Anda di halaman 1dari 17

Laporan Diskusi

CASE BASED LEARNING ANALISIS RISIKO PENGADAAN


IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT (SIRS) SEWA

Oleh:

1. Ridha Aisya Zahra I1A021003


2. Emi Setiyaningsih I1A021013
3. Harjanti Handayani I1A021043
4. Dania Shafa Almasa I1A021091
5. Ezlyana Istighfara I1A021101
6. Arjuna Raditya Suddywo I1A021103
7. Dwiyan Maharani I1G022001

Jurusan Kesehatan Masyarakat


Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan
Universitas Jenderal Soedirman
2023
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih berkualitas kepada
pasien, banyak rumah sakit (RS) mengadopsi sistem informasi (SI). SI dapat
mendukung alur kerja klinis lewat berbagai cara, dan pada akhirnya akan
memberikan kontribusi pada perawatan pasien yang lebih baik¹. SIRS
memiliki misi utama yakni menyediakan informasi, terutama tentang pasien,
dalam cara yang benar, relevan dan terbarukan, serta diakses oleh pihak
(individu atau lembaga) yang berhak dalam tersedia dalam format yang dapat
digunakan⁹. SIRS harus dapat berperan sebagai sarana komunikasi yang
berkualitas antar aktor di RS dan pihak eksternal terkait, seperti lembaga
pemerintah⁹.
Namun demikian, dalam penelitian sebelumnya (Heeks, 2006)
ditemukan bahwa implementasi Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS),
sebagai instansiasi khusus dari SI kesehatan, tidak selalu berjalan dengan
lancar dan mulus. peningkatan peluang kegagalan dipengaruhi akibat
banyaknya tantangan yang dihadapi selama proses implementasi¹. Beberapa
tantangan tersebut bersifat umum yang juga ditemukan dalam implementasi SI
pada konteks lain, beberapa yang lain sangat spesifik terkait dengan konteks
kesehatan atau RS. Tantangan atau masalah tersebut sangat mungkin juga
berbeda antara satu konteks implementasi dengan konteks lainnya, dan
karenanya memerlukan improvisasi⁵
Seddon (1997) menyatakan bahwa penggunaan sistem informasi
merupakan perilaku yang muncul akibat adanya keuntungan atas pemakaian
sistem informasi tersebut. Peranan sistem informasi di segala bidang usaha
sudah menjadi pendukung dalam kegiatan operasional keseharian perusahaan,
salah satunya sistem informasi rumah sakit (SIRS). Sistem informasi rumah
sakit (SIRS) adalah suatu tatanan yang berurusan dengan pengumpulan data,
pengelolaan data, penyajian informasi, analisis dan penyimpulan informasi
serta penyampaian informasi yang dibutuhkan untuk kegiatan rumah sakit
(Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 11712011). Dalam menjalankan sistem
informasi rumah sakit (SIRS) diperlukan perangkat lunak (software) dan
perangkat keras (hardware) serta manusia sebagai penggunanya. Suatu rumah
sakit sebagai suatu lembaga pelayanan yang di dalamnya terdapat
permasalahan yang sangat kompleks serta memerlukan adanya pertukaran
informasi secara tepat, cepat, dan akurat. Laporan ini mempresentasikan
pelajaran yang didapatkan dari implementasi SIRS sewa di beberapa konteks
yang berbeda. Pelajaran difokuskan pada identifikasi masalah dan faktor
penyebab.
B. Tujuan
1. Untuk mencari solusi dari permasalahan selama proses implementasi
Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS).
2. Untuk menjelaskan analisis risiko pengadaan Sistem Informasi Rumah
Sakit (SIRS) secara sewa.
3. Untuk mengetahui masalah-masalah pada proses implementasi Sistem
Informasi Rumah Sakit (SIRS).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Overview Kasus
Implementasi Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS), sebagai
instansiasi khusus dari SI kesehatan, tidak selalu berjalan dengan lancar dan
sukses. Banyak tantangan yang harus dihadapi selama proses implementasi,
yang berkontribusi pada peningkatan peluang kegagalan. Beberapa tantangan
tersebut bersifat umum yang juga ditemukan dalam implementasi SI di RS
lain, beberapa yang lain sangat spesifik terkait dengan konteks kesehatan atau
RS. Tantangan atau masalah tersebut sangat mungkin juga berbeda antara satu
konteks implementasi dengan konteks lainnya, dan karenanya memerlukan
improvisasi dalam implementasi SIRS. SIRS yang diimplementasikan
umumnya terdiri dari beberapa modul yang setiapnya didesain untuk
mendukung proses bisnis spesifik. Proses bisnis yang didukung termasuk
manajemen keuangan, inventori, farmasi, rekam medis, asuransi Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). RS tersebut terdiri dari RS kelas A,
tiga kelas B, dan satu kelas C. Kelas ini menggambarkan sumber daya
manusia, ketersediaan peralatan, sarana dan prasarana, serta administrasi dan
manajemen (lihat Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 340/2010).

