Oleh:
HIMMATUL KHOIRUNNISA
NIM.2103277032
CIAMIS
2021
LAPORAN PENDAHULUAN HEMOROID
A. DEFINISI
Menurut beberapa ahli, pengertian hemoroid adalah :
1. Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus yang
berasal dari plexus hemorrhoidalis (Sudoyo, 2006).
2. Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam plexus hemoroidalis yang tidak
merupakan keadaan patologik (Sjamsuhidajat dan Jong, 2005).
3. Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal.
Hemoroid sangat umum terjadi. Pada usia 50-an, 50% individu
mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan luasnya vena yang terkena (Smeltzer dan
Bare, 2002).
4. Hemoroid adalah pelebaran varises satu segmen atau lebih vena-vena
hemoroidales (Bacon). Patologi keadaan ini dapat bermacam-macam,
yaitu thrombosis, ruptur, radang, ulserasi, dan nekrosis (Mansjoer, 2008).
Berdasarkan pengertian para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa hemoroid adalah
pelebaran dan inflamasi vena di dalam plexus hemoroidalis.
B. ETIOLOGI
Menurut Smeltzer dan Bare (2002) dan Mansjoer (2008), etiologi dari
hemoroid adalah :
1. Faktor predisposisi :
a. Herediter atau keturunan
Dalam hal ini yang menurun dalah kelemahan dinding pembuluh
darah, dan bukan hemoroidnya.
b. Anatomi
Vena di daerah masentrorium tidak mempunyai katup. Sehingga
darah mudah kembali menyebabkan bertambahnya tekanan di
pleksus hemoroidalis.
c. Makanan misalnya, kurang makan-makanan berserat.
d. Pekerjaan seperti mengangkat beban terlalu berat.
e. Psikis.
2. Faktor presipitasi :
a. Faktor mekanis (kelainan sirkulasi parsial dan peningkatan tekanan intraabdominal)
misalnya, mengedan pada waktu defekasi.
b. Fisiologis
c. Radang
d. Konstipasi menahun
e. Kehamilan
f. Usia tua
g. Diare kronik
h. Pembesaran prostat
i. Fibroid uteri
j. Penyakit hati kronis yang disertai hipertensi portal
C. TANDA DAN GEJALA
Tanda gejala
1. Tanda
a. Perdarahan
Umumnya merupakan tanda pertama hemoroid interna trauma oleh feces yang
keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak bercampur dengan
feces.Walaupun berasal dari vena, darah yang keluar berwarna merah segar karena kaya
akan zat asam, jumlahnya bervariasi.
b. Nyeri
Nyeri yang hebat jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid interna dan
hanya timbul pada hemoroid eksterna yang mengalami trombosis dan radang.
2. Gejala
a. Anemia dapat terjadi karena perdarahan hemoroid yang berulang.
b. Jika hemoroid bertambah besar dapat terjadi prolap awalnya dapat tereduksi spontan. Pada
tahap lanjut pasien harus memasukkan sendiri setelah defekasi dan akhirnya sampai pada
suatu keadaan dimana tidak dapat dimasukkan.
c. Keluarnya mucus dan terdapatnya feces pada pakaian dalam merupakan ciri hemoroid
yang mengalami prolap menetap.
d. Rasa gatal karena iritasi perianal dikenal sehingga pruritis anus rangsangan mucus.
D. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi hemoroid adalah akibat dari kongesti vena yang disebabkan oleh
gangguan venous rektum dan vena hemoroidalis. Hemoroid timbul karena dilatasi,
pembengkakan atau inflamasi vena hemoroidalis yang disebabkan oleh faktor-faktor risiko/
pencetus dan gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis. Faktor risiko hemoroid antara
lain factor mengedan pada buang air besar yang sulit, pola buang air besar yang salah
(lebih banyak memakai jamban duduk, terlalu lama duduk di jamban sambil membaca,
merokok), peningkatan tekanan intra abdomen karena tumor (tumor usus, tumor abdomen),
kehamilan (disebabkan tekanan janin pada abdomen dan perubahan hormonal), usia tua,
konstipasi kronik,diare kronik atau diare akut yang berlebihan, hubungan seks
peranal, kurang minum air, kurang makan makanan berserat (sayur dan buah), kurang
olahraga/imobilisasi.
