Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS PERENCANAAN TENAGA KERJA DI PERUSAHAAN

REDRYING TEMBAKAU DENGAN PENDEKATAN LINEAR


PROGRAMMING

SARTIN
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI
INDUSTRI
UNVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

Abstrak

Perencanaan tenaga kerja merupakan kegiatan penentuan jumlah dan jenis tenaga kerja yang diperlukan
oleh suatu organisasi untuk masa yang akan datang. Oleh karena itu perencanaan tenaga kerja adalah serangkaian
kegiatan yang berkaitan dengan peramalan kebutuhan tenaga kerja di masa datang pada suatu organisasi, meliputi
penyediaan tenaga kerja baru dan pendayagunaan yang sudah tersedia. Atau dengan kata lain menentukan gerakan
tenaga kerja yang ada dari posisi saat ini menuju posisi yang diinginkan di masa datang. Dalam penelitian ini
dilakukan penghitungan dan analisis tentang perencanaan tenaga kerja pada perusahaan redrying tembakau yang
akan melakukan perubahan internal yaitu melakukan pemasangan mesin baru dengan memperhatikan beberapa
kebijakan dan tujuan yang ditetapkan oleh perusahaan. Metode yang digunakan adalah linear programming,
sedangkan proses yang dijalankan adalah menentukan dan mendefinisikan variabel keputusan kemudian dinyatakan
dalam simbol matematis, membangun model matematis yang diarahkan pada formulasi linear programming kemudian
menghitung fungsi obyektif untuk masing-masing tujuan yaitu meminimumkan redundancy dan meminimumkan biaya
dimana dalam penghitungan ini digunakan bantuan software komputer QM for windows version 2.2, software untuk
metode kuantitatif, management science atau riset operasi. Dari hasil perhitungan dan analisis terlihat bahwa
perencanaan tenaga kerja dengan kebijakan untuk meminimumkan redundancy dan kebijakan untuk meminimumkan
biaya menghasilkan perbedaan hasil perhitungan yang cukup signifikan.

Kata kunci: Perencanaan tenaga kerja (manpower planning), linear programming

Abstract

Planning of labour is activity of determination of amount and labours types required by an organizations for a
period of which will come. Therefore planning of labour is with refer to activity related to forecasting of requirement of
labour in a period of to come at one particular organization, cover new labour preparation and utilization which have
is available. Or equally determine the labour movement from position in this time towards position which wanted in a
period of to come. In this research done by analysis and enumeration concerning planning of labour at company of
redrying tobacco which will make a change is internal that is doing installation of new machine by paying attention to
some policies and purpose of specified by companies. Method which applied is programming linear, while processing
which implemented is determine and define decision variable then expressed in mathematical symbol, develop(build
aimed at mathematical model is programming linear formulation then calculate objective function for each purpose of
that is minimizing redundancy and minimize expense where in this enumeration applied by computer software aid QM
for windows version 2.2, software for quantitative method, management science or operational research. From result
calculation and analysis seen that planning of labour with policy for minimizing redundancy and policy for minimizing
expense yield difference of result calculation enough signifikan.

