- Rule of 2
o 2 views foto dari proyeksi yang berbeda agar mendapatkan gambaran 3 dimensi
o 2 sides dibandingkan dengan sisi yang normal untuk menentukan kelainan
o 2 joints harus terlihat 2 sendi
o 2 occasion/visits dilakukan untuk evaluasi dari terapi yang sudah diberikan
o 2 abnormalities cari abnormalitas lain yang biasanya berhubungan
o 2 records interpretasi ditulis
o 2 opinions opini dari sejawat lain
o 2 specialists
o 2 examination selain xray, bisa menggunakan modalitas lain untuk menegakkan
diagnose
- Step how to read imaging correctly :
1. Cek identitas pasien
2. Cek marker
3. Cek kondisi gambar secara keseluruhan apakah cukup, terlalu opaque atau terlalu lusen
4. Cek dari luar ke dalam atau dalam ke luar
a. Soft tissue apakah intak? Ada swelling? Ada udara?
b. nama tulang apa yang mengalami kelainan
c. Aspek mana? proksimal, media, distal
d. Bentuk fraktur linier, spiral, greenstick, torus, oblik, transverse, butterfly
e. Displacement dinilai dengan singkatan LARA
i. Lengthening/shortening overlapping jadi shortening
ii. Aposisi ketika terjadi perubahan letak pada fragmen tulang sehingga
terjadi perubahan kontak antara fragmen tulang proksimal dengan distal.
Aposisi dinyatakan dalam presentasi, misal jika tidak ada kontak sama sekali
aposisi 0%, atau aposisi komplit, kalo parsial misal aposisi 80%
iii. Rotasi perputaran pada fragmen tulang pada aksis longitudinalnya
iv. Alignment adanya kemiringan fragmen tulang, sehingga terjadi
perubahan pada aksis longitudinalnya. Jika aksis longitudinal fragmen
proksimal dan distal membentuk sudut, disebut sebagai angulasi,
dinyatakan dalam derajat
f. Densitas tulang secara umum
g. Joint apakah ada penyempitan atau pelebaran celah sendi, apakah facies
artikularis licin, erosi, atau ada osteofit?
Nyeri tentukan lokasi, diffuse atau terlokalisir, referred pain, somatic pain, atau visceral pain
Weakness bisa dikarenakan masalah neurologis atau rupture tendon
Instabilitas pasien mengeluhkan kadang ada rasa terlepas dari bahu atau panggulnya pada
saat sedang melakukan suatu Gerakan
Kaku bedakan kaku dikarenakan nyeri, atau memang benar kaku. Kaku biasanya dikeluhkan
sebagai stiffnes post in activity, jadi kakunya muncul setelah ekstremitas tidak digerakkan untuk
beberapa waktu
Swelling
Deformitas otot mengecil, atau bagian tubuh yang bengkok
Loss of function ketidak mampuan untuk melakukan pekerjaan sehari hari dan sangat
mengganggu kualitas hidup
Kasus Orthopedi
Infeksi/Inflamasi
1. Osteomyelitis
2. Rheumatoid arthritis
3. Gout arthritis
Trauma
1. Fraktur Clavicula
2. Dislokasi Bahu
3. Fraktur Humeri
a. #distal humeri
ada 3 tipe, yaitu tipe A, B, C
1. Tipe A ekstraartikular atau Supracondylaris #
Sering pada anak-anak
Pada anak-anak, sering terjadi displacement dari distal fragmen kea rah
posterior karena posisi jatuh hiperekstensi. Jarang ke anterior
posisi jatuh fleksi siku.
Jika terjadi pada dewasa, biasanya karena High Energy Trauma
unstable dan displaced
Tx : paling bagus dengan open reduction + fiksasi interna
2. Tipe B intraartikulat unicondylar
Unstable, displaced, dan adanya kerusakan pada soft tissue
Penting : perhatikan status NVD (n. ulnaris)
Tx : pada displaced # open reduction + internal fixation, pada
undisplaced bisa menggunakan back slab splintage dengan posisi elbow
menekuk 90 derajat + armsling
3. Tipe C intraarticular bicondylar
Unstable, displaced, dan adanya kerusakan pada soft tissue
Penting : perhatikan status NVD (n. ulnaris)
open reduction + internal fixation, pada undisplaced bisa menggunakan
back slab splintage dengan posisi elbow menekuk 90 derajat + armsling
komplikasi :
1. akut nerve injury paling sering n. ulnaris, bisa juga vascular injury
2. late
a. stiffness dapat mengurangi ROM Cuma 0-30 derajat, bisa dikarenakan
intrinstik (adhesi intraarticular, kontrakutr capsule) atau eksterinsik
(heterotropik ossification, nerve entrapement)
b. penting adanya mobilisasi post operatif untuk mencegah stiffeness
c.