E. MANIFESTASI KLINIK
Hemoroid menyebabkan rasa gatal dan nyeri, dan sering menyebabkan perdarahan
berwarna merah terang pada saat defekasi. Hemoroid eksternal dihubungkan dengan nyeri
hebat akibat inflamasi dan edema yang disebabkan oleh trombosis. Trombosis adalah
pembekuan darah dalam hemoroid. Ini dapat menimbulkan iskemia pada area tersebut dan
nekrosis. Hemoroid internal tidak selalu menimbulkan nyeri sampai hemoroid ini membesar
dan menimbulkan perdarahan atau prolapse.
Perdarahan pada umumnya merupakan tanda pertama hemoroid intern akibat trauma
oleh feses yang keras. Walaupun berasal dari vena, darah yang keluar berwarna merah segar
karena kaya zat asam. Perdarahan luas dan intensif di pleksus hemoroidalis menyebabkan
darah di vena tetap merupakan “darah arteri”. Kadang perdarahan yang berulang dapat dapat
berakibat timbulnya anemia berat. Hemoroid yang membesar secara perlahan-lahan akhirnya
dapat menonjol keluar menyebabkan prolaps. Pada tahap awalnya penonjolan ini hanya
terjadi pada waktu defekasi dan disusul oleh reduksi spontan sesudah selesai defekasi.
F. PENATALAKSANAAN
Menurut Smeltzer dan Bare (2002), Sudoyo (2006) dan Mansjoer (2008),
penatalaksanaan medis hemoroid terdiri dari penatalaksanaan non farmakologis,
farmakologis, dan tindakan minimal invasive, yaitu :
1. Penatalaksanaan Medis Non Farmakologis
Penatalaksanaan ini berupa perbaikan pola hidup, perbaikan pola makan dan
minum, perbaiki pola/cara defekasi. Memperbaiki defekasi merupakan pengobatan yang
selalu harus ada dalam setiap bentuk dan derajat hemoroid. Pebaikan defekasi disebut bowel
management program (BMP) yang terdiri dari diet, cairan, serat tambahan, pelicin feses, dan
perubahan perilaku buang air.
2. Penatalaksanaan medis farmakologis
Obat-obat farmakologis hemoroid dapat dibagi atas empat, yaitu :
1. Obat memperbaiki defekasi : ada dua obat yang diikutkan dalam BMP yaitu
suplemen serat (fiber suplement) dan pelicin tinja (stool
softener). Suplemen serat komersial yang banyak dipakai antara lain psyllium atau
isphagula Husk (missal Vegeta, Mulax, Metamucil, Mucofalk). Obat kedua yaitu obat
laksan atau pencahar antara lain Natrium dioktil sulfosuksinat (Laxadine), Dulcolax,
Microlac dll. Natrium dioctyl sulfosuccinat bekerja sebagai anionic surfactant,
merangsang sekresi mukosa usus halus dan meningkatkan
penetrasi cairan kedalam tinja. Dosis 300 mg/hari
2. Obat simtomatik : Bertujuan menghilangkan atau mengurangi keluhan rasa gatal, nyeri,
pengurangan keluhan sering dicampur pelumas (lubricant) vasokontriktor, dan antiseptic
lemah. Anastesi local digunakan untuk menghilangkan nyeri serta diberikan
kortikosteroid.
3. Obat menghentikan perdarahan : perdarahan menandakan adanya luka pada dinding
anus/ pecahnya vena hemoroid yang dindingnya tipis. Yang digunakan untuk pengobatan
hemoroid yaitu campuran diosmin (90%) dan hesperidin (10%) dalam bentuk
Micronized, dengan nama dagang “Ardium” atau “Datlon”. Psyllium, Citrus
bioflavanoida yang berasal dari jeruk lemon dan paprika berfungsi
memperbaiki permeabilitas dinding pembuluh darah
4. Obat penyembuh dan pencegah serangan hemoroid : pengobatan dengan Ardium 500
mg menghasilkan penyembuhan keluhan dan gejala yang lebih cepat pada hemoroid akut
bila dibandingkan plasebo. Pemberian Micronized flavonoid (Diosmin dan
Hesperidin) (Ardium) 2 tablet per hari selama 8 minggu pada pasien hemoroid
kronik.
3. Penatalaksanaan bedah
Hemoroidektomi atau eksisi bedah dapat dilakukan untuk mengangkat semua jaringan
sisa yang terlibat dalam proses ini. Selama pembedahan, sfingter rektalbiasanya didilatasi
secara digital dan hemoroid diangkat dengan klem dan kauter atau dengan ligasi dan
kemudian dieksisi. Setelah prosedur operatif selesai, selang kecil dimasukkan melalui
sfingter untuk memungkinkan keluarnya flatus dan darah. Penempatan gelfoan atau kassa
oxygel dapat diberikan diatas luka anal.
