Anda di halaman 1dari 8

Definisi kusta (lepra)

Kusta alias lepra atau penyakit Morbus Hansen adalah infeksi menular kronis
yang menyerang sistem saraf, kulit, selaput lendir hidung, dan mata.
Penyakit kulit ini merupakan penyakit tertua di dunia, kemunculannya sudah
ada sejak tahun 600 sebelum Masehi. Dahulu, penyakit ini dipercaya sebagai
kutukan dari Tuhan dan sering dihubungkan dengan dosa.
Karena dapat menyebabkan kecacatan, mutilasi (terputusnya salah satu
anggota gerak seperti jari), luka borok, dan kerusakan lainnya, kusta menjadi
salah satu penyakit yang paling ditakuti terutama pada zaman kuno.

Lepra bisa sembuh total jika penderitanya mendapatkan pengobatan yang


tepat. Pasien juga bisa menjalankan kembali kehidupan normalnya, seperti
bekerja, bersekolah, dan melakukan berbagai aktivitas lainnya.

Ingin Kulit Sehat Dengan Biaya Murah?


Ikuti newsletter kami dan dapatkan informasi kecantikan dan kesehatan
seputar kulitmu!
Saya Menerima Kebijakan Privasi dan Data
Daftar
Di Indonesia, ada dua jenis penyakit lepra yang umum ditemukan, di
antaranya:

 Pausi basiler (PB). Penyakit lepra jenis ini ditandai dengan kemunculan


sekitar 1-5 bercak putih di kulit. Bercak putih yang muncul tampak mirip sekali
dengan panu.
 Multi basiler (MB). Gejala yang paling terlihat dari kondisi ini adalah
munculnya bercak kemerahan dan disertai penebalan pada kulit yang mirip
dengan kadas. Bercak kemerahan ini bisa muncul dan menyebar lebih dari
lima buah.
Seberapa umumkah kusta (lepra)?

Setiap dua menit seseorang terdiagnosis penyakit lepra. Menurut laporan


organisasi kesehatan dunia WHO pada akhir 2015, tercatat 176 ribu kasus
penyakit kusta di 138 negara termasuk Indonesia.

Kusta termasuk penyakit yang umum di banyak negara, terutama yang


beriklim tropis atau subtropis. Penyakit ini dapat dialami oleh semua kalangan,
tanpa memandang jenis kelamin maupun usia.
Tanda-tanda & gejala kusta (lepra)
Secara umum, gejala paling khas dari penyakit ini adalah sensasi mati rasa
atau baal pada area kulit yang menampakkan bercak. Sensasi mati rasa ini
menyebabkan penderitannya tidak bisa merasakan perubahan suhu.

Akibatnya, mereka yang mengalami penyakit ini kehilangan sensasi sentuhan


dan rasa sakit pada kulitnya. Hal ini juga yang membuat penderita tidak
merasakan sakit sekalipun jari mereka putus.

Selain yang sudah disebutkan di atas, berikut beberapa tanda dan gejala kusta
lainnya yang harus Anda wasapdai.

 Kulit kering dan berisisik.


 Area yang sebelumnya ditumbuhi rambut atau bulu bisa rontok.
 Kelemahan atau kelumpuhan otot di tangan atau kaki.
 Mutilasi, atau sensasi mati rasa yang menyebabkan penderita tidak
menyadari ketika memiliki luka di bagian tubuhnya.
 Muncul lepuhan atau ruam kemerahan pada kulit.
 Pembesaran saraf tepi, biasanya di sekitar siku dan lutut.
 Muncul benjolan seperti bisul tapi tidak sakit ketika disentuh.
 Penurunan berat badan secara drastis.
 Ginekomastia (payudara yang tumbuh membesar pada pria), akibat
gangguan keseimbangan hormon.
Seringnya, gejala penyakit ini menyerupai penyakit lain sehingga
menyebabkan terlambatnya mendapatkan pengobatan yang tepat. Beberapa
penyakit yang gejalanya mirip dengan kusta adalah psoriasis, panu, kadas,
vitiligo, dan masih banyak lagi.
Kapan saya harus periksa ke dokter?

Jika Anda merasa memiliki salah satu atau beberapa gejala kusta seperti yang
sudah tercantum di atas, segeralah memeriksakan diri ke dokter.

Ingat, setiap tubuh orang berfungsi berbeda satu sama lain. Bila Anda
khawatir akan gejala tertentu, silakan konsultasikan kepada dokter.

