Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENGANTAR TEKNIK SUNGAI


(RIVER ENGINEERING)
1. UMUM

Makhluk hidup yaitu tumbuh – tumbuhan, hewan, dan manusia untuk melangsungkan
kehidupannya selalu membutuhkan air.Sumber – sumber air berasal dari; mata air, air tanah, air
artesis, danau, danau buatan (waduk), air hujan, air pasang surut dan sungai. Kelebihan curah
hujan dan kelebihan air tanah akan mengalir kelembah membentuk alaur – alur atau saluran yang
lazim disebut Sungai.
Air sungai digunkan untuk berbagai tujuan yaitu:
a) Air bersih untuk keperluan air minum
b) Air untuk keperluan pertanian
c) Air untuk keperluan tenaga listrik
d) Air untuk keperluaan industri
e) Air untuk keperluan navigasi
f) Dan sebagainya.

Aspek negative bagi keberadaan air sungai terhadap kehidupan adalah:


a) Kelebihan air pada musim penghujan yang mungkin mengakibatkan banjir – banjir
b) Kekurangan air pada musim kemarau yang mungkin mengakibatkan kekeringan
c) Erosi pada sungai
d) Transportasi sedimen maupun material yang mengakibatkan pencemaran lingkungan
e) Pada muara sungai terutama karena pengaruh pasang surut laut, sehingga menimbulkan
penutupan muara oleh sedimen

2. DEFINISI

Teknik sungai adalah ilmu yang memepelajari bagaimana metode untuk menetapkan
manfaat air sungai semaksimal mungkin dan bagaimana metode menekan agar aspek – aspek
negatif pengaruhnya seminimal mungkin.Dengan kata lain bagaiman kita mengaplikasikan ilmu
dan teknologi secara integral, agar sungai tersebut dapat dimanfaatkan sebesar – besarnya bagi
keperluan kehidupan makhluk.
Ilmu dan teknologi yang dimaksud menyangkut aspek – aspek sebagai berikut:
a) Topografi
b) Meteorologi, Klimatologi
c) Hidrologi
d) Hidrolika
e) Geologi dan Mekanika Tanah
f) Geomorpfologi
g) Tata guna tanah
h) Ekologi
i) Lingkungan hidup

3. PENGGOLONGAN TEKNIK SUNGAI


Teknik sungai dapat digolongkan dalam tiga tipe pokok yaitu:
a) Pengaturan saluran (channel regulation)
b) Pengaturan debit (water discharge regulation)
c) Pengaturan Muka Air Sungai (river water level regulation)

Jenis pekerjaan sungai tergantung pada maksud dan tujuan pemanfaatkan sungai
apakah untuk keperluan ekaguna (single-purpose) atau untuk keperluan serbaguna
(multipurpose). Maksud dan tujuan pemanfaatan sungai yaitu untuk keperluan:
• Penanggulangan banjir
• Navigasi
• Tenaga air
• Air minum
• Air untuk industry
• Kolmatase (meninggikan tanah yang rendah / rawa dengan pengendapan lumpur yang
dikandung oleh air irigasi)
• Irigasi
• Dan sebaginya

a) Pengaturan Saluran

Pengaturan saluran dimaksudkan agar dimensi (ukuran saluran) pada sungai


diformulasikan sesuai dengan bentuk rancangan yang diperlukan untuk tujuan tertentu.Jadi lebar
dan kedalaman saluran pada sungai diatur sedemikian rupa supaya profil tertentu tersebut dapat
dipertahankan sepanjang tahun, lazim disebut “normalisasi sungai”.

