Anda di halaman 1dari 7

Laporan Praktikum KI3161

Struktur dan Fungsi Biomolekul

Percobaan 7

Penentuan Angka Penyabunan, Netralisasi Ekivalen dan Gliserol dalam Minyak

Nama : Anggi Joy Lawrence

NIM : 10514003

Kelompok :1

Tanggal Percobaan : 1 November 2017

Tanggal Pengumpulan: 8 November 2017

Asisten : Rahmad Rizki Fazli

LABORATORIUM BIOKIMIA

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

BANDUNG

2017
Percobaan 7

Penentuan Angka Penyabunan, Netralisasi Ekivalen dan Gliserol dalam Minyak

I. Tujuan Percobaan
- Menentukan angka penyabunan sampel minyak.
- Menentukan nilai netralisasi ekivalen asam lemak.

II. Teori Dasar


Lipid merupakan ester antara asam lemak dan gliserol yang tidak larut dalam air.
Analisis lipid memerlukan reaksi hidrolisis, isolasi, dan karakterisasi produk. Hidrolisis lipid
sederhana dilakukan dengan alkali panas, reaksi ini disebut reaksi penyabunan. Kecepatan
hidrolisis dapat dipercepat dengan menggunakan pelarut yang sesuai, seperti etanol dan
etilen glikol. Jumlah alkali yang diperlukan untuk menghidrolisis sempurna suatu sampel
lipid tergantung pada jumlah ikatan ester yang terkandung di dalam molekul sampel. Reaksi
penyabunan adalah sebagai berikut :

Angka penyabunan merupakan jumlah KOH dalam satuan mg yang dipakai untuk
penyabunan sempurna 1 g lemak. Angka penyabunan menyatakan konsumsi alkali oleh
lipid. Hasil dari reaksi penyabunan adalah gliserol dan campuran garam dari asam lemaknya.
Garam asam lemak yang berat molekulnya tinggi larut dalam senyawa non-polar, seperti
eter, sehingga dapat dipisahkan dari gliserol dengan pengasaman campuran yang terjadi, lalu
diikuti dengan penyaringan dan ekstraksi dengan eter.
Perhitungan berat molekul rata-rata dari fraksi asam lemak dilakukan dengan menggunakan
netralisasi ekivalen sampelnya. Netralisasi asam didefinisikan sebagai jumlah gram asam
yang diperlukan untuk menetralkan satu ekivalen alkali. Dalam praktiknya, netralisasi
ekivalen ditentukan dengan titrasi asam organik dengan standar alkali, lalu digunakan
persamaan berikut.

g sampel x 1000
NE=
mL NaOH x N

III. Data Pengamatan


1. Penentuan Angka Penyabunan
[HCl] = 0.511 N
Tabel 1. Volume titran HCl pada penentuan angka penyabunan

Zat VHCl (mL)


Sampel 26.5
Blanko 44.9

2. Penentuan Netralisasi Ekivalen


Tabel 2. Volume titran NaOH pada penentuan netralisasi ekivalen
[NaOH] = 0.0990 N
Massa lipid = 8.0 g

Zat VNaOH
Sampel 47.80 mL
Blanko 0.05 mL

3. Identifikasi Gliserol
Tabel 3. Uji Akrolein

Zat Pengamatan
Ekstrak eter Sedikit bau
Ekstrak air Sangat bau
Lipid hasil penyabunan Bau
IV. Pengolahan Data
1. Penentuan Angka Penyabunan

( Vblanko−V sampel ) x [ HCl ] x MrKOH


AP =
massa minyak
( 44,9 ml−26,5 ml ) x 0,511 N x 56 g /mol mg KOH
= = 210.61 g lipid
2,5 g

2. Penentuan Netralisasi Ekivalen

Sampel yang digunakan adalah 5 mL,setengah dari jumlah sampel 10 mL, sehingga massa
sampel yang digunakan berjumlah setengah dari massa sampel mula-mula, yaitu 4 gram.

massa residu x 1000 4 g x 1000


NE= = =84 6 .16 g / mol
( Vsampel−V blanko ) x N ( 4 7.8 mL−0.05 mL ) x 0,0990 x

V. Pembahasan
Pada percobaan ini, akan ditentukan angka penyabunan sampel minyak, dan berat
molekul rata-rata dari asam lemak dengan menggunakan netralisasi ekivalen. Angka penyabunan
didefinisikan sebagai jumlah mg KOH yang digunakan untuk reaksi penyabunan sempurna 1 g
minyak/lemak. Angka penyabunan menunjukan sifat minyak/lemak sehingga dengan mengetahui
angka penyabunan suatu sampel maka dapat ditentukan jenis lemak pada sampel tersebut.

Penentuan angka penyabunan diawali dengan mereaksikan sampel minyak dengan basa
kuat yaitu KOH sehingga terjadi reaksi hidrolisis minyak.Reaksi lipid dengan KOH
menyebabkan putus nya ikatan ester yang menghubungkan asam lemak dengan gliserol. Reaksi
hidrolisis ini menghasilkan gliserol dan sabun. Reaksi penyabunan yang terjadi yaitu :
KOH yang digunakan yaitu KOH alkoholis,yaitu KOH yang dilarutkan dalam alkohol.
Alasan digunakan KOH alkoholis yaitu karena minyak bersifat hidrofobik yang hanya larut
dalam pelarut organik, dan tidak larut dalam air. Oleh karena itu, KOH yang digunakan untuk
melarutkan minyak harus terlebih dahulu dilarutkan dalam alkohol agar dapat melarutkan
minyak dengan baik, dan terjadi reaksi yang lebih maksimal. Fungsi KOH yaitu sebagai agen
penghidrolisis.
Proses penyabunan minyak ini dilakukan dengan cara merefluks KOH alkoholis dengan
minyak selama 30 menit. Alasan dilakukan dengan cara refluks yaitu untuk mempercepat reaksi,
dan dengan metode refluks jumlah pelarut yang digunakan tidak berkurang karena pelarut yang
telah menguap akan kembali lagi ke dalam cairan. Jika menggunakan pencampuran biasa maka
tidak akan memberikan hasil yang baik karena akan terbentuk 2 fasa yang disebabkan karena
perbedaan kepolaran,dimana KOH bersifat polar sedangkan sampel minyak bersifat non polar.
Selain itu, dilakukan refluks KOH alkoholis selama 30 menit yang berfungsi sebagai blanko.

