Oleh:
A. Latar Belakang
Dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih berkualitas kepada
pasien, banyak rumah sakit (RS) mengadopsi sistem informasi (SI). SI dapat
mendukung alur kerja klinis lewat berbagai cara, dan pada akhirnya akan
memberikan kontribusi pada perawatan pasien yang lebih baik¹. SIRS
memiliki misi utama yakni menyediakan informasi, terutama tentang pasien,
dalam cara yang benar, relevan dan terbarukan, serta diakses oleh pihak
(individu atau lembaga) yang berhak dalam tersedia dalam format yang dapat
digunakan⁹. SIRS harus dapat berperan sebagai sarana komunikasi yang
berkualitas antar aktor di RS dan pihak eksternal terkait, seperti lembaga
pemerintah⁹.
Namun demikian, dalam penelitian sebelumnya (Heeks, 2006)
ditemukan bahwa implementasi Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS),
sebagai instansiasi khusus dari SI kesehatan, tidak selalu berjalan dengan
lancar dan mulus. peningkatan peluang kegagalan dipengaruhi akibat
banyaknya tantangan yang dihadapi selama proses implementasi¹. Beberapa
tantangan tersebut bersifat umum yang juga ditemukan dalam implementasi SI
pada konteks lain, beberapa yang lain sangat spesifik terkait dengan konteks
kesehatan atau RS. Tantangan atau masalah tersebut sangat mungkin juga
berbeda antara satu konteks implementasi dengan konteks lainnya, dan
karenanya memerlukan improvisasi⁵
Seddon (1997) menyatakan bahwa penggunaan sistem informasi
merupakan perilaku yang muncul akibat adanya keuntungan atas pemakaian
sistem informasi tersebut. Peranan sistem informasi di segala bidang usaha
sudah menjadi pendukung dalam kegiatan operasional keseharian perusahaan,
salah satunya sistem informasi rumah sakit (SIRS). Sistem informasi rumah
sakit (SIRS) adalah suatu tatanan yang berurusan dengan pengumpulan data,
pengelolaan data, penyajian informasi, analisis dan penyimpulan informasi
serta penyampaian informasi yang dibutuhkan untuk kegiatan rumah sakit
(Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 11712011). Dalam menjalankan sistem
informasi rumah sakit (SIRS) diperlukan perangkat lunak (software) dan
perangkat keras (hardware) serta manusia sebagai penggunanya. Suatu rumah
sakit sebagai suatu lembaga pelayanan yang di dalamnya terdapat
permasalahan yang sangat kompleks serta memerlukan adanya pertukaran
informasi secara tepat, cepat, dan akurat. Laporan ini mempresentasikan
pelajaran yang didapatkan dari implementasi SIRS sewa di beberapa konteks
yang berbeda. Pelajaran difokuskan pada identifikasi masalah dan faktor
penyebab.
B. Tujuan
1. Untuk mencari solusi dari permasalahan selama proses implementasi
Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS).
2. Untuk menjelaskan analisis risiko pengadaan Sistem Informasi Rumah
Sakit (SIRS) secara sewa.
3. Untuk mengetahui masalah-masalah pada proses implementasi Sistem
Informasi Rumah Sakit (SIRS).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Overview Kasus
Implementasi Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS), sebagai
instansiasi khusus dari SI kesehatan, tidak selalu berjalan dengan lancar dan
sukses. Banyak tantangan yang harus dihadapi selama proses implementasi,
yang berkontribusi pada peningkatan peluang kegagalan. Beberapa tantangan
tersebut bersifat umum yang juga ditemukan dalam implementasi SI di RS
lain, beberapa yang lain sangat spesifik terkait dengan konteks kesehatan atau
RS. Tantangan atau masalah tersebut sangat mungkin juga berbeda antara satu
konteks implementasi dengan konteks lainnya, dan karenanya memerlukan
improvisasi dalam implementasi SIRS. SIRS yang diimplementasikan
umumnya terdiri dari beberapa modul yang setiapnya didesain untuk
mendukung proses bisnis spesifik. Proses bisnis yang didukung termasuk
manajemen keuangan, inventori, farmasi, rekam medis, asuransi Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). RS tersebut terdiri dari RS kelas A,
tiga kelas B, dan satu kelas C. Kelas ini menggambarkan sumber daya
manusia, ketersediaan peralatan, sarana dan prasarana, serta administrasi dan
manajemen (lihat Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 340/2010).
KESIMPULAN