Keyword: Planning of labour ( manpower planning), programming linear


Pendahuluan Kalau tidak, masa depan perusahaan menjadi rapuh.
Saat ini semakin disadari bahwa asset yang Perencanaan sistem tenaga kerja di dalam suatu
termahal dan terpenting perusahaan adalah manusia, organisasi didefinisikan sebagai suatu upaya untuk
yaitu karyawannya. Maka wajarlah apabila mendapatkan jumlah yang tepat dari masing- masing tipe
perencanaan tenaga kerja perusahaan mendapatkan manusia pada tiap-tiap pekerjaan yang ada didalam suatu
pemikiran dan penanganan yang sungguh-sungguh. organisasi pada waktu yang tepat[1].
Jurnal Teknik Kimia , Vol 3, No.1, September 1
2008
Sebuah perusahaan dalam perjalanannya pasti
2. Bagaimana menghitung dan meminimalisasi biaya
akan menghadapi kompetisi dan tantangan yang
bidang ketenagakerjaan pada perusahaan redrying
semakin kuat. Seluruh potensi perusahaan harus
tembakau Bojonegoro.
dikonsolidasikan untuk menjawab tantangan yang
3. Berapa besarnya biaya yang diperlukan oleh
selalu dinamis seiring dengan perkembangan zaman,
perusahaan redrying tembakau Bojonegoro dalam
dari beberapa potensi yang dimiliki oleh perusahaan,
proses perencanaan tenaga kerja berkaitan dengan
tenaga kerja yang terencana dengan baik merupakan
perubahan yang akan dilakukan.
elemen terpenting dalam menjawab kompetisi dan
tantangan perusahaan.
Batasan Masalah
Perusahaan redrying tembakau Bojonegoro
Permasalahan yang akan dibahas dalam
adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang
penelitian tugas akhir ini dibatasi pada hal-hal sebagai
pemrosesan tembakau tidak terlepas dari persaingan
berikut :
yang semakin lama semakin ketat. Sebagai perusahaan
1. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan redrying
yang menjalankan usahanya berdasarkan pesanan dari
tembakau Bojonegoro untuk unit threshing dan
pihak luar (system job on order), perusahaan saat ini
unit redrying yang dikelola oleh koperasi
menghadapi persaingan yang semakin ketat seiring
karyawan redrying Bojonegoro (KAREB).
dengan semakin banyaknya perusahaan pengering
2. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini
tembakau yang baru berdiri, di tambah lagi adanya
menggunakan variabel yang ada dalam kebijakan
rencana dari pemerintah untuk mengijinkan sebuah
perusahaan
perusahaan pembuat rokok mendirikan usaha
3. Redundancy yang dimaksud adalah pemutusan
pengeringan tembakau sendiri. hubungan kerja karena perusahaan melakukan
Perusahaan redrying tembakau Bojonegoro pengembangan dengan menggunakan mesin-mesin
yang memiliki lebih dari seribu karyawan dan berteknologi baru.
merupakan salah satu pilar pendukung perekonomian 4. Selama perusahaan melakukan rekonstruksi
masyarakat Bojonegoro harus memperhatikan bidang ketenagakerjaan, constraints/kendala yang
perencanaan tenaga kerjanya. Perencanaan tenaga kerja diberikan bersifat kontinu.
yang baik diharapkan dapat meningkatkan efisiensi Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini
biaya perusahaan sehingga perkembangan perusahan adalah bahwa data yang diperoleh tidak terdapat
dapat semakin efektif. perubahan yang cukup signifikan selama proses
Dalam menghadapi berbagai persaingan, pengolahan data.
Perusahaan redrying tembakau Bojonegoro akan
mencoba melakukan perubahan internal perusahaan Tujuan
yaitu dengan melakukan pemasangan mesin baru Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini
namun dalam hal ini akan mempengaruhi komposisi adalah :
jumlah tenaga kerja dalam beberapa kategori yang ada 1. Menghitung dan meminimalisasi redundancy pada
dalam perusahaan sehingga perlu kiranya sebuah perusahaan redrying tembakau Bojonegoro.
perhitungan yang akurat mengenai kebutuhan sumber 2. Mendapatkan perhitungan jumlah redundancy dan
daya perusahaan dalam melakukan perubahan supaya biaya bidang ketenagakerjaan yang akan
perusahaan dapat berjalan dengan baik. ditanggung oleh perusahaan dalam melakukan
perubahan internal yaitu melakukan pemasangan
Perumusan Masalah
mesin baru.
Permasalahan yang akan dibahas dalam
3. Memberikan bahan pertimbangan dan masukan
penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
kepada perusahaan redrying tembakau Bojonegoro
1. Bagaimana menghitung dan meminimalisasi
dalam merumuskan perencanaan tenaga kerja.
redundancy pada perusahaan redrying tembakau
Bojonegoro.
Manfaat
Manfaat yang akan diperoleh dari penelitian
ini adalah :
1. Dapat diketahui besarnya tingkat redundancy pada
perusahaan redrying tembakau Bojonegoro.
2. Dapat diketahui besarnya jumlah redundancy dan
biaya bidang ketenagakerjaan yang akan
ditanggung oleh perusahaan dalam melakukan
perubahan internal yaitu melakukan pemasangan
mesin baru.
3 . Tersedianya bahan pertimbangan tentang
perencanaan tenaga kerja bagi perusahaan
redrying tembakau Bojonegoro.
Metodologi Penelitian tahapan-tahapan pada proses penelitian atau urutan langkah
Metodologi dalam penelitian ini terdiri atas yang akan dilakukan dalam menjalankan penelitian. Adapun