No. Domain Masalah Keterangan

Ketersediaan Kesulitan dalam mengumpulkan


1 Data data dasar RS

Format Data dasar yang tersedia tidak


dalam format digital

Ketersediaan Komputer terminal tidak tersedia


merata di semua bagian
2 Teknologi
Kualitas Jaringan komputer dan koneksi
Internet kurang memadai
Kesesuaian Teknologi yang ada tidak
kompatibel

Proses Bisnis Penyesuaian Masalah dalam penyesuaian


3 proses bisnis dan SIRS

Pendampingan Rs tidak menunjuk tim khusus


pendamping implementasi

Kognisi Respons Personel Rs tidak antusias dalam


4 Personel merespons kehadiran SIRS

Konsistensi Personel RS tidak aktif dalam


mengoperasikan SIRS

Kapabilitas Kemampuan Keterampilan personel dalam


5 Personel menggunakan SI belum memadai

Pelatihan Pelatihan dilakukan berulang-


ulang

Sosialisasi Manajemen tidak melakukan


sosialisasi SIRS secara memadia

Delegasi Kesulitan dalam mendelegasikan


6 Manajemen pekerjaan kepada personel RS

Mobilisasi Manajemen tidak mendorong


personel untuk menggunakan
SIRS

Evaluasi Evaluasi tidak dilakukan terhadap


pengoperasian SIRS

Konsistensi Manajemen tidak satu kata dalam


membuat keputusan

Penghargaan Tidak ada skema penghargaan


dama penggunaan SIRS

Utilitas Utilitas listrik tidak tersedia secara


7 Lingkungan memadai

Jarak Jarak RS yang cukup jauh tidak


geografis kunjungan fisik sangat terbatas
B. Analisis Risiko Model Pengadaan SIRS Secara Sewa
Ada dua model pengadaan yang ditawarkan yaitu beli dan sewa.
Model sewa dijalankan dengan perjanjian Kerjasama Operasional (KSO)
antara RS dan vendor SIRS selama lima tahun (dan dapat diperpanjang
dengan kesepakatan kedua pihak). Jika model ini yang dipilih, vendor
bertanggung jawab terhadap pengadaan, implementasi, dan pemeliharaan
SIRS (termasuk infrastruktur pendukung), sedang RS membayar sesuai
dengan tingkat penggunaan yang didasarkan pada jumlah transaksi yang
menggunakan SIRS (menggunakan prinsip pay per use). Pembaruan SIRS
menjadi tanggungjawab vendor selama masih dalam durasi kontrak.
Model sewa banyak digunakan karena tidak membutuhkan biaya yang
besar untuk pelaksanaannya, karena vendor yang sudah menyediakan SDM
tersendiri, pihak RS tidak memerlukan SDM yang menguasai bidang
teknologi, pihak vendor juga menyediakan garansi teknis 24 jam selama
masih ada kontrak KSO. namun, kekurangan model ini adalah data-data
rumah sakit dikuasai oleh vendor, tingkat ketergantungan rumah sakit
terhadap vendor meningkat, serta nilai tawar vendor yang tinggi untuk
meningkatkan tarif royaltinya.
C. Solusi Permasalahan
1. Data
Masalah yang teridentifikasi dari domain Data. Walaupun pendataan di
RS telah dilakukan secara digital akan tetapi terdapat beberapa kendala
dalam melakukan migrasi data dasar sebagai penunjang SIRS. Data
transaksi/proses bisnis RS seringkali tidak terpusat, tetapi menyebar di
banyak divisi. Oleh karenanya, data tidak mengalir sesuai dengan proses
bisnis yang ada. Perbedaan format dan media penyimpanan data juga
menghambat proses integrasi. Karena teknologi untuk melakukan konversi
data spesifik secara massal tidak tersedia, sebagian proses migrasi data
dilakukan secara manual, hal ini juga memperlambat transformasi pada
SIRS. Penelitian ini menemukan, RS yang telah bekerja sama dengan
BPJS memiliki sistem Indonesian Case Based Groups (INA CBGs) dalam
mengelola tarif layanan untuk pasien. Konektivitas antar sistem yang
sudah ada dengan SIRS harus dijamin untuk menjaga integritas data.
Temuan ini menguatkan penelitian sebelumnya⁷. Soh et al. (2000) dalam
penelitiannya menemukan bahwa format dan hubungan data yang tersedia
membutuhkan upaya ‘mlipir’ (workaround) untuk menjadikan kompatibel
dengan sistem enterprises resource planning (ERP)⁷.
Dilihat dari identifikasi permasalahan pengembangan SIRS pada
Domain data dengan sistem sewa/KSO. Perlu diketahui bahwa proses
