Disusun Oleh:
Erina Arifia Indahsari
20204010221
Diajukan Kepada:
Dr. dr. Hj. Tri Wahyuliati, Sp.S, M.Kes
BAGIAN SARAF
RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2021
BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.T
Umur : 40 tahun
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama
C. PEMERIKSAAN FISIK
o Mata : Konjugtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, tidak ada sekret.
o Mulut : Bibir tidak sianosis, tonsil tidak membesar, gusi tidak berdarah
o Leher : Tidak ada peningkatan JVP, tidak terdapat pembesaran KGB dan
kelenjar tiroid tidak membesar.
o Thorax : Cor = Bunyi jantung I-II normal, regular, gallop (-),murmur (-)
Pulmo = Suara nafas vesikuler, ronki (-/-), wheezing (-/-)
o Abdomen : Datar, bising usus positif normal, tidak terdapat nyeri tekan, hepar
dan lien tidak teraba
o Ekstremitas : Akral teraba hangat, tidak ada edema, perfusi <2 detik.
Tonus : normal
Clonus : negatif
Atrofi : negatif
Refleks Fisiologis
o Biceps : Normal / Normal
o Triceps : Normal / Normal
o Patella :-/-
Refleks Patologis
o Babinski :-/-
o Chaddock :-/-
o Oppenheim :-/-
o Gordon :-/-
Tes Provokasi
o Laseque :+/+
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
F. PENATALAKSANAAN
R/
Alpentin 100 mg no XIV
S 2 dd 1
Mecobalamin 500 mg no XIV
S 2 dd 1
Meloxicam 7,5 mg
Pamol ½ tab
Diazepam 1 mg
Metilprednisolon 2 mg
Mfla da in caps dtd no XIV
S 2 dd 1
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi
Hernia adalah protrusi atau penonjolan dari sebuah organ ataujaringan
melalui lubang yang abnormal.Nukleus pulposus adalah massa setengah cair yang
terbuat dari serat elastis putih yang membentuk bagian tengah dari diskus
intervertebralis.2,3
Hernia Nukleus Pulposus(HNP) merupakan suatu gangguan yang
melibatkan ruptur annulus fibrosus sehingga nukleus pulposis menonjol (bulging)
dan menekan kearah kanalis spinalis.2,3,4
HNP mempunyai banyak sinonim antara lain : Hernia Diskus Intervertebralis,
Ruptur Disc, Slipped Disc, Prolapsed Disc dan sebagainya.5
2.4. Patomekanisme
1. Proses Degenaratif
2.7.1. Anamnesis
Anamnesis dapat ditanyakan hal yang berhubungan dengan
nyerinya. Pertanyaan itu berupa kapan nyeri terjadi, frekuensi, dan intervalnya;
lokasi nyeri; kualitas dan sifat nyeri; penjalaran nyeri; apa aktivitas yang
memprovokasi nyeri; memperberat nyeri; dan meringankan nyeri. Selain nyerinya,
tanyakan pula pekerjaan, riwayat trauma.
2.7.2. Pemeriksaan Neurologi
Untuk memastikan bahwa nyeri yang timbul termasuk dalam
gangguan saraf. Meliputi pemeriksaan sensoris, motorik, reflex.8
a. Pemeriksaan sensoris, pada pemeriksaan sensoris ini apakah ada gangguan
sensoris, dengan mengetahui dermatom mana yang terkenaakan dapat
diketahui radiks mana yang terganggu.
b. Pemeriksaan motorik, apakah ada tanda paresis, atropi otot.
c. Pemeeriksaan reflex, bila ada penurunan atau refleks tendon menghilang,
misal APR menurun atau menghilang berarti menunjukkan segmen S1
terganggu.
Gambar 5. Level neurologis yang terganggua sesuai dengan hasil pemeriksaan
fisik.
Bulging dibagi menjadi dua, yaitu symmetric bulging dan asymmetric bulging.
Symmetric bulging adalah kondisi di mana annulus fibrosus sudah melebar, biasanya
kurang dari 3 mm dan tampak simetris dengan tepi lingkar apophyses . Asymmetric
bulging pula adalah kondisi di mana annulus fibrosus sudah melebar dan tampak tidak
simetris dengan tepi lingkar apophyses, yaitu sebagiannya melebar lebih dari 25%.
(Fardon et al, 2014)
B. Stadium 2 – Protrusion
Protrusion adalah kondisi di mana nukleus sudah berpindah tetapi masih dalam
lingkaran annulus fibrosus, yaitu kurang dari 25% luas diskus intervertebralis.
(Fardon et al, 2014).
C. Stadium 3 – Extrusion:
D. Stadium 4 – Sequestration:
Sequestration adalah kondisi di mana diskus intervertebralis yang sudah mengalami
extrusion, yaitu sebagian nukleus pulposus bersama – sama annulus fibrosus sudah keluar
dan tidak lagi intak dengan diskus interver
Tabel 2. Grading Nyeri leher.
2.8. Penatalaksanaan
2.8.1. terapi konservatif, terdiri atas:5,9
2.8.1.1. Terapi Non Farmakologis
1.Terapi fisik pasif
Terapi fisik pasif biasanya digunakan untuk mengurangi nyeri punggung
bawah akut, misalnya:
a. Kompres hangat/dingin
Kompres hangat/dingin ini merupakan modalitas yang mudah dilakukan.
Untuk mengurangi spasme otot dan inflamasi. Beberapa pasienmerasakan nyeri
hilang pada pengkompresan hangat, sedangkan yang lain pada pengkompresan
dingin.
b. Iontophoresis
Merupakan metode pemberian steroid melalui kulit. Steroid tersebut
menimbulkan efek anti inflamasi pada daerah yang menyebabkan nyeri. Modalitas
ini terutama efektif dalam mengurangi serangan nyeri akut.
c. Unit TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulator)
Sebuah unit transcutaneous electrical nerve stimulator (TENS)
menggunakan stimulasi listrik untuk mengurangi sensasi nyeri punggung bawah
dengan mengganggu impuls nyeri yang dikirimkan ke otak
d. Ultrasound
Ultrasound merupakan suatu bentuk penghangatan di lapisan dalam dengan
menggunakan gelombang suara pada kulit yang menembus sampai jaringan lunak
dibawahnya. Ultrasound terutama berguna dalam menghilangkan serangan nyeri
akut dan dapat mendorong terjadinya penyembuhan jaringan.
5. Latihan dan modifikasi gaya hidup
Berat badan yang berlebihan harus diturunkan karena akan memperberat
tekanan ke punggung bawah. Program diet dan latihan penting untuk mengurangi
NPB pada pasein yang mempunyai berat badan berlebihan.
Direkomendasikan untuk memulai latihan ringan tanpa stres secepat
mungkin. Endurance exercisi latihan aerobit yang memberi stres minimal pada
punggung seperti jalan, naik sepeda atau berenang dimulai pada minggu kedua
setelah awaitan NPB.
Conditional execise yang bertujuan memperkuat otot punggung dimulai sesudah
dua minggu karena bila dimulai pada awal mungkin akan memperberat keluhan
pasien.
Latihan memperkuat otot punggung dengan memakai alat tidak terbukti lebih
efektif daripada latihan tanpa alat.
6. Terapi Farmakologis
a. Analgetik dan NSAID ( Non Steroid Anti Inflamation Drug)
obat ini diberikan dengan tujuan untuk mengurangi nyeri dan inflamasi
sehingga mempercepat kesembuhan. Contoh analgetik : paracetamol, Aspirin
Tramadol. NSAID : Ibuprofen, Natrium diklofenak, Etodolak, Selekoksib.
b. Obat pelemas otot (muscle relaxant)
bermanfaat bila penyebab NPB adalah spasme otot. Efek terapinya tidak
sekuat NSAID, seringkali di kombinasi denganNSAID. Sekitar 30% memberikan
efek samping mengantuk. Contoh Tinazidin, Esperidone dan Carisoprodol.
c. Opioid
Obat ini terbukti tidak lebih efektif daripada analgetik biasa yang jauh lebih
aman. Pemakaian jangka panjang bisa menimbulkan toleransi dan ketergantungan
obat.
d. kortikosteroid oral
Pemakaian kortikosteroid oral masih kontroversi. Dipakai pada kasusHNP
yang berat dan mengurangi inflamasi jaringan.
e. Anelgetik ajuvan
Terutama dipakai pada HNP kronis karena ada anggapan mekanisme nyeri
pada HNP sesuai dengan neuropatik. Contohnya : amitriptilin, Karbamasepin,
Gabapentin.
f. suntikan pada titik picu
Cara pengobatan ini dengan memberikan suntikan campuran anastesi lokal
dan kortikosteroid ke dalam jaringan lunak/otot pada titik picu disekitar tulang
punggung. Cara ini masih kontroversi. Obat yang dipakai antara lain lidokain,
lignokain, deksametason, metilprednisolondan triamsinolon.
7. Terapi operatif pada pasien dilakukan jika:
a. Pasien mengalami HNP grade 3 atau 4.
b. Tidak ada perbaikan lebih baik, masih ada gejala nyeri yang tersisa, atau ada
gangguan fungsional setelah terapi konservatif diberikan selama 6 sampai 12
minggu.
c. Terjadinya rekurensi yang sering dari gejala yang dialami pasien
menyebabkan keterbatasan fungsional kepada pasien, meskipun terapi
konservatif yang diberikan tiap terjadinya rekurensi dapat menurunkan gejala
dan memperbaiki fungsi dari pasien.
d. Terapi yang diberikan kurang terarah dan berjalan dalam waktu lama.Pilihan
terapi operatif yang dapat diberikan adalah:
a. Distectomy
Pengambilan sebagian diskus intervertabralis.
b. Percutaneous distectomy
Pengambilan sebagian diskus intervertabralis dengan menggunakanjarum secara
aspirasi.
c. Laminotomy/laminectomy/foraminotomy/facetectomy
Melakukan dekompresi neuronal dengan mengambil beberapa
bagian dari vertebra baik parsial maupun total.
d. Spinal fusion dan sacroiliac joint fusion:
Penggunaan graft pada vertebra sehingga terbentuk koneksi yangrigid diantara
vertebra sehingga terjadi stabilitas.
Rehabilitasi Medik
Pencegahan
Hernia nukleus pulposus dapat dicegah terutama dalam aktivitas fisikdan pola
hidup. Hal-hal berikut ini dapat mengurangi risiko terjadinyaHNP:5
a. Olahraga secara teratur untuk mempertahankan kemampuan otot,
seperti berlari dan berenang.
b. Hindari mengangkat barang yang berat, edukasi cara mengangkatyang
benar.
c. Tidur di tempat yang datar dan keras.
d. Hindari olahraga/kegiatan yang dapat menimbulkan trauma
e. Kurangi berat badan.
- PR Setelah Presentasi -
1. Indikasi operasi pada HNP
Tujuan terapi bedah : menghilangkan penekanan dan iritasi saraf. Tidak dapat
mengembalikan kekuatan otot tetapi dapat mencegah otot tidak menjadi lebih lemah
Indikasi :
a. Tidak ada kemajuan perawatan 4-6 minggu
b. Iskhialgia berat
c. Defisit neurologi menetap atau bertambah berat
d. Gangguan miksi, seksual, dan defekasi
e. Ada bukti klinik terganggunya radiks saraf
f. Ada paresis otot tungkai bawah
g. Sindroma kauda equina
h. Gangguan pada myelum (myelopati)
2. Efek samping Amitriptilin
a. Sistem saraf pusat : letargi dan sedasi
b. EENT : pandangan kabur, dry eyes, mulut kering
c. Cardiovaskuler : aritmia, dan hipotensi
d. Gastrointestinal : konstipasi, hepatitis, ileus paralitik, peningkatan nafsu makan
e. Genitourinary : retensi urin, penurunan libido
f. Kulit : fotosensitif
g. Endokrin : ginekomastia, dan perubahan kadar gula darah
3. Perbedaan dosis amitriptilin pada neuropati dan psikotik
a. Dosis amitriptilin untuk mengobati nyeri neuropati
- Dosis awal : 5- 10 mg di malam hari
- Dosis perawatan : 10–25 mg di malam hari. Dosis bisa ditingkatkan setiap 3–7 hari
tergantung kondisi pasien
Dosis awal: 25 mg, 2 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan secara bertahap sebanyak
25 mg setiap satu hari.
Dosis perawatan: 40–100 mg per hari.
Dosis maksimal: 150 mg per hari.
6. Perbaikan PPT
a) Kekuatan otot dihapus
b) Nervus kranial dihapus
c) Format penulisan PPT di poin-poin kan dengan ketentuan font yang benar
DAFTAR PUSTAKA
Adams and Victor’s Principle of Neurology 8th Edition, 2005, page 168 – 179.
Assessment of Back Pain – Best Practice: http://bestpractice.bmj.com/best-
practice/monograph/189/overview.html. diakses pada 25 Juni 2021.
Autio, R 2006, MRI of Herniated Nucleus Pulposus; Correlation with Clinical Findings,
Determinants of Spontaneous Resorption and Effects of Anti-Inflammatory Treatments on
Spontaneous Resorption, Oulu University, Finland, diakses pada 4 Juli 2021,
http://jultika.oulu.fi/files/isbn9514280954.pdf
Boos N, Weissbach S, Rohrbach H, et al. Classification of age-related changes in lumbar
intervertebral discs: 2002 Volvo Award in basic science. Spine. Dec 1 2002;27(23):2631-
44.
Fardon, DF et al. 2014, Lumbar Disc Nomenclature: Version 2.0, Recommendations of the
Combined Task Forces of the North American Spine Society, the American Society of
Spine Radiology and the American Society of Neuroradiology, The Spine Journal,
diakses pada 5 Juli 2021, http://www.thespinejournalonline.com/article/S1529-
9430(14)00409- 4/abstract
Pemeriksaan Klinik Neurologik Dalam Praktek oleh Dr. T. Juwono, Dokter Ahli Saraf,
R.S.P.A.D Gatot Subroto. HNP
Prof. Dr. Franco Postacchini’s Lumbar Disc Herniation , 1999, Department of Orthopedic
Surgery, University ‘ La Sapienza’.
Roberts S, Evans H, Trivedi J, Menage J. Histology and pathology of the human intervertebral
disc. J Bone Joint Surg Am. Apr 2006;88 (suppl 2):10-4.
Verhagen, A. P., Downie, A., Popal, N., Maher, C., & Koes, B. W. (2016). Red flags presented
in current low back pain guidelines: a review. European Spine Journal, 25(9), 2788–
2802. doi:10.1007/s00586-016-4684-0
Weinstein JN, Lurie JD, Tosteson TD, et al. Surgical vs nonoperative treatment for lumbar disk
herniation: the Spine Patient Outcomes Research Trial (SPORT) observational cohort.
JAMA. Nov 22 2006;296(20):2451-9