Anda di halaman 1dari 12

ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Stase KMB Profesi

Dosen Pembimbing Yanti Srinayanti S.Kep.,Ners.,M.Kep

Oleh:

HIMMATUL KHOIRUNNISA

NIM.2103277032

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH

CIAMIS

2021
LAPORAN PENDAHULUAN HEMOROID

A. DEFINISI
Menurut beberapa ahli, pengertian hemoroid adalah :

1.      Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus yang
berasal dari plexus hemorrhoidalis (Sudoyo, 2006).
2.      Hemoroid  adalah  pelebaran  vena  di  dalam  plexus  hemoroidalis  yang tidak
merupakan keadaan patologik (Sjamsuhidajat dan Jong, 2005).
3.      Hemoroid  adalah  bagian  vena  yang  berdilatasi  dalam  kanal  anal.
Hemoroid   sangat   umum   terjadi.   Pada   usia   50-an,   50%   individu
mengalami  berbagai  tipe  hemoroid  berdasarkan  luasnya  vena  yang terkena (Smeltzer dan
Bare, 2002).
4.      Hemoroid adalah pelebaran varises satu segmen atau lebih vena-vena
hemoroidales  (Bacon).  Patologi  keadaan  ini  dapat  bermacam-macam,
yaitu  thrombosis,  ruptur,  radang,  ulserasi,  dan  nekrosis  (Mansjoer, 2008).
Berdasarkan pengertian para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa hemoroid adalah
pelebaran dan inflamasi vena di dalam plexus hemoroidalis.
B.     ETIOLOGI
Menurut  Smeltzer  dan  Bare  (2002)  dan  Mansjoer  (2008),  etiologi  dari
hemoroid adalah :
1.      Faktor predisposisi :
a.       Herediter atau keturunan
Dalam  hal  ini  yang  menurun  dalah  kelemahan  dinding  pembuluh
darah, dan bukan hemoroidnya.
b.      Anatomi
Vena  di  daerah  masentrorium  tidak  mempunyai  katup.  Sehingga
darah   mudah   kembali   menyebabkan   bertambahnya   tekanan   di
pleksus hemoroidalis.
c.       Makanan misalnya, kurang makan-makanan berserat.
d.      Pekerjaan seperti mengangkat beban terlalu berat.
e.       Psikis.
2.      Faktor presipitasi :
a.       Faktor mekanis (kelainan sirkulasi parsial dan peningkatan tekanan intraabdominal)
misalnya, mengedan pada waktu defekasi.
b.      Fisiologis
c.       Radang
d.      Konstipasi menahun
e.       Kehamilan
f.       Usia tua
g.      Diare kronik
h.      Pembesaran prostat
i.        Fibroid uteri
j.        Penyakit hati kronis yang disertai hipertensi portal
C. TANDA DAN GEJALA
Tanda gejala
1.    Tanda
a.    Perdarahan
Umumnya merupakan tanda pertama hemoroid interna trauma oleh feces yang
keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak bercampur dengan
feces.Walaupun berasal dari vena, darah yang keluar berwarna merah segar karena kaya
akan zat asam, jumlahnya bervariasi.
b.    Nyeri
Nyeri yang hebat jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid interna dan
hanya timbul pada hemoroid eksterna yang mengalami trombosis dan radang.

2.    Gejala
a.    Anemia dapat terjadi karena perdarahan hemoroid yang berulang.
b.    Jika hemoroid bertambah besar dapat terjadi prolap awalnya dapat tereduksi spontan. Pada
tahap lanjut pasien harus memasukkan sendiri setelah defekasi dan akhirnya sampai pada
suatu keadaan dimana tidak dapat dimasukkan.
c.    Keluarnya mucus dan terdapatnya feces pada pakaian dalam merupakan ciri hemoroid
yang mengalami prolap menetap.
d.   Rasa gatal karena iritasi perianal dikenal sehingga pruritis anus rangsangan mucus.

D. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi hemoroid adalah akibat dari kongesti vena yang disebabkan oleh
gangguan  venous rektum dan vena hemoroidalis. Hemoroid timbul karena dilatasi,
pembengkakan atau inflamasi vena hemoroidalis yang disebabkan oleh faktor-faktor risiko/
pencetus dan gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis. Faktor risiko hemoroid antara
lain factor mengedan pada buang air besar yang sulit, pola buang air besar yang salah
(lebih  banyak  memakai  jamban  duduk, terlalu  lama duduk di  jamban sambil membaca,
merokok), peningkatan tekanan intra abdomen karena tumor (tumor usus, tumor abdomen),
kehamilan (disebabkan tekanan janin pada abdomen dan perubahan hormonal), usia tua,
konstipasi  kronik,diare kronik atau diare akut yang berlebihan, hubungan  seks
peranal,  kurang minum air, kurang makan makanan berserat (sayur dan buah), kurang
olahraga/imobilisasi.

Faktor  etiologi  yaitu  konstipasi,  diare, sering mengejan,  kongesti pelvis pada


kehamilan, pembesaran prostat, fibroid uteri, dan rumor rectum. Penyakit hati kronis yang
disertai hipertensi portal sering mengakibatkan hemoroid, karena vena hemoroidalis superior
mengalirkan darah ke dalam sistem portal.

E.    MANIFESTASI KLINIK
Hemoroid menyebabkan rasa gatal dan nyeri, dan sering menyebabkan  perdarahan
berwarna merah  terang pada saat defekasi. Hemoroid eksternal dihubungkan dengan nyeri
hebat akibat inflamasi dan edema  yang  disebabkan  oleh trombosis. Trombosis adalah
pembekuan darah dalam hemoroid. Ini dapat menimbulkan iskemia pada area tersebut dan
nekrosis. Hemoroid internal tidak selalu menimbulkan nyeri sampai hemoroid ini membesar
dan menimbulkan perdarahan atau prolapse.
Perdarahan pada umumnya merupakan tanda pertama hemoroid intern akibat trauma
oleh feses yang keras. Walaupun berasal dari  vena, darah  yang keluar berwarna merah segar
karena kaya zat asam. Perdarahan luas dan intensif di pleksus hemoroidalis menyebabkan
darah di vena tetap merupakan “darah arteri”. Kadang perdarahan yang berulang dapat dapat
berakibat timbulnya anemia berat. Hemoroid yang membesar secara perlahan-lahan akhirnya
dapat menonjol keluar menyebabkan prolaps. Pada tahap awalnya penonjolan ini hanya
terjadi pada waktu defekasi dan disusul oleh reduksi spontan sesudah selesai defekasi.

