PENDAHULUAN
terjadi, baik akut, sub akut maupun kronik. Laringitis akut biasanya terjadi
mendadak dan berlangsung dalam kurun waktu kurang lebih 3 minggu. Bila
gejala telah lebih dari 3 minggu dinamakan laringitis sub akut. Bila gejala
lebih dari kurang lebih 3 bulan dinamakan laringitis kronis. Laringitis kronis
dibagi menjadi dua bagian menurut sebabnya yaitu laringitis akut non spesifik
Laringitis tuberkulosis adalah proses inflamasi pada mukosa pita suara dan
laring yang terjadi dalam jangka waktu lama yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosa.2
(30%).2
dapat disertai stridor, baik pada periode inspirasi, ekspirasi atau keduanya.
1
Jika tidak segera diobati, stenosis dapat berkembang, sehingga diperlukan
karena struktur mukosa laring yang sangat lekat pada kartilago serta
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
merupakan suatu rangkaian tulang rawan yang berbentuk corong dan terletak
letaknya relatif lebih tinggi. Laring pada umumnya selalu terbuka, hanya
Bangunan kerangka laring tersusun dari satu tulang, yaitu tulang hyoid
dan beberapa buah tulang rawan. Tulang hyoid berbentuk seperti huruf U,
Pada laring terdapat dua buah sendi, yaitu artikulasi krikotiroid dan
3
adalah ligamentum seratokrikoid (anterior, lateral, dan posterior), ligamentum
tiroepiglotika.3,4
Yaitu ruangan diantara permukaan atas pita suara palsu dan inlet laring.
4
2. Glotis (Pars media)
Yaitu ruangan yang terletak antara pita suara palsu dengan pita suara sejati
Yaitu ruangan diantara pita suara sejati dengan tepi bawah kartilago
krikoidea.3
Vaskularisasi
sinus pyriformis.3
5
Gambar 2. Sistem Arteri pada Laring3
Interna.3
Persarafan
Laring dipersarafi oleh cabang N. Vagus yaitu Nn. Laringeus Superior dan
depan dan medial di bawah A. karotis interna dan eksterna yang kemudian
dalam laring di atas pita suara sejati. Cabang Eksterna ; bersifat motoris,
6
Berjalan dalam lekukan diantara trakea dan esofagus, mencapai laring
Sistem Limfatik
limfe cervical superior profunda. Limfe ini juga menuju ke superior dan
2. Daerah bagian bawah pita suara sejati bergabung dengan sistem limfe
7
Gambar 4. Sistem Limfatik pada Laring3
Laring mempunyai 3 (tiga) fungsi dasar yaitu fonasi, respirasi dan proteksi
1. Fungsi Fonasi
dibentuk karena adanya aliran udara respirasi yang konstan dan adanya
interaksi antara udara dan pita suara. Nada suara dari laring diperkuat oleh
adanya tekanan udara pernafasan subglotik dan vibrasi laring serta adanya
faring, dan hidung. Nada dasar yang dihasilkan dapat dimodifikasi dengan
tinggi nada dengan mengubah bentuk dan massa ujung-ujung bebas dan
2. Fungsi Proteksi
Benda asing tidak dapat masuk ke dalam laring dengan adanya reflek otot-
otot yang bersifat adduksi, sehingga rima glotis tertutup. Pada waktu
8
menelan, pernafasan berhenti sejenak akibat adanya rangsangan terhadap
atas dan ke depan menyebabkan celah proksimal laring tertutup oleh dasar
3. Fungsi Respirasi
oleh tekanan parsial CO2 dan O2 arteri serta pH darah. Bila pO2 tinggi
4. Fungsi Sirkulasi
kadang henti jantung. Hal ini dapat karena adanya reflek kardiovaskuler
dari laring. Reseptor dari reflek ini adalah baroreseptor yang terdapat di
9
aorta. Impuls dikirim melalui N. Laringeus Rekurens dan Ramus
5. Fungsi Fiksasi
6. Fungsi Menelan
7. Fungsi Batuk
10
laring dari ekspansi benda asing atau membersihkan sekret yang
8. Fungsi Ekspektorasi
Dengan adanya benda asing pada laring, maka sekresi kelenjar berusaha
9. Fungsi Emosi
2.3 Definisi
terjadi, baik secara akut maupun kronik. Laringitis akut biasanya terjadi
mendadak dan berlangsung dalam kurun waktu kurang lebih 3 minggu. Bila
radang kronis laring yang dapat disebabkan oleh sinusitis kronis, deviasi
septum yang berat, polip hidung atau bronkitis kronis. Mungkin juga
spesifik. Laringitis kronik non spesifik dapat disebabkan oleh faktor eksogen
kronik saluran napas atas atau bawah, asap rokok) atau faktor endogen
11
(bentuk tubuh, kelainan metabolik). Sedangkan laringitis kronik spesifik
Laringitis tuberkulosis adalah proses inflamasi pada mukosa pita suara dan
laring yang terjadi dalam jangka waktu lama yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosa.5
2.4 Etiologi
struktur mukosa laring sangat lekat pada kartilago serta vaskularisasi tidak
2.5 Patogenesis
tuberkulosis paru aktif, jarang merupakan infeksi primer dari inhalasi basil
tuberkel secara langsung. Secara umum, infeksi kuman ke laring dapat terjadi
12
Laringitis tuberkulosis primer jarang dilaporkan dalam literatur medis.