Untuk mengetahui jumlah KOH yang telah bereaksi dengan minyak, dilakukan metode
titrasi balik dengan cara mentitrasi KOH sisa dari reaksi penyabunan. Jumlah KOH yang
bereaksi yaitu selisih antara KOH total (blanko) dengan KOH sisa reaksi penyabunan. Titrasi
dilakukan dengan HCl sebagai titran, dan menggunakan indikator fenolftalein. Titik akhir titrasi
ditandai dengan perubahan warna dari merah muda menjadi bening.

Angka penyabunan sampel minyak pada percobaan ini adalah 210.61 mg KOH/g lipid.
Nilai yang diperoleh tidak jauh berbeda dari angka penyabunan minyak kelapa sawit literatur,
yaitu 190-205 mg KOH/ g lipid. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa sampel minyak pada
percobaan ini merupakan minyak kelapa sawit , karena memiliki angka penyabunan yang tidak
jauh berbeda dari literatur.

Selanjutnya akan dilakukan penentuan nilai netralisasi ekivalen. Netralisasi ekivalen


ditentukan dari hasil reaksi penyabunan sebelumnya. Netrilisasi ekivalen yaitu jumlah garam
asam yang diperlukan untuk menetralkan satu ekivalen alkali. Nilai netralisasi ini dapat
digunakan untuk mengetahui berat molekul rata-rata asam lemak pada minyak. Produk dari
reaksi penyabunan sebelumnya harus diuapkan terlebih dahulu. Tujuannya adalah untuk
menghilangkan pelarut alkohol yang ada. Setelah itu larutan diasamkan dengan HCl dan
diekstraksi dengan eter.
Hasil dari reaksi penyabunan yaitu campuran garam dari asam lemak, dan gliserol. Untuk
menentukan nilai netralisasi ekivalen hanya dibutuhkan fraksi asam lemak, sehingga campuran
harus diasamkan terlebih dahulu dengan HCl. Pada suasana asam, semua garam dari asam lemak
mengalami protonasi membentuk asam lemak. Asam lemak kemudian membentuk endapan pada
larutan. Pada proses ekstraksi, digunakan eter yang bersifat non polar. Asam lemak akan ada
dalam fasa eter, dan gliserol yang bersifat polar akan ada pada fasa air.
Setelah itu, fraksi eter yang didapat harus diuapkan untuk menghilangkan eter sehingga
hanya tersisa asam lemak yang berwujud padat. Residu yang didapat, dicuci dengan air dan
dilarutkan kembali dengan etanol 95%. Kemudian, diambil cuplikan dan dititrasi dengan NaOH.
Sebagai blanko, digunakan etanol kemudian dititrasi dengan NaOH. Jumlah asam lemak akan
sebanding dengan jumlah titran NaOH, sehingga selisih NaOH hasil titrasi sampel dengan NaOH
blanko dapat digunakan untuk menentukan nilai netralisasi ekivalen. Hasil dari titrasi fraksi eter
dalam pelarut etanol 95% adalah volume titran NaOH sebanyak 47.80 mL.Sedangkan Volume
NaOH pada titrasi blanko adalah 0.05 mL. Didapat berat molekul rata-rata asam lemak dari
sampel minyak adalah 846.16 g/mol.
Selanjutnya dilakukan uji kualitatif yaitu uji akrolein. Uji akrolein digunakan untuk
menunjukkan ada atau tidaknya gliserol. Dalam uji akrolein, terjadi dehidrasi gliserol dalam
minyak menghasilkan aldehid akrilat (akrolein). Sampel yang digunakan yaitu ekstrak eter,
ekstrak air, dan lipid hasil penyabunan. KHSO4 yang ditambahkan berfungsi sebagai agen
penghidrasi yang akan menarik air pada saat pemanasan sehingga gliserol akan terhidrasi
menjadi aldehid tak jenuh. Hasil positif dari uji ini yaitu dengan timbulnya bau . Hasil positif
terjadi pada ekstrak air, dan lipid hasil penyabunan. Hal itu terjadi karena pada ekstrak air, dan
lipid hasil penyabunan mengandung gliserol dimana ekstrak air menghasilkan produk yang
paling bau.

VI. Kesimpulan
Angka penyabunan sampel minyak adalah 210.61 mg KOH/ g lipid.Nilai netralisasi ekivalen
asam lemak sampel minyak adalah 846.16 g/mol.
VII. Daftar Pustaka
Clark, J. M., 1964, Experimental Biochemistry¸ W. H. Freeman and Company, p. 52-54

Belitz, H. D., and Grosch, W. 1987, Food Chemistry¸ Berlin: Springer-Verlag, p. 129

Nelson, David L. and Cox, Michael M., 2005, Principles of Biochemistry 4th edition, United
States: University of Wisconsin-Madison.

Anda mungkin juga menyukai