implementasi pada SIRS sistem Sewa meliputi pengembangan SIRS,
migrasi data, pelatihan dan pendampingan, serta penyesuaian proses bisnis
pada SIRS sesuai dengan kebutuhan yang disepakati (seperti disesuaikan
dengan proses bisnis yang sudah berjalan di RS). Keluaran proses ini,
selain SIRS, adalah dokumentasi proses implementasi, manual
penggunaan, dan dokumentasi penyesuaian yang dilakukan. Berikut
beberapa solusi yang dapat diimplementasikan untuk memperkecil
peluang kegagalan, yakni:
Monitoring dan Evaluasi pada vendor penyedia
 Vendor bertanggung jawab untuk salah satunya pelatihan dan
pendampingan. Dalam permasalahan kesulitan dalam
mengumpulkan data dasar, vendor dapat melakukan training
dan merekrut dari internal rumah sakit untuk membantu dalam
mengumpulkan data dasar. Selain memudahkan juga akan
membuat pengumpulan data menjadi lebih efisien.
 Vendor juga bertanggung jawab dalam proses migrasi data
yang mana salah satunya migrasi dari data langsung menjadi
digital (digitalisasi data). Dalam proses digitalisasi ini, perlu di
sortir data dasar mana saja yang perlu diformat dalam bentuk
digital, sehingga akan lebih efisien dan kendala yang sama
tidak terulang.
 Selain mendigitalisasi data dasar, juga perlu dilakukan backup
agar data dasar yang sudah terformat digital tersebut dapat
digunakan lagi sewaktu² data dasar sebelumnya hilang atau
terhapus sistem.
Pemanfaatan vendor untuk sekaligus untuk mencetak SDM baru
di RS
 Untuk mengurangi tingkat ketergantungan pada vendor, RS
dalam hal ini berhak mendapatkan pelatihan dan pendampingan
(ini dilakukan saat tanda tangan kerjasama antar vendor dan
RS) sehingga saat kontrak selesai diharapkan sudah ada teknisi
baru yang tercipta dari training yang dilakukan vendor selama
masa kontrak kepada SDM yang ditargetkan.
 Backup seluruh data yang ada selama pengembangan SIRS
berlangsung, hal ini menghindari seluruh data dikuasai oleh
pihak vendor.
2. Teknologi
Masalah yang ditemui pada tahapan pra-implementasi SIRS, yaitu
infrastruktur jaringan dan komputer yang belum terpasang secara
merata diseluruh bagian RS. Faktor teknologi lainnya yaitu kesiapan
perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) baik dari
sisi server dan komputer terminal (client). Masalah ini mengharuskan
pihak manajemen sebagai pengambil keputusan untuk,
 Pengadaan barang yang menunjang SIRS.
 Memperbarui perangkat hardware dan software yang sudah
kadaluarsa.
 Memilih provider internet yang mendukung lingkungan RS.
3. Proses Bisnis
Masalah yang terjadi pada Proses Bisnis diantaranya yaitu ada pada
masalah pendampingan dan penyesuaian. Permasalahan tersebut muncul
akibat kurangnya dukungan dari pihak RS dalam menyediakan team
khusus yang bertugas sebagai jembatan komunikasi dalam proses rekayasa
ulang SIRS yang mengakibatkan proses penyesuaian pada Proses Bisnis
SIRS melambat.
Masalah dukungan yang terjadi dalam Proses Bisnis adalah kurangnya
dukungan dari pihak RS dalam penyediaan team khusus untuk
menjembatani komunikasi dalam proses rekayasa ulang SIRS. Solusi yang
dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu :
Dengan mengadakan sosialisasi dengan tujuan untuk dapat menyadarkan
pihak RS untuk dapat menyediakan team khusus yang dapat menjembatani
jalannya komunikasi antar pihak terkait.
Membuat struktur organisasi yang baik dan membagi tugas antar tim
dengan jelas agar seluruh team dapat memahami dengan jelas
kedudukannya dan dapat menjalankan tugas serta fungsi sesuai dengan
struktur organisasi.
Masalah penyesuaian yang terjadi dalam Proses Bisnis adalah
lambatnya proses penyesuaian pada Proses Bisnis SIRS, hal ini terjadi
dikarenakan terhambatnya komunikasi dalam proses rekayasa ulang.
Solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu
:
 Meningkatkan kerjasama antara kepala RS dengan pemerintah
