Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semua orang pasti mengalami proses penuaan dalam hidupnya. Menua adalah suatu
proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk melakukan
fungsinya dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Diabetes Mellitus pada lansia adalah
penyakit yang sering terjadi pada lanjut usia yang disebabkan karena lansia tidak dapat
memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup atau tubuh tidak mampu menggunakan
insulin secara efektif (Nugroho,2018).

Pada saat ini,jumlah usia lanjut (lansia,berumur >65 tahun) di dunia diperkirakan
mencapai 450 juta orang (7% dari seluruh penduduk dunia) dan jumlah ini diperkirakan akan
terus meningkat. Sekitar 50% lansia mengalami intoleransi glukosa dengan kadar gula darah
puasa normal (Nofita,2018).

Peningkatan jumlah penderita Diabetes Mellitus pada lansia dikarenakan kebiasaan


gaya hidup yang tidak sehat,misalnya banyak mengkonsumsi makanan berlemak dan kurang
aktivitas, sehingga menimbulkan kegemukan,dan berkurangnya aktivitas fisik seperti olah
raga yang membuat metabolisme tubuh tidak sempurna sehingga terjadi ketidakstabilannya
kadar gula darah . Hal ini pada penyakit DM biasa ditandai dengan ketidakstabilnya kadar
glukosa darah (Anies,2018).

Ketidakstabilan kadar glukosa darah terjadi karena tubuh tidak mampu menggunakan
dan melepaskan insulin secara adekuat (Irianto,2020).

International Diabetes Federation mendeteksi 10,6 juta orang dengan diabetes mellitus
di indonesia mencapai 10,6 juta yang artinya 1 dari 17 orang usia 20-79 tahun yang anda
kenal adalah orang terkenna dibetes (International Diabetes Federation,2019).

Data Word Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa tercatat 422 juta orang
di dunia menderita Diabetes Mellitus atau terjadi peningkatan sekitar 8,5% pada pupulasi
orang dewasa dan diperkirakan terdapat 2,2 juta kematian dengan presentase akibat penyakit
diabetes mellitus terjadi pada usia 70 tahun. Khususnya terjadi pada negara yang ekonominya
rendah dan menengah. Bahkan diperkirakan akan terus meningkat sekitar 600 juta jiwa pada
tahun 2035 (Kemenkes RI 2018).
Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 menyebut di provinsi Jawa Timur adanya
peningkatan prevalensi penderita diabetes mellitus pada tahun 2018 yaitu tercapai 623.296
jiwa. Prevalensi Diabetes Mellitus diperkirakan meningkat seiring penambahan umur
penduduk menjadi 19,9% atau 111,2 juta orang padaumur 65-79 tahun. Angka di prediksi
terus akan meningkat hingga mencapai 578 juta ditahun 2030 dan 700 juta di tahun 2045
(International Diabetes Federation,2019)

Dinas Kesehatan Kota Gresik mencatat sebanyak 32.381 pasien diabetes mellitus
sepanjang tahun 2016. Data terdahulu yang didapatkan oleh peneliti menunjukkan bahwa
pasien DM sebanyak 2.195 orang dari januari-maret 2019 yang tersebar di puskesmas gresik.
Berdasarkan studi pendahuluan awal di tahun 2018 data dari puskemas Manyar menunjukkan
bahwa jumlah penderita diabetes mellitus sebanyak 957 orang. Masalah gangguan
ketidakstabilan darah sekitar 10%, ganguan integritaskulit 20%, dan resiko infeksi hampir
70%. Urutan ke-1 ditempati demensia dengan jumlah penderita 30 pasien dengan presentase
46% urutan ke-2 ditempati hipertensi dengan presentase 32% (Dinas Gresik,2019).

