DOSEN PEMBIMBING :
DISUSUN OLEH :
Riwayat: Keluhan dirasakan 1 minggu sebelum demam tinggi berupa mual, kadang-kadang
demam ringan dan muntah.
Terapai yang sedang dijalani: IVFD RL 200 tetes/M, Injeksi Cefotaxime 3 x 1 Gr,
Ondansetrone 3 x 1 ampul.
Lakukan analisis terhadap kasus diatas!
A. Diagnosa
Diagnosa yang didapatkan dari kasus diatas adalah malaria. Mengapa malaria? Pada kasus
diatas dari gejala ataupun terapi yang diberikan menunjukkan ,malaria :
1. Mual muntah, Pada penyakit malaria, penyebab mual-muntahnya sebagian besar
disebabkan oleh peradangan pada hati akibat parasit malaria dan zat-zat peradangan
yang dilepaskan selama masa infeksi.
2. Sakit kepala, sakit kepala yang terjadi pada penderita malaria dapat disebabkan oleh
kekurangan cairan. Saat kekurangan cairan, pembuluh darah tubuh akan menyempit
sehingga mengakibatkan darah yang kaya oksigen sedikit mencapai otak.
Akibatnya, otak kekurangan oksigen dan setelah beberapa lama otak akan mengatur
pembuluh darah agar melebar. Pelebaran ini dapat menimbulkan sakit kepala.
3. Demam, bersifat periodik karena berkaitan dengan pecahnya skizon yang
mengeluarkan berbagai antigen. Proses pematangan skizon berbeda tiap jenis
plasmodium.
4. Rasa nyaman di perut bagian atas. Rasa tidak nyaman yang terjadi pada Ny E
terjadi pada bagian hati, pada penderita malaria Setelah gigitan nyamuk, parasit
masuk ke dalam tubuh dan menempati organ hati, di mana parasit dapat tumbuh
dan berkembang biak. Saat parasit tersebut tumbuh dan menjadi dewasa, parasit
pergi dari organ hati dan merusak sel darah merah.
5. Pemberian Injeksi Cefotaxime 3 x 1 Gr, Ondansetrone 3 x 1 ampul. Pemberian
ondansetron merupakan obat anti mual-muntah yang biasanya diberikan pada
pasien pascakemoterapi dan kasus-kasus yang memudahkan seseorang mengalami
mual-muntah, misalnya pascaoperasi, hiperemesis gravidarum dan sebagainya.
Obat ini bekerja sebagai antagonis reseptor serotonin; reseptor ini apabila
diaktifkan oleh serotonin, akan memicu rasa mual dan muntah. Reseptor ini tersebar
di saluran cerna sampai otak, karena itu fungsinya sebagai anti mual-muntah
sebetulnya cukup luas. Pada khasus diatas ondansetron berfungsi untuk memicu
adanya mual, agar Ny E tidak kehilangan cairan. Sedangkan, Cefotaxime adalah
antibiotik yang mampu melawan bakteri penyebab infeksi. Pada malaria, obat ini
membantu infeksi plasmodium.
B. Gejala lainnya
Gejala lainnya yang memungkinkan didapatkan oleh Ny E selain kasus diatas adalah:
1. Merasakan sensasi dingin dan menggigil, merupakan respon normal tubuh
untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh, reaksi ini biasanya disertai
demam. Yang bertujuan untum menyerang sesuatu yang dianggap asing oleh
tubuh.
2. berkeringat, Stadium ini berlangsung + 2 – 4 jam. Penderita berkeringat
sangat banyak. Suhu tubuh kembali turun, kadang-kadang sampai di bawah
normal. Setelah itu biasanya penderita beristirahat hingga tertidur. Setelah
bangun tidur penderita merasa lemah tetapi tidak ada gejala lain sehingga
dapat kembali melakukan kegiatan sehari-hari. Pada dasarnya, berkeringat
adalah salah satu cara tubuh untuk menurunkan suhunya secara alami. Jika
berkeringat saat demam, artinya memang saat itu tubuh sedang berusaha
untuk mengembalikan suhu normal, supaya fungsi organ tetap baik.
