyarakat dikenal sebagai metode
pekerjaan sosial yang memiliki tujuan untuk memperbaiki kualitas hidup rnasyarakat
melalui pendayagunaan sumber-sumber yang ada pada mereka serta menekankan
pada prinsip partisipasi sosial (Suharto, 1997:292). Menurut Johnson ( 1984),
Pemberdayaan Masyarakat merupakan spesialisasi atau setting praktek pekerjaan
sosial yang bersifat makro (macro practice).
Dalam praktek pemberdayaan masyarakat sering disebut juga sebagai
pembangunan masyarakat, pengembangan masyarakat merupakan sebuah wacana
dan pendekatan pembangunan yang dimulai pada dekade 1960. Secara lebih khusus
setelah Perang Dunia ke II kegiatan ini mulai rnarak dilakukukan diseluruh dunia.
Hal in i d idasari karena pada periode terse but persoalan-persoalan kem iskinan dan
eterbelakangan mulai menjadi isu yang cukup serius untuk mendapat perhatian
global.
Dinamika pemberdayaan masyarakat di Indonesia dibagi menjadi empat
generasi pemberdayaan masyarakat, yak dekade 1960, 1970, 1980 dan 1990. Pada
generasi pertama dekade 1960, pemberdayaan masyarakat banyak digunakan untuk
"llenyebut beragam aktifitas seperti investasi dalam bentuk infrastruktur,
=iset/pene litian, dan pengembangan teknologi tepat guna. Tujuan dari investasi ini
adalah untuk mengatasi kem isk inan dan keterbelakangan dengan mendorong
berkembangannya sektor produktif dari masyarakat dengan menitikberatkan pada
pengembangan produktifitas. Pada periode ini peran pemerintah sangat dominan
dalam setiap proses perubahan yang terjadi. Disisi lain masyarakat secara sebagai
obyek pengembangan cenderung pasif dan rnenunggu inisiatif dari pemerintah.
'eterlibatan masyarakat pada urnumnya baru sebatas bentuk mobilisasi yang
dilaksanakan untuk tujuan efisiensi.
Generasi kedua pernberdayaan masyarakat, dekade 1970 terjadi perpindahan
penekanan dari fasilitasi dan dukungan pada sektor-sektor produktif kearah sektor-
sektor sosial. Hal yang melatarbelakangi perpindahan ini adalah kesadaran bahwa
167
ORA rION Organizational Communication Conference 2019
Universitas Padjadjaran
168
ORATION - Organizational Communication Con fercnce 2019
l 'niversitas Padjadjaran
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus berdasarkan metode, data, dan
triangulasi surnber. Sedangkan metode pengumpulan data adalah melalui dokumen
dan penelitian lapangan berupa obsevasi dan wawancara. Data yang dikurnpulkan
dalam penelitian ini terbagi menjadi data primer dan data sekunder. Data primer
rnerupakan hasil observasi dan wawancara dengan 15 informan penelit ian di lokasi
penelitian, sementara data sekunder adalah data yang diperoleh dari situs-situs berita
online (website), jurnal-jurnal kornunikasi, serta buku-buku yang relevan dengan
penelitian ini.
Berdasarkan asumsi-asumsi di atas, penelitian ini secara praktis berusaha
untuk mengkaji peristiwa kehidupan yang nyata yang dialami oleh subjek penelitian
ini secara holistik dan bermakna, Dalam uraian yang lebih lugas, penelitian ini
berusaha untuk memberikan deskripsi dan eksplanasi terhadap bagaimana peran
fasilitator dalam membangun budaya organisasi Kelornpok Swadaya Masyarakat
(KSM) Matahari di Kecamatan Torno Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengacu
pada konsep Miles & Huberman (2012: 20) yaitu interactive model yang
mengklasifikasikan analisis data dalam tiga langkah, yaitu Reduksi data (Data
Reduction), Penyajian data (Display Data), dan Pengujian Keabsahan Data
(Verifikasi). Untuk rnenguji keabsahan data yang didapat sehingga benar-benar
sesuai dengan tujuan dan maksud penelitian, rnaka peneliti rnenggunakan teknik
triangulasi. Triangulasi data adalah teknik perneriksaan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain diluar data tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding data tersebut (Moleong, 2007: 330).