4. Dislokasi Elbow
5. Fraktur dan dislokasi forearm
6. Disorder of Rotator Cuff
7. Fraktur Supracondylar Humeri pada Anak
Degeneratif
1. OA
Tumor
1. Osteosarcoma
2. Ewing Sarcoma
Pediatri
Manifestasi klinis :
i. Deformitas bentuk S pada grade III dan IV
ii. Cari adanya tanda ischemia otot 5P
iii. Karena ada displacement ke anterior bisa mencederai a brachialis atau
nervus medianus
Treatemnet :
i. Grade I undisplaced imobilisasi dengan cast atau splint dengan posisi siku
fleksi 90 derajat dan rotasi netral selama 3 minggu. 5-7 hari setelah imobilisasi,
evaluasi dengan Xray untuk liat ada displacement atau tidak
ii. Grade 2 ada displacement ringan + soft tissue swelling dilakukan closed
reduction dulu dengan tractioin countertraction, setelah itu dilakukan
imbobilisasi dengan backslab splint + arm sling dengan posisi siku fleksi 120
derajat, pronasi,setelah itu dicek pulsasi arterinya. lalu selama 3 minggu ditaruh
di dalam baju, setelah 3 minggu bisa dliuar baju dan mulai movement therapy.
iii. Grade 3 dilakukan open reduction jika closed reduction tidak berhasil, fraktur
terbuka, atau fraktur berhubungan dengan vascular damage
Komplikasi
i. Akut vascular damage terutama pada asteri brachialis. Cek adanya tanda
kompartement syndrome atau limb ischemia’
ii. Late malunion dalam bentuk cubiti varus atau valgus. Biasanya
dikarenakan uncorrected angulation atau reduksi yang salah. Bisa juga ada
kekakuan dan jarang sekali ada ossifikasi heterotropik
3.
KOngenital
1. CTEV
2. Osteopetrosis
3. Osteogenesis imperfecta
4. Syndactyly dll
5. Phocomelia dll
Metabolik
1. Rickettsia
Emergency di Orthopedi
Penanganan
Primary Survey
- Airway + C spine
- Breathing + Oksigenasi
- Circulation pada emergency orthopedi seperti adanya laserasi soft tissue atau
open fracture di daerah pelvis dan femur sangat berisiko untuk terjadi pendarahan
hebat.
o Resusitasi cairan + crossmatch untuk persiapan transfuse
o Direct pressure pada titik pendarahan
o Tourniquet bisa dilakukan namun risiko ischemia limb besar
- Disability
- Exposure
- Imobilisasi fraktur atau dislokasi dapat mengurangi pendarahan, menghasilkan
efek tamponade, re-align ekstremitas, mencegah kerusakan soft tissue dan
fragmen tulang lebih lanjut.
o Reduksi misal : Dilakukan closed reduction terlebih dahulu, baru open reduction jika
closed reduction tidak berhasil.
Closed reduction bisa dilakukan dengan 3 fold manuver :
1. Traksi in line
2. Disimpaksi
3. Reduksi
o Splinting Misal : memasang pelvic binder/pelvic sling pada #pelvis. Pada dislokasi,
setelah dilakukan reduksi dilakukan splinting sebagai imobilisasi dengan posisi
anatomis. Jika belum dilakukan reduksi, splinting diberikan pada posisi ketika
ditemukan
1. Alergi
2. Medikasi minum obat-obatan yang membuat kantuk, atau obat penenang, dibawah
pengaruh alkohol
3. Post medical history riwayat trauma sebelumnya, riwayat operasi, riwayat penyakit kejiwaan
4. Last meal
5. Event leading to injury
a. Mekanisme injuri
i. memakai kendaraan apa,
ii. posisi duduk saat pre kecelakaan (misal nanti ketabrak dari samping bisa ada #
pada bagain perlvis),
iii. posisi pasien setelah kecelakaan tetap berada di tempat duduk atau
terlempar keluar.