Pasalnya, jika suhu tubuh terlalu berlebihan, berisiko mengalami kondisi
yang disebut dengan heat stroke atau sengatan panas. Umumnya masalah ini
terjadi bila suhu tubuh mencapai 40 derajat celcius, bahkan lebih.
3. Nyeri tubuh, nyeri tubuh yang dialami penderita malaria disebabkan oleh
kuranya eritrosit. Kondisi itu diketahui bisa menyebabkan banyak bagian
tubuh akhirnya merasa lelah karena tidak mendapatkan cukup oksigen.
4. Lemah, letih lesu.
5. Lidah terasa pait. Ketika mengalami peradangan atau infeksi, kadar protein
tertentu dalam tubuh akan meningkat. Jenis protein ini dikenal dalam dunia
medis dengan sebutan TNF-α (Tumor Necrosis Factor-α). Protein Ini
dikeluarkan karena protein tersebut dibutuhkan oleh sistem kekebalan tubuh
untuk melawan infeksi yang menyerang. Meningkatnya kadar protein TNF-
α (Tumor Necrosis Factor-α) menyebabkan gangguan pada indra pengecap
yaitu lidah. Protein ini mengaktifkan sel-sel yang bertanggung jawab untuk
mengecap rasa pahit.
6. Pegal pegal pada persendian
Selain gejala diatas, jika Ny E mengalami malaria berat maka terdapat beberapa
gejala :
1. Gangguan kesadaran
2. Mengalami kejang.
3. Adanyya ganguan pernafasan.
4. Munculnya anemia berat
5. Difusi organ vital.
6. Gagl ginjal.
7. Kolaps kardio vaskuler.
Malaria berat disebabkan oleh malaria falciparum, sebagian besar eritrosit yang telah
terinfeksi oleh plasmodium disaring dan dihancurkan oleh limfa. Plasmodium falciparum,
tidak tinggal diam dengan hal ini, ia menghasilkan sebuah proten lengket yang melapisi
eritrosit. Protein ini menyebabkan penyumbatan pada pembulu darah kecil yang disebut
sebagai cytoadherence, hal ini menyebabkan penyumbatan sehingga eritrosit yang
terinfeksi tidak dapat mengalir ke limfa dan organ vital lainnya. Tentu saja hal ini memiliki
dampak yaitu anemia hemolitik dan kerusakan istemik, terjadi cukup cepat.
Ketika otak terkena dampaknya, disebut malaria selebral dan dapat menyebabkan kejang
dan koma, ketika hepar yang terkena dampak itu disebut malaria empedu dan
menuebabkan mual muntah, hepatitis dan kegagalan hati. Organ lain yang daat terkena
dampaknya adalah paru-paru, ginjal, limfa dan berujung kekamtian.
C. Jenis
Setelah dilakukan beberapa tes lanjutan yaitu hapusan darah tebal dan tipis pada Ny E
didapatkan hasil berupa malaria berat atau malaria vivax.
D. Akut/kronis
Penyakit malaria yang dialami oleh Ny E adalah akut, karena penyakit itu mulain terasa 1
minggu yang lalu.
E. Terapi yang dijalani
Penatalaksanaan Keperawatan
1) Pemantauan tanda-tanda vital (TD, nadi, pernafasan, dan suhu).
2) Cairan dan elektrolit
Pemberian cairan merupakan bagian yang penting dalam penanganan malaria, biasanya
diberikan cairan 1500-2000 cc/hari apalagi bila sudah terjadi malaria berat. Pemberian
cairan yang tidak adekuat akan menyebabkan timbulnya nekrosis tubuler akut. Sebaliknya
pemberian cairan yang berlebihan dapat menyebabkan udema paru. Cairan yang biasa
digunakan adalah dextrose 5% untuk menghindari hipoglikemi khususnya pada pemberian
kina. Bila dapat diukur kadar elektrolit (natrium), dipertimbangkan pemberian NaCl bila
diperlukan.
3) Nutrisi
Pada pasien malaria makanan biasa atau makanan lunak. Diit lunak yang diberikan
mengandung protein, energy dan zat gizi lainnya. Makanan yang diberikan dalam bentuk
mudah dicerna , rendah serat dan tidak mengandung bumbu yang tajam.
