3204 9599 2 PB
3204 9599 2 PB
*Email: dokter.syifa@gmail.com
ABSTRAK
Kompetensi tenaga kesehatan adalah faktor yang sangat berpengaruh pada pencapaian kinerja rumah sakit.
Pengukuran kompetensi tenaga kesehatan sangat penting untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan. Penelitian
ini bertujuan untuk mengevaluasi kompetensi tenaga kesehatan di Rumah Sakit Bhakti Yudha dengan menggunakan
standar kompetensi organisasi tenaga kesehatan nasional Indonesia kepada delapan unit tenaga kesehatan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tenaga kesehatan di Rumah Sakit Bhakti Yudha Depok belum memenuhi ekspektasi
manajemen. Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa lama kerja dan banyaknya jumlah pelatihan yang diterima
merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat kompetensi tenaga kesehatan.
ABSTRACT
Competency of healthcare provider has significant impact on performance of the hospital. Measuring competency of
healthcare provider are essential to improve better quality of service provisioned. The study evaluates competency of
healthcare provider at Bhakti Yudha Hospital by using the competency standards established by multiple
organizations of Indonesian national healthcare provider association mapped against eight units of health provider.
The result stated that competency level of healthcare providers at Bhakti Yudha Hospital have had not met the
expectations. It is concluded that working experiences and number of relevant training received has significant impact
on competency level of healthcare provider.
Dalam hal ini, Ilyas (2004) pun mengemukakan bahwa berkualitas secara berkesinambungan”. Namun demikian,
untuk dapat memberikan pelayanan prima pada jasa terdapat masalah yang timbul dalam pelaksanaannya,
kesehatan, salah satu komponen pentingnya adalah yaitu diantaranya tenaga –tenaga kesehatan Rumah Sakit
pengetahuan dan keterampilan untuk setiap profesi Umum Bhakti Yudha Depok mengeluhkan terbatasnya
kesehatan haruslah prima juga. Sejalan dengan Ilyas, peningkatan kompetensi yang diberikan oleh pihak
Adisasmito (2012) juga berpendapat bahwa salah satu rumah sakit. Misalnya tenaga perawat yang sudah bekerja
faktor dan indikator baiknya sistem pelayanan kesehatan lebih dari sepuluh tahun tetapi tidak diberikan perbaharuan-
adalah pembangunan sumber daya manusia kesehatan perbaharuan ilmu, tindakan maupun pelatihan.
atau tenaga kesehatannya. Sumber daya manusia
Indonesia dalam bidang kesehatan masih tertinggal Terkait dengan hal tersebut diatas, pihak manajerial
dibanding negara lain. Rumah Sakit Umum Bhakti Yudha Depok mempunyai
perhatian untuk mengetahui kompetensi tenaga kesehatan
Dalam memberikan pelayanan prima pada jasa rumah sakit saat ini yang selanjutnya dicocokan dengan
kesehatan, Moeheriono (2012) berpendapat bahwa kompetensi rumah sakit yang diharapkan. Namun
sistem kompetensi setiap organisasi kesehatan wajib dan demikian Rumah Sakit Umum Bhakti Yudha Depok
harus dikembangkan seluas-luasnya, terutama pada saat ini belum memiliki instrumen implementasi dalam
perusahaan modern. Menurut Armstrong (2012) kompetensi bentuk alat pengukuran kompetensi tersebut. Oleh karena
adalah dimensi tindakan dari tugas, di mana tindakan itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Rumah
tersebut dipakai oleh karyawan untuk menyelesaikan Sakit Umum Bhakti Yudha Depok.
tugas pekerjaan mereka dengan memuaskan dan apa
yang diberikan karyawan dalam bentuk yang berbeda- Penelitian ini dilakukan untuk menjawab dua pertanyaan
beda dan tingkatan kinerjanya. Di sisi lain, McClelland penelitian, yaitu bagaimana peta kompetensi tenaga
mengatakan bahwa kompetensi adalah sebagai karakteristik kesehatan di Rumah Sakit Umum Bhakti Yudha Depok
dasar personel yang menjadi faktor penentu sukses dengan mengacu pada standar kompetensi tenaga
tidaknya seseorang dalam mengerjakan suatu pekerjaan kesehatan. Selain itu, apa sajakah faktor-faktor yang
atau pada situasi tertentu. mempengaruhi kompetensi tenaga kesehatan di Rumah
Sakit Umum Bhakti Yudha Depok.