Diabetes Millitus (DM) pada lansia terjadi karena timbulnya resistensi insulin pada
usia lanjut yang disebabkan oleh 4 faktor yaitu pertama,adanya perubahan komposisi tubuh
faktor,yang kedua adalah aktivitas fisik,faktor yang ketiga adalah perubahan pola makan pada
usia lanjut,factor keempat adalah perubahan neurohormonal khususnya insulin. Diabetes
Mellitus dengan ketidakstabilan kadar glukosa darah bila tidak ditangani dengan baik maka
akan berisiko menyebabkan komplikasi. Jika hal ini berlanjut dan tambah parah maka akan
terjadi perubahan serius dalam kimia darah akibat defisiensi insulin. Perubahan tersebut
disertai dengan dehidrasi,retinopati dengan potensi menurunkan penglihatan,gangguan pada
nefropati yang menyababkan gagal ginjal,gangguan neuropati perifer dengan resiko ulkus
kaki,gangguan neuropati atrhropathy sebagai perubahan pada tulang dan sendi
(Alfonso,2019).

Factor-I (IGF-I) dan dehyroepandrosteron (DHTAS) plasma (Nofia,Dkk 2018)


etiologi dari hiperglikemia pada Diabetes Mellitus pada lansia disebabkan oleh factor
genetic,usia,obesitas,aktifitas fisik kemudian dengan berjalannya usia semakin meningkat
secara bertahap dikarenakan terjadi proses penuaan,factor genetik,IMTserta aktifitas fisik
yang kurang (Adamo,2018).

DM pada lansia umumnya bersifat asimptomatik kalau pun ada gejala,sering kali
berupa gejala tidak khas seperti kelemahan,perubahan tingkah laku,menurunya status
koghnitif atau kemampuan fungsional (antara lain delirium,demensia,depresi,agitasi,mudah
jatuh dan inkontenensia urin). Inilah yang menyebabkan diagnosis DM pada lansia sering kali
terlambat (Berbudi,2018). Oleh karena itu perlu banyak kegiatan khusus pada lansia untuk
memberikan pengetahuan mengenai Diabetes Mellitus.

Pada dasarnya penatalaksanaan diabetes mellitus difokuskan pada empat pilar yaitu
edukasi, terapi nutrisi medis, aktivitas fisik, terapi farmakologis. Salah satu tindakan yang
dapat dilakukan adalah dengan terapi komplementer. Terapi ini bersifat pengobatan alami
untuk menangani penyebab penyakit dan memacu tubuh sendiri untuk menyembuhkan
penyakit Terapi komplementer antara lain terapi herbal, latihan nafas, meditasi, dan relaksasi.
Teknik relaksasi saat ini sudah di kembangkan, salah satunya yaitu relaksasi Benson yang
sederhana, mudah dalam pelaksanaannya dan tidak memerlukan banyak biaya, relaksasi ini
merupakan gabungan antara teknik respon relaksasi dengan sistem keyakinan individu (faith
factor). Fokus dari relaksasi ini pada ungkapan tertentu yang di ucapkan berulang-ulang
dengan ritme yang teratur disertai dengan sikap yang pasrah. Nama-nama tuhan atau kata
yang diungkapkan memiliki makna menenangkan pasien sendiri (Putu Indah Sintya
Dewi,2020).

Relaksasi Benson mengurangi stress sehingga memiliki dampak positif kadar gula
darah menurun pada penderita DM. Relaksasi Benson memiliki beberapa keunggulan selain
menimbulkan keadaan rileks secara umum pada manusia. Perasaan rileks akan diteruskan ke
hipotalamus untuk menghasilkan Corticotropin Releasing Factor (CRF). Selanjutnya CRF
merangsang kelenjar di bawah otak untuk meningkatkan produksi Proopioidmelanocortin
(POMC) sehingga produksi enkephalin oleh medulla adrenal meningkat. Kelenjar di bawah
otak juga menghasilkan β endorphin sebagai neurotransmitter yang mempengaruhi suasana
hati menjadi rileks. Meningkatnya enkephalin dan β endorphin dan lansia akan merasa lebih
rileks dan nyaman (Aryana & Novitasari,2018).

Berdasarkan jurnal penelitian yang mayoritas responden adalah lansia berusia 50


tahun keatas, berjenis kelamin perempuan, berpendidikan tamat SD, dan sudah lebih dari 6
bulan didiagnosa DM tipe 2. Terapi relaksasi Benson termodifikasi efektif dalam mengontrol
kadar gula darah pada lansia dengan DM. Lansia DM termotivasi mengontrol kadar gula
darahnya dengan adanya terapi relaksasi Benson termodifikasi yang dilakukan perawat. Oleh
karena itu, penelitian ini sangat bermakna terhadap lansia dengan DM sehingga puskesmas
setempat dapat menjadikan terapi ini sebagai bagian dari program pengontrolan kadar gula
darah dalam proses pemberian asuhan keperawatan (Diah Ratnawati & Tatiana Siregar,2018).

