Anda di halaman 1dari 7

RESUME SISTEM INFORMASI KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH :
Adelia Bella Saputri (P05120320001)

DOSEN PEMBIMBING : Sarkawi, S.Kom., MPH.

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
JURUSAN KEPERAWATAN
TA 2022/2023
1. Laporan Eksternal & Internal (contohnya)
Rumah sakit merupakan salah satu bentuk organisasi yang bergerak di bidang pelayanan
kesehatan dimana salah satu upaya yang dilakukannya adalah mendukung rujukan dari
pelayanan tingkat dasar,seperti pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas). Untuk itu,
sebagai pusat rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat dasar, maka pelayanan rumah
sakit perlu dijaga kualitas pelayanannya terhadap masyarakat yang membutuhkan.
Pelayanan kesehatan inilah yang selalu dituntut oleh para pengguna jasa di bidang
kesehatan agar selalu bertambah baik dan pada akhirnya tujuan organisasi dalam
melakukan pelayanan prima berkualitas dapat terwujud.
Dalam sebuah rumah sakit terdapat bermacam-macam laporan yang dibutuhkan. Pihak-
pihak yang wajib menerima laporan-laporan tersebut di antaranya adalah pimpinan rumah
sakit dan dinas kesehatan. Pimpinan rumah sakit memerlukan laporan antara lain: laporan
evaluasi sensus harian,laporan morbiditas pasien dan laporan kunjungan pasien. Laporan
– laporan tersebut dikumpulkan untuk dikirim kepada dinas kesehatan kota yang
ditambah dengan laporan kegiatan rumah sakit (kecuali laporan evaluasi sensus harian).
Laporan tentang morbiditas berdasarkan pada ICD (International Statistical Classification
of Diseases) X, yaitu pengkodean atas penyakit dan tanda-tanda, gejala, temuan-temuan
yang abnormal, keluhan, keadaan sosial dan eksternal menyebabkan cedera atau
penyakit, seperti yang diklasifikasikan oleh WHO (World Health Organization).
Saat ini rumah sakit sudah memakai sistem berbasis komputer untuk membantu proses
pelayanan kepada pasien. Akan tetapi, sistem tersebut masih belum optimal karena
system pelaporan masih dilakukan secara manual. Karena itu dibutuhkan sebuah sistem
yang mampu menyajikan laporan yang nantinya dikirim ke dinas kesehatan dan pimpinan
rumah sakit.
Sistem informasi pelaporan rumah sakit yang akan dibuat berguna untuk mendukung
system sebelumnya yaitu berupa sistem informasi pelaporan, yaitu sebuah sistem atau
aplikasi yang mempunyai kemampuan untuk melakukan peringkasan, pemilihan, ataupun
merinci lebih lanjut data-data mentah yang telah ada secara komputerisasi. Sistem
tersebut harus dapat menghasilkan laporan-laporan yang statis terutama dalam bentuk
tabel dan grafik yang bersifat drill down. Hal ini bertujuan agar pimpinan rumah sakit
dapat melihat perkembangan rumah sakit dari segi kunjungan yang dapat dihubungkan
dengan pelayanan kepada pasien.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka dibutuhkan aplikasi sistem informasi pelaporan
yang dapat menghasilkan laporan sesuai dengan format dinas kesehatan dan laporan yang
bersifat drill down yaitu memungkinkan pemakai untuk mengakses kerincian sebuah data
secara detil baik berupa table dan grafik, sehingga lebih mudah dalam menganalisis data
yang diinginkan (rawat inap dan rawat jalan). (Becker et al., 2015)