Jurnal Teknik Kimia , Vol 3, No.1, September 2


2008
metodologi yang digunakan pada penelitian ini adalah
suatu perusahaan atau potensi manusiawi sebagai
sebagai berikut :
penggerak perusahaan dalam mewujudkan
1.6.1. Tahap Persiapan
eksistensinya.
Tahap ini merupakan tahap awal dari
Perencanaan tenaga kerja merupakan kegiatan
penelitian, mencakup identifikasi masalah dan
penentuan jumlah dan jenis tenaga kerja yang
pengumpulan informasi awal yang berguna bagi
diperlukan oleh suatu organisasi (perusahaan) untuk
penelitian. Tahap persiapan ini terdiri dari :
masa yang akan datang (Irawan, 2000). Oleh karena itu
a. Identifikasi dan perumusan masalah, yaitu
perencanaan tenaga kerja adalah serangkaian kegiatan
penentuan masalah apa yang akan dianalisis
yang berkaitan dengan peramalan kebutuhan tenaga
dalam penelitian.
kerja di masa akan datang pada suatu organisasi,
b. Penentuan tujuan penelitian, untuk memberikan
meliputi penyediaan tenaga kerja baru dan
arah kerja dan mengingatkan peneliti setiap saat
pendayagunaan yang sudah tersedia. Atau dengan kata
tentang apa yang menjadi tujuan dalam
lain menentukan gerakan tenaga kerja yang ada dari
penelitian.
posisi saat ini menuju posisi yang diinginkan di masa
c. Studi pustaka, yaitu tahap penelusuran referensi
datang.
yang bersumber pada buku dan penelitian-
Perencanaan tenaga kerja dapat juga diartikan
penelitian sebelumnya, yang berkaitan dengan
sebagai suatu proses untuk menetapkan strategi
pemecahan masalah yang dihadapi dalam
memperoleh, memanfaatkan, mengembangkan dan
penelitian.
mempertahankan tenaga kerja sesuai dengan
d. Studi pendahuluan perusahaan, yaitu melakukan
kebutuhan perusahaan sekarang dan pengembangannya
pengamatan awal pada perusahaan yang
di masa mendatang. Secara singkat, perencanaan
bertujuan untuk mengetahui keadaan perusahaan
tenaga kerja merupakan proses analisis dan identifikasi
yang sesungguhnya, sehingga penelitian yang
kebutuhan untuk dan ketersediaan tenaga kerja dalam
dilakukan tidak akan menyimpang dari tujuan.
perusahaan.
1.6.2. Tahap Pengumpulan dan Pengolahan Data
Tahap ini merupakan tahap pengumpulan
Linear Programming
berbagai data dan informasi yang berguna bagi
Linear programming adalah metode atau
penelitian untuk kemudian diolah dengan
teknik matematis yang digunakan untuk membantu
menggunakan metode penelitian yang ada.
manajer dalam pengambilan keputusan. Ciri khusus
1.6.3. Tahap Analisis
penggunaan metode matematis ini adalah berusaha
Tahap ini berisi tentang analisis dari
mendapatkan maksimisasi atau minimisasi.
penghitungan terhadap data-data yang terkumpul dan
Maksimisasi dapat berupa memaksimumkan
yang telah diolah untuk menentukan besarnya jumlah
keuntungan. Minimisasi dapat berupa meminimumkan
redundancy dan biaya bidang ketenagakerjaan yang
biaya.
akan ditanggung oleh perusahaan dalam melakukan
Linear programming merupakan peralatan
perubahan internal yaitu melakukan pemasangan mesin
standar yang telah menghemat ribuan atau jutaan dolar
baru.
bagi banyak perusahaan, bahkan bagi perusahaan yang
1.6.4. Tahap Penarikan Kesimpulan dan Saran
sedang besarnya, di berbagai negara industri, dan
Tahap penarikan kesimpulan ini tahapan
pemakaiannya di sektor-sektor lain masyarakat meluas
terakhir dari keseluruhan rangkaian proses penelitian
dengan cepat. Linear programming memakai suatu
Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data yang
model matematis untuk menggambarkan masalah yang
dilakukan, dibuat rangkuman berupa kesimpulan dan
dihadapi. Kata sifat linear berarti bahwa semua fungsi
saran yang berkaitan dengan tujuan penyusunan tugas
matematis dalam model ini harus merupakan fungsi-
akhir ini.
fungsi linear. Kata programming disini merupakan
Dasar Teori sinonim untuk kata perencanaan. Maka, membuat
Pengertian Perencanaan Tenaga Kerja linear programming adalah membuat rencana
Keberadaan tenaga kerja sebagai salah satu kegiatan- kegiatan untuk memperoleh hasil yang
faktor produksi sangat penting artinya bagi perusahaan. optimal, ialah suatu hasil yang mencapai tujuan yang
Dalam perkembangannya, organisasi akan menghadapi ditentukan dengan cara yang paling baik (sesuai model
permasalahan tenaga kerja yang semakin kompleks, matematis) di antara semua alternatif yang mungkin.
dengan demikian perencanaan tenaga kerja harus Meskipun mengalokasi sumber-sumber daya
kepada kegiatan-kegiatan merupakan jenis aplikasi
dilakukan secara profesional. Tenaga kerja dapat
yang paling umum, linear programming mempunyai
diartikan sebagai manusia yang bekerja di lingkungan
banyak aplikasi penting lainnya. Sebenarnya, setiap
masalah yang model matematisnya sesuai dengan
format umum bagi linear programming merupakan
masalah linear programming.
Formulasi Model Linear Programming bahan mentah, kapasitas mesin, waktu, ruangan dan teknologi.
Masalah keputusan yang sering dihadapi Tugas analis adalah mencapai hasil terbaik yang mungkin
analis adalah alokasi optimum sumber daya yang dengan keterbatasan sumber daya ini. Hasil yang diinginkan
langka. Sumber daya dapat berupa uang, tenaga kerja, mungkin ditunjukkan sebagai maksimisasi dari beberapa ukuran
Jurnal Teknik Kimia , Vol 3, No.1, September 3
2008
seperti profit, penjualan dan kesejahteraan, atau
minimisasi seperti pada biaya, waktu dan jarak.  i j : banyaknya sumber i yang diperlukan untuk
Setelah masalah diidentifikasikan, tujuan menghasilkan setiap unit keluaran (output)
ditetapkan, langkah selanjutnya adalah formulasi kegiatan j ( i = 1, 2, ... m dan j = 1, 2, ... n)
model matematik yang meliputi tiga tahap seperti
berikut : bi : banyaknya sumber (fasilitas) i yang tersedia
1. Tentukan variabel yang tak diketahui (variabel untuk dialokasikan ke setiap kegiatan ( i = 1, 2,
keputusan) dan nyatakan dalam simbol matematik. ... n)
2. Membentuk fungsi tujuan yang ditunjukkan Z : kenaikan nilai Z apabila ada pertambahan
sebagai suatu hubungan linier (bukan perkalian)
dari variabel keputusan. kegiatan ( X j ) dengan satuan keluaran kegiatan
3. Menentukan semua kendala masalah tersebut dan j terhadap nilai Z
mengekspresikan dalam persamaan atau Keseluruhan simbol-simbol diatas kemudian
pertidaksamaan yang juga merupakan hubungan disusun dalam bentuk tabel standar linear
linear dari variabel keputusan yang mencerminkan programming seperti yang terlihat pada tabel 2.1.
keterbatasan sumber daya masalah itu.
Tabel 1 Tabel Standar Linear Programming
Bentuk Umum Model Linear Programming
Model linear programming merupakan suatu Kapasit
Aktifitas Pemakaian Sumber Per Unit Kegiatan
model matematis perumusan masalah umum as
(Output)
pengalokasian sumberdaya untuk banyak kegiatan. Sumber
Dalam linear programming dikenal dua macam fungsi, Sumber 1 2 .......... n
yaitu fungsi tujuan (objective function) dan fungsi-
fungsi pembatas (constraint function). Fungsi tujuan 1 11 12 1n bi
merupakan penggambaran tujuan atau sasaran didalam
permasalahan linear programming yang berkaitan 2 21  22  2n
b2
dengan pengaturan secara optimal sumberdaya-
sumberdaya untuk memperoleh keuntungan maksimal -
-
atau biaya minimal. Pada umumnya nilai yang akan
dioptimalkan dinyatakan sebagai ”Z” sedangkan fungsi -
pembatas merupakan bentuk penyajian secara m  m1  m2 .........  mn
matematis batasan-batasan kapasitas yang tersedia bm
yang akan dialokasikan secara optimal ke berbagai
kegiatan.
Z C1 C2 ........... Cn
Pertambahan
Dalam pembahasan model linear
programming ini, secara umum akan digunakan Tingkat X1 X2 .......... Xn
kegiatan