paru. Rute penyebaran infeksi pada laringitis tuberkulosis primer yang saat
ini diterima adalah invasi langsung dari basil tuberkel melalui inhalasi.12,13
13
laring termasuk aritenoid, ruang interaritenoid, pita suara bagian posterior
Antigen dari basil TB yang berada di laring dicerna sel dendritik lalu
dan sering terjadi ulserasi dengan infeksi sekunder. Proses ini pertama kali
epitel dan jaringan fibrosis subepitel. Hal ini mungkin bermanifestasi pada
14
Hal ini merupakan manifestasi dari proses perbaikan karena hanya
Edema jelas pada keadaan lebih lanjut dan mungkin terjadi sebagai
edema.1,9,11
1. Stadium Infiltrasi
meregang. Pada suatu saat, karena sangat meregang, maka akan pecah dan
terbentuk ulkus.2
15
2. Stadium Ulserasi
Ulkus yang timbul pada akhir stadium infiltrasi membesar. Ulkus ini
pasien.2
3. Stadium Perikondritis
sehingga terbentuk nanah yang berbau, proses ini akan melanjut dan
terbentuk sekuester. Pada stadium ini pasien sangat buruk dan dapat
4. Stadium Fibrotuberkulosis
dikategorikan menjadi empat grup, antara lain (a) lesi ulserasi (40,9%), (b)
lesi inflamasi non spesifik (27,3%), (c) lesi polipoid (22,7%), dan (d) lesi
16
Gambar 5. Temuan Laringoskopi pada Laringitis Tuberkulosis, A. Lesi
Rasa kering, panas, dan tertekan di daerah laring.
Suara parau yang berlangsung berminggu-miggu, sedangkan pada stadium
Nyeri waktu menelan yang lebih hebat bila dibandingkan dengan nyeri
Pada pemeriksaan paru (secara klinis dan radiologis) terdapat proses aktif
17
2.8 Pemeriksaan
Pada pemeriksaan laring dapat terlihat mukosa yang udem, hiperemis dan
difus pada sepertiga posterior laring atau terlihat lesi eksofitik granular yang
dikutip Chi Wang dkk13 menyatakan lesi yang terjadi pada laring berupa
ulkus yang multipel dan tersebar, serta lesi hipertrofi pada laring.
klinis (53,8%), dan tidak ada pergerakan pita suara (11,5%). Pada kasus
terjadi.14
beberapa diagnosis banding. Biopsi laring tetap menjadi standar baku emas
18
Gambaran radiologi berupa infiltrasi pada daerah apikal, lesi
jaringan paru, cairan pleura, cairan serebrospinal, urin, feses, dan jaringan
19
Biopsi laring menjadi standar baku emas pada TB laring ataupun
kelompok sel epitel numerous dan sel Giant Langhans multipel dengan
2.10 Diagnosis
diagnosis TB laring.15
1. Laringitis Luetika
Laringitis luetika terjadi pada stadium tertier dari sifilis, yaitu stadium
20
inimempunyai sifat yang khas, yaitu sangat dalam, bertepi dengan dasar
sangat cepat, sehingga bila tidak terbentuk proses ini akan menjadi
perikondritis.15
2. Karsinoma Laring
21
Resistance/MDR). Selain tidak teraturnya konsumsi obat, faktor HIV dan
pergerakan pita suara yang terbatas akibat fibrosis dapat bersifat menetap.15
efusi pleura, dan TB disertai sepsis dan keadaan umum yang buruk.15
2.13 Komplikasi
di paru dapat berupa kelainan paru yang luas, kavitas, efusi pleura, empiema,
22
Selain komplikasi yang terjadi di paru, komplikasi di laring dapat terjadi,
subglotis stenosis, gangguan otot laring, dan pararalisis pita suara ketika
2.14 Prognosis
Tergantung pada keadaan sosial ekonomi pasien, kebiasaan hidup sehat serta
ketekunan berobat. Bila diagnosa dapat ditegakkan pada stadium dini maka
prognosisnya baik.2
23
BAB III
RINGKASAN
1. Laringitis tuberkulosis adalah proses inflamasi pada mukosa pita suara dan
laring yang terjadi dalam jangka waktu lama yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosa.
paru aktif, jarang merupakan infeksi primer dari inhalasi basil tuberkel secara
4. Gejala klinis lainnya berupa rasa kering, panas pada laring, suara parau,
5. Pada pemeriksaan laring dapat terlihat mukosa yang udem, hiperemis dan
difus pada sepertiga posterior laring atau terlihat lesi eksofitik granular yang
24
8. Penatalaksanaan: terapi medikamentosa dengan obat anti tuberkulosa dan
9. Komplikasi: di paru dapat berupa kelainan paru yang luas, kavitas, efusi
akibat fibrosis, subglotis stenosis, gangguan otot laring, dan pararalisis pita
suara
10. Prognosis: Tergantung pada keadaan sosial ekonomi pasien, kebiasaan hidup
sehat serta ketekunan berobat. Bila diagnosa dapat ditegakkan pada stadium
25
DAFTAR PUSTAKA
26
13. Wang CC, Lin CC, Wang CP, Liu SA, Jiang RS. Laryngeal tuberculosis: a
review of 26 cases. Otolaryngology Head And Neck Surgery. 2007; 137:
352-8
14. Qazi II, Masoodi AI, I Derwesh. Tuberculosis of larynx. SAARC Journal
of Tuberculosis, Lung Disease And HIV/AIDS. 2011;8(1):41-3
15. Novialdi, Seres Triola. Tuberkulosis Laring. Bagian Telinga Hidung
Tenggorok Bedah Kepala Leher. Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas.
16. Yvette E Smulders, dkk. Laryngeal tuberculosis presenting as a
supraglottic carcinoma: a case report and review of the literature.
Smulders et al; licensee BioMed Central Ltd. 2009
27