Maksud dan tujuan normalisasi adalah untuk keperluan navigasi, melindungi tebing
sungai karena erosi (kikisan), atau untuk memperluas profil sungai guna menampung banjir –
banjir yang terjadi.Pekerjaan untuk normalisasi untuk sungai antara lain menggunakan mesin
pengurukan (dredging machine), pemasangan krib (groynes), pemasangan tanggul kanan kiri
sungai (levee), pemasangan pelindung tebing (revetment), pemasangan ambang terendam
(submerged sill) dan lain – lain.

b) Pengaturan Debit

Curah hujan sepanjang tahun selalu berubah – ubah tergantung pada musim, hal ini
mempengaruhi banyaknya air yang mengalir disungai. Maka kondisi ini akan menyulitkan
pengaturan debit bagi keperluan navigasi, irigasi, tenaga air dan lain – lain. Maka untuk itu sungai
– sunagi yang fluktuasi debit sungai besar yaitu perbandingan debit maksimum dan minimum
cukup besar, maka debit sungai perlu diatur. Pengaturan dilakukan dengan cara membangun
bendungan besar, sehingga air ditampung dalam suatu waduk (reservoir) tahunan sedangkan
debit sungai melalui outlet structure (bangunan pengeluaran) dapat diatur sepanjang tahun.
Maka perlu dipasang peralatan debit hydrograph pada sungai disebelah hilir (downstream)
waduk.

c) Pengaturan Muka Air Sungai

Pengaturan muka air sungai ini dimaksudkan untuk meninggikan muka air sungai dengan
membangun sebuah ambang pada palung sungai yang berupa “BENDUNG” (WEIR) dan air yang
dialirkan melalui saluran buatan.Maksud dan tujuan tersebut digunakan untuk berbagai tujuan
yang telah disebutkan dimuka.

4. METODE PENDEKATAN
Toeri teknik sungai dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu:

a. Tenik sungai secara umum (General river engineering) yang mengaplikasikan berbagai macam
tipe pekerjaan di sungai yaitu:
• Pengaturan saluran
• Konstruksi pelindung tebing (revetment protection)
• Konstruksi pelindung dasar sungai (bottom revetment)
• Konstruksi tanggul (dike construction) untuk melindungi terhadap luapan banjir
• Pengeruk dasar sungai (dredging works)
• Konstruksi pengalihan aliran sungai (river diversion works)
• Pengaturan muka air sungai (river water level regulation)
• Pengendalian aliran sedimentasi (sediment control)

b. Teknik sungai secara spesifik (spesifik river engineering).


Teknik sungai secara spesifik adalah ilmu yang mempelajari pemanfaatan air sungai untuk
berbagai macam tujuan antara lain untuk tujuan pengendalian banjir, irigasi, tenaga air, drainase,
water supply navigasi dan sebagainya.
BAB II
KARAKTERISTIK SUNGAI

1. Saluran (The Channel)

Karakter sungai berbeda-beda, tergantung pada factor geologi, morfologi, vegatasi, iklim,
curah hujan dan sebagainya.Volume rata-rata air yang diangkut bervariasi setiap sungai, nilainya
daripada Qmaks/Qmin. Ini menunjukan kondisi rata-rata sungai-sungai yang memiliki tingkat
variasi musiman memiliki perbedaan yang menyolok.

2. Faktor Sedimentasi

Faktor sedimentasi dipertungkan atas dasar sejumlah sedimen yang diangkut dan terhadap
rasio sejumlah sedimen yang mengalir melalui penampang sungai per satuan waktu dan
didasarkan atas luas DAS. Untuk menyederhanakan perhitungan dapat dianalisa dari 9 variabel
berdasarkan geomorfologi sungai, yaitu arah utama pengaliran (X), waktu (t), debit air (Q),
sedimen transpor (S), Lebar saluran sungai (B), kedalaman saluran sungai (h), gradient sungai (i),
diameter sedimen (D), koefisien dasar sungai (C).

Fungsi sungai pada dasarnya adalah sebagai pengaliran sejumlah air dan sejumlah
sedimentasi.Perubahan kondisi sungai tergantung dari konteks dasar equilibrium. Untuk
mengendalikan sebagian dari pengaruh sedimen dpat dibangun bendung pada palung sungai
.intinya aspek sungai yang paling menarik adalah sejumlah air yang dialirkan dan sejumlah
sedimen yang diangkut.