Berdasarkan tabel 1 dapat disusun suatu


model matematis yang digunakan untuk menemukan
suatu permasalahan linear programming sebagai
berikut :
Maksimumkan Z = C1 X 1  C2 X 2  Cn X n
Berdasarkan pembatas :
simbol-simbol sebagai berikut :  b1
11 X 1   12 X 2  1n X n
m : macam-macam batasan sumber atau fasilitas
yang tersedia.  21 X 1   22 X 2   2 n X n  b2
n : macam kegiatan yang menggunakan sumber
fasilitas tersebut.
- - -
i : nomor setiap macam sumber atau fasilitas yang - - -
tersedia ( i = 1, 2, ... m) - - -
j : nomor setiap macam kegiatan atau obyek yang
menggunakan sumber atau fasilitas yang tersedia  m1 X 1   m 2 X 2   m n X n  bm
( j = 1, 2, ... n) dan X 1  0 , X 2  0 , ............... , X n  0
X j : tingkat kegiatan ke- j ( j = 1, 2,.....n)
Bentuk model linear programming diatas diformulasikan secara matematis mengikuti model diatas, maka
merupakan bentuk standar bagi masalah-masalah masalah tersebut dapat dipecahkan dengan teknik linear
linear programming yang akan dipakai selanjutnya. programming.
Atau dengan kata lain, apabila setiap masalah dapat Bentuk umum model linear progrmming
Jurnal Teknik Kimia , Vol 3, No.1, September 4
2008
diatas dapat diringkas sebagai berikut :
membutuhkan perencanaan tenaga kerja dan
1. Fungsi yang dimaksud :
penghitungan kebutuhan tenaga kerja untuk beberapa
C1 X 1  C2 X 2  Cn X n tahun kedepan. Dengan adanya pemasangan mesin
merupakan fungsi tujuan (objective function) baru ini perusahaan membutuhkan lebih banyak tenaga
2. Fungsi-fungsi pembatas dapat dikelompokkan kerja kategori skilled dan semi-skilled sedangkan
menjadi : kebutuhan akan tenaga kerja kategori unskilled
a. Fungsi pembatas fungsional, yaitu fungsi- jumlahnya sangat kecil. Diperkirakan tenaga kerja
fungsi batasan sebanyak m yang dibutuhkan untuk tiga tahun mendatang adalah
(yaitu sebagai berikut :

Jurnal Teknik Kimia , Vol 3, No.1, September 5


2008
Unskilled Semi-skilled Skilled
Current Strength 487 366 244
Tahun ke-1 243 342 244
Tahun ke-2 122 489 366
Tahun ke-3 0 611 486