National Center for Biotechnology Information (2014)
pun mengemukakan hal yang sama dalam jurnalnya Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui
yang berjudul The Core Competencies Needed for ketepatan standar kompetensi berdasarkan standar
Health Care Profesionals, bahwa terdapat kompetensi- kompetensi profesi di Rumah Sakit Umum Bhakti
kompetensi utama yang dibutuhkan oleh tenaga pelayanan Yudha Depok. Sementara itu, terdapat dua tujuan khusus
kesehatan. Kompetensi utama tersebut adalah semua dalam penelitian ini. Pertama untuk mengetahui peta
profesional kesehatan harus dididik untuk memberikan kompetensi tenaga kesehatan di Rumah Sakit Umum
perawatan berpusat pada pasien sebagai anggota tim Bhakti Yudha Depok yang mengacu pada standar
interdisipliner, menekankan praktik berbasis bukti, kompetensi tenaga kesehatan. Kedua, untuk mengetahui
pendekatan peningkatan kualitas, dan informatika. Hal faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi tenaga
tersebut menunjukkan bahwa pendidikan tenaga atau kesehatan di Rumah Sakit Umum Bhakti Yudha Depok.
profesional kesehatan haruslah berkembang sebagai salah
satu cara dalam meningkatkan kualitas pelayanan Penelitian ini difokuskan pada tenaga kesehatan di
kesehatan. lingkungan Rumah Sakit Umum Bhakti Yudha Depok.
Tenaga kesehatan yang dimaksud meliputi dokter, tenaga
Rumah Sakit Umum Bhakti Yudha Depok memiliki psikologi klinis, tenaga keperawatan, tenaga kebidanan,
perhatian terhadap kompetensi sumber daya manusianya. tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga
Hal ini sebagaimana tertera pada salah satu misinya yang kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik,
berbunyi “Meningkatkan sumber daya manusia yang tenaga keteknisian medis, tenaga teknik biomedika, dan
pasien tanpa terlebih dahulu melalui tahapan-tahapan sosial, kesehatan masyarakat dan etik, asuhan terhadap
penetapan tujuan dan penyusunan rencana tindakan. budaya dan pelayanan, asuhan pada keluarga dan
Pada level ini juga tenaga kesehatan telah lebih banyak masyarakat, asuhan antenatal selama kehamilan, asuhan
berinteraksi dengan pasien dan keluarganya. selama persalinan, asuhan pada ibu nifas dan menyusui,
5) Expert / pakar asuhan bayi baru lahir hingga 1 bulan, asuhan balita sehat,
Pada level ini tenaga kesehatan telah dapat serta asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan
menentukan inti masalah yang dialami oleh pasien sistem reproduksi.