3. Karakteristik (Perilaku) Sungai


Alur sungai terbentuk secara alamiah.Air mengalir dari atas ke bawah dan berkumpul
menjadi saluran di lembah dan dialirkan ke danau atau ke laut karna itu disebut juga saluran
drainage. Pengaliran air baik yang di permukaan tanah maupun di dasar sungai akan menggerus
tanah dasarnya secara terus-menerus sepanjang masa.

Volume sedimen yang terbawa oleh pengaliran sebagai hasil erosi maupun reruntuhan
tebing-tebing sungai dimulai dari sumber mata air di daerah pegunungan dan terangkut ke hilir
kemudian terkumpul ke sungai yang seterusnya terangkut ke laut.Di daerah pegunungan
kemiringan sangat tajam sehingga pengaliran menjadi deras dan kecepatan tinggi. Kecepatan
pengaliran semakin ke hilir semaki melambat dan akan mencapai nol (V = 0) apabila mencapai
muara di danau atau di laut.

Endapan-Endapan sedimen tersebut diangkut, endapan sedimen yang berat jenisnya tinggi
diendapakan terlebih dahulu berangsur-angsur yang berat jenisnya lebih ringan diendapkan
kemudian. Kejadian tersebut dipengaruhi oleh poses erosi dan sedimentasi.

4. Lembah Dan Dataran Genangan


Daerah aliran sungai dibagi atas 3 daerah aliran yaitu Daerah aliran hulu (upstream),
Daerah aliran tengah (middle stream) dan Daerah aliran hilir (downstream).
Daerah hulu umumnya terdiri dari pegunungan, lembah sungai potongan melintangnya
berbentuk V. Pengaliran baik melalui dinding lembah dan dasar sungai sepanjang masa
cenderung mengkikis dasar tanah.Kikisan ini cenderung arah vertical. Namun di daerah aliran
tengah dan di daerah aliran hilir potongan memanjang sungai mendekati equilibrium dan pola
erosi cenderung horizontal dan membentuk lembah melebar.
Berdasarkan karakateristik hidrologi, pengaliran dapat diklasifikasikan ke dalam 2 tipe
yaitu tipe meander dan tipe berjalin (braided type).
Apabila perbedaan antara debit banjir maksimum dan debit minimum tidak besar sedang
dasar sungai mendekati profil equilibrium maka pengaliarannya akan berbentuk sinusoidal dan
termasu pada tipe meander. Di bagian luar busur saluran akan tererosi sedangkan bagian dalam
akan terjadi endapan. Pada akhirnya meander akan bergerak perlahan-lahan ke arah hilir. Pada
musim banyak hujan maka akan meluap ke kanan dan ke kiri dan akan membentuk dataran yang
tergenang (flood plain).

Pada sungai-sungai dimana perbedaan debit makasimum dan debit minimum lebih besar
daripada 50 maka tidak akan membentuk meander. Perilaku sungai lainnya akan didapatkan
yaitu pada banjir-banjir besar dimana dinding lembah tererosi dan mengangkut material kasar
dan kemudian membentuk sungai-sungai cabang yang parallel dan saling berhubungan yang
disebut tioe berjalin (braided river).

5. Tipe Sungai
Dari sudut topgrafi susunan sungai induk dan cabang-cabangnya dapat dibedakan dalam 3
tipe :
▪ Tipe Bulu Ayam
Susunan sungai induk dengan anak-anak sungai semacam bulu ayam yang terdiri dari
batang, cabang dan ranting.
▪ Tipe Sejajar
Cabang-cabang besar menngalir parallel (sejajar) kemudian setelah mendekati muara
mereka bertemu dan berkumpul menjadi sungai induk.
▪ Tipe Kipas
Anak-anak yang mengalir dari segala penjuru menuju ke titik pusat dan mengalir ke laut.
Secara umum dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut :
- Pada kondisi tanah yang lapisannya rembes air (permeable), angka kerapatannya kecil.
- Pada kondisi tanah yang lapisannya kedap air (impermeable), angka kerapatannya besar.