Penyebab kusta
Penyakit kulit menular ini disebabkan oleh infeksi bakteri basilus,
Mycobacterium leprae (M. leprae). Bakteri M. leprae sendiri berkembang biak
dengan sangat lambat dan periode inkubasi penyakit diperkirakan sekitar 5
tahun.
Hingga saat ini, para ahli belum begitu mengerti bagaimana kusta menyebar.
Namun, para ahli menduga bahwa penyakit ini dapat ditularkan dari percikan
air liur orang yang terinfeksi saat sedang bersin, batuk, atau berbicara.
Bakteri yang terkandung dalam percikan ini akan masuk ke dalam hidung dan
organ pernapasan lainnya. Kemudian, bakteri bergerak masuk ke dalam sel-sel
saraf.
Karena senang dengan tempat yang bersuhu dingin, bakteri akan masuk ke
sel-sel saraf kulit di sekitar selangkangan atau kulit kepala yang bersuhu lebih
rendah.

Sel saraf tersebut pun akan menjadi rumah bagi bakteri untuk berkembang
biak. Bakteri ini biasanya memerlukan waktu 12 – 14 hari untuk membelah diri.
Pada tahap ini, seseorang yang terinfeksi belum memunculkan gejala kusta.

Nantinya, ketika bakteri sudah berkembang semakin banyak, sistem kekebalan


tubuh akan bereaksi dengan mengeluarkan sel darah putih untuk melawan
bakteri. Barulah tubuh mulai merasakan gejala seperti mati rasa pada kulit.

Meski merupakan penyakit menular kronis, beberapa orang mungkin tidak


pernah terkena penyakit ini sekalipun mereka terpapar bakteri.

Pasalnya, sekitar 95 persen populasi dunia memiliki kekebalan alami terhadap


kusta. Sedangkan hanya lima persen yang memiliki kemungkinan tertular
kusta.

Dari lima persen tersebut, sebanyak 70 persen orang akan sembuh sendiri.
Hanya sisa 30 persen yang benar-benar terkena penyakit kusta dan harus
mendapat penanganan medis.

Yang berisiko terkena kusta


Penyakit ini memang bisa menyerang siapa saja. Namun, faktor risiko terbesar
untuk tertular penyakit ini adalah melakukan kontak langsung dalam waktu
lama dengan orang yang terinfeksi.

Mereka yang tinggal di daerah endemik dengan kondisi yang buruk, seperi
rumah yang tidak memadai dan tidak memiliki sumber air bersih juga berisiko
terkena penyakit ini.
Selain itu, asupan gizi yang buruk (malnutrisi) serta sistem imun yang lemah
akibat kondisi medis tertentu seperti HIV juga bisa meningkatkan risiko Anda
terkena penyakit ini.
Komplikasi penyakit kusta
Lepra yang dibiarkan tanpa pengobatan atau bahkan terlambat terdeksi bisa
menyebabkan cacat fisik yang bersifat sementara maupun selamanya.

Menurut Pedoman Nasional Program Pengendalian Kusta yang dibuat oleh


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, cacat fisik akibat penyakit ini
terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

 Cacat primer. Dapat membuat penderitanya mati rasa. Cacat primer


menimbulkan bercak kulit mirip panu yang biasanya muncul dengan cepat
dan dalam waktu yang singkat. Bercak dapat meradang, membengkak dan
menyebabkan demam. Selain itu, claw hand  alias tangan dan jari yang
membengkok juga bisa terjadi.
 Cacat sekunder. Merupakan tahap lanjutan dari cacat primer, jika
bakteri yang menyebar sudah mengakibatkan kerusakan saraf. Pasien akan
mengalami kelumpuhan di bagian tangan, kaki, jari-jari tangan, atau refleks
kedip yang berkurang. Kulit juga bisa menjadi kering dan bersisik.
Selain cacat fisik, orang-orang dengan penyakit ini juga berisiko tinggi
terhadap:

 kerusakan septum hidung,


 glaukoma,
 kebutaan,
 disfungsi ereksi, dan
 gagal ginjal.
Diagnosis & pengobatan
Bagaimana kusta didiagnosis?

Hal pertama yang bisa dilakukan dokter untuk mendiagnosis penyakit ini
adalah dengan menanyakan seputar riwayat medis dan mengecek kondisi
kesehatan Anda secara menyeluruh. Pemeriksaan fisik maupun laboratorium
juga diperlukan untuk memastikan diagnosis.

Bila kemungkinan Anda menderita kusta tinggi, dokter akan melakukan


pemeriksaan bakterioskopik. Itu adalah prosedur mengambil dan memeriksa
sampel jaringan kulit di bawah mikroskop untuk melihat adanya bakteri M.
Lepra.
Pemeriksaan lainnya meliputi histopatologis yang merupakan prosedur
dengan tujuan melihat perubahan jaringan karena infeksi dan pemeriksaan
serologis untuk mengetahui reaksi antibodi pada infeksi.

Pada kusta pausi basiler, tidak ada bakteri yang akan terdeteksi. Sebaliknya,
bakteri mungkin akan ditemukan di tes hapusan kulit dari orang dengan kusta
multi basiler.
Obat-obatan untuk kusta

Guna mengatasi penyakit lepra, dokter biasanya akan melakukan terapi obat
kombinasi atau multi-drug therapy (MDT). Pengobatan ini umumnya dilakukan
dalam kurung waktu enam bulan hingga 1 – 2 tahun tergantung jenis lepra
dan keparahannya.
Beberapa obat-obatan yang sering diresepkan dokter dalam melakukan terapi
MDT di antaranya adalah sebagai berikut.

 Rifampicin. Antibiotik yang bekerja dengan menghambat pertumbuhan


bakteri kusta di dalam tubuh. Obat berbentuk kapsul dan biasanya diminum
satu jam sebelum makan atau dua jam setelah makan. Efek sampingnya
berupa perubahan warna urine, sakit perut, demam, dan menggigil.
 Clofazimine. Obat antibiotik terkadang diresepkan bersama dengan
obat lain seperti kortison untuk mengobati luka dari penyakit kusta. Obat ini
dapat dikonsumsi bersamaan dengan makanan dan penggunaannya harus
sesuai dengan resep dokter agar tidak memperparah gejala.
 Dapsone. Merupakan antibiotik golongan sulfona, obat ini bekerja
untuk mengurangi peradangan dan menghentikan pertumbuhan bakteri. Obat
biasanya diminum sehari sekali atau sesuai resep dokter. Gunakan secara
teratur dan bila perlu pada jam yang sama guna mendapatkan hasil yang
optimal.
Dalam kasus tertentu, pembedahan juga bisa dilakukan sebagai proses
lanjutan setelah pengobatan antibiotik. Pembedahan ini dilakukan untuk
membantu memperbaiki saraf yang rusak atau bentuk tubuh penderita yang
cacat, supaya penderita bisa beraktivitas normal seperti sedia kala.

Bisakah penyakit ini sembuh total?

Ya, penyakit kusta bisa sembuh total. Asalkan Anda selalu mengingat dua
kunci utama dalam pengobatan penyakit ini, yaitu tidak terlambat
memeriksakan diri ke dokter dan disiplin saat menjalani pengobatan.

Selain mencegah komplikasi, penanganan lebih dini juga akan mencegah


kerusakan jaringan dalam tubuh. Oleh karena itu, selalu perhatikan kondisi
tubuh Anda. Bila mulai merasakan gejala kusta, segera periksa ke dokter.

Setelah didiagnosis dan mendapatkan obat pun Anda harus benar-benar


mematuhi aturan yang diberikan dokter. Minumlah obat di waktu yang tepat
secara rutin dan jangan menghentikan konsumsinya tanpa ijin dari dokter.

Sering lupa minum obat atau menghentikan pengobatan akan membuat


bakteri terus berkembang biak dan menjadi kebal. Bakteri yang semakin kuat
ini juga dapat berpindah dan menginfeksi tubuh orang lain dengan mudah.

Dengan kata lain, orang-orang terdekat Anda bisa saja tertular penyakit ini di
kemudian hari bila Anda tidak rutin minum obat.

Pengobatan rumahan
Selain harus minum obat secara teratur, orang dengan kusta juga harus
memperhatikan asupan nutrisinya. Hal ini dilakukan untuk membantu
mempercepat penyembuhan kusta.

Di bawah ini adalah beberapa pilihan nutrisi yang harus dipenuhi oleh orang
dengan penyakit lepra.
 Vitamin E. Vitamin ini dikenal bermanfaat untuk kesehatan kulit dan
tentunya baik dikonsumsi oleh para penderita kusta. Anda bisa
mendapatkannya dari konsumsi kacang-kacangan dan biji-bijian mentah,
seperti almond, kuaci, dan kacang tanah.
 Vitamin A. Vitamin ini berfungsi untuk menjaga penglihatan,
pertumbuhan badan, serta menjaga kekebalan tubuh. Anda bisa mendapatkan
asupan vitamin A dari worter, ubi jalar, bayam, pepaya, hati sapi, serta produk
olahan susu dan telur.
 Vitamin D. Mengonsumsi vitamin ini akan memberikan manfaat untuk
keseharan tulang serta sistem imun Anda. Selain dari paparan sinar matahari
langsung, Anda juga bisa mendapatkan asupan vitamin ini dari minyak ikan
cod, salmon, sarden, makarel, telur, dan sereal yang diperkaya vitamin D.
 Vitamin C. Vitamin C berfungsi dalam pembentukan kolagen dan
mengandung antioksidan yang akan melindungi Anda dari radikal bebas.
Kandungannya bisa ditemukan pada buah sitrus (jeruk dan lemon), mangga,
stroberi, hingga sayuran seperti tomat, dan brokoli.
 Vitamin B. Vitamin ini baik untuk kesehatan sistem saraf dan produksi
sel darah merah. Bisa didapatkan dari konsumsi ayam, pisang, kentang, dan
jamur.
 Zinc. Zinc berperan dalam penyembuhan luka serta menjaga sistem
imunitas tubuh. Dapatkan khasiatnya dari konsumsi tiram, keju, kacang mete,
dan oatmeal.

Anda mungkin juga menyukai