F.     PENATALAKSANAAN
Menurut Smeltzer dan Bare (2002), Sudoyo (2006) dan Mansjoer (2008),
penatalaksanaan medis hemoroid terdiri dari penatalaksanaan non farmakologis,
farmakologis, dan tindakan minimal invasive, yaitu :
1.      Penatalaksanaan Medis Non Farmakologis
Penatalaksanaan  ini  berupa  perbaikan  pola  hidup,  perbaikan pola makan dan
minum, perbaiki pola/cara defekasi. Memperbaiki defekasi merupakan pengobatan yang
selalu harus ada dalam setiap bentuk dan derajat hemoroid. Pebaikan defekasi disebut bowel
management program (BMP) yang terdiri dari diet, cairan, serat tambahan, pelicin feses, dan
perubahan perilaku buang air.
2.      Penatalaksanaan medis farmakologis
Obat-obat   farmakologis   hemoroid dapat   dibagi   atas   empat,   yaitu :
1. Obat  memperbaiki  defekasi  :  ada  dua  obat  yang  diikutkan  dalam BMP yaitu
suplemen serat (fiber suplement) dan pelicin tinja (stool
softener).  Suplemen  serat  komersial  yang  banyak  dipakai  antara lain psyllium atau
isphagula Husk (missal Vegeta, Mulax, Metamucil, Mucofalk). Obat kedua yaitu obat
laksan atau pencahar antara  lain Natrium dioktil sulfosuksinat (Laxadine), Dulcolax,
Microlac dll. Natrium dioctyl sulfosuccinat bekerja sebagai anionic surfactant,
merangsang sekresi mukosa usus halus dan meningkatkan
penetrasi  cairan  kedalam  tinja.  Dosis  300  mg/hari 
2. Obat simtomatik : Bertujuan menghilangkan atau mengurangi keluhan rasa gatal, nyeri,
pengurangan keluhan sering dicampur pelumas   (lubricant) vasokontriktor, dan antiseptic
lemah. Anastesi local digunakan untuk menghilangkan nyeri serta diberikan
kortikosteroid.
3. Obat  menghentikan  perdarahan  :  perdarahan  menandakan  adanya luka pada dinding
anus/ pecahnya vena hemoroid yang dindingnya tipis. Yang digunakan untuk pengobatan
hemoroid yaitu campuran diosmin  (90%)  dan  hesperidin  (10%)  dalam  bentuk
Micronized, dengan nama  dagang  “Ardium”  atau  “Datlon”. Psyllium, Citrus
bioflavanoida yang berasal dari jeruk lemon dan paprika berfungsi
memperbaiki   permeabilitas   dinding   pembuluh   darah
4.  Obat  penyembuh  dan  pencegah  serangan  hemoroid  :  pengobatan dengan Ardium 500
mg menghasilkan penyembuhan keluhan dan gejala yang lebih cepat pada hemoroid akut
bila dibandingkan plasebo. Pemberian Micronized flavonoid (Diosmin dan
Hesperidin)  (Ardium)  2  tablet  per  hari  selama  8  minggu  pada pasien hemoroid
kronik.
3.      Penatalaksanaan bedah
Hemoroidektomi atau eksisi bedah dapat dilakukan untuk mengangkat semua jaringan
sisa yang terlibat dalam proses ini. Selama pembedahan, sfingter rektalbiasanya didilatasi
secara digital dan hemoroid diangkat dengan klem dan kauter atau dengan ligasi dan
kemudian dieksisi. Setelah prosedur operatif selesai, selang kecil dimasukkan melalui
sfingter untuk memungkinkan keluarnya flatus dan darah. Penempatan gelfoan atau kassa
oxygel dapat diberikan diatas luka anal.
4.      Penatalaksanaan Minimal Invasive
Penatalaksanaan  hemoroid  ini  dilakukan  bila  pengobatan  non farmakokologis,
farmakologis tidak berhasil. Penatalaksanaan ini antara lain tindakan skleroterapi
hemoroid, ligase hemoroid, pengobatan hemoroid dengan terapi laser.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.    Inspeksi
1.    Hemoroid eksterna mudah terlihat terutama bila sudah mengandung thrombus.
2.    Hemoroid interna yang prolap dapat terlihat sebagai benjolan yang tertutup mukosa.
3.    Untuk membuat prolap dengan menyuruh pasien mengejan.
b.    Rectal touch
1.    Hemoroid interna biasanya tidak teraba dan tidak nyeri, dapat teraba bila sudah ada fibrosis
2.    Rectal touch diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma recti.
3.    Anoscopi
Pemeriksaan anoscopi diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang belum prolap.
Anoscopi dimasukkan dan dilakukan sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke dalam
lubang.
H. PATHWAY

Pathway Pre Hemoroidektomi


Pathway Post Hemoroidektomi
PROSES KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Riwayat Keperawatan
1)        Identitas klien
       Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku
bangsa, bahasa yang dipakai, status perkawinan, gol. Darah, tanggal dan jam MRS, nomor
register, diagnosa medis.
2)        Keluhan utama
Meliputi keluhan yang dirasakan klien/ alasan masuk RS yang mengganggu
kenyamanan dan kesehatan klien.
3)        Riwayat penyakit sekarang
Pasien di temukan pada beberapa minggu hanya ada benjolan yang keluar dan
beberapa hari setelah BAB ada darah yang keluar menetes
Pasien di temukan pada beberapa minggu hanya ada benjolan yang keluar dan beberapa
hari setelah BAB ada darah yang keluar menetes
4)        Riwayat penyakit dahulu
Apakah pernah menderita penyakit hemoroid sebelumnya, sembuh / terulang
kembali. Pada pasien dengan hemoroid bila tidak di lakukan pembedahan akan kembali
RPD, bisajuga di hubungkan dengan penyakit lain seperti sirosis hepatis .
5)        Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada anggota keluaga yang menderita penyakit tersebut.
6)    Riwayat psikososial
      Mengenai biaya untuk pemeriksaan, pengobatan dan perawatan, apabila biayanya mahal
kemungkinan dapat mengacaukan keuangan keluarga sehingga faktor biaya ini dapat
mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien serta keluarga.
7). Pengkajian  pola fungsional Gordon
a.     Pola persepsi kesehatan dan management kesehatan
Konsumsi  makanan  rendah  serat,  pola  BAB  yang  salah  (sering
mengedan  saat  BAB),  riwayat  diet,  penggunaan  laksatif,  kurang olahraga atau
imobilisasi, kebiasaan bekerja contoh : angkat berat, duduk atau berdiri terlalu lama.
b.      Pola nutrisi dan metabolic
Mual,   muntah,   anoreksia,   penurunan   berat   badan,   membran
mukosa kering, kadar hemoglobin turun
c.       Pola eliminasi
Pola  eliminasi  feses  :  konstipasi,  diare  kronik  dan  mengejan  saat BAB.
d.      Pola aktivitas dan latihan
Kurang olahraga atau imobilisasi, Kelemahan umum, keterbatasan beraktivitas karena
nyeri pada anus sebelum dan sesudah operasi.
e.       Pola istirahat dan tidur
Gangguan  tidur  (insomnia/  karena  nyeri  pada  anus  sebelum  dan
sesudah operasi
f.       Pola persepsi sensori dan kognitif
Pengkajian    kognitif    pada    pasien    hemoroid    pre    dan    post
hemoroidektomi  yaitu  rasa  gatal,  rasa  terbakar  dan  nyeri,  sering
menyebabkan   perdarahan   berwarna   merah   terang   pada   saat defekasi dan adanya pus.
g.      Pola hubungan dengan orang lain
Kesulitan    menentukan    kondisi,    misal    tak    mampu    bekerja,
mempertahankan fungsi peran biasanya dalam bekerja.
h.      Pola reproduksi dan seksual
Penurunan libido.
i.        Pola persepsi dan konsep diri
Pasien  biasanya  merasa  malu  dengan  keadaannya,  rendah  diri,
ansietas,  peningkatan  ketegangan,  takut,  cemas,  trauma  jaringan,
masalah tentang pekerjaan.
4.      Pemeriksaan fisik
a.       Keluhan umum : malaise, lemah, tampak pucat
b.      Tingkat kesadaran : komposmentis sampai koma.
c.       Pengukuran antropometri : berat badan menurun.
d.      Tanda vital : tekanan darah meningkat, suhu meningkat, takhikardi, hipotensi.
e.       Abdomen : nyeri pada abdomen berhubungan dengan saat defekasi.
f.       Kulit : Turgor kulit menurun, pucat.
g.      Anus : Pembesaran   pembuluh   darah   balik   (vena)   pada   anus, terdapat benjolan pada
anus, nyeri pada anus, perdarahan
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.      Cemas berhubungan dengan krisis situasi akibat rencana pembedahan.


2.      Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan interupsi mekanis pada kulit atau jaringan
anal.
3.      Resiko  perdarahan  berhubungan  dengan  trauma  jaringan  sekunder pada luka di anus yang
masih baru.
4.      Nyeri  akut  berhubungan  dengan  iritasi,  tekanan  dan  sensitivitas  pada
area  rektal/  anal  sekunder  akibat  penyakit  anorektal,  trauma  jaringan dan reflek spasme
otot spingter ani sekunder akibat operasi.
5.      Resiko   infeksi   berhubungan   dengan   pembedahan,   adanya   saluran invasive.
INTERVENSI
1.      Cemas  berhubungan  dengan  krisis  situasi  sekunder  akibat  rencana pembedahan.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan cemas berkurang. Kriteria hasil :
Menunjukkan perasaan dan mengidentifikasi cara yang
sehat   dalam   berhadapan   dengan   mereka.   Tampil   santai,   dapat beristirahat/ tidur
cukup  melaporkan penurunan  rasa takut dan  cemas yang berkurang ke tingkat yang dapat
diatasi.
Intervensi
a.       Identifikasi  tingkat  rasa  takut  yang  mengharuskan  dilakukannya penundaan prosedur
pembedahan.
Rasional  :  rasa  takut  yang  berlebihan  atau  terus-menerus  akan
mengakibatkan reaksi stress yang berlebihan.
b.      Validasi  sumber  rasa  takut.  Sediakan  informasi  yang  akurat  dan factual.
Rasional   :   mengidentifikasi   rasa   takut   yang   spesifik   akan
membantu pasien untuk menghadapinya secara realistis.
c.       Catat   ekspresi   yang   berbahaya/   perasaan   tidak   tertolong,   pre
okupasi    dengan    antisipasi    perubahan/    kehilangan,    perasaan tercekik.
Rasional : pasien mungkin telah berduka terhadap kehilangan yang
ditunjukkan  dengan  antisipasi  prosedur  pembedahan/  diagnosa/
prognosa penyakit
d.      Cegah pemajanan tubuh yang tidak diperlukan selama pemindahan ataupun pada ruang
operasi.
Rasional  :  pasien  akan  memperhatikan  masalah  kehilangan  harga
diri dan ketidakmampuan untuk melatih control
e.       Instruksikan pasien untuk menggunakan tekhnik relaksasi.
Rasional : mengurangi perasaan tegang dan rasa cemas.
2.      Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan interupsi mekanis pada kulit/ jaringan anal.
Tujuan   :   setelah   dilakukan   tindakan   keperawatan   integritas   kulit
Membaik.
Kriteria hasil :
a.       Mencapai penyembuhan luka.
b.      Mendemonstrasikan   tingkah   laku/   teknik   untuk   meningkatkan kesembuhan dan
mencegah komplikasi.
Intervensi
a.       Beri penguatan pada balutan sesuai indikasi dengan teknik aseptic yang ketat.
Rasional  :  lindungi  luka  dari  kontaminasi,  mencegah  akumulasi cairan yang dapat
menyebabkan eksoriasi.
b.      Periksa luka secara teratur, catat karakteristik dan integritas kulit.
Rasional : pengenalan akan adanya kegagalan proses penyembuhan
luka/   berkembangnya   komplikasi   secara   dini   dapat   mencegah terjadinya kondisi yang
lebih serius.
c.       Kaji jumlah dan karakteristik cairan luka.
Rasional  :  menurunnya  cairan,  menandakan  adanya  evolusi  dan proses penyembuhan.
d.      Ingatkan pasien untuk tidak menyentuh daerah luka.
Rasional : mencegah kontaminasi luka
3.      Resiko  perdarahan  berhubungan  dengan  trauma  jaringan  sekunder pada luka di anus yang
masih baru.
Tujuan   :   setelah   dilakukan   tindakan   keperawatan   pasien   tidak mengalami
perdarahan.
Kriteria  hasil  :
Nilai  Ht  dan  Hb  berada  dalam  batas  normal,  pasien
tidak  mengalami  perdarahan,  tanda-tanda  vital  berada  dalam  batas normal : tekanan
darah 120 mmHg, nadi : 80-100x/ menit, pernapasan : 14 – 25 x/ mnt, suhu: 36 – 37 C ± 0,5
C