6. Kipas Aluvial (Alluvial Fans)

A. Kondisi Topografi
Berdasarkan kondisi topografi transisi antara daerah pegunungan dan daerah dataran
berbeda-bada, ada yang perubahan dari pegunungan ke dataran kelandaiannya beraturan, ada
yang tidak beraturan bahkan ada yang sekoyong-koyong (abrupt) berubah, sehingga terjadi air
terjun. Hal ini sangat tergantung daripada kondisi geologi maupun kondisi geomorfologi, antara
lain alur sungai melalui patahan (fault).
Dalam keadaan transisi yang tiba-tiba dari pegunungan ke daratan, maka kemampuan
transportasi dari pengaliran sungai juga akan berkurang sekali. Kalau daratan itu luas, maka
sungai akan membentuk cabang-cabang sungai atau delta sungai di dekat muara. Di sini endapan
alluvium akan tersebar luas dimulai dari kaki pegunungan dan berbentuk kipas.
Jenis-jenis endapan dimulai dari batu bongkahan (boulder) yang diendapkan terlebih
dahulu di kaki pegunungan atau puncak kipas (apex) berturut-turut batuan yang ukuran lebih
kecil, kemudian krakal-krikil-pasir dan terakhir lumpur (silt) dan tanah liat (clay). Lumpur dan
tanah liat diendapkan pada bagian alas (base) dari kipas tersebut. Kipas alluvial luasnya
bervariasi kadang-kadang radiusnya mencapai lebih daripada 50 km. Sudut celupan (dip) pada
permukaan kipas alluvial jarang melebihi 10°, pada umumnya 5° atau 6°. Pada umumnya kipas
alluvial ditemukan pada daerah pegunungan yang reliefnya tajam-tajam dan pembentukan
sungai-sungai menonjol.Kipas alluvial jga dapat terbentuk di daerah yang kondisi iklimnya
lembab. Alluvial terbentuk karena tumpukan endapan dari hasil pelapukan tanah dari sebelah
hulu.
Kelompok-kelompok endapan yang terkumpul di dataran atau di dearah kipas dapat
dibedakan sebagai alluvial sebagai berikut.
- Alluvial berupa lembaran karena banjir
- Alluvial berupa lembaran karena pengaliran normal
- Alluvial berupa hasil dari hujan local

Alluvial yang terbentuk dari banjir-banjir karena dibawa oleh pengaliran dari pegunungan
melalui lembah-lembah (jumlah butiran kasar banyak tetapi sesaat).Alluvial yang terbentuk
karena pengaliran normal komposisi butiran dapat dikatakan seragam, tetapi karena periodenya
lama, maka tumpukan cukup tebal.
Adapun distribusi ukuran butiran (the grain size distribution) dari endapan sangat
bervariasi dan dalam hal ini sebagai fungsi dari :
a. Komposisi ukuran butiran dari hasil pelapukan batuan asli.
b. Tipe pengangkutan endapan dan jenis butiran endapan, yaitu besarnya debit pengaliran dan
ukuran butiran (grain size) yang diangkut.
c. Jarak material yang diangkut. Material yang diangkut dengan jarak yang dekat dengan
sendirinya butirannya besar-besar dan sedikit terurai menjadi butiran yang lebih kecil.