Bilamana pihak pengelola rumah sakit ingin agar SIMRS yang dibangun dapat berhasil
diaplikasikan dengan baik di rumah sakit, maka hal-hal berikut ini harus diperhatikan:
a. Development Master Plan, cetak biru pembangunan harus dirancang dengan baik
mulai dari survei awal hingga berakhirnya implementasi, yang perlu diperhatikan
adalah terlibatnya faktor pengalaman dalam membangun pekerjaan yang sama, serta
peran serta semua bagian dalam organisasi dalam mensukseskan Sistem Informasi
Manajemen yang akan dibangun, master plan ini yang akan menjadi acuan pembuatan
sebuah sistem untuk jangka waktu tidak terbatas.
b. Integrated, dengan integrasi antar semua bagian organisasi menjadi satu kesatuan,
akan membuat sistem berjalan dengan efisien dan efektif sehingga kendala-kendala
seperti redudansi, re-entry dan ketidakkonsistenan data dapat dihindarkan, dengan
harapan pengguna sistem memperoleh manfaat yang dapat dirasakan secara langsung,
perubahan pola kerja dari manual ke komputer akan menimbulkan efek baik dan
buruk bagi seorang tenaga medis.
c. Development Team, tim yang membangun Sistem Informasi Manajemen harus ahli
dan berpengalaman di bidangnya, beberapa bidang ilmu yang harus ada dalam
membangun sebuah Sistem Informasi Manajemen yang baik adalah: Manajemen
Informasi, Teknik Informatika, Teknik Komputer. Tim ini perlu juga melibatkan para
dokter, perawat, staf administrasi, manajer, dan jika ada tentu saja orang-orang yang
mengerti tentang sistem informasi manajeman khususnya rumah sakit.
d. Teknologi Informasi, ketepatan dalam memilih Teknologi Informasi sangat penting
dalam pembangunan, komponen-komponen Teknologi Informasi secara umum adalah
Piranti Keras (Hardware), Piranti Lunak (Software) dan Jaringan((Network).
Faktorfaktor yang perlu diperhatikan dalam memilih teknologi adalah :
 Price, harga sesuai dengan Teknologi Informasi yang didapat
 Performance, diukur dari kemampuan, kapasitas dan kecepatan Teknologi
Informasi menangani proses maupun penampungan data
 Flexibility, kemampuan Teknologi Informasi saling beradaptasi dan kemudahan
pengembangan di masa yang akan dating
 Survivability, berapa lama Teknologi Informasi mendapatkan dukungan dari
vendor maupun pasar, perlu dipertimbangkan untuk tidak membangun sistem
yang hanya bergantung pada satu vendor tertentu saja.
e. Perubahan budaya kerja dari manual ke otomasi. Perubahan budaya ini tidak mudah
dilakukan, bahkan tidak jarang justru mengganggu proses migrasi dari manual ke
otomasi berbasis komputer. Meninggalkan kebiasaan kerja yang sudah mendarah
daging (“zona nyaman” bekerja) dan sedia belajar untuk meyesuaikan diri dengan
sistem yang baru, bukanlah hal yang mudah. Kadang-kadang diperlukan keberanian,
ketegasan dan kesepakatan bersama antara pimpinan dan karyawan. (Wimmie, 2017)

2. Implementasi Sistem Informasi Rumah Sakit


Refleksi didasarkan pada pengalaman keterlibatan P1 dalam implementasi lima proyek
SIRS. SIRS yang diimplementasi terdiri dari beberapa modul yang setiapnya didesain
untuk mendukung proses bisnis spesifik. Proses bisnis yang didukung termasuk
manajemen keuangan, inventori, farmasi, rekam medis, asuransi Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS). Setiap RS memilih beberapa modul yang diimplementasikan.
Beragam masalah teridentifikasi selama proses implementasi. Masalah tersebut dapat
dikelompokkan ke dalam tujuh domain: data, teknologi, proses bisnis, kognisi personel,
kapabilitas personel, manajemen, dan lingkungan.
No Domain Masalah Keterangan
1 Data Ketersediaan Kesulitan dalam mengumpulkan data
dasar RS
Format Data dasar yang tersedia tidak dalam
format digital
2 Teknologi Ketersediaan Computer terminal tidak tersedia merata
di semua bagian
Kualitas Jaringan computer dan koneksi internet
kurang memadai
Kesesuaian Teknologi yang ada tidak kompatibel
dengan SIRS
3 Proses bisnis Penyesuaian Masalah dalam penyesuaian proses
bisnis dan SIRS
Pendampingan RS tidak menunjuk tim khusus
pendamping implementasi
4 Kognisi personel Respons Personel RS tidak antusias dalam
merespon kehadiran SIRS
Konsistensi Personel RS tidak aktif dalam
mengoperasikan SIRS
5 Kapabilitas Kemampuan Keterampilan personel dalam
personel menggunakan SI belum memadai
Pelatihan Pelatihan dilakukan berulang – ulang
6 Manajemen Sosialisasi Manajemen tidak melakukan soialisasi
SIRS secara memadai
Delegasi Kesulitan dalam mendelegasikan
pekerjaan kepada personel RS
Mobilisai Manajemen tidak mendorong untuk
menggunakan SIRS
Evaluasi Evaluasi tidak dilakukan terhadap
pengoperasian SIRS
konsistensi Manajementidak satu kata dalam
membuat keputusan
Penghargaan Tidak ada skema penghargaan dalam
penggunaan SIRS
7 Lingkungan Utilitas Utilitas listrik tidak tersedia secara
memadai
Jarak geografis Jarak RS yang cukup jauh tidak
kunjungan fisik sangat terbatas

