MK. NEUROSAINS
PRODI S1 PGPAUD FIP
SKOR NILAI :
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
ANGELINA HUTASOIT (
RIZKY RAMADHANI,S.Pd.,M.Pd
T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya
sehingga makalah “Rekayasa Ide” ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan teman-teman yang ikut membantu dalam
pembuatan makalah Rekayasa Ide ini.Kami juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu GITA
NOVERI EZRA,S.Pd.,M.Pd dan Ibu RIZKY RAMADHANI,S.Pd.,M.Pd sebagai dosen
pengampu yang telah membimbing dan mengajar kami dalam penyelesaian tugas ini.
Penulis juga menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu
kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca makalah ini. Dan
harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca. Untuk kedepannya dapat di perbaiki.
Akhir kata kami ucapkan terimakasih, kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat atau inspirasi terhadap pembaca.
Kelompok 1
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia. Saat
ini, meningkatkan kualitas sumber daya manusia sangatlah penting, hal tersebut dikarenakan
adanya perkembangan ilmu dan teknologi yang sangat pesat. Salah satu lembaga yang dapat
meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah lembaga pendidikan. Oleh sebab itu,
lembaga pendidikan diharapkan untuk segera mengubah kondisi negara ini. pendidikan inklusi
sangatlah penting untuk diaplikasikan dengan baik sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Karena layanan pendidikan ini memberikan banyak manfaat baik bagi penyandang disabel
maupun subjek pendidikan yang lainnya.Pembelajaran yang selaras dengan penggunaan
neurosains adalah pembelajaran yangmenerapkan hypnoteaching. Pembelajaran di Indonesia
selama ini banyak menggunakan metode pembelajaran konvensional dalam proses mengajar.
Yaitu metode pembelajaran dengan cara ceramah dimana peran pendidik aktif dan peserta didik
cenderung pasif. Beberapa pakarmengatakan metode tersebut tidak layak dipakai lagi. Metode
pembelajaran hypnoteaching secara garis besar adalah metode pembelajaran yang penyampaian
materinya
menggunakan bahasa bawah sadar yang mampu memunculkan ketertarikan tersendiri pada setiap
peserta didik.
Neurosains adalah sistim pendidikan baru yang mempelajari tentang sistim kerja syaraf.
Perkembangan pengetahuan mengenai neurosains (sistem syaraf ) manusia mengalami
kemajuan yang sangat signifikan di Indonesia, terlebih lagi di luar negeri. Hal ini ditandai
dengan lahirnya para pakar neurosains yang terus melakukan penelitian mengenai sistem
syaraf atau otak yang diyakini memiliki hubungan sangat erat dengan kehidupan manusia. Hal
itu bukanlah sebuah perkara yang sangat mudah, maka dari itu para ahli syaraf mencoba
mengkaji fenomena tersebut dengan berbagai pendekatan. Salah satu fenomena yang
sedang marak dibicarakan di Indonesia sejak beberapa tahun terakhir ialah berkaitan dengan
spiritualitas manusia, yang dicoba didekati melalui sistem kerja syaraf otak (neuron).
Neurosains dalam bidang pendidikan telah menghasilkan beberapa teori dalam
pembelajaran quantum, seperti: accelerated learning, quantum learning, brain based
learning, dan lain sebagainya.
Dari latar belakang diatas dapat diketahui bahwa tujuan penulisan rekayasa ide ini adalah
untuk membantu menemukan ide dalam mengembangkan kecerdasaran anak dengan teori-teori
neurosains.
1.1 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk lebih memahami
dan menambah wawasan serta sebagai bahan bacaan terkait dengan pengembangan kecerdasan
anak menjadi lebih kreatif dan mandiri.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN STIMULASI
Menurut (dr. Kusnandi Rusmi,Sp.A(k) MM, 2010), Stimulasi adalah upaya orangtua atau
keluarga untuk mengajak anak bermain dalam suasana penuh gembira dan kasih sayang.
Aktivitas bermain dan suasana cinta ini penting guna merangsang seluruh sistem indera,
melatih kemampuan motorik halus dan kasar, kemampuan berkomunikasi serta perasaan
pikiran si anak. Seperti dijelaskan pakar dan konsultan tumbuh kembang anak . Rangsangan
atau Stimulasi sejak dini adalah salah satu faktor eksternal yang sangat penting dalam
menentukan kecerdasan anak. Selain stimulasi ada faktor eksternal lain yang ikut
mempengaruhi kecerdasan seorang anak yakni kualitas asupan gizi, pola pengasuhan yang
tepat dan kasih sayang terhadap anak.
Menurut (Dinkes,2009), Orang tua harus selalu memberikan rangsang / stimulasi kepada
anak dalam semua aspek perkembangan baik motorik kasar maupun halus, bahasa dan
personal sosial. Stimulasi ini harus diberikan secara rutin dan berkesinambungan dengan kasih
sayang, metode bermain dan lain-lain. Sehingga perkembangan anak akan berjalan optimal.
Kurangnya stimulasi dari orang tua dapat mengakibatkan keterlambatan perkembangan anak,
karena itu para orang tua atau pengasuh harus diberi penjelasan cara-cara melakukan stimulasi
kepada anak-anak.