dan segera mengetahui intervensi apa yang paling
tepat diberikan tanpa harus melalui serangkaian tahap Standar kompetensi apoteker disusun oleh Ikatan
berpikir analitis. Secara intuitif tenaga kesehatan Apoteker Indonesia pada tahun 2011. Dalam praktik
expert dapat menentukan masalah dan tindakan tanpa kefarmasian, apoteker harus teregistrasi oleh Komite
dibingungkan dengan berbagai alternatif. Farmasi Nasional dan harus memiliki Sertifikat Kompetensi
sebagai pengakuan kompetensinya. Terdapat sembilan
Berdasarkan Undang-undang nomor 36 tahun 2014 pada area kompetensi apoteker Indonesia, yaitu mampu
pasal 21 ayat (4) yang menyatakan bahwa standar melakukan praktik kefarmasian secara profesional dan
kompetensi kerja disusun oleh organisasi profesi dan etik, mampu menyelesaikan masalah terkait dengan
konsil masing-masing tenaga kesehatan dan ditetapkan penggunaan sediaan farmasi, mampu melakukan
oleh Menteri Kesehatan. Terdapat delapan standar dispensing sediaan farmasi dan alat kesehatan, mampu
kompetensi tenaga kesehatan yang diacu dalam memformulasi dan memproduksi sediaan farmasi dan
penelitian ini. Standar kompetensi pertama adalah Standar alat kesehatan sesuai standar yang berlaku, mempunyai
Kompetensi Dokter Indonesia, disahkan oleh Konsil keterampilan komunikasi dalam pemberian informasi
Kedokteran Indonesia (KKI) pada tahun 2006. Standar sediaan farmasi dan alat kesehatan, mampu berkontribusi
Kompetensi Dokter Indonesia terdiri atas 7 (tujuh) area dalam upaya preventif dan promotif kesehatan
kompetensi yang diturunkan dari gambaran tugas, peran, masyarakat, mampu mengelola sediaan farmasi dan alat
dan fungsi dokter layanan primer. Tujuh area kompetensi kesehatan sesuai standar yang berlaku, mempunyai
tersebut adalah profesionalitas yang luhur, mawas diri, keterampilan organisasi dan mampu membangun
dan pengembangan diri serta komunikasi efektif, dan hubungan interpersonal dalam melakukan praktik
ditunjang oleh pilar berupa pengelolaan informasi, profesional kefarmasian, serta mampu mengikuti
landasan ilmiah ilmu kedokteran, keterampilan klinis, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
pengelolaan masalah kesehatan. berhubungan dengan kefarmasian.
Standar kompetensi perawat disusun oleh Persatuan Standar kompetensi ahli teknologi laboraturium memiliki
Perawat Indonesia dengan harapan perawat dapat lima area kompetensi yang ditetapkan dalam Keputusan
menghadapi era globalisasi, dengan standar kompetensi Menteri Kesehatan Nomor 370/Menkes/SK/III/2007.
yang ekuivalen dengan standar-standar yang berlaku Kelima area kompetensi tersebut adalah menguasai ilmu
pada sektor industri kesehatan di negara lain serta dapat pengetahuan, kemampuan membuat perencanaan /
berlaku secara internasional. Terdapat tiga area kompetensi perancangan proses, pelaksanaan proses teknis operasional,
utama untuk perawat, yaitu praktik profesional, etis, legal kemampuan pemberian penilaian / judgement, serta
dan peka budaya, pemberian asuhan dan manajemen kemampuan dalam mengambil keputusan.
asuhan keperawatan, serta pengembangan profesional.
Standar kompetensi fisioterapi ditetapkan oleh Menteri
Standar kompetensi bidan diatur dalam Kepmenkes RI Kesehatan berupa Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
Nomor: 369/Menkes/SK/111/2007 tentang standar 376 tahun 2007, dalam meningkatkan kinerja profesi
profesi bidan. Terdapat sembilan area kompetensi yang fisioterapi, salah satunya diperlukan standar profesi
perlu dimiliki seorang bidan di Indonesia. Kesembilan sebagai dasar setiap fisioterapis dalam menjalankan
area kompetensi tersebut terkait kompetensi area ilmu preofesinya. Terdapat sepuluh area kompetensi dalam
standar kompetensi fisioterapi, yaitu analisa ilmu sebagai dengan deskripsi yang tertera di setiap standar kompetensi
dasar praktik, analisis dan sinstesis kebutuhan pasien / tenaga kesehatan. Data hasil kuesioner selanjutnya
klien, merumuskan diagnosa fisioterapi, perencanaan divalidasi oleh kepala pelayanan medis dan kepala
tindakan fisioterapi, intervensi fisioterapi, evaluasi dan penunjang medis. Validasi dilakukan dengan bentuk
revaluasi, kemampuan komunikasi dan koordinasi yang wawancara atas validitas data, agar memiliki pemahaman
efisien dan efektif, pendidikan, penerapan prinsip-prinsip yang lebih baik atas data yang tersedia.
manajemen dalam praktik fisioterapi, pelaksanaan
penelitian, serta tanggung jawab terhadap masyarakat dan HASIL DAN PEMBAHASAN
profesi.