170
ORA Tl ON - Organizational Communication Con fercnce 2019
Univcrsitas Padjadjaran
persoalan yang mereka hadapi dan bagaimana mencari jalan keluarnya secara
bersama. Teknik untuk memfasilitasinya adalah dengan metode daur pendampingan.
Proses pendampingan merupakan proses pendidikan orang dewasa (proses
pendidikan yang membebaskan), di mana pengetahuan dan pemahaman dicari dan
ditemukan melalui proses pengalaman bersama. Oleh karena itu sering disebut juga
sebagai proses lingkaran hermeneutika. Proses hermenetis adalah proses belajar yang
memunculkan kesadaran dan pencerahan dengan melihat suatu fakta/realitas
bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri, tetapi memiliki hubungan sebab akibat.
Proses pendampingan mulai dari rnasyarakat sendiri yang mendiskusikan
situasi dan permasalahan mereka. Dari situasi dan perrnasalahan tersebut, masyarakat
berpikir kritis mengapa terjadi persoalan-persoalan tersebut, bagaimana hubungan
sebab akibatnya, apa akar masalahnya. Selanjutnya fasilitator mencari
referensi/landasan teoritis yang dibutuhkan (sosial. ekonomi, politik, budaya)
sehingga muncul pengetahuan dan kesadaran baru yang dengannya KSM
merumuskan jalan keluar dan merancang program kerja yang diikuti oleh tindakan
nyata.
KSM sebagai istilah generik yang sering dipakai untuk menyebut berbagai
kelembagaan yang ada pada masyarakat khususnya yang miskin dan terpinggirkan.
Kondisi pada masyarakat miskin dan terpinggirkan membuat mereka mengorganisir
diri dan mengembangkan modal sosial sebagai cara untuk bertahan hidup. Berbagai
kelembagaan pada masyarakat miskin dan terpinggirkan sering juga disebut
organisasi masyarakat. Pada umumnya terdiri dari sekumpulan orang dalam satu
ikatan pemersatu yang saling mengenal dan percaya satu sama lain serta bersepakat
untuk bekerja sama mengatasi tantangan kemiskinan dan marjinalisasi sehingga
akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan keluarganya serta masyarakat di
seke Ii I ingnya.
Pemberdayaan KSM adalah serangkaian kegiatan yang memfasilitasi dan
mendorong peningkatan kapasitas kelembagaan dan individual dari KSM sehingga
mampu mengembangkan skala usaha dan mengakses aspek sumberdaya Perrnodalan,
aspek teknologi dan aspek pasar, serta akses terhadap penyusunan kebijakan-
kebijakan yang menyangkut nasib dan masa depannya secara berkelanjutan.
KSM Matahari di Kecamatan Tomo merupakan salah satu KSM yang bergerak
dalam bidang usaha perdagangan komoditas pertanian dan pelestarian lingkungan.
KSM Matahari didirikan pada pertengahan tahun 2016 dan telah memiliki lebih dari
30 orang anggota. KSM Matahari telah memiliki struktur organisasi dan personil
yang siap melaksanakan tugas menjalankan roda organisasi, selain itu KSM telah
memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) yang akan membuat sistem dalam
KSM akan bekerja dengan baik jika SOP tersebut dilaksanakan oleh masing-rnasing
pemegang tanggung jawab dan wewenangnya. KSM Matahari merupakan salah satu
KSM Mandiri yaitu KSM yang anggotanya antara lain telah mampu rnerencanakan
dan rnemutuskan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukannya. Untuk mengembangkan
usahanya, mereka mampu mendapatkan tambahan modal sendiri dari berbagai
sumber permodalan yang tersedia, antara lain dari kredit umurn atau kredit komersial
lainnya.
Fasilitas memiliki peran penting dalam membangun budaya organisasi KSM
dengan menjunjung prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat, yaitu yang pertama
adalah Prinsip Berkelornpok, yaitu dengan berkelompok tumbuh kekuatan gerak dari
masyarakat sendiri. Kelompok tumbuh dari, oleh dan untuk kepentingan mereka
sendiri. Sela in dengan anggota kelompoknya sendiri, kerjasama juga dikembangkan
171
.! t.. I ll 111111.!J..' J
antar kelompok, dan mitra kerja lainnya agar usaha mereka berkembang, pendapatan
dan kesejahteraannya meningkat dan rnampu membentuk kelembagaan ekonomi
formal. Prinsip berkelompok meliputi unsur Keserasian, yaitu anggota KSM terdiri
dari masyarakat yang saling mengenal, saling mampercayai dan mempunyai
kepentingan yang sama, sehingga tumbuh KSM yang kornpak dan serasi. Dengan
kelompok yang kompak dan serasi, pertumbuhan dan perkembangannya mcnjadi
lebih baik; Kesetaruan, yaitu bebas dari segala motif dan bentuk pernbeda-bedaan
dan diskriminasi baik secara gender, agama, ras, suku dan golongan. Penghormatan
terhadap perbedaan dan pluralitas (keragaman) sebagai suatu kekayaan bersama;
Partisipatif, dimana proses pengambilan keputusan yang melibatkan seluruh anggota
kelompok, mendorong dan memberi tempat prakarsa-prakarsa dari setiap anggota
kelompok; Kepemimpinan dari mereka sendiri, yaitu ketua dan pengurus KSM
dipilih dari dan ditentukan oleh mereka sendiri. Pernimpin dari kalangan mereka
sendiri lebih memahami masalah serta keinginan anggota kelompoknya dari pada
pernimpin dari luar kelompok. Apalagi pemimpin tersebut aktif dan kreatif akan
dapat membawa kelompoknya kearah kemandirian perkembangan yang baik. Oleh
karena itu masyarakat perlu dimotivasi dan didorong agar dapat menentukan dan
rnemilh sendiri dengan tepat pemimpin kelompok mereka (ketua dan pengurus
kelompok); Akuntabilitas, yaitu Sistem pertanggungjawaban yang jelas dan
transparan terhadap segala sesuatu yang harus dipertanggungjawabkau dan
dilaporkan kepada seluruh anggota kelompok.
Budaya organisasi yang kedua adalah Prinsip Keberlanjutan. Seluruh kegiatan
penumbuhan dan pengembangan KSM diorientasikan pada terciptanya sistem dan
mekanisrne yang mendukung pemberdayaan masyarakat secara berkelanjutan.
Berbagai pelayanan dan intervensi yang dilakukan merupakan jenis pelayanan dan
intervensi yang memiliki potensi untuk berlanjut dikemudian hari ketika program
sudah selesai. Budaya organisasi selanjutanya adalah Prinsip Keswadayaan. Sejak
saat awal penumbuhan KSM masyarakat sudah dimotivasi dan didorong untuk
berusaha atas dasar kemauan dan kemampuan mereka sendiri dan tidak selalu
tergantung kepada bantuan atau pertolongan dari luar.
Budaya organisasi selanjutnya adalah Prinsip Kesatuan Keluarga. Masyarakat
tumbuh dan berkembang sebagai satu kesatuan keluarga yang utuh. Kepala keluarga
beserta anggota keluarga merupakan pemacu dan pemicu kemajuan usaha mereka.
Prinsip ini menuntut para Pendamping memberdayakan seluruh anggota keluarga
masyarakat untuk aktif berperan serta dalam meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraannya. Budaya organisasi yang juga penting adalah Prinsip Belajar
Menemukan Sendiri (Discovery Learning). KSM tumbuh dan berkernbang atas dasar
kemauan dan kemampuan mereka untuk belajar menemukan sendiri apa yang
mereka butuhkan dan apa yang akan mereka kernbangkan, tennasuk upaya untuk
mengubah penghidupan dan kehidupannya. Sedangkan budaya organisasi KSM yang
terakhir namun juga penting adalah Prinsip Interdependensi, yaitu sesuatu yang
menyeluruh (holistik) akan memberikan hasil yang lebih besar daripada bagian-
bagiannya. Dengan bersinergi kita akan menghasilkan manfaat yang lebih besar.
Oleh karena itu KSM didorong selain menjadi kelompok yang mandiri juga
mengembangkan diri untuk mampu mernbangun kerja-kerja kolaborasi dengan
berbagai pihak (lembaga) baik pemerintah maupun non pemerintah agar dapat
menghasilkan manfaat sosial yang lebih luas.
Untuk membangun budaya organisasi KSM maka fasilitator melakukan
pendekatan tertentu dalam melakukan pendampingan. Pendekatan pendampingan
172
ORATION - Organizational Communication Conference 2019
Universitas Padjadjaran
yang lazim adalah Kajian dan Pendekatan secara Apresiatif (KPA) - ada pula yang
menggunakan istilah Partisipasi Masyarakat secara Apresiatif (Appreciative
Co1111111111ity Participation) - digunakan sebagai metode untuk melakukan suatu
perubahan dalam masyarakat. KPA merupakan proses mengkaji bersama yang
dilandasi sikap mental "berpikir positif". KPA menggunakan berbagai macarn
disiplin, yakni psikologi, sosiologi, pengembangan kelompok/organisiasi, serta
prinsip-prinsip dasar yang membuktikan KPA sangat efektif untuk melakukan
perubahan dan transformasi secara positif, baik dalam organisasi, lingkungan dan
komunitas.
KPA adalah suatu pendekatan berdasarkan kekuatan atau pengalarnan positif
dari masyarakat untuk melaksanakan suatu upaya pemberdayaan secara
berkelanjutan untuk mencapai suatu tujuan atau untuk suatu tema khusus. Siklus 5-D
merupakan suatu proses belajar dan rnengkaji bersama secara berkesinambungan:
menggali surnber-surnber kekuatan masyarakat, menemukan irnpian atau sesuatu
yang ingin dicapai, bagaimana mencapainya, serta hal-hal apa yang dibutuhkan.
Dengan demikian secara lengkap tersusun suatu rencana yang dapat dilaksanakan
dengan partisipasi segenap unsur masyarakat dan para pemangku kepentingan.
Pendekatan ini berbeda dengan pendekatan lain yang lebih dikenal dengan
pendekatan hadap masalah (problem posing) atau penyelesaian masalah (problem
solving) dimana fokus perhatian dari pendarnpingan adalah membantu masyarakat
mengatasi rnasalah yang mereka hadapi. Upaya penyelesaian masalah ini diawali
dengan identifikasi masalah yang diikuti dengan analisa dan perumusan rencana
tindakan untuk mengatasi masalah.
Pengalaman lapang selarna beberapa dasawarsa melaksanakan pendekatan
problem solving memperlihatkan bahwa analisis terhadap masalah khususnya yang
bersifat struktural dan sistemik menghasilkan kornpleksitas masalah yang berada
diluar jangkauan masyarakat. Sebaliknya berbagai pengalaman positif dari
masyarakat dalam mengatasi persoalan sehari-hari seringkali justru terabaikan.
Pendekatan KP A berupaya untuk memperbaiki kondisi kehidupan masyarakat
dengan rnendasarkan diri pada pengalaman positif yang telah dimiliki oleh
masyarakat sebagai pondasi atau modal dasarnya. Diatas pondasi dan modal dasar
inilah berbagai inisiatif dan kegiatan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat
dapat dilaksanakan.
Pendekatan KPA terbagi menjadi empat tahapan, tahapan yang pertama adalah
mendefinisikan. Tahap mendetinisikan berkaitan erat dengan prinsip-prinsip. Tahap
ini diawali dengan penentuan kelompok, bagaimana kelompok didefinisikan (apakah
berdasarkan geografis, kesamaan kepentingan, dll) Dalam tahap ini adalah penting
untuk mernbangun pemahaman dan kesadaran terhadap pendekatan KPA bagi setiap
anggota kelompok (kondisi pembelajaran: setiap orang aktif untuk belajar, saling
menghormati perbedaan, penerimaan, kepercayaan, keterbukaan, penemuan diri. dll.
Kelornpok akan bekerja sesuai dengan tujuan dan arah yang telah ditetapkan.
Tahap selanjutnya adalah menemukan atau discover. Pada tahap menemukan
setiap anggota KSM diberi kesempatan untuk mernbagikan (sharing) pengalaman-
pengalaman terbaik yang pernah dicapai dan pada saat kapan, keunggu lan-
keunggu Ian kelornpok masyarakat dan apa sumber-sumber kekuatan mereka.
"Mencari rnasa depan dari masa lampau": Dengan cara melihat masa lampau untuk
mencapai masa depan yang mereka inginkan. Kelompok mengidentifikasi faktor-
faktor apa saja yang mendukung proses pencapaian itu. Metode lain yakni pemetaan
masyarakat secara partisipatif, atau mewawancarai informan/orang-orang kunci.
173
ORATION Organizational Communication Conference 20l9
Un iversitas Padjadjaran
SIM PU LAN
Dari pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam penelitian ini, dapat
diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: ·
Pertuma, Seorang pendamping atau fasilitator adalah pemeran kunci di dalam
upaya membangun budaya organisasi Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). Tugas
utamanya adalah mengembangkan kapasitas masyarakat untuk rnampu mengorganisir
diri dan menentukan sendiri upaya-upaya yang diperlukan dalam memperbaiki
kehidupan mereka.
Kedua, Fasilitator memiliki peran sebagai penasihat kelompok dengan cara
memberikan berbagai masukan dan pertimbangan yang diperlukan oleh kelornpok
dalam menghadapi masalah. Fasilitator tidak memutuskan apa yang perlu dilakukan.
Fasilitator juga memiliki peran sebagai pembimbing atau pelatih dengan memberikan
berbagai skill dasar yang diperlukan oleh kelompok seperti mengelola rapat,
pembukuan, administrasi, memecahkan persoalan dan mengambil keputusan, dan
sebagainya.
Ketiga, Fasilitator memiliki peran dalam membentuk budaya organisasi KSM
yang menganut prinsip-prinsip yang mendukung pemberdayaan masyarakat, yaitu
prinsip berkelompok, prinsip keberlanjutan, prinsip keswadayaan, prinsip kesatuan
kelompok, prinsip menemukan sendiri dan prinsip interdependensi.
Dari hasil penelitian ini, disarankan hal-hal sebagai berikut: Pertama, perlu
dilakukan penelitian lanjutan tentang peran fasilitator dalam upaya membangun budaya
kelornpok swadaya masyarakat dengan ruang lingkup penelitian yang. lebih luas. K edua,
174
ORATION - Organizational Communication Conference 2019
l lniversitas Padjadjaran
DAFTAR PUSTAKA
Ciptaning. Agus, 2008 Pendampingan Masyarakat Karban Be11ca11a Alam, Yogyakarta:
PPM-\,PPM Atmajaya
Denzin. Norman K. dan Guba. Egon. 200 I. Teori Jan Paradigtna Penelitian Sosial;
Pemikiran dan Penerapannya, Penyunting: Agus Salim. Yogyakarta: PT Tiara
Wacana.
Jaelani, Kodir. 2013. Pendatnpingan KSM di Indonesia, Jakarta: Bina Swadaya,
Katz D. & Kahn R.L. 1966. n« Social Psychology of Organizations. New York: Wiley
International.
Liliweri, Alo. 1997. Sosiologi Organisasi. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung.
Maernunah, Siti. 2011. Materi Pelatihan Pendampingan. Jakarta: Bina Swadaya,
Marwoto, Herly, 2002. Pendekatan Pengembangan Masyarakat, Jakarta: Bina Swadaya
Miles, Matthew B. dan Huberman. A. Michael. 2012. Analisis Data Kualitatif. Jakarta.
Universitas Indonesia Press.
Moleong. Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif Bandung: Penerbit Rosda.
Pace. R. Wayne & Don F. Faules, 200 I. Ko1111111ikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan
Kinerja Perusaltaan. Terjernahan: Deddy Mulyana. MA .. Ph.D. Remaja Rosda
Karya. Bandung.
Pranarka. Moeljarto. 2006. Pemberdayaan (Empowerment). Dalam Pemberdayaan Konsep,
Kebijakan dan !111ple111(?11fasi. Yogyakarta: UGM.
Robbins. Stephen P. 1994. Teori Organisasi Struktur, Desain dan Aplikasi. San Diego:
Prentice-I lall International. Inc.
Robbins. Stephen P. 2001. Perilaku Organisasl: Konsep. Kontroversi. Aplikasi. Jakarta:
Prenhallindo.
Suharto. Edi. 2007. Pembangunan, Kebijakan Sosial dan Pekerjaan Sosial: Spektrum
Pemikiran. Bandung: l.ernbaga Studi Pembangunan STKS (LSP-STKS).
Twelvetrees, A. 1991. Community Work, London: McMillan.
175