11 X 1 12 X 2  .............. 1n X n ). Dalam menghadapi perubahan yang dilakukan,


perusahaan menetapkan kebijakan yang berhubungan
b. Fungsi pembatas non-negatif yaitu fungsi- dengan kebutuhan tenaga kerja selama tiga tahun ke
fungsi pembatas yang dinyatakan dengan depan seperti yang diperkirakan. Kebijakan perusahaan
X 1 0 tersebut antara lain adalah :
(1). Penerimaan tenaga kerja baru (Recruitment)
3. Variabel-variabel X j disebut sebagai variabel (2). Training ulang (Retraining)
keputusan (decision variable) (3). Redundancy
4.  i j , bi , C j , merupakan masukan-masukan (4). Kerja paruh waktu (Short-time Working).
Dalam perusahaan ini terdapat kejadian alamiah dari tenaga
konstan yang disebut parameter model. kerja. Dalam mengelola tenaga kerjanya, perusahaan redrying
Disamping model diatas, ada pula model tembakau Bojonegoro mencatat bahwa cukup besar jumlah
linear programming yang agak berbeda, seperti : tenaga kerja yang secara alamiah meningggalkan/keluar dari
1. Fungsi tujuan yang bukan memaksimalkan perusahaan sampai tahun pertama sejak diterima sebagai
melainkan meminimalkan. karyawan tetapi setelah satu tahun rata-rata tenaga kerja yang
contoh : minimumkan Z = meninggalkan perusahaan semakin kecil jumlahnya. Adapun
C1 X 1  C 2 X 2  C n X n jumlah rata-rata tenaga kerja yang meninggalkan perusahaan
2. Beberapa pembatas fungsional memiliki adalah sebagai berikut :
pertidaksamaan dalam bentuk lebih besar atau
sama dengan.
Unskilled Semi-skilled Skilled
contoh :
 i1 X 1   X    X  bi
Sampai tahun pertama
Setelah tahun pertama
25 %
10 %
20 %
5%
10 %
5%
i2 in n

3. Beberapa pembatas fungsional mempunyai bentuk


(1). Penerimaan tenaga kerja baru (Recruitment)
persamaan
contoh : Perusahaan dapat menerima sejumlah tenaga
kerja baru dari luar. Dalam satu tahun, jumlah
i1 X1   i2    in Xn  bi tenaga kerja baru yang dapat diterima untuk
masing-masing kategori adalah sebagai berikut :
X2

4. Menghilangkan pembatas non-negatif untuk Jumlah tenaga kerja baru yang dapat diterima
beberapa variabel keputusan.
Unskilled Semi-skilled Skilled
100 180 100
Perencanaan Tenaga Kerja
a. Gambaran Obyektif (2). Training ulang (Retraining)
Perusahaan redrying tembakau Bojonegoro Perusahaan dapat melakukan training ulang
saat ini akan melakukan sebuah perubahan internal terhadap tenaga kerja berkategori unskilled hingga
pada proses produksinya, dimana perubahan yang akan sejumlah 70 tenaga kerja per tahun untuk
dilakukan adalah melakukan pemasangan mesin menjadikan berkategori semi-skilled, biaya untuk
berteknologi baru. Hal ini mengakibatkan perusahaan training ini adalah 1,5 juta rupiah per tenaga kerja.

Untuk melakukan training ulang terhadap tenaga yang mengalami hal seperti ini akan keluar dari perusahaan,
kerja berkategori semi-skilled untuk menjadikan walaupun hal ini tidak membutuhkan biaya dari
berkategori skilled, perusahaan membatasi perusahaan.
1
jumlahnya tidak lebih dari 4 (seper empat) jumlah
(3). Redundancy
tenaga kerja kategori skilled yang ada selama Redundancy adalah pemutusan hubungan kerja karena
proses training dilaksanakan. Biaya untuk training perusahaan melakukan perubahan/pengembangan dengan
ini adalah 2,5 juta rupiah per tenaga kerja. menggunakan mesin-mesin berteknologi baru.
Penurunan kategori skill ke dalam kategori Kebutuhan pembayaran biaya redundancy untuk setiap
yang lebih rendah (downgrading) dapat terjadi tenaga kerja kategori unskilled adalah sebesar 12,8 juta
pada tenaga kerja tetapi 50% dari tenaga kerja rupiah sedangkan untuk setiap tenaga kerja kategori semi-