Terdapat tiga area kompetensi dokter umum yang
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik termasuk dalam kategori soft skill, yaitu profesionalitas
Indonesia Nomor 374 tahun 2007, standar kompetensi yang luhur, mawas diri dan pengembangan diri, serta
ahli gizi disusun berdasarkan jenis ahli gizi yang ada saat komunikasi efektif. Ketiga area kompetensi tersebut
ini yaitu ahli gizi dan ahli madya gizi. Keduanya memiliki nilai competent dengan rentang 3,13 hingga
mempunyai wewenang dan tanggung jawab yang 3,39. Sementara itu, terdapat empat area kompetensi
berbeda. Dalam penelitian ini standar kompetensi yang dokter umum yang masuk dalam kategori hard skill.
diacu adalah ahli gizi madya, sesuai dengan kondisi Keempat area kompetensi tersebut adalah pengelolaan
lingkup penelitian. Terdapat lima standar kompetensi ahli informasi, landasan ilmiah ilmu kedokteran, keterampilan
madya gizi, yaitu pelaku praktek kegizian yang bekerja klinis,danpengelolaanmasalahkesehatan. Areakompetensi
secara profesional dan etis, pendidik / penyuluh / pelatih / yang termasuk kategori ini berada pada level advanced
konsultan gizi, pelaku tatalaksana / asuhan / pelayanan gizi beginner hingga competent dengan rentang nilai 2,86
klinik, penyelia sistem penyelenggaraan makanan hingga 3,42. Sementara itu, manajemen Rumah Sakit
institusi / massal pelaksana pelayanan gizi masyarakat. Bhakti Yudha Depok memiliki ekspektasi yang relatif
lebih tinggi dibanding dengan kondisi kompetensi saat ini,
METODOLOGI PENELITIAN yakni di level proficient.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif- Dalam Standar Kompetensi Dokter Indonesia (2014)
kualitatif yang dilakukan secara sequent atau bertahap. dijelaskan bahwa setiap area dari ketujuh area dalam
Peneliti melakukan penilaian dan penelitian untuk kompetensi tersebut saling mendukung satu sama lain.
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi Area satu, dua dan tiga yang termasuk kategori soft skill
bagi sumber daya manusia, khususnya tenaga kesehatan merupakan pondasi dari bangunan kompetensi keseluruhan.
di Rumah Sakit Umum Bhakti Yudha Depok. Sementara itu, keempat area kompetensi lainnya yang
masuk dalam kategori hard skill merupakan pilar dari
Peneliti melakukan pengumpulan data menggunakan bangunan kompetensi. Dari gambaran tersebut, ketujuh
kuesioner atas sekitar lima puluh persen dari total tenaga area kompetensi tersebut haruslah seimbang antara soft
kesehatan termasuk dalam ruang lingkup penelitian. skill dan hard skill. Sedangkan pada penelitian ini,
Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan diperoleh hasil yang memiliki nilai lebih rendah
kuesioner kepada 104 responden atau setengah dari dibanding area lainnya, yakni area mawas diri dan
populasi yang termasuk di dalam ruang lingkup pengembangan diri, serta landasan ilmiah ilmu
penelitian. Kuesioner bersifat self-assesment disebarkan kedokteran.
kepada tenaga kesehatan yang terjaring dalam sampel,
yang mana responden diminta untuk menilai sendiri Berdasarkan lima orang responden dokter umum yang
derajat profisiensi, atau kompetensi dalam melakukan ada, responden yang memiliki nilai paling tinggi diantara
suatu pekerjaan, sesuai dengan pernyataan instrumen. responden yang lain adalah dokter umum yang memiliki
Saat penyebaran kuesioner, peneliti langsung menyebarkan pengalaman kerja paling tinggi, yakni sekitar 6 tahun
ke setiap bagian unit dan menjelaskan cara mengisi kerja, serta memperoleh pelatihan yang paling banyak.
kuesioner dengan cara mendeskripsikan setiap pertanyaan
Berdasarkan Patricia Benner (1984) tentang lama kerja nilai competent dengan rentang 3,7 hingga 3,85.