4. Penatalaksanaan Minimal Invasive
Penatalaksanaan hemoroid ini dilakukan bila pengobatan non farmakokologis,
farmakologis tidak berhasil. Penatalaksanaan ini antara lain tindakan skleroterapi
hemoroid, ligase hemoroid, pengobatan hemoroid dengan terapi laser.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Inspeksi
1. Hemoroid eksterna mudah terlihat terutama bila sudah mengandung thrombus.
2. Hemoroid interna yang prolap dapat terlihat sebagai benjolan yang tertutup mukosa.
3. Untuk membuat prolap dengan menyuruh pasien mengejan.
b. Rectal touch
1. Hemoroid interna biasanya tidak teraba dan tidak nyeri, dapat teraba bila sudah ada fibrosis
2. Rectal touch diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma recti.
3. Anoscopi
Pemeriksaan anoscopi diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang belum prolap.
Anoscopi dimasukkan dan dilakukan sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke dalam
lubang.
H. PATHWAY
A. Pengkajian
Riwayat Keperawatan
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku
bangsa, bahasa yang dipakai, status perkawinan, gol. Darah, tanggal dan jam MRS, nomor
register, diagnosa medis.
2) Keluhan utama
Meliputi keluhan yang dirasakan klien/ alasan masuk RS yang mengganggu
kenyamanan dan kesehatan klien.
3) Riwayat penyakit sekarang
Pasien di temukan pada beberapa minggu hanya ada benjolan yang keluar dan
beberapa hari setelah BAB ada darah yang keluar menetes
Pasien di temukan pada beberapa minggu hanya ada benjolan yang keluar dan beberapa
hari setelah BAB ada darah yang keluar menetes
4) Riwayat penyakit dahulu
Apakah pernah menderita penyakit hemoroid sebelumnya, sembuh / terulang
kembali. Pada pasien dengan hemoroid bila tidak di lakukan pembedahan akan kembali
RPD, bisajuga di hubungkan dengan penyakit lain seperti sirosis hepatis .
5) Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada anggota keluaga yang menderita penyakit tersebut.
6) Riwayat psikososial
Mengenai biaya untuk pemeriksaan, pengobatan dan perawatan, apabila biayanya mahal
kemungkinan dapat mengacaukan keuangan keluarga sehingga faktor biaya ini dapat
mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien serta keluarga.
7). Pengkajian pola fungsional Gordon
a. Pola persepsi kesehatan dan management kesehatan
Konsumsi makanan rendah serat, pola BAB yang salah (sering
mengedan saat BAB), riwayat diet, penggunaan laksatif, kurang olahraga atau
imobilisasi, kebiasaan bekerja contoh : angkat berat, duduk atau berdiri terlalu lama.
b. Pola nutrisi dan metabolic
Mual, muntah, anoreksia, penurunan berat badan, membran
mukosa kering, kadar hemoglobin turun
c. Pola eliminasi
Pola eliminasi feses : konstipasi, diare kronik dan mengejan saat BAB.
d. Pola aktivitas dan latihan
Kurang olahraga atau imobilisasi, Kelemahan umum, keterbatasan beraktivitas karena
nyeri pada anus sebelum dan sesudah operasi.
e. Pola istirahat dan tidur
Gangguan tidur (insomnia/ karena nyeri pada anus sebelum dan
sesudah operasi
f. Pola persepsi sensori dan kognitif
Pengkajian kognitif pada pasien hemoroid pre dan post
hemoroidektomi yaitu rasa gatal, rasa terbakar dan nyeri, sering
menyebabkan perdarahan berwarna merah terang pada saat defekasi dan adanya pus.
g. Pola hubungan dengan orang lain
Kesulitan menentukan kondisi, misal tak mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peran biasanya dalam bekerja.
h. Pola reproduksi dan seksual
Penurunan libido.
i. Pola persepsi dan konsep diri
Pasien biasanya merasa malu dengan keadaannya, rendah diri,
ansietas, peningkatan ketegangan, takut, cemas, trauma jaringan,
masalah tentang pekerjaan.