Masalah yang teridentifikasi tersebut, kemudian dipetakan ke dalam lima konteks


penelitian di RS yang berbeda. Beberapa masalah ditemukan di lebih dari satu RS, namun
tidak satu pun masalah yang muncul di kelima RS (lihat Tabel 3). Pemetaan ini dilakukan
untuk memudahkan identifikasi pengaruh konteks implementasi atas munculnya masalah
spesifik. Masalah yang paling sering ditemukan (di empat RS), adalah
ketidaksesuaian/inkompatibilitas SIRS dengan teknologi ‘warisan’ (legacy technology) di
RS tersebut, dan tiadanya evaluasi penggunaan SIRS yang dilakukan oleh pihak
manajemen. (Setiaji & Wahid, 2015)

Ada beberapa kendala yang dapat menghambat implementasi SIMRS antara lain
1. Pemahaman para pelaksana SIMRS tentang komputer masih kurang
2. Ambisius para implementor yang terlalu yakin dapat mengembangkan sistem
informasi secara lengkap sehingga dapat mendukung semua lapisan pegawai.
(Anggreani Maretha. Supriyadi I, 2019)

3. System Informasi Rekam Medis Rumah Sakit


Sistem informasi rekam medis pasien dikembangkan melalui perancangan input,
perancangan database, dan perancangan output. Perancangan input yang dibuat meliputi
identitas pasien, data dokter, data kamar, data penyakit, transaksi pendaftaran rawat inap,
transaksi pendaftaran rawat jalan, data pasien keluar ruang rawat inap, dan data pasien
keluar rawat jalan. Perancangan database yang dibuat meliputi tabel identitas pasien,
tabel data dokter, tabel data kamar, tabel data penyakit, tabel transaksi pendaftaran rawat
inap, tabel transaksi pendaftaran rawat jalan, tabel data pasien keluar ruang rawat inap,
dan tabel pasien keluar rawat jalan. Perancangan output yang dibuat meliputi laporan
bulanan rekapitulasi kunjungan pasien rawat inap dan kunjungan pasien rawat jalan, dan
laporan tahunan rekapitulasi data penyakit. (Adnur et al., 2013)