yang memengaruhi kompetensi menjelaskan adanya Sementara itu, ekspektasi kondisi ideal yang disampaikan
perbandingan lurus antara kompetensi dengan lamanya oleh manajemen berada pada level proficient. Enam area
waktu kerja. Hal ini selaras juga dengan Kak, Burkhalter kompetensi bidan lainnya termasuk dalam kategori hard
dan Cooper (2001) tentang jumlah pelatihan yang skill, yaitu terkait asuhan antenatal selama kehamilan,
mempengaruhi level kompetensi. Sementara itu, responden asuhan selama persalinan, asuhan pada ibu nifas dan
yang memiliki nilai rata-rata terendah adalah dokter menyusui, asuhan bayi baru lahir hingga 1 bulan, asuhan
umum yang memiliki pengalaman kerja terkecil serta balita sehat, serta asuhan kebidanan pada wanita dengan
jumlah pelatihan yang paling sedikit diantara responden gangguan sistem reproduksi. Keenam area kompetensi
yang lain. Seluruh dokter umum memiliki latar belakang tersebut memiliki nilai advanced beginner hingga
pendidikan S-1 profesi kedokteran (ditampilkan dalam proficient dengan nilai 2,31 hingga 4,0.
tabel 1).
Berdasarkan data yang ada, responden yang memiliki
Terdapat satu area kompetensi perawat yang termasuk nilai paling tinggi diantara responden yang lain adalah
dalam kategori soft skill, yaitu praktek profesionalitas, etis, bidan dengan pengalaman lebih dari 10 tahun kerja, serta
legal dan peka budaya. Area kompetensi tersebut telah mendapatkan sejumlah pelatihan baik hard skill
memiliki nilai competent dengan rentang 3,46. Sementara maupun soft skill. Sementara itu, responden yang
itu, manajemen Rumah Sakit Bhakti Yudha Depok memiliki nilai rata-rata terendah adalah bidan yang
memiliki ekspektasi yang relatif lebih tinggi dibanding memiliki pengalaman kerja terkecil, sekitar enam tahun
dengan kondisi kompetensi saat ini, yakni di level dengan jumlah pelatihan yang paling sedikit di antara
proficient. responden yang lain (ditampilkan dalam tabel 3).
Pada hasil uji kompetensi perawat ini, menunjukkan Terdapat tiga area kompetensi apoteker yang termasuk
bahwa lama tahun bekerja dapat mempengaruhi nilai dalam kategori soft skill, yaitu terkait praktik kefarmasian
kompetensi perawat secara individu. Hal tersebut secara profesional dan etik, berkontribusi dalam upaya
dibuktikan bahwa perawat yang memiliki pengalaman preventif dan promotif kesehatan masyarakat, serta
lebih dari 10 tahun bekerja dapat mencapai level ketrampilan organisasi dan membangun hubungan
competent yang mana tetap berada di bawah ekspektasi interpersonal. Ketiga area kompetensi tersebut memiliki
rumah sakit yaitu proficient. Adapun pelatihan yang nilai competent dengan rentang 3,15 hingga 3,60.
didapatkan oleh perawat tersebut relatif sedikit. Sementara itu, ekspektasi kondisi ideal yang disampaikan
oleh manajemen berada pada level proficient.
Meskipun kurangnya standar atau alat ukur dalam
penempatan posisi pada sistem rekrutmen, akan tetapi Dalam hal kategori hard skill, apoteker memiliki enam
proses rekrutmen dilakukan secara langsung oleh komite area kompetensi yang dikategorikan ke dalam kelompok
keperawatan yang sudah berpengalaman. Sehingga ini. Keenam area kompetensi tersebut adalah
dalam proses tersebut didapatkan karyawan baru yang menyelesaikan masalah penggunaan sediaan farmasi,
telah mencapai advanced beginner. Hal ini menunjukkan melakukan dispensing sediaan farmasi dan alat
bahwa pada dasarnya, sistem rekrutmen pada perawat kesehatan, memformulasi dan memproduksi sediaan
sudah baik, namun kurang dalam pengembangan farmasi dan alat kesehatan, keterampilan komunikasi
sumber daya manusianya (ditampilkan dalam tabel 2). pemberian informasi sediaan farmasi dan alat kesehatan,
mampu mengelola sediaan farmasi dan alat kesehatan
Terdapat tiga area kompetensi bidan yang termasuk sesuai dengan standar yang berlaku, serta mengikuti
dalam kategori soft skill, yaitu terkait ilmu sosial, perkembangan IPTEK kefarmasian. Keenam area
kesehatan masyarakat dan etik, asuhan terhadap budaya kompetensi tersebut memiliki nilai competent dengan
dan pelayanan, serta asuhan pada keluarga dan rentang 3,15 hingga 3,71. Sementara itu, ekspektasi
masyarakat. Ketiga area kompetensi tersebut memiliki kondisi ideal yang disampaikan oleh manajemen berada
pada level proficient (ditampilkan dalam tabel 4).
Terdapat dua area kompetensi ahli teknologi ksesehatan tersebut merupakan ketua Ikatan Fisioterapi Indonesia
yang termasuk dalam kategori soft skill, yaitu terkait cabang Depok. Manajemen Rumah Sakit Bakti Yudha
kemampuan memberikan penilaian / judgement, dan menilai saat ini kompetensi yang dimiliki sudah
kemampuan mengambil keputusan. Area kompetensi memenuhi kebutuhan yang ada. Bahkan, manajemen
tersebut memiliki nilai proficient dengan rentang 4,17 menganggap bahwa nilai self-assessment yang diberikan
hingga 4,27. Hal ini sudah dianggap memenuhi cukup konservatif dan seharusnya bisa mendapatkan nilai
kebutuhan ideal manajemen Rumah Sakit Bhakti Yudha yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai yang ada
Depok memiliki ekspektasi yang membutuhkan analis (ditampilkan dalam tabel 6 dan 7).
laboratorium berada di level proficient.
Terdapat dua area kompetensi ahli gizi yang termasuk
Terdapat tiga area kompetensi ahli teknologi kesehatan dalam kategori soft skill, yaitu terkait pelaku praktek
yang termasuk dalam kategori hard skill, yaitu terkait kegizian yang bekerja secara profesional dan etis, dam
penguasaan ilmu pengetahuan, kemampuan membuat pendidik / penyuluh / pelatih / konsultan gizi. Dengan
perencanaan / perancangan proses, hingga kemampuan kemampuan melakukan praktek kegizian yang berkerja
melaksanakan proses teknis operasional. Area kompetensi secara profesional dan etis dan kemampuan menjadi
tersebut memiliki nilai pada rentang yang cukup besar, pendidik/penyuluh/pelatih atau konsultan gizi. Area
mulai dari advanced beginner hingga proficient dengan kompetensi tersebut memiliki berada pada level
rentang nilai 2,45 hingga 4,86. Manajemen Rumah Sakit competent dengan 3,17 dan 3,75. Tiga area kompetensi
Bhakti Yudha Depok memiliki ekspektasi yang lainnya yang dimiliki ahli gizi termasuk dalam kategori
membutuhkan analis laboratorium berada di level hard skill. Yang termasuk didalam kategori hard skill
proficient. tersebut yaitu kemampuan melekukan tatalaksana
/asuhan ataupun pelayanan gizi klinik, penyelia sistem
Sementara itu, pada tahap rekrutmen masih belum ada penyelenggaraan makanan institusi/massal dan pelaksana
standar yang telah ditentukan. Semua analis laboratorium pelayanan gizi di masyarakat. Dua area berada pada level
memiliki nilai kompetensi yang relatif sama walaupun competent dan satu area terakhir berada pada level
memiliki pengalaman kerja yang bervariasi, yaitu dengan advanced begginer. Pada area terakhir yatu pelaksana
rentang satu hingga dua belas tahun. Hal ini dikarenakan peayanan gizi masyarakat, responden berada pada
adanya SOP yang ditetapkan pada setiap tindakan yang advanced begginer karena memang responden tidak
dilakukan di Rumah Sakit Bhakti Yudha (ditampilkan melakukan pelayanan gizi pada masyarakat.
dalam tabel 5).