4) Eliminasi
Pada pasien malaria biasanya tidak mengalami gangguan eliminasi tapi pada malaria berat
terjadi gangguan eliminasi BAK yaitu hemoglobinuria dan gangguan eliminasi BAB yaitu
diare.
5) Aktifitas dan istirahat
Malaria biasa tidak perlu istirahat mutlak hanya aktivitas yang dibatasi, mengatur posisi
yang nyaman bagi pasien.
6) Bila terjadi anemia diberi tranfusi darah.
7) Memberikan kompres hangat pada pasien (hindari kompres alcohol dan air es) dan
bila pasien menggigil berikan selimut.
F. Diagnosa aktual/yang mungkin muncul
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen
seluler yang di perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam
tubuh.
2. Aktual/resiko ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak dekuat ; anorexia, mual/muntah.
3. Aktual/risiko tinggi gangguan elektrolit berhubungan dengan diuresis
osmotik, diaforesis.
4. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme, efek langsung
sirkulasi kuman pada hipotalamus.
5. Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
6. Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan respons inflamasi
sistemik, mialgia, artralgia.
7. Resiko penularan penyakit malaria berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang penyakit malaria, kebersihan lingkungan dan pola
hidup.
G. Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama :Ny. E
Umur :50 Tahun
Jenis Kelamin :Perempuan
Pendidikan :SMP
Agama :Islam
Alamat :Jalan abcdef
No. RM :123456
Ruangan : Ruang Interna
Tanggal masuk :17 agustus 2021
Tanggal pengkajian :18 agustus 2021, pukul 10.00 WIB
Diagnosa medis : Malaria
c). Penglihatan
Inspeksi : Konjungtiva palpebra pucat.
d). Pengecapan : Mulut terasa pahit
e). Pendengaran : Tidak ada gangguan pada pendengaran
f). Kardiovaskuler
g). Inspeksi : tidak bekas operasi dan benjolan.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan pembengkakan jantung.
Perkusi : Redup pada bagian jantung.
Auskultasi : Bunyi jantung I dan bunyi jantung II normal.
h). Perkemihan :volume air kencing berkurang, warna seperti teh.
i) Reproduksi : Tidak ada masalah pada sistem reproduksi.
j) Moskuloskeletal : Terjadi kelemahan pada otot.
k) Intergument : tampak pucat.
4. Riwayat Psikologis
Saat dikaji ekspresi wajah Ny E terlihat cemas terhadap penyakit yang
dialami, dan klien berharap cepat sembuh.
5. Pemeriksaan penunjang
1). USG : pada penderita malaria kronis terdapat pembesaran limpa.
2).Rontgen : pada penderita malaria kronis terlihat pembesaran hati dan
limpa.
3). Laboratorium
a. Hitung leukosit darah tinggi (n : 4.000-10.000 mm3)
yaitu 17.400/mm3
b. Jumlah trombosit normal (n : 150.000-400.000 sel/mm3).
c. Pemeriksaan ureum serum dan kreatinin serum normal
yaitu ureum serum 29.0 mg/dl (n= 20-40 mg/dl) dan
kreatinin serum 0.6 mg/dl (n= 0.5-1.2 mg/dl)
d. Hemoglobin darah rendah (<10 gr/dl).
e. Plasmodium terlihat dalam sediaan, DDR (+).
H. Intervensi
sianosis otak.
menjelaskan mengurangi
kembali ketidak
diberikan. menggigil
sebagai respon
Klien mampu
sekunder dari
termotivasi
4. Beri kompres hipertermi.
untuk
dengan air 4. Terjadi
melaksanakan
penjelasan yang hangat - hangat vasodilatasi pembuluh
telah diberikan. kuku pada darah, sehingga terjadi
aksila, lipat penguapan
(evaporasi).
paha, dan
temporal bila
terjadi panas. 5. Dengan banyak
5. Berikan klien minum dapat
banyak minum menggantikan
2000-3000 cairan yang
cc/hari. hilang.
6. Pemberian cairan
6. Kolaborasi infus dapat
untuk mencegah
pemberian terjadinya
cairan infus. kekurangan
cairan serta untuk
mengganti cairang
tubuh
pemberian merangsang
8. Atur infeksi.
4.Diskusikan muntah.
perkembangan 6. Penimbangan