4. Pemeriksaan fisik
a. Keluhan umum : malaise, lemah, tampak pucat
b. Tingkat kesadaran : komposmentis sampai koma.
c. Pengukuran antropometri : berat badan menurun.
d. Tanda vital : tekanan darah meningkat, suhu meningkat, takhikardi, hipotensi.
e. Abdomen : nyeri pada abdomen berhubungan dengan saat defekasi.
f. Kulit : Turgor kulit menurun, pucat.
g. Anus : Pembesaran pembuluh darah balik (vena) pada anus, terdapat benjolan pada
anus, nyeri pada anus, perdarahan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Intervensi
a. Kaji pasien untuk menemukan bukti-bukti perdarahan atau hemoragi.
Rasional : Untuk mengetahui tingkat keparahan perdarahan pada pasien sehingga dapat
menentukan intervensi selanjutnya.
b. Monitor tanda vital
Rasional : Untuk mengetahui keadaan vital pasien saat terjadi perdarahan.
c. Pantau hasil lab berhubungan dengan perdarahan.
Rasional : Banyak komponen darah yang menurun pada hasil lab dapat membantu
menentukan intervensi selanjutnya.
d. Siapkan pasien secara fisik dan psikologis untuk menjalani bentuk terapi lain jika diperlukan.
Rasional : Keadaan fisik dan psikologis yang baik akan
mendukung terapi yang diberikan pada pasien sehingga mampu memberikan hasil yang
maksimal.
e. Kolaborasi dengan dokter mengenai masalah yang terjadi dengan perdarahan :
pemberian transfusi, medikasi.
Rasional : mencegah terjadinya komplikasi dari perdarahan yang
terjadi dan untuk menghentikan perdarahan.
4. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi, tekanan dan sensitivitas pada
area rektal/ anal sekunder akibat penyakit anorektal, trauma jaringan dan refleks spasme
otot sfingter ani sekunder akibat operasi.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang.
Kriteria hasil :
a. Menyatakan bahwa rasa sakit telah terkontrol/ dihilangkan
b. Feses lembek, tidak nyeri saat BAB.
c. Tampak rileks, dapat istirahat tidur.
d. Ikut serta dalam aktivitas sesuai kebutuhan
Intervensi
a. Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0-10)
Rasional : Mengetahui perkembangan hasil prosedur
b. Bantu pasien untuk tidur dengan posisi yang nyaman : tidur miring.
Rasional : posisi tidur miring tidak menekan bagian anal yang
mengalami peregangan otot untuk meningkatkan rasa nyaman.
c. Gunakan ganjalan pengapung dibawah bokong saat duduk.
Rasional : untuk meningkatkan mobilisasi tanpa menambah rasa nyeri.
d. Gunakan pemanasan basah setelah 12 jam pertama : kompres rectal hangat atau sit bath
dilakukan 3-4x/ hari.
Rasional : meningkatkan perfusi jaringan dan perbaikan odema dan meningkatkan
penyembuhan (pendekatan perineal).
e. Dorong penggunaan teknik relaksasi : latihan nafas dalam, visualisasi, pedoman,
imajinasi.
Rasional : menurunkan ketegangan otot, memfokuskan kembali perhatian dan
meningkatkan kemampuan koping.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan, adanya saluran invasive.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien tidak mengalami infeksi.
Kriteria hasil :
a. Memperlihatkan pengetahuan tentang faktor resiko yang berkaitan
dengan infeksi dan melakukan tindakan pencegahan yang tepat untuk mencegah infeksi.
Intervensi
a. Kaji status nutrisi, kondisi penyakit yang mendasari.
Rasional : mengidentifikasi individu terhadap infeksi nosocomial
b. Cuci tangan dengan cermat
Rasional : kurangi organisme yang masuk ke dalam individu.
c. Rawat luka dengan teknik aseptik/ antiseptic
Rasional : kurangi organisme yang masuk ke dalam individu
d. Observasi terhadap manifestasi klinis infeksi (demam, drainase, purulen)
Rasional : deteksi dini proses infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Price, S. A. (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6,Volume I. Jakarta:
EGC
Sjamsuhidajat R, W. d. (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. Jakarta: EGC.
Sudoyo, A. W. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI
Potter, P. A. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Edisi 4, Volume2. Jakarta: EGC
Dermawan, T. R. (2010). Keperawatan Medikal Bedah (Sistem Pencernaan). Yogyakarta:
Gosyen Publishing.
Carpenito, L. J. (2006). Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, Penerjemah Monica Ester.
Jakarta: EGC