Identifikasi pemanfaatan informasi rekam medis dilakukan dengan wawancara kepada


middle level management di Rumah Sakit Usada Sidoarjo. Pemanfaatan informasi
dilakukan dengan mengidentifikasi jabatan rekam medis yang memanfaatkan informasi,
jenis informasi rekam medis yang digunakan oleh setiap pihak pengguna tersebut, serta
bentuk pemanfaatan informasi rekam medis. Informasi rekam medis telah dimanfaatkan
oleh sebagian besar middle level management rumah sakit. Middle level management ini
adalah pejabat rumah sakit setingkat kepala bagian. Dari 8 kepala bagian yang ada di RS
Usada Sidoarjo ternyata tidak semuanya memanfaatkan informasi rekam medis. Kepala
Bagian Tata Usaha tidak memanfaatkan informasi rekam medis. Hal ini dapat dipahami
bahwa untuk pekerjaan di Bagian Tata Usaha dirasa tidak melibatkan rekam medis
pasien. Bagian ini belum merasa ada informasi dari rekam medis yang diperlukan oleh
tata usaha. Tata usaha hanya membantu unit rekam medis dalam menyampaikan laporan
kepada direktur rumah sakit. Kepala Bidang Penunjang Medis memanfaatkan informasi
10 besar penyakit setiap tahun. Informasi tersebut digunakan sebagai bahan dalam
laporan tahunan kepada Puskesmas setempat.Kabid penunjang medis menerima laporan
internal rumah sakit setiap bulan.Informasi tersebut digunakan untuk membentuk kurva
kunjungan.
Pembentukan struktur unit rekam medis dapat membantu menyelesaikan permasalahan
penyelesaian pembuatan laporan eksternal rumah sakit.Unit rekam medis memiliki tugas
dalam pengumpulan data, pengolahan data, dan penyajian informasi kesehatan bagi
rumah sakit.Struktur organisasi rekam medis perlu dibentuk untuk memperlancar
pengolahan kegiatan di dalam unit rekam medis.Unit rekam medis dipimpin oleh kepala
unit rekam medis.Kepala unit rekam medis dibantu oleh bagian pelayanan dan
pengolahan rekam medis.Bagian pelayanan rekam medis terdiri dari penerimaan pasien,
pelaporan dan Surat Keterangan Medis (SKM). Bagian pengolahan berkas rekam medis
terdiri dari bagian assembling, pengkodean (coding) dan indeks, bagian penyimpanan
berkas rekam medis (filling), dan logistik rekam medis. (Andani et al., 2013)
DAFTAR PUSTAKA

Adnur, L. H., Mutiara, E., & Lubis, R. M. (2013). Perancangan sistem informasi rekam medis
Dirumah sakit umum daerah aceh singkil. 1–10.
https://media.neliti.com/media/publications/14337-ID-perancangan-sistem-informasi-
rekam-medis-di-rumah-sakit-umum-daerah-aceh-singkil.pdf
Andani, T., Nurul, T., Fakultas, R., & Masyarakat, K. (2013). Evaluasi Proses Pembuatan
Laporan dan Pemanfaatan Informasi Rumah Sakit Usada Sidoarjo. Jurnal Administrasi
Kesehatan Indonesia, 1(4), 282–290.
Anggreani Maretha. Supriyadi I. (2019). Implementasi informasi manajemen (sim) di instalasi
rawat jalan penyakit dalam Dr.Soebandi Jember. Cahaya Ilmu, 1(1), 37–44.
Becker, F. G., Cleary, M., Team, R. M., Holtermann, H., The, D., Agenda, N., Science, P., Sk, S.
K., Hinnebusch, R., Hinnebusch A, R., Rabinovich, I., Olmert, Y., Uld, D. Q. G. L. Q., Ri,
W. K. H. U., Lq, V., Frxqwu, W. K. H., Zklfk, E., Edvhg, L. V, Wkh, R. Q., … ( .‫ ح‬,‫فاطمی‬
)2015. No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康関連指標に関する共
分散構造分析 Title. Syria Studies, 7(1), 37–72.
https://www.researchgate.net/publication/269107473_What_is_governance/link/
548173090cf22525dcb61443/download%0Ahttp://www.econ.upf.edu/~reynal/Civil
wars_12December2010.pdf%0Ahttps://think-asia.org/handle/11540/8282%0Ahttps://
www.jstor.org/stable/41857625
Setiaji, H., & Wahid, F. (2015). Masalah Implementasi Sistem Informasi Rumah Sakit: Pelajaran
dari Beberapa Proyek. Seminar Nasional Informatika Medis (SNIMed) VI, SNIMed, 97.
Wimmie. (2017). Sistem Informasi Manajemen Terhadap Layanan Kesehatan Rumah Sakit.
Jurnal Informasi Kesehatan Indonesia, 02(1), 32–28.

Anda mungkin juga menyukai