iv. Apakah pasien ditabrak oleh suatu objek? jika terlempar, bisa saja terjadi
contusion atau degloving injury
v. memakai pengaman seperti seat belt atau airbag,
vi. cara pemakaian seat belt benar atau tidak (bisa terjadi # lumbal dan laserasi
pada pemakaian lap seatbelt yang tidak benar posisinya),
vii. model seatbelt yang 1 strap atau 3 point safety (pada pemakaian 3 strap bisa
ada seat belt injury, # clavicula),
viii. adanya kerusakan internal pada kendaraan (misal kerusakan di steer,
dashboard, atau kaca depan meningkatkan kemungkinan cedera pada bagian
sternum, klavikula, dan pelvis
ix. kerusakan eksternal pada kendaraan
x. ada ledakan atau tidak
xi. pada tabrakan pejalan kaki paling sering bumper injury
6. Pemeriksaan Fisik Head to toe fungsinya untuk identifikasi adanya life threatening injury, limb
threatening injury, dan review sistematis untuk cedera lain
a. Dilakukan dengan mengekspose seluruh tubuh pasien
b. Prinsip : Gerak (menilai musculoskeletal), Sensory (menilai neuromuscular), Sirkulasi
c. Pemeriksaan kepala : ada jejas, ada krepitasi, adanya tanda # basis cranii (battle sign,
racoon’s eye, keluar darah dari hidung atau telinga yang bercampur dengan CSF halo
sign)
d. Pemeriksaan leher : jejas, krepitasi
e. Thorax
f. Abdomen
g. Ekstremitas :
i. Look and ask perhatikan adanya jejas, rubor, tumor, function lessa,
deformitas (LARA)
1. Tanda 5P (pain, pallor, pulseless, paresthesia, paralysis) tanda acute
limb ischemia
2. tanda kompartemen syndrome
3.
ii. Feel nyeri tekan, hangat/dingin (tanda hipoperfusi), krepitasi, pulse pada
bagian distal injury, sensory pada bagian distal injury (adanya hypoesthesia
mengindikasikan adanya injury pada inervasi perifer atau medulla spinalis)
iii. Move Gerakan pasif (indikasi inervasi motoris masih baik), Gerakan aktif,
adanya pengurangan ROM atau tidak bisa digerakkan sama sekali (indikasi
adanya ruptur ligament
iv. Sirkulasi cek pulse, jika kesulitan karena adanya hipotensi bisa menggunakan
doppler nilai ABI (ankle brachial index), jika tekanan sistol antara ankle dan
brachial <0,9 indikasi adanya limb ischemia
1. Life threatening
a. Major pelvic ring injury
- Anatomi :
o Pelvic ring terdiri dari 2 tulang, yaitu sacrum dan coxae 2 pasang.
Kedua tulang dijaga stabilitasnya oleh persendian sinartrosis (simfisis
pubis dan sacroiliac joint), dan ligamentum yang memfiksasi.
ligamentum yang memfiksasi antara lain : lig. Sacroiliaca ante dan
posterior, lig. Iliolumbar, lig. Sacrotuberosum, lig. Sacrospinosum, lig.
Superior pubic dan lig. Arcuate pubic.
- Mengapa life threatening? Karena pada kavum pelvis terdapat struktu pembulu
darah yang besar seperti a. iliaca communis, interna dan eksterna, serta ada
plexus lumbosacralis (paling sering L5-S1). Selain itu beberapa organ dalam yang
dpaat juga terdampak injury yaitu bladder (ruptre buli intraperitoneal atau
ekstraperitoneal), rupture urethra. Organ organ yang memiliki penggantung
cenderung lebih stabil terjadap adanya pelvix injury.
- Pemeriksaan fisik (secondary survey) dilakukan sekali, teliti dan hati hati
karena pemeriksaan berulang berisiko untuk pembentukan clot
o Inspeksi : lihat adanya jejas, pada area abdomen, genital butterfly
hematoma
Lihat jejas di area perineum, genital
Adanya meatal bleeding
Fraktur terbuka pada area perineum, genital
Ketiga point di atas curiga adanya pelvic ring injury
o Palpasi : cek stabilitas panggul HANYA BOLEH DILAKUKAN PADA PASIEN
STABIL (no obvious pelvic injury, no hypotension)
Lakukan maneuver compression distraction tangan menekan SIAS
pasien dari anterior keaarah caudolateral. + jika ada nyeri, terdapat
rotasi interna lalu eksterna dari femur ada instabilitas dari pelvis
Lakukan side lying compression untuk lihat instabilitas dari sacroilicac
joint.