Jurnal Teknik Kimia , Vol 3, No.1, September 6


2008
skilled atau skilled adalah sebesar 35 juta rupiah.
ditetapkan dan dievaluasi dalam setiap tahun yang
Kelebihan jumlah tenaga kerja (Overmanning)
mana kebijakan dapat diambil pada bulan pertama
Perusahaan dapat mempekerjakan hingga
dalam setiap tahun. Pada bulan pertama dalam setiap
sejumlah 15 tenaga kerja lebih banyak dari yang
tahun dapat dilakukan evaluasi dan ditetapkan
dibutuhkan oleh perusahaan tetapi dibutuhkan
kebijakan secara serentak yang berkaitan dengan hal-
biaya tambahan per tenaga kerja per tahun.
hal sebagai berikut :
Besarnya biaya tambahan yang dibutuhkan per
1. Melakukan rekrutmen tenaga kerja untuk
tenaga kerja per tahun adalah sebagai berikut :
semua kategori skill.
Biaya overmanning
Unskilled Semi-skilled Skilled 2. Menghitung jumlah tenaga kerja yang
6 juta rupiah 10 juta rupiah 15 juta rupiah memutuskan keluar/meninggalkan perusahaan
dalam waktu yang relatif singkat yaitu kurang
(4). Kerja paruh waktu (Short-time working) dari satu tahun.
Perusahaan dapat mempekerjakan tenaga 3. Menghitung jumlah tenaga kerja yang
kerja dengan status kerja paruh waktu hingga memutuskan keluar/meninggalkan perusahaan
sejumlah 10 tenaga kerja pada setiap kategori skill, dalam waktu yang relatif lebih lama yaitu
biaya per tenaga kerja per tahun untuk program ini lebih dari satu tahun.
adalah sebagai berikut : 4. Menentukan jumlah tenaga kerja yang akan di
Biaya short-time working training ulang.
Unskilled Semi-skilled Skilled 5. Menentukan jumlah tenaga kerja yang
3 juta rupiah 5 juta rupiah 5 juta rupiah dinyatakan sebagai redundant.
6. Menentukan jumlah tenaga kerja yang akan
Seorang pekerja dengan kerja paruh waktu dipekerjakan sebagai pekerja paruh waktu.
menghasilkan separuh produksi pekerja biasa.
Perusahaan redrying tembakau Bojonegoro Pendefinisian variabel-variabel.
menetapkan tujuannya adalah untuk meminimumkan 1. Variabel jumlah sumber daya tenaga kerja
redundancy. Bagaimana seharusnya mereka tSK i = jumlah tenaga kerja kategori skilled yang
melakukan usaha untuk mencapai tujuan ini ?
Jika kebijakan mereka adalah untuk meminimumkan dipekerjakan pada tahun i
biaya, berapa besarnya biaya yang dapat dihemat ? tSS i = jumlah tenaga kerja kategori semi-skilled yang
b. Formulasi Linear Programming dipekerjakan pada tahun i
Dalam melakukan perubahan internal tUS i = jumlah tenaga kerja kategori unskilled yang
perusahaan, harus dilakukan evaluasi terhadap segala dipekerjakan pada tahun i
kebijakan yang telah ditetapkan. Kebijakan dapat
2. Penerimaan tenaga kerja baru (Recruitment)
uSK i = jumlah tenaga kerja kategori skilled yang
diterima/direkrut pada tahun i
uSS i = jumlah tenaga kerja kategori semi-skilled
yang diterima pada tahun i
uUS i = jumlah tenaga kerja kategori unskilled yang
diterima pada tahun i
3. Training ulang (Retraining)
vUSSS i = jumlah tenaga kerja kategori unskilled
yang di training ulang untuk menjadi
tenaga kerja kategori semi-skilled pada
tahun i
vSSSK i = jumlah tenaga kerja kategori semi-skilled
yang di training ulang untuk menjadi
tenaga kerja kategori skilled pada tahun i
4. Penurunan kategori skill (Downgrading)
vSKSS i = jumlah tenaga kerja kategori skilled yang
diturunkan tingkatnya menjadi tenaga
kerja kategori semi-skilled pada tahun i

vSKUS i = jumlah tenaga kerja kategori skilled yang vSSUS i = jumlah tenaga kerja kategori semi-skilled yang
diturunkan tingkatnya menjadi tenaga diturunkan tingkatnya menjadi tenaga kerja
kerja kategori unskilled pada tahun i kategori unskilled pada tahun
i
Jurnal Teknik Kimia , Vol 3, No.1, September 7
2008
3. Kendala kelebihan jumlah tenaga kerja terhadap tenaga kerja
[1] ySK i  ySS i  yUS i  15 [1] tSK i  ySK i  0.5xSK i = 244, 366, 486 ( i = 1, 2, 3 )
4. Kendala jumlah kebutuhan perusahaan [2] tSS i  ySS i  0.5xSS i = 342, 489, 611 ( i = 1, 2, 3 )
5. Redundancy [3] tUS i  yUS i  0.5xUS i = 243, 122, 0 ( i = 1, 2, 3 )
wSK i = jumlah tenaga kerja kategori skilled yang
tergolong redundant pada tahun i Initial Conditions (Kondisi Awal)
wSS i = jumlah tenaga kerja kategori semi-skilled yang Jumlah tenaga kerja pada kondisi awal adalah tSK 0 =
tergolong redundant pada tahun i 244, tSS 0 = 366, tUS 0 = 487. Beberapa variabel