melalui optimalisasi program BPJS dan atau program lainnya
yang bergerak dibidang lainnya.
 Penyederhanaan alur komunikasi antara pemerintah dan pihak
Rumah sakit.
4. Kognisi Personel
Masalah yang teridentifikasi pada domain kognisi personel yaitu
respon dan konsistensi. Yang pertama yaitu respon pegawai rumah sakit
yang kurang antusias terhadap kehadiran SIRS. Hal ini dikarenakan pola
berpikir pegawai rumah sakit bahwa mereka melayani pasien dan kegiatan
administrasi terbiasa dengan penggunaan media fisik seperti kertas/buku.
Untuk masalah yang kedua yaitu pegawai rumah sakit yang masih belum
konsisten dalam mengoperasikan SIRS. Penolakan terhadap penerapan
SIRS dikarenakan keengganan pegawai rumah sakit untuk mengubah cara
beroperasi mereka dari proses manual menjadi memanfaatkan teknologi
dengan SIRS.
Untuk mengatasi respon pegawai yang kurang antusias terhadap
kehadiran SIRS dapat dilakukan sosialisasi terkait manfaat dari SIRS.
Sedangkan untuk mengatasi konsistensi dapat dilakukan dengan cara
membuat kebijakan seperti memberikan reward kepada pegawai yang
rajin serta konsisten dalam menggunakan SIRS dan punishment kepada
pegawai yang tidak konsisten dalam menggunakan SIRS.
5. Kapabilitas Personel
Menurut Robbins (2008:45) Kapabilitas Personal, Kemampuan
keseluruhan seorang hakikatnya tersusun dari dua faktor: Kemampuan
intelektual dan kemampuan fisik. Kemampuan intelektual merupakan
kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas mental, berfikir,
penalaran, dan memecahkan masalah. Pekerjaan membebankan tuntutan-
tuntutan berbeda kepada pelaku untuk menggunakan kemampuan
intelektual. Semakin banyak tuntutan pemrosesan informasi dalam
pekerjaan tertentu, semakin banyak kecerdasan dan kemampuan verbal
umum yang dibutuhkan untuk dapat menyelesaikan pekerjaan tersebut
dengan sukses. Kemampuan fisik merupakan kapasitas untuk melakukan
tugas yang menuntut stamina, ketangkasan, kekuatan, dan karakteristik,
karakteristik yang sama.
Berdasarkan uraian tersebut kapabilitas personal merupakan suatu
kemampuan yang dimiliki seseorang yang dapat digunakan dalam
melakukan semua kegiatan, baik itu kegiatan yang bersifat fisik maupun
non fisik. Kemampuan seseorang pun dapat dilatih sesuai tujuan yang
diinginkan, sehingga dapat mempermudah kegiatan orang tersebut.
Menurut Robbins (2008:45) yang dialih bahasakan oleh Diana
Angelica menyebutkan kemampuan pemakai sistem informasi dapat
dilihat dari:
1. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan sebagai pemakai sistem informasi dapat dilihat dari:
 Memiliki pengetahuan mengenai sistem informasi rumah
sakit.
 Memahami pengetahuan tugas dari pekerjaannya sebagai
pemakai sistem informasi.
2. Kemampuan (Abilities)
Kemampuan sebagai pemakai sistem informasi dapat dilihat dari:
 Kemampuan menjalankan sistem informasi rumah sakit
yang ada.
 Kemampuan untuk mengekspresikan kebutuhan informasi.
 Kemampuan untuk mengekspresikan bagaimana sistem
seharusnya.
 Kemampuan mengerjakan tugas dari pekerjaan yang
menjadi tanggung jawab.
 Kemampuan menyelaraskan pekerjaan dengan tugas.
3. Keahlian (Skills)
Kemampuan sebagai pemakai sistem informasi dapat dilihat dari:
 Keahlian dalam pekerjaan yang menjadi tanggungjawab.
 Keahlian dalam mengekspresikan kebutuhan-kebutuhannya
dalam pekerjaan.
Kapabilitas personel dalam mengoperasikan sistem informasi rumah
sakit sangat dibutuhkan. Kapabilitas bisa diartikan sebagai kecakapan,
ketangkasan, bakat, kesanggupan untuk melakukan suatu perbuatan atau
pekerjaan. Pengguna sistem informasi harus memiliki kemampuan,
dimana kemampuan tersebut diperoleh dari pendidikan dan
pengalamannya akan meningkatkan kepuasan dalam menggunakan sistem
informasi rumah sakit dan akan terus menggunakannya dalam membantu
menyelesaikan pekerjaannya. Apabila terdapat kendala mengenai
kapabilitas personil dari SIRS maka dibutuhkan pelatihan kepada pegawai
yang dilakukan berulang-ulang sampai dirasa pegawai telah memahami
penggunaan SIRS dengan baik.
6. Manajemen
Masalah yang teridentifikasi dalam domain manajemen Rumah Sakit
sangat banyak dan kompleks. Salah satunya dalam hal sosialisasi.
Terdapat manajemen yang tidak melakukan proses sosialisasi SIRS.
Padahal sosialisasi mengenai SIRS ini sangat penting untuk dilakukan
karena dapat kita gunakan sebagai wadah untuk memperkenalkan SIRS.
Maka dari itu sudah seharusnya manajemen rumah sakit itu melakukan
sosialisasi yang dapat menjangkau semua staf rumah sakit tanpa
terkecuali. Dan mobilisasi staf untuk mendukung penggunaan SIRS yang
tepat.
Sulitnya meyakinkan pihak manajemen sebagai pengambil keputusan
dikarenakan manajemen tidak satu kata dalam membuat keputusan. Hal
ini dapat dikatakan merupakan hal yang wajar, karena dalam suatu
manajemen pasti terdiri dari banyak orang yang memiliki opininya
masing-masing. Maka untuk mengatasi hal tersebut dapat diadakan
musyawarah pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan adalah hasil
pemikiran yang mengarah kepada satu pilihan dari berbagai macam
alternatif yang tersedia atau dinamakan evaluasi alternatif. Pengevaluasian
alternatif meliputi pengukuran nilai-nilai masing-masing alternatif.
Penilaian alternatif meliputi pengujian konsekuensi (baik positif dan
negatif). Pembuatan peringkat alternatif yang telah dianggap dapat
diterima. Pembuatan peringkat alternatif-alternatif dimungkinkan dengan
menggunakan keuntungan dan kerugian.
Mengalami kesulitan dalam mendelegasikan pekerjaan kepada
personel Rumah Sakit karena manajemen tidak mendorong personel untuk
menggunakan SIRS. Solusi yang dapat diberikan untuk mengatasi
masalah ini yaitu manajemen mengadakan pemilihan administrator atau
operator yang nantinya akan melakukan fungsi rutin SIRS dan didukung
juga dengan mengadakan pelatihan untuk meningkatkan soft skill maupun
hard skill yang dimiliki personel delegasi nantinya.
Masih banyak manajemen yang tidak melaksanakan evaluasi terhadap
SIRS yang diterapkan. Evaluasi suatu sistem informasi adalah suatu
usaha nyata untuk mengetahui kondisi sebenarnya suatu
penyelenggaraan sistem informasi. Dengan evaluasi tersebut, capaian
kegiatan penyelenggaraan suatu sistem informasi dapat diketahui dan
tindakan lebih lanjut dapat direncanakan untuk memperbaiki kinerja
penerapannya. SIMRS harus selalu dilakukan evaluasi secara berkala,
agar pengolahan data dan informasi yang dihasilkan akurat dan tepat
waktu, diperlukan umpan balik dari user atau pengguna sebagai bahan
evaluasi, perbaikan dan pengguna adalah orang yang paling
mengetahui apakah SIMRS berjalan dengan baik dan menghasilkan
informasi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna. Sehingga akan lebih
baik lagi apabila manajemen rumah sakit memiliki jadwal evaluasi
bulanan rutin atau month evaluation (monev).
Dan kurangnya apresiasi dari manajemen dalam penggunaan SIRS.
Solusi yang dapat diberikan untuk mengatasi masalah ini yaitu dengan
memberikan penghargaan berupa reward atau punishment yang
diharapkan membuat para personel tidak meremehkan penggunaan SIRS.
7. Lingkungan
Pada sebuah gedung, energi listrik sangat diperlukan mulai dari sistem
penerangan, keperluan peralatan medis, hingga system di dalam komputer
yang bekerja. Kegunaan daripada listrik yang memadai untuk SIRS yang
ada di setiap rumah sakit sangatlah diperlukan. Apabila terdapat kendala
dalam utilitas listrik maka akan menghambat proses implementasi SIRS.
Penting sekali suatu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki pasokan listrik
yang andal dan selalu berfungsi (Adair-Rohani, 2023). Maka dari itu
perlunya penjagaan dan peningkatan mutu dengan memastikan suplai
listrik yang memadai tanpa gangguan dan perencanaan
pemeliharaan/pengecekan berkala terhadap listrik rumah sakit.

Keterjangkauan pelayanan kesehatan dan jaringannya di daerah


terpencil masih terjadi di beberapa daerah (Suharmiati, LH, LK 2012).
Jarak yang jauh mengakibatkan sedikitnya kunjungan masyarakat yang
datang. Faktor penyebab yang biasa terjadi menyangkut dengan masalah
transportasi. Pemenuhan kebutuhan alat transportasi harus direncanakan
dengan baik. Estimasi mengenai kebutuhan alat transportasi tergantung
kepada beberapa faktor antara lain kondisi wilayah, jumlah dan
penyebaran sasaran pelayanan serta jumlah jenis kegiatan yang dilakukan
(Baker, TD, 1994). Selain transportasi tak luput dikaitkan juga dengan
kondisi ekonomi masyarakat. Perlunya transportasi pastinya juga
memerlukan biaya untuk bahan bakar. Maka diperlukan penambahan
jumlah pustu untuk lebih mendekatkan pelayanan kesehatan terutama
kepada masyarakat di daerah yang sukar dijangkau.
BAB III

KESIMPULAN

Banyak rumah sakit (RS) mengadopsi sistem informasi (SI). SI dapat


mendukung alur kerja klinis lewat berbagai cara, dan pada akhirnya akan
memberikan kontribusi pada perawatan pasien yang lebih baik.
Implementasi Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS), sebagai instansiasi
khusus dari SI kesehatan, tidak selalu berjalan dengan lancar dan sukses.
Terdapat masalah yang muncul dalam impelementasi SIRS, diantaranya
yaitu data, teknologi, proses bisnis, kognisi personel, kapabilitas personel,
manajemen, dan lingkungan. Permasalahan yang ada dalam implementasi
Sistem Informasi Akuntansi tersebut seharusnya dapat diselesaikan oleh
pihak manajemen atau pimpinan karena sistem informasi rumah sakit
sangat penting untuk diterapkan lebih lanjut dalam meningkatkan kegiatan
operasional rumah sakit.
REFERENSI

Suryawijaya, B.B. and Dewanto, Y., 2022. PERENCANAAN UTILITAS


PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) DI SLAWI, JAWA TENGAH.
JURNAL TEKNOLOGI INDUSTRI, 11(2).
Setiaji, H. and Wahid, F., 2015. Masalah implementasi sistem informasi
rumah sakit: pelajaran dari beberapa proyek. In Seminar Nasional Informatika Medis
(SNIMed) (pp. 97-105).
Suharmiati, H.L. and Kristiana, L., 2012. Faktor-faktor yang memengaruhi
keterjangkauan pelayanan kesehatan di puskesmas daerah terpencil perbatasan di
Kabupaten Sambas (Studi kasus di Puskesmas Sajingan Besar). Buletin Penelitian
Sistem Kesehatan, 15(3), pp.223-231.
Wanita, I.K.Q.A., 2022. Gambaran Sistem Informasi Administrasi Rumah
Sakit Untuk Meningkatkan Kinerja Karyawan Di Rumah Sakit Prof. Dr. MA
Hanafiah Sm. Batusangkar (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT).
Robbins, Stephen P.2008.Organizational Behavior.13th Edition.International
Edition, Pearson Education inc,. San Diego State University, Upper Saddle river,
New Jersey.

Anda mungkin juga menyukai