Intervensi
a.       Kaji   pasien   untuk   menemukan   bukti-bukti   perdarahan   atau hemoragi.
Rasional  :  Untuk  mengetahui  tingkat  keparahan  perdarahan  pada pasien sehingga dapat
menentukan intervensi selanjutnya.
b.      Monitor tanda vital
Rasional :  Untuk  mengetahui  keadaan  vital  pasien  saat  terjadi perdarahan.
c.       Pantau hasil lab berhubungan dengan perdarahan.
Rasional : Banyak komponen darah  yang menurun pada hasil lab dapat membantu
menentukan intervensi selanjutnya.
d.      Siapkan pasien secara fisik dan psikologis untuk menjalani bentuk terapi lain jika diperlukan.
Rasional :   Keadaan   fisik   dan   psikologis    yang   baik   akan
mendukung  terapi  yang  diberikan  pada  pasien  sehingga  mampu memberikan hasil yang
maksimal.
e.       Kolaborasi  dengan  dokter  mengenai  masalah  yang  terjadi  dengan perdarahan :
pemberian transfusi, medikasi.
Rasional  :  mencegah  terjadinya  komplikasi  dari  perdarahan  yang
terjadi dan untuk menghentikan perdarahan.
4.      Nyeri  akut  berhubungan  dengan  iritasi,  tekanan  dan  sensitivitas  pada
area  rektal/  anal  sekunder  akibat  penyakit  anorektal,  trauma  jaringan dan refleks spasme
otot sfingter ani sekunder akibat operasi.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang.
Kriteria hasil :
a.       Menyatakan bahwa rasa sakit telah terkontrol/ dihilangkan
b.      Feses lembek, tidak nyeri saat BAB.
c.       Tampak rileks, dapat istirahat tidur.
d.      Ikut serta dalam aktivitas sesuai kebutuhan
Intervensi
a.       Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0-10)
Rasional : Mengetahui perkembangan hasil prosedur
b.      Bantu pasien untuk tidur dengan posisi yang nyaman : tidur miring.
Rasional  :  posisi  tidur  miring  tidak  menekan  bagian  anal  yang
mengalami peregangan otot untuk meningkatkan rasa nyaman.
c.       Gunakan ganjalan pengapung dibawah bokong saat duduk.
Rasional  :  untuk  meningkatkan  mobilisasi  tanpa  menambah  rasa nyeri.
d.      Gunakan pemanasan basah setelah 12 jam pertama : kompres rectal hangat atau sit bath
dilakukan 3-4x/ hari.
Rasional : meningkatkan perfusi jaringan dan perbaikan odema dan meningkatkan
penyembuhan (pendekatan perineal).
e.       Dorong   penggunaan   teknik   relaksasi   :   latihan   nafas   dalam, visualisasi, pedoman,
imajinasi.
Rasional  :  menurunkan  ketegangan  otot,  memfokuskan  kembali perhatian dan
meningkatkan kemampuan koping.
5.      Resiko   infeksi   berhubungan   dengan   pembedahan,   adanya   saluran invasive.
Tujuan   :   setelah   dilakukan   tindakan   keperawatan   pasien   tidak mengalami infeksi.
Kriteria hasil :
a.       Memperlihatkan pengetahuan tentang faktor resiko yang berkaitan
dengan  infeksi  dan  melakukan  tindakan  pencegahan  yang  tepat untuk mencegah infeksi.
Intervensi
a.       Kaji status nutrisi, kondisi penyakit yang mendasari.
Rasional : mengidentifikasi individu terhadap infeksi nosocomial
b.      Cuci tangan dengan cermat
Rasional : kurangi organisme yang masuk ke dalam individu.
c.       Rawat luka dengan teknik aseptik/ antiseptic
Rasional : kurangi organisme yang masuk ke dalam individu
d.      Observasi  terhadap  manifestasi  klinis  infeksi  (demam,  drainase, purulen)
Rasional : deteksi dini proses infeksi.

DAFTAR PUSTAKA
Price, S. A. (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6,Volume I. Jakarta:
EGC
Sjamsuhidajat R, W. d. (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. Jakarta: EGC.
Sudoyo, A. W. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI
Potter, P. A. (2006). Buku  Ajar   Fundamental   Keperawatan,   Edisi   4,   Volume2. Jakarta: EGC
Dermawan, T. R. (2010). Keperawatan   Medikal   Bedah   (Sistem   Pencernaan). Yogyakarta:
Gosyen Publishing.
Carpenito, L. J. (2006). Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, Penerjemah Monica Ester.
Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai