Cinta adalah perasaan lembut yang terdapat dalam setiap hati yang suci.
Sedang cinta Allah adalah perisai yang akan menjaga manusia dari
terjerumus ke dalam dosa dan kemaksiatan. Siapa yang tumbuh terdidik di
atas dasar cinta kepada Allah dari masa kecilnya, maka tidak mungkin hasil di
saat dewasanya berkebalikan, benci pada Allah dan syariat-Nya. Meski ia
suatu saat jatuh pada kesalahan -karena siapalah manusia yang tidak
bersalah- ia akan segera kembali kepada kebenaran dengan bertaubat. Allah
berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari
agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah
mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah
lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-
orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan
orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa
yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha
Mengetahui. (Al Maidah: 54)
Sedang jauh dari cinta kepada Allah akan menyebabkan seseorang jatuh di
dalam dosa, dan terkadang menyebabkan murtadnya seseorang dari
agama. Na’udzubillah min dzalik. Makacinta Allah dan cinta Rasulullah adalah
tujuan yang hendaknya diraih oleh siapapun yang menghendaki kebahagiaan
dunia akhirat.
Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tiga perkara yang seseorang akan merasakan manisnya iman : [1] ia lebih
mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih dari yang lainnya, [2] ia mencintai seseorang
hanya karena Allah, [3] ia benci untuk kembali pada kekufuran sebagaimana ia benci
bila dilemparkan dalam neraka.” (HR. Bukhari no. 6941 dan Muslim no. 43)
Di antara cara menumbuhkan cinta kepada Allah adalah kita mengetahui
begitu besarnya cinta Allah kepada hamba-hamba-Nya. Allah sangat
mencintai hamba-hamba-Nya sebesar apapun kesalahan seorang hamba
tersebut, dengan bukti tak henti Allah member mereka nikmat meski
bergelimang dosa. Allah ganti keburukan hamba dengan kebaikan-kebaikan-
Nya. Allah berikan rezki kepada mereka, dan hanya meminta mereka untuk
memberikan sebagian rezki yang telah diberikan, dan di kemudian hari akan
diganti oleh-Nya berupaya pahala yang berlipat ganda.
Iman juga tidak sempurna melainkan jika berdasar karena cinta kepada Allah.
Maka bagaimana caranya kita sampai pada cinta ini? Bagaimana kita
mendidik anak-anak kita supaya mencintai Allah Azza wa jalla?
Beberapa orang menyangka bahwa Allah mencintainya dengan bukti rezki
yang melimpah, atau ilmu pengetahuan yang tinggi dan seterusnya. Namun
ini tidak selamanya benar. Luasnya rezki, anak, pangkat, dan jabatan malah
terkadang menjadi sebab kemurkaan Allah pada seorang hamba. Sebaik-baik
bukti dalam hal ini adalah Iblis yang ketika itu meminta kepada Allah supaya
siksanya ditangguhkan hingga hari Kiamat, kemudian Allah mengabulkannya.
Allah biarkan Iblis melakukan perbuatan sesuka hatinya, namun pada
akhirnya Allah akan memasukkannya ke dalam neraka.
ين َقا َل َف ِب َمٓا أَ ْغ َو ْي َتنِى أَل َ ْقعُدَ نَّ لَ ُه ْم صِ ٰ َر َط َك ْٱلمُسْ َتقِي َم َ َقا َل أَنظِ رْ ن ِٓى إِلَ ٰى َي ْو ِم ُيب َْع ُث
َ ون َقا َل إِ َّن َك م َِن ْٱلم
َ ُنظ ِر