Berdasarkan lama kerja, responden memiliki lama kerja
Standar Kompetensi Keterapian Fisik (2007) yang lebih dari 20 tahun, tetapi selama bekerja responden hanya
disusun mengacu pada standar internasional World mengikuti 2 pelatihan saja yaitu pelatihan pencegahan
Confederation for Physical Therapy (WCPT) mencakup infeksi dan BHD yang diadakan secara internal. Menurut
pelayanan yang seimbang antara promotif, preventif, serta Patricia Benner, meningkatan nilai kompetensi dari
kuratif dan rehabilitatif, termasuk keseimbangan antara novice sampai expert, bisa dilakukan dalam sekitar 5
hardskill dan softskill untuk mendukung area kompetensi tahun dengan memberikan pelatihan-pelatihan yang
satu dengan yang lainnya. Oleh karenanya, perlunya relevan (ditampilkan dalam tabel 8).
pelatihan yang memadai untuk mencapai target yang
diinginkan, serta mendapatkan keseimbangan antara KESIMPULAN DAN SARAN
hardskill dan softskill.
Kesimpulan
Berdasarkan jumlah responden yang ada, responden
yang memiliki nilai paling tinggi diantara responden yang Berdasarkan dari seluruh hasil penilaian kompetensi di
lain adalah yang memiliki pengalaman kerja paling tinggi, atas, menunjukkan bahwa kompetensi tenaga kesehatan
serta memperoleh pelatihan yang paling banyak. Responden di Rumah Sakit Bhakti Yudha masih di bawah ekspektasi
atau target yang ditentukan oleh rumah sakit. Terkecuali
pada analis laboratorium yang sudah mencapai level yang acuan dari Patricia Benner yang paling umum dirujuk
ditentukan oleh rumah sakit. terkait level kompetensi di lingkungan tenaga kesehatan.
Namun demikian, terdapat potensi ketidakcocokan /
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai kompetensi pada incompatible antara standar kompetensi tenaga kesehatan
tenaga kesehatan yang ada di Rumah Sakit Bhakti Yudha dengan level kompetensi yang diacu. Perlu adanya
yaitu lama kerja dan jumlah pelatihan yang relevan yang penelitian lebih lanjut terkait keterbatasan ini.
diikuti tiap unit tenaga kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Pada proses rekrutmen seluruh tenaga kesehatan di
AdisasmitoPh.D.,Wiku.2012.SistemKesehatan.PTRajagrafindoPersada:Jakarta.
Rumah Sakit Bhakti Yudha bersifat situasional atau Moeheriono.2012.PengukuranKinerjaBerbasisKompetensi.RajawaliPress.
sesuai kebutuhan. Saat ini belum ada acuan standar baku RI. 2009. Keputusan Menteri Kesehatan Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
BidangKesehatan2005-2025.
minimal rekrutmen yang terkait dengan kompetensi. StandarKompetensiDokterIndonesia.2012.KonsilKedokteranIndonesia
Pengambilan keputusan tenaga kesehatan baru diserahkan StandarKompetensiPerawatIndonesia.2005.PengurusPusatPPNI
StandarKompetensiApotekerIndonesia.2011.PengurusPusatIkatanApotekerIndonesia.
sepenuhnya kepada manager pelayanan medis dan StandarKompetensiAhliGiziIndonesia.2007.Persagi.
menager penunjang medis. StandarKompetensiBidanIndonesia.2012.IkatanBidanIndonesia.
StandarKompetensiFisioterapiIndonesia.2007.IkatanFisioterapiIndonesia.
StandarKompetensiRadiograferIndonesia2007.IkatanAhliRadiografiIndonesia.
Penelitian ini telah mengacu pada standar kompetensi Undang-undang no 36 tahun 2014. Available at www.pdpersi.co.id/diknakes/data/.../
undang_undang/uu362014.pdf.(Diunduhpada7oktober2016].
tenaga kesehatan nasional yang telah ditetapkan, serta Wibowo,Adik.2015.KesehatanMasyarakatdiIndonesia.RajawaliPress.
Responden
Tipe Rata-
No Area Kompetensi (SKDI)
Skill Rata
1 2 3 4 5
Profesionalitas yang luhur, berketuhanan Yang Maha
Esa, bermoral, beretika, dan disiplin, sadar dan taat
1 3.26 3.26 3.75 3.24 3.68 3.44
hukum; berwawasan sosial budaya, berperilaku
professional.
Mawas diri dan pengembangan diri; menerapkan Soft
2 mawas diri; serta mempraktikan belajar sepanjang Skill 2.25 3.13 2.88 3.63 3.75 3.13
hayat.
Komunikasi efektif, pasien dan keluarga, mitra kerja,
3 2.93 3.75 3.27 3.17 3.83 3.39
masyarakat.
Pengelolaan informasi; serta mengakses,
4 mendiseninasikan dan menilai informasi dan 2.00 3.00 3.00 3.50 4.00 3.10
pengetahuan secara efektif.
1. Landasan ilmiah ilmu kedokteran.
5 2. Menerapkan ilmu biomedik, ilmu humaniora, ilmu 1.00 3.60 3.50 3.00 3.20 2.86
kedokteran klinik dan ilmu kesehatan masyarakat.
Keterampilan klinis serta melakukan prosedur
6 diagnosis, penatalaksanaan yang holistik dan Hard 2.88 3.55 3.38 3.75 3.56 3.42
komprehensif. Skill
1. Pengelolaan masalah kesehatan;
2. Melaksanakan promosi kesehatan, pencegahan dan
deteksi dini;
7 3. Mengelola sumber daya secara efektif dan efisien; 2.58 3.67 3.13 3.10 3.13 3.12
serta
4. Mengakses dan menganalisis serta menerapkan
kebijakan kesehatan.
Responden
No Area Kompetensi (IAI) Tipe Skill Rata-Rata
1 2
1 Mampu melakukan praktik kefarmasian secara profesional dan etik. Soft skill 3.86 3.33 3.60
Mampu menyelesaikan masalah terkait dengan penggunaan sediaan
2 3.95 3.21 3.58
farmasi. Hard skill
3 Mampu melakukan dispensing sediaan farmasi dan alat kesehatan. 4.17 3.17 3.67
Responden
No Area Kompetensi (IAI) Tipe Skill Rata-Rata
1 2
Mampu memformulasi dan memproduksi sediaan farmasi dan alat
4 3.90 3.07 3.48
kesehatan sesuai standar yang berlaku.
Mempunyai keterampilan komunikasi dalam pemberian informasi
5 3.33 3.00 3.17
sediaan farmasi dan alat kesehatan.
Mampu berkontribusi dalam upaya preventif dan promotif kesehatan
6 Soft skill 3.29 3.00 3.15
masyarakat.
Mampu mengelola sediaan farmasi dan alat kesehatan sesuai standar
7 Hard skill 3.29 3.00 3.15
yang berlaku.
Mempunyai keterampilan organisasi dan mampu membangun hubungan
8 Soft skill 3.65 3.00 3.33
interpersonal dalam melakukan praktik profesional kefarmasian.
Mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
9 Hard skill 3.71 3.71 3.71
berhubungan dengan kefarmasian.
Responden
No Area Kompetensi (SPF) Tipe Skill Rata-Rata
1 2
1 Analisa ilmu sebagai dasar praktik Hard Skill 3.22 2.67 2.94
2 Analisis dan sintesis kebutuhan pasien/klien Soft Skill 3.43 3.14 3.29
3 Merumuskan diagnosa fisioterapi Hard Skill 3.50 2.75 3.13
4 Perencanaan tindakan fisioterapi 4.00 4.00 4.00
Soft Skill
5 Intervensi fisioterapi 4.00 4.00 4.00
6 Evaluasi dan revaluasi Hard Skill 2.50 3.50 3.00
Kemampuan komunikasi dan koordinasi yang efisien
7 Soft Skill 3.75 3.88 3.81
dan efektif
8 Pendidikan Hard Skill 3.00 3.00 3.00
Penerapan prinsip-prinsip manajemen dalam praktik
9 Soft Skill 3.20 3.20 3.20
fisioterapi
10 Melaksanakan penelitian Hard Skill 2.17 2.17 2.17
11 Tanggung jawab terhadap masyarakat dan profesi Soft Skill 3.60 3.60 3.60
Responden Rata-
No Area Kompetensi (PARI) Tipe Skill
1 2 3 Rata
Kelompok Unit Kompetensi
1 2.1 3.55 3 2.88
Radiodiagnostik Konvensional
Hard Skill
Kelompok Unit Kompetensi Imejing CT
2 1.77 3.54 3.00 2.77
Scan