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti dengan judul
“Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan Masalah Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
pada Penderita Diabetes Mellitus di Posyandu Lansia Perumahan Kota Baru Driyorejo
Gresik”.

B. BatasanMasalah

Berdasarkan latar belakang di atas masalah yang muncul pada lansia dengan diabetes
mellitus adalah ketidakstabilan kadar glukosa darah,gangguan integritas kulit atau
jaringan,dan resiko Infeksi. Masalah pada karya tulis ilmiah ini dibatasi pada asuhan
keperawatan pada lansia dengan masalah ketidakstabilan kadar glukosa darah pada penderita
Diabetes Mellitus di Posyandu Lansia Perumahan Kota BaruDriyorejo Gresik.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan sebagai berikut:
“Bagaimanakah asuhan keperawatan pada lansia dengan masalah ketidakstabilan kadar
glukosa darah pada penderita Diabetes Mellitus di Posyandu Lansia Perumahan Kota Baru
Driyorejo Gresik?”

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Memberikan asuhan keperawatan pada lansia dengan masalah ketidakstabilan kadar


glukosa darah pada penderita Diabetes Mellitus di Posyandu Lansia Perumahan Kota
Baru Driyorejo Gresik.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian dengan masalah ketidakstabilan kadar glukosa darah pada


lansia dengan Diabetes Mellitus di Posyandu Lansia Perumahan Kota BaruDriyorejo
Gresik.
b. Menegakkan diagnose keperawatan dengan masalah ketidakstabilan kadar glukosa
darah pada lansia dengan Diabetes Mellitus di Posyandu Lansia Perumahan Kota
Baru Driyorejo Gresik.

c. Menyusun rencana keperawatan dengan masalah ketidakstabilan kadar glukosa


darah pada lansia dengan Diabetes Mellitus di Posyandu Lansia Perumahan Kota
Baru Driyorejo Gresik.

d. Melaksanakan rencana keperawatan dengan masalah ketidakstabilan kadar glukosa


darah pada lansia dengan Diabetes Mellitus di Posyandu Lansia Perumahan Kota
Baru Driyorejo Gresik.

e. Melakukan evaluasi keperawatan dengan masalah ketidakstabilan kadar glukosa


darah pada lansia dengan Diabetes Mellitus di Posyandu Lansia Perumahan Kota
Baru Driyorejo Gresik.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Sebagai sarana untuk menambah informasi dan meningkatkan ilmu pengetahuan


tentang masalah ketidakstabilan kadar glukosa darah pada lansia dengan Diabetes
Mellitus.

2. Manfaat Praktis

a. Perawat

Sebagai acuan tenaga kesehatan terutama perawat dalam memberikan asuhan


keperawatan dengan masalah ketidakstabilan kadar glukosa darah pada lansia dengan
Diabetes Mellitus.

b. PosyanduLansia di Perumahan Kota BaruDriyorejo Gresik

Sebagai informasi dan sarana dimanfaatkan pihak masyarakat sebagai bahan


pertimbangan dalam intervensi penyuluhan,perhatian,atau pelayanan pada lansia
khususnya terhadap asuhan di tempat studi kasus dan merencanakan usaha-usaha
yang dapat digunakan untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan lansia.
c. Instansi Pendidik

Digunakan sebagai informasi bagi insitusi pendidikan dalam pengembangan dan


peningkatan mutu pendidikan khususnya pada mata kuliah keperawatan gerontik
dimasa yang akan datang.

d. Lansia

Lansia mendapatkan informasi dan menambah wawasan pengetahuan,dapat


mengurangi dampak dari ketidakstabilan kadar glukosa darah pada lansia seperti
mengantuk,sering haus,sering merasa buang air kecil berlebihan,dan lesu serta pasien
dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan normal.

e. Keluarga

Keluarga diharapkan mampu memberikan dukungan yang positif sehingga dapat


meningkatkan kemampuan klien dalam mencapai kesembuhan.

Anda mungkin juga menyukai