Menurut Siswono, 2004 stimulasi adalah suatu upaya merangsang anak untuk
memperkenalkan suatu pengetahuan ataupun keterampilan baru ternyata sangat penting
dalam upaya peningkatan kecerdasan anak. Stimulasi dapat dilakukan pada anak sejak calon
bayi masih berwujud janin, sebab janin bukan merupakan makhluk yang pasif. Di dalam
kandungan janin sudah dapat bernafas, menendang , menggeliat, bergerak, menelan
menghisap jempol, dan lainnya. Menurut Suherman, 2000 Stimulasi juga dilakukan orang tua
(keluarga) setia pada kesempatan atau sehari-hari. Stimulasi disesuaikan dengan umur dan
prinsip stimulasi.
Stimulasi adalah adalah rangsangan yang dilakukan sejak bayi baru lahir (bahkan
sebaiknya sejak didalam kandungan) dilakukan setiap hari, untuk merangsang semua sistem
indera (pendengaran, penglihatan, perabaan, pembauan, pengecapan). Selain itu harus pula
merangsang gerak kasar dan halus kaki, tangan dan jari-jari, mengajak berkomunikasi, serta
merangsang perasaan yang menyenangkan bayi dan anak-anak. Stimulasi merupakan hal yang
penting dalam tumbuh kembang anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang kurang
kasih sayang dan kurang stimulasi akan mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan
perkembangannya serta kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain.
Stimulasi yang diberikan pada anak selama tiga tahun pertama ( golden age) akan
memberikan pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan otaknya dan menjadi dasar
pembentuk kehidupan yang akan datang. Semakin dini stimulasi yang diberikan, maka
perkembangan anak akan semakin baik. Semakin banyak stimulasi yang diberikan maka
pengetahuan anak akan menjadi luas sehingga perkembangan anak semakin optimal.
Disebutkan juga bahwa jaringan otak anak yang banyak mendapat stimulasi akan berkembang
mencapai 80% pada usia 3 tahun. Sebaliknya, jika anak tidak pernah diberi stimulasi maka
jaringan otak akan mengecil sehingga fungsi otak akan menurun. Hal inilah yang menyebabkan
perkembangan anak menjadi terhambat.
2. Selalu tujukkan sikap dan perilaku yang baik, karena anak akan meniru tingkah
lakuorang-orang yang terdekat dengan anak.
5. Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur anak, terhadap
4(empat) aspek kemampuan dasar anak.
6. Gunakan alat bantu atau permainan yang sederhana, aman dan ada disekitar anak.
Selain itu, mereka sedang mengembangkan sikap atau rasa inisiatif atau bersalah (inisiative vs
guilty).“Anak melakukan segala sesuatu dengan meniru perilaku orang-orang di sekitarnya,
terutama orang tua dan keluarga. Terlihat dari perilakunya yang bermain ibu-ibuan, mobil-
mobilan, atau meniru kebiasaan orang,” ungkapnya.
Karena itu, Ine mengatakan penting bagi orang tua untuk menghargai usaha anak dalam
meniru perilaku walaupun usahanya kurang maksimal. Bila orang tua tidak menghargai usaha
anak dalam meniru perilaku, lebih banyak memarahi atau menyalahkan, maka akan tumbuh rasa
bersalah dalam diri anak. Ia menambahkan sangat penting bila orang tua mampu melakukan
kebiasaan dan perilaku positif sehingga anak memiliki kebiasaan dan perilaku positif pula.
Untuk anak usia tiga sampai enam tahun ini, stimulasi yang diberikan juga harus sesuai.
Untuk stimulasi kecerdasan bahasa, orang tua harus banyak memberi kesempatan bercerita dan
berkomunikasi, berdiskusi tentang sebab akibat, memberi kesempatan anak untuk menyelesaikan
masalahnya sendiri.
Untuk stimulasi keceradasan logika matematika, orang tua bisa mengenalkan berbagai
bentuk, angka, huruf, kata, berhitung, mengajarkan aturan, diskusi dan penjelasan sebab akibat.
Untuk stimulasi kecerdasan visual spasial, orang tua bisa mengajak anak menggambar,
menggunting, membuat prakarya, berjalan-jalan, mengenalkan anak pada peran dan batasan
peran dari orang-orang di sekitarnya.
Sementara untuk stimulasi kecerdasan kinestetik, bisa dilakukan dengan olahraga, menari,
melakukan berbagai aktivitas motorik kasar dan halus. Orang tua juga bisa mengenalkan anak
mengenai good touch-bad touch (sentuhan yang baik dan kurang baik). Selain itu, bisapula
mengajak anak untuk membiasakan antri, menunggu, bersabar.
2. Cara Pembuatan
Siapkan dua bua kardus ukuran sama.
kardus pertama dijadikan alas
kardus kedua dijadikan bagian atas. Di kardus kedua ini gambar pola bentuk. lalu potong
polanya dengan pisau cutter. potong sedikit sisi-sisi bagian pola yang terlepas agar lebih
mudah dimasukan dan dikeluarkan dari kardus dasar.
Temple kertas lipat pada pola yang terlepas yang sudah dipotong sedikit sisi-sisinya tadi.
usahakan setiap pola berbeda warna
tempelkan kardus alas dan atas (bagian dasar) lalu temple kertas lipat pada lubang sesuai
warna bentuknya.