1. Latar belakang
Bercermin dari fakta diatas, maka salah satu upaya khusus untuk mencapai itu
semua adalah dengan melakukan upaya pendekatan-pendekatan yang persuasif,
komunikatif, dan inovatif, serta memperhatikan setiap segmen sasaran perbaikan.
Sehubungan dengan itu semua, advokasi gizi kepada semua pihak terkait sangatlah
dibutuhkan terutama kepada penentu kebijakan, berbagai sector, dan lembaga
perwakilan rakyat. Salah satu bahan yang dapat dijadikan rujukan atau informasi agar
penentu kebijakan tertarik dan peduli adalah meyakinkan bahwa gizi merupakan hak
asasi manusia, dan investasi bagi negara karena dengan meningkatkan status gizi,
IPM bisa meningkat sehingga kualitas SDM negara juga tinggi. Dengan adanya
dukungan dari penentu kebijakan dan masyarakat, tentunya gizi tidak lagi di anak
tirikan, sehingga tahap demi tahap banyak orang dapat sadar akan pentingnya aspek
gizi ini.
Perlu diketahui bersama bahwa tujuan umum kegiatan advokasi gizi ini tidak lain adalah
untuk memperoleh dukungan dan komitmen dalam upaya perbaikan gizi masyarakat yang
merupakan hak setiap warga negara Indonesia yang wajib dipenuhi baik berupa kebijakan
yang pro rakyat, dana, bantuan sarana dan prasarana, kemudahan, tindakan riil, dan segala
bentuk dukungan sesuai kondisi yang ada. Adapun target yang ingin dicapai yakni kesadaran
masyarakat akan pentingnya gizi, penyediaan anggaran untuk program gizi, perubahan
perilaku masyarakat menuju gizi seimbang, perbaikan status gizi masyarakat, dan komitmen
para pengambil keputusan untuk bersama-sama memecahkan masalah gizi di Indonesia.
Advokasi kepada pihak yang menentang juga diperlukan untuk meminimalisir adanya konflik
kepentingan dan politik diantara pihak-pihak yang potensial untuk itu.
1
2. Pengertian
e. Advokasi adalah upaya atau proses untuk memperoleh komitmen, yang dilakukan
secara persuasif dengan menggunakan informasi yang akurat dan tepat.
Melalui pelaksanaan advokasi gizi, pejabat publik menjadi paham terhadap masalah
gizi, kemudian tertarik, peduli, menjadikan program gizi menjadi agenda prioritas serta
bertindak memberikan dukungan untuk mengatasi masalah gizi yang ada di wilayah
kerjanya.
2
Dukungan tersebut, dalam bentuk :
Program gizi menduduki prioritas yang tinggi atau strategis dalam agenda
pembangunan daerah serta lintas sektor terkait.
a. Penyelenggaraan program gizi mendapat dukungan kebijakan yang kuat dalam
mengatasi masalah gizi.
3
b. Penyelenggaraan program gizi mendapat dukungan alokasi sumberdaya yang
diperlukan untuk meningkatkan status gizi masyarakat
c. Upaya mengatasi masalah gizi menjadi tugas dan tanggung jawab semua pihak,
jadi bukan merupakan masalah sektor gizi saja.
d. Program gizi dapat dirancang dengan baik, dan dapat terintegrasi dengan lintas
sektor terkait.
e. Penyelenggaraan program gizi akan lebih optimal sehingga dapat berdampak lebih
maksimal terhadap upaya mengatasi masalah gizi masyarakat.
f. Meningkatkan kinerja eksekutif dan legislatif dalam pembangunan gizi masyarakat
5. Sasaran Advokasi gizi
6. Jenis Advokasi
a. Advokasi reaktif terjadi apabila sasaran advokasi sudah merasakan adanya
masalah penting yang harus diatasi.
b. Advokasi pro-aktif apabila masalah telah terjadi, namun sasaran advokasi belum
memahami bahwa hal itu merupakan suatu masalahnya dan belum ada kepedulian.
4
Petugas advokasi harus melakukan kegiatan advokasi secara pro-aktif
Kegunaan mengetahui jenis advokasi ini adalah untuk menentukan pesan atau bahan
advokasi yang sesuai agar tujuan advokasi dapat mencapai harapan atau tujuan yang
diinginkan.
7. Unsur-unsur Advokasi
Ada delapan unsur-unsur advokasi yaitu; tujuan, pemanfaatan data dan riset,
identifikasi sasaran, pengembangan pesan, membangun koalisi, penyajian/
presentasi, dan penggalangan dana.
5
mengambil keputusan ketika disajikan data rinci mengenai besarnya masalah gizi
tertentu. Jadi penting diketahui, pesan apa yang diperlukan agak khalayak sasaran
yang dituju dapat membuat keputusan yang mewakili kepentingan advokator.
Misalnya menyusun materi pesan advokasi berupa data, informasi sebagai bukti
yang dikemas dalam bentuk table, grafik, atau diagram, disertai foto sebagai alat
bukti.
e. Membangun koalisi.
Sering kali kekuatan advokasi dipengaruhi oleh jumlah orang atau organisasi yang
mendukung advokasi tersebut. Hal ini sangat penting dimana situasi di negara
tertentu sedang membangun masyarakat demokratis dan advokasi merupakan
suatu hal yang relatif baru. Dalam situasi ini melibatkan banyak orang dan
mewakili berbagai kepentingan, sangat bermanfaat bagi upaya advokasi maupun
dukungan politis . Bahkan dalam satu organisai sendiri, koalisi internal yaitu
melibatkan berbagai orang dari berbagai divisi dalam mengembangkan program
baru, dapat membangun konsensus untuk aksi bersama. Pertimbangkan siapa
saja yang dapat diajak bermitra dalam aliansi atau koalisi upaya advokasi yang
dirancang.
6
8. Pendekatan Advokasi gizi
Ada lima pendekatan utama dalam advokasi gizi yaitu; melibatkan para pemimpin,
bekerja dengan media massa, membangun kemitraan, memobilisasi masyarakat dan
membangun kapasitas, secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut;
c. Membangun Kemitraan.
Dalam upaya advokasi sangat penting dilakukan membuat jejaring, kemitraan
yang berkelanjutan dengan individu, organisasi profesi, organisasi masyarakat dan
sektor lain yang bergerak dalam isu yang sama perlu dipertahankan sesuai dengan
perannya masing- masing. Model kemitraan yang tidak mengikat akan lebih
langgeng. Prinsip kemitraan seperti, kesetaraan, keterbukaan dan saling
menguntungkan menjadi acuan untuk mencari mitra yang cocok untuk advokasi
gizi.
d. Memobilisasi Massa.
Memobilisasi massa merupakan suatu proses mengorganisasikan individu yang
telah termotivasi ke dalam kelompok-kelompok atau mengorganisasikan
kelompok yang sudah ada. Dengan mobilisasi agar motivasi individu dapat diubah
menjadi tindakan kolektif. Pada tahap awal dapat melibatkan orang yang
mempunyai pengaruh dan dipercaya seperti tokoh masyarakat, tokoh agama,
mereka perlu diidentifikasi serta diberi informasi tentang isu advokasi yang dipilih.
Juga kelompok mahasiswa, pelajar yang mempunyai minat yang sesuai dengan isu
advokasi dapat dilibatkan untuk mobilisasi massa.
7
e. Membangun Kapasitas
Membangun kapasitas maksudnya melembagakan kemampuan untuk mengelola
program yang komprehensif dan membangun critical mass pendukung yang
memiliki ketrampilan advokasi. Kelompok profesi, LSM juga kelompok diluar
bidang gizi seperti WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indomesia) yang bergerak
dalam isu lingkungan, kelompok advokasi untuk masyarakat miskin perkotaan,
dan KUIS ( Koalisi Untuk Indonesia Sehat) yang bergerak dalam advokasi
kesehatan dalam desentralisasi. Kegiatan membangun kapasitas dapat dilakukan
dengan pelatihan dan memberikan bantuan teknis oleh organisasi tertentu,
misalnya Asia Foundation, John Hopkins University.