wUS i = jumlah tenaga kerja kategori unskilled mempunyai batas atas yang berlaku konstan untuk i =
1, 2, 3. Adapun batas atas beberapa variabel untuk i =
yang tergolong redundant pada tahun i
1, 2, 3 adalah sebagai berikut :
6. Kerja paruh waktu (Short-time Working)
xSK i = jumlah tenaga kerja kategori skilled yang Batas atas beberapa variabel pada tahun ke- i
dipekerjakan dengan sistem paruh waktu Penerimaan tenaga Kerja paruh waktu Training ulang
kerja baru
pada tahun i
uSK i  100 xSK i  10 vUSSS i  70
xSS i = jumlah tenaga kerja kategori semi-skilled
uSS i 180 xSS i  10
yang dipekerjakan dengan sistem paruh waktu pada tahun i
xUS i = jumlah tenaga kerja kategori unskilled uUS i 100 xUS i  10
yang dipekerjakan dengan sistem paruh
waktu pada tahun i
7. Kelebihan jumlah tenaga kerja (Overmanning) Fungsi obyektif untuk meminimumkan redundancy
adalah
ySK i = jumlah kelebihan tenaga kerja kategori
skilled yang dipekerjakan pada tahun i
( w SK i
 wSS i  wUS i )
i
ySS i = jumlah kelebihan tenaga kerja kategori Fungsi obyektif untuk meminimumkan biaya adalah
semi-skilled yang dipekerjakan pada
tahun i
(1.500.000 v
i
USSS i + 2.500.000 vSSSK i +

yUS i = jumlah kelebihan tenaga kerja kategori 35.000.000 wSK i +35.000.000 wSS i + 12.800.000 wUS i +
unskilled yang dipekerjakan pada tahun i 5.000.000 xSK i + 5.000.000 xSS i + 3.000.000 xUS i +
15.000.000 y + 10.000.000 y + 6.000.000 y )
SK i SS i US i

Constraints Perumusan ini mempunyai 24 constraint (kendala)


1. Kendala komposisi tenaga kerja dan 60 variabel serta 21 variabel batas atas sederhana.
[1] tSK i = 0.95 tSK i 1 + 0.9 uSK i + 0.95 vSSSK i -
c. Menghitung Fungsi Obyektif Untuk
vSKSS i - vSKUS i - wSK i Masing- Masing Tujuan
Dengan menggunakan bantuan software
[2] tSS i = 0.95 tSS i1 + 0.8 uSS i + 0.95 vUSSS i - komputer QM for windows version 2.2, software untuk
vSSSK i + 0.5vSKSS i - vSSUS i - wSS i metode kuantitatif, management science atau riset
operasi. Didapatkan kebijakan optimal pada fungsi
[3] tUS i = 0.9 tUS i1 + 0.75uUS i vUSSS i + obyektif untuk meminimumkan redundancy sebagai
berikut :
0.5vSKUS i + 0.5vSSUS i - wUS i
2. Kendala training ulang tenaga kerja kategori semi-
skilled
[1] vSSSK i  0.25 tSK i  0
1. Penerimaan tenaga kerja baru (Recruitment) 2. Training ulang dan penurunan kategori skill
Jumlah penerimaan tenaga kerja baru (Retraining dan downgrading)
Unskilled Semi-skilled Skilled Jumlah tenaga kerja yang ditraining ulang dan
Tahun ke-1 0 0 0 downgrading
Tahun ke-2 0 180 100 Unskille Semi- Semi- Skilled Skilled
Tahun ke-3 0 163 100 d skilled skilled menjadi menjadi
menjadi menjadi menjadi unskille semi-

Jurnal Teknik Kimia , Vol 3, No.1, September 8


2008
semi- skilled unskille d skilled
skilled d 1. Penerimaan tenaga kerja baru (Recruitment)
Thn ke-1 70 62 26 0 42 Jumlah penerimaan tenaga kerja baru
Thn ke-2 70 46 0 0 0 Unskilled Semi-skilled Skilled
Thn ke-3 70 51 0 0 0 Thn ke-1 0 0 0
Thn ke-2 0 180 100
3. Redundancy
Thn ke-3 0 163 100
Jumlah redundancy tenaga kerja
Unskilled Semi-skilled Skilled
2. Training ulang dan penurunan kategori skill
Tahun ke-1 118 0 0 (Retraining dan downgrading)
Tahun ke-2 7 0 0 Jumlah tenaga kerja yang ditraining ulang dan
Tahun ke-3 20 0 0 downgrading
Unskilled Semi- Semi- Skilled Skilled
menjadi skilled skilled menjadi menjadi
4. Kerja paruh waktu (Short-time Working) semi- menjadi menjadi unskille semi-
Jumlah tenaga kerja yang dikenakan kerja paruh skilled skilled unskilled d skilled
waktu Tahun ke-1 70 61 34 0 46
Tahun ke-2 70 46 0 0 0
Unskilled Semi-skilled Skilled
Tahun ke-3 70 51 0 0 0
Tahun ke-1 10 10 10
Tahun ke-2 10 0 0 3. Redundancy
Jumlah redundancy tenaga kerja
Tahun ke-3 10 0 0
Unskilled Semi-skilled Skilled