B. Susunan Tanah (Soil Structure)


Susunan tanah adalah susunan partikel tanah utama dan partikel tanah sekunder.Partikel tanah
utama merupakan susunan yang terdiri dari kerikil (gravel), pasir (sand), lumpur (silt), dan tanah
liat (clay).Partikel tanah sekunder merupakan susunan dari agregat mikro yang terdiri dari
mineral dan organic.Dalam tanah yang telah tersusun, ukuran dan bentuk agregat menjadi model
terhadap tempat retakan maupun pori-pori. Pergerakan air pada dasarnya akan melalui retakan-
retakan atau lubang pori yang besar.
Terdapat 4 aspek dalam susunan tanah yaitu :
a. Berdasarkan penyelidikan lapangan apa yang kelihatan dari bentuk dan ukuran butir-butiran
dapat dibedakan sekilas mengenai butir-butiran, warna, rupa dan sebagainya terhadap
susunan tanah tersebut.
b. Spasi-spasi yang terkandung dalam susunan tanah itu baik makro maupun agregat mikro
ataupun distribusi ukuran pori-porinya.
c. Susunan stabilitas tanah, khususnya tanah teratas (topsoil) atau lapisan-lapisan yang dapat
dibajak (plough layer).
d. Profil susunan tanah, macam tanah, ketebalan tanah dan urut-urutan lapisan terhadap
macam-macam susunan horizontal tanah tersebut.

Struktur Makro
Struktur makro dari tanah dapat dibedakan oleh :
a. Susunan sederhana, berhubungan (coherent) atau tidak berhubungan (non coherent), dimana
bidang-bidang belahannya (cleaved plane) tidak tersusun.

Adapun susunan ini sebagai bentuk sebagai berikut :


- Butiran tunggal (single grain), biasanya pasir lepas dan lumpur yang mengandung bahan
organic, dan susunan padat ; biasanya pasir bertanah pekat, lumpur pekat.
Susunan tersebut pada umumnya saling melekat karena adanya tanah liat atau benda organic
lainnya, namun pecah-pecah atau belahan tidak terlihat.
- Susunan agregat dimana secara alami terlihat adanya belahan-belahan. Agregat ini dapat
segera terlihat apabila telah diadakan penggalian maupun pembajakan.
Susunan tanah dapat dibedakan dalam 4 tipe utama berdasarkan panjang garis sumbu (relative)
baik vertical maupun horizontal, kontur dan sudut-sudut yaitu :
1. Platy
Dimensi horizontal lebih besar daripada vertical (dominasi oleh belahan bidang horizontal
dimana klas medium 2-10 mm).
2. Prismatic
Apabila agregat didudukan secara vertical berbentuk seperti prisma bulatan di puncak separti
kolom. (klas medium 20-55 mm).
3. Blocky
Dimensi vertical dan horizontal hampir sama (klas medium 10-20 mm). Blok-blok yang bersudut,
permukaan datar dengan sudut-sudut tajam.Blok-blok yang tidak bersudut, muka datar dengan
sudut-sudut yang bulat.
4. Granular
Butiran-butiran bulat dengan muka dan seragam. Apabila didapatkan butiran-butiran yang muka
dan ukurannya tidak sama, maka disebut Crumb. Struktur tanah ini lebih bersifat porous (mudah
lolos air).

Jenis-jenis struktur tanah :


· Susunan tanah yang lemah (weakly structured soil)
· Susunan tanah yang cukup (well structured soil)
· Susunan tanah yang kuat (strongly developed soil structured)
· Susunan tanah yang baik (good structure)
· Susunan tanah yang jelek (bad structure)

C. Distribusi Porositas Pada Tanah (Pore Distribution On Soil)


Terdapat 2 genetik utama pada pori-pori tanah yaitu :
a) Spasi antar agregat dimana pori-pori tersebut sebagai hasil bersama-sama dari partikel-partikel
tanah (The aggregation of soil particles).
b) Pori-pori akibat akar-akar dari tumbuhnya tanaman-tanaman (rootlets of plant growth), dan
makhluk hidu dalam tanah (soil fauna)
Jenis-jenis pori :
- Makro, ukurannya 100 mikron, berfungsi dalam aerasi dan dranage (pengaliran gravitasi)
- Meso, ukurannya berkisar 30-100 mikron, berfungsi dalam kelakuan air (pengaliran kapasitas
cepat)
- Mