BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah Sakit Keluarga Kita adalah rumah sakit swasta umum yang
berkomitmen untuk memberikan pelayanan kesehatan berkualitas oleh staf yang
berdedikasi dan profesional, serta didukung dengan teknologi dan fasilitas kesehatan
yang telah sesuai dengan standar kesehatan yang ada.
Rumah Sakit Keluarga Kita memiliki visi “Menjadi Rumah Sakit yang dapat
memberikan pelayanan kesehatan secara terpadu, terpercaya, terjangkau dan
berorientasi pada peningkatan mutu serta keselamatan pasien”, serta memiliki misi
Saat ini Rumah Sakit Keluarga Kita sedang mempersiapkan diri menuju
akreditasi nasional KARS. Terdapat beberapa hal yang akan dinilai dari
akreditasi tersebut diantaranya kelengkapan sarana kesehatan, manajemen
rumah sakit serta penggunaan serta pengelolaan teknologi informasi. Salah satu
yang menjadi aspek penilaian dari tim akreditasi adalah pengelolaan teknologi
informasi yang baik pada sebuah rumah sakit.
B. Tujuan Pedoman
C. Ruang Lingkup
2. Action
a. Pelaksanaan penggunaan aplikasi SIM-RS di semua unit pelayanan RS
Keluarga Kita.
b. Pendidikan dan pelatihan yang berkaitan dengan SIM-RS bagi staf SIM-RS.
c. Pelatihan penggunaan aplikasi SIM-RS di tiap unit pelayanan
yang menggunakan aplikasi tersebut.
D. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Rumah
Sakit Bab I Pasal 1 ayat 4 berisi tentang Dokumen Elektronik adalah setiap
Informasi Elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima, atau disimpan
dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya, yang
dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau didengar melalui Komputer atau Sistem
Elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan,suara, gambar, peta,
rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol atau
perforasi yang memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang
mampu memahaminya.
BAB II
STANDARD KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
C. Pengaturan Jaga
Jadwal kerja tim IT Rumah Sakit Keluarga Kita sebagai berikut :
Office Hour : Senin – Jum’at : 08.00 – 16.00 Wib
Sabtu : 08.00 – 13.00 Wib
Shifting Pagi : Senin – Jum’at : 08.00 – 16.00 Wib
Sabtu : 08.00 – 13.00 Wib
Shifting Siang : Senin – Jum’at : 14.00 – 21.00 Wib
Minggu : 08.00 – 13.00 Wib
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Standar Ruangan
1. Ruang Operator
Ruangan operator adalah ruang khusus bagi pegawai SIM RS untuk
memonitoring berjalannya aplikasi TeraMedik di seluruh area Rumah Sakit yang
menggunakannya. Melalui ruangan ini, pegawai SIM RS selain memonitoring, juga
melakukan maintenance, perbaikan data, dan seluruh tugas pokok dan fungsi yang
telah diuraikan sebelumnya.
Karena di ruangan ini terdapat data-data penting dan rahasia bagi Rumah Sakit,
maka letaknya seharusnya tidak berdekatan dengan area publik yang biasa diakses
dengan mudah oleh siapa saja, bahkan bagi yang tidak berkepentingan. Biasanya
ruangan SIM RS berdekatan dengan ruang direksi ataupun tempat-tempat yang tidak
terlalu strategis lainnya.
Lebih detil tentang standard ruangan untuk SIM RS, karena ruangan ini harus
terus berada dalam pengawasan selama 24 jam, itu berarti seharusnya pegawai
SIM RS bertugas 24 jam penuh dalam sistem shift. Dengan keadaan seperti ini,
ruangan SIM RS harus memiliki kenyamanan dan fasilitas yang memadai.
2. Ruang Server
Ruang server tentu saja menyimpan komputer server yang menyimpan seluruh
data milik rumah sakit. Ruangan ini sebaiknya berdekatan dengan ruang SIM RS
agar lebih mudah dimonitoring dan dijangkau bila terjadi masalah. Selain itu, di dalam
ruangan server perangkat elektronik yang ada harus tetap menyala 24 jam. Karena
itu untuk mencegah kerusakan perangkat akibat suhu yang panas, ruangan harus
tertutup dan dingin.
B. Standar Fasilitas
Standar sarana dan prasarana SIM RS adalah memiliki komponen-komponen
berikut ini:
b. Komponen teknologi
Teknologi merupakan aplikasi yang digunakan dalam sistem informasi.
Teknologi digunakan untuk menerima input, menyimpan dan mengakses data,
menghasilkan dan mengirimkan output, dan membantu pengendalian dari sistem
secara keseluruhan.
d. Komponen kontrol
Banyak hal yang dapat merusak sistem informasi, seperti bencana alam, api,
temperatur, air,debu, kecurangan-kecurangan, kegagalan•kegagalan sistem itu
sendiri,ketidak-efisienan, sabotase dan lain sebagainya. Beberapa
pengendalian perlu dirancang dan diterapkan untuk meyakinkan bahwa
hal•hal yang dapat merusak sistem dapat dicegah ataupun bila terlanjur
terjadi kesalahan•kesalahan dapat langsung cepat diatasi.
BAB IV
TATA LAKSANA
BAB V
KESELAMATAN KERJA
Keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja di rumah sakit dan fasilitas medis
lainnya perlu diperhatikan. Demikian pula penanganan faktor potensi berbahaya yang
ada di rumah sakit serta metode pengembangan program keselamatan dan kesehatan
kerja di sana perlu dilaksanakan, misalnya perlindungan baik terhadap penyakit infeksi
maupun non-infeksi, penanganan limbah medis, penggunaan alat pelindung diri dan lain
sebagainya. Selain terhadap pekerja di fasilitas medis/klinik maupun rumah sakit,
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di rumah sakit juga ‘concern’ keselamatan dan hak-
hak pasien yang masuk kedalam program patient safety.
Merujuk kepada peraturan pemerintah berkenaan dengan keselamatan dan
kesehatan kerja di tempat kerja, pedoman ini juga mengambil dari beberapa sumber
“best practices” yang berlaku secara Internasional, seperti National Institute for
Occupational Safety and Health (NIOSH), the Centers for Disease Control (CDC), the
Occupational Safety and Health Administration (OSHA), the US Environmental
Protection Agency (EPA), dan lainnya. Data tahun 1988, 4% pekerja di USA adalah
petugas medis. Dari laporan yang dibuat oleh The National Safety Council (NSC), 41%
petugas medis mengalami absenteism yang diakibatkan oleh penyakit akibat kerja dan
injury dan angka ini jauh lebih besar dibandingkan dengan sektor industri lainnya. Survei
yangdilakukan terhadap 165 laboratorium klinis di Minnesota memperlihatkan bahwa
injury yang terbanyak adalah needle sticks injury (63%) diikuti oleh kejadian lain seperti
luka dan tergores (21%). Selain itu pekerja di rumah sakit sering mengalami stres, yang
merupakan faktor predisposisi untuk mendapatkan kecelakaan. Ketegangan otot dan
keseleo merupakan representasi dari low back injury yang banyak didapatkan di
kalangan petugas rumah sakit.
BAB VI
PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu pada unit SIM Rumah Sakit Keluarga Kita akan mengarah
pada keakuratan data atau informasi yang ada di dalam sistem. Informasi yang terdapat
dalam sistem meliputi data pasien, seperti nama, alamat, tempat tanggal lahir, dan
seterusnya. Juga data pegawai RS juga memiliki data, seperti nama, unit kerja, pangkat,
serta tagihan pasien, Rekam Medis, pembukuan RS dan lain-lain.
A. Nilai Informasi
Menurut Burch dan Strater dalam buku mereka, Information Systems: Theory and
Practice, nilai informasi itu didasarkan atas sepuluh sifat sebagai berikut :
1. Mudahnya dapat diperoleh
Sifat ini menunjukan mudahnya dan cepatnya dapat diperoleh keluaran informasi.
Kecepatan memperolehnya dapat diukur, akan tetapi berapa nilainya bagi
pemakai informasi, sulit mengukurnya.
2. Sifat luas dan lengkapnya
Sifat ini menunjukkan lengkapnya isi informasi. Hal ini tidak berarti hanya
mengenai volumenya, akan tetapi juga mengenai keluaran informasinya. Sifatnya
ini sangat kabur dan oleh karena itu sulit mengukurnya.
3. Ketelitian
Sifat ini berhubungan dengan tingkat kebebasan dari kesalahan keluaran
informasi. Dalam hubungannya dengan volume data yang besar, maka biasanya
terjasi dua jenis kesalahan, yakni kesalahan pencatatan dan kesalahan
perhitungan.
4. Kecocokan
Sifat ini menunjukan betapa baik keluaran informasi dalam hubungannya dengan
permintaan para pemakai. Isi informasi harus ada hubungannya dengan masalah
yang dihadapi. Semua keluaran lainnya tidak berguna akan tetapi masalah
mempersiapkannya. Sifat ini sulit mengukurnya.
5. Ketepatan waktu
Sifat ini berhubungan dengan waktu yang dilalui yang lebih pendek, daripada
siklus dapat diperolehnya informasi : masukan, pengolahan dan pelaporan
keluaran kepada para pemakai. Biasanya agar informasi itu tepat waktu, lamanya
siklus ini harus dikurangi. Dalam beberapa hal ketepatan waktu dapat diukur.
6. Kejelasan
Sifat ini menunjukan tingkat keluaran informasi, bebas dari istilah-istilah yang
tidak jelas. Membetulkan laporan dapat memakan biaya yang besar.
7. Keluwesan
Sifat ini berhubungan dengan dapat disesuaikannya keluaran informasi tidak
hanya dengan lebih dari satu keputusan akan tetapi juga dengan lebih dari
seorang pengambilan keputusan. Sifat ini sulit mengukurnya, akan tetapi dalam
banyak hal dapat diberikan nilai yang dapat diukur.
8. Dapat dibuktikan
Sifat ini menunjukan kemampuan beberapa pemakai informasi untuk menguji
keluaran informasi dan sampai pada kesimpulan yang sama.
9. Tidak ada prasangka
Sifat ini berhubungan dengan tidak adanya keinginan untuk mengubah informasi
guna mendapatkan kesimpulan yang telah dipertimbangkan sebelumnya.
10. Dapat diukur
Sifat ini menunjukan hakikat informasi yang dihasilkan dari sistem informasi
formal. meskipun kabar angin, desas-desus, dugaan-dugaan, klenik, dan
sebagainya sering dianggap sebagai informasi, hal-hal tersebut berada diluar
lingkup pembicaraan kita.
Nilai informasi yang sempurna adalah bahwa mengambil keputusan diizinkan untuk
memilih keputusan optimal dalam setiap hal, dan bukan keputusan yang “rata-rata”
akan menjadi optimal, dan untuk menghindarkan kejadian-kejadian yang akan
mengakibatkan suatu kerugian. Informasi ini tidak sempurna karena lebih banyak
memberikan perkiraan daripada memberikan angka yang pasti.
Langkah-langkah dalam proses pengambilan keputusan, menurut Gordon B. Davis,
adalah sebagai berikut :
1. Tentukan tindakan-tindakan yang terbaik yang didasarkan atas kemungkinan-
kemungkinan sebelumnya.
2. Tentukan apakah tindakan itu akan berguna untuk memperoleh informasi sampel.
3. Tentukan ukuran sampel yang optimal.
4. Sampel
5. Perbaiki kemungkinan-kemungkinan sebelumnya didasarkan data sampel.
B. Mutu Informasi
Informasi berbeda dalam mutunya disebagiankan oleh penyimpangan atau
kesalahan. Menurut Gordon B. Davis kesalahan dapat disebagiankan oleh :
1. Metode pengumpulan dan pengukuran data yang tidak tepat.
2. Tidak dapat mengikuti prosedur pengolahan yang benar.
3. Hilang atau tidak terolahnya data.
4. Pemeriksaan atau pencatatan data yang salah
5. Dokumen (induk) sejarah yang salah (atau penggunaan dokumen sejarah yang
salah)
BAB VII
PENUTUP