5. Kelebihan jumlah tenaga kerja (Overmanning) Tahun ke-1 122 0 0


Jumlah kelebihan tenaga kerja Tahun ke-2 7 0 0
Tahun ke-3 20 0 0

Unskilled Semi-skilled Skilled


4. Kerja paruh waktu (Short-time Working)
Tahun ke-1 15 0 0
Tahun ke-2 15 0 0 Jumlah tenaga kerja yang dikenakan kerja paruh
Tahun ke-3 15 0 0
waktu
Unskilled Semi-skilled Skilled
Dengan kebijakan ini didapatkan jumlah total
redundancy sebesar 145 tenaga kerja selama tiga Tahun ke-1 10 0 0
tahun. Jumlah total biaya yang dibutuhkan untuk Tahun ke-2 10 0 0
kebijakan ini adalah sebesar Rp. 3.028.500.000. Tahun ke-3 10 0 0
Adapun jika fungsi obyektif adalah untuk minimize
cost / meminimumkan biaya maka didapatkan
5. Kelebihan jumlah tenaga kerja (Overmanning)
kebijakan optimal sebagai berikut :
Tabel 4.16 Jumlah kelebihan tenaga kerja
Unskilled Semi-skilled Skilled
Tahun ke-1 15 0 0
Tahun ke-2 15 0 0
Tahun ke-3 15 0 0

Jumlah total biaya yang dibutuhkan untuk kebijakan ini


adalah sebesar Rp. 2.977.200.000 selama tiga tahun dan
didapatkan jumlah total redundancy sebesar 149 tenaga
kerja. Solusi alternatif lain harus dipertimbangkan jika
diperlukan untuk memastikan bahwa dengan jumlah
redundancy ini adalah merupakan solusi dengan
kebutuhan biaya yang paling minimum.
Jadi jumlah biaya yang dapat dihemat adalah sebesar Rp.
51.300.000, tetapi mengakibatkan jumlah redundancy
bertambah sebesar 4 tenaga kerja.
Kesimpulan dan Saran untuk meminimumkan biaya menghasilkan perbedaan hasil
Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan perhitungan yang cukup signifikan.
beberapa hal yaitu : 2. Kebijakan optimal untuk meminimumkan biaya dapat
1. Perencanaan tenaga kerja dengan kebijakan untuk menghemat biaya sebesar Rp. 51.300.000 dibanding
meminimumkan redundancy maupun kebijakan kebijakan optimal untuk meminimumkan redundancy
Jurnal Teknik Kimia , Vol 3, No.1, September 9
2008
sedangkan jika ditinjau dari jumlah redundancy,
Adapun saran yang dapat disampaikan oleh
kebijakan optimal untuk meminimumkan biaya
penulis setelah melakukan penelitian ini adalah sebagai
dapat memperkecil redundancy sejumlah 4 tenaga
berikut :
kerja dibanding kebijakan optimal untuk
1. Penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut
meminimumkan redundancy.
dengan menambahkan data investasi untuk
3. Jumlah redundancy tenaga kerja pada kebijakan
pemasangan mesin baru, sehingga dapat diketahui
untuk meminimumkan redundancy pada tahun
tingkat efektifitas perusahaan dalam melakukan
pertama, kedua dan ketiga adalah 118, 7 dan 20,
perubahan dengan pemasangan mesin baru.
sedangkan jumlah redundancy tenaga kerja pada
2. Metode ini dapat digunakan apabila dalam proses
kebijakan untuk meminimumkan biaya pada tahun
pengambilan keputusan dibutuhkan langkah cepat.
pertama, kedua dan ketiga adalah 122, 7, 20.
4. Jumlah biaya perencanaan tenaga kerja yang
dibutuhkan pada kebijakan untuk
Daftar Pustaka
meminimumkan redundancy adalah sebesar Rp.
1. Grinold, R. C., & Marshall K. T. 1977.
3.028.500.000, sedangkan jumlah biaya
Manpower Planning Models, Elsevier North
perencanaan tenaga kerja yang dibutuhkan pada
Holland Inc., New York.
kebijakan untuk meminimumkan biaya adalah
2. Hillier, Frederick S., Lieberman, Gerald J.,
sebesar Rp. 2.977.200.000.
Gunawan, Ellen., Mulia, Ardi Wirda. 1994.
Pengantar Riset Operasi, Edisi Kelima.
Erlangga, Jakarta.
3. Silalahi, Bennet N. B. 1994. Perencanaan
Pembinaan Tenaga Kerja Perusahaan, Pustaka
Binaman Pressindo, Jakarta.
4. Taha, Hamdy A. 1987. RISET OPERASI –
Suatu Pengantar. Binarupa Aksara. Jakarta.
5. Utomo, Hastho Joko Nur, Sugiarto, Meilan., 2007.
Manajemen Sumber Daya Manusia. Ardana
Media. Yogyakarta.
6. Yamit, Zulian, (1996). Manajemen Kuantitatif
untuk Bisnis (Operation Research), BPFE
Yogyakarta, Yogyakarta.

Jurnal Teknik Kimia , Vol 3, No.1, September 10


2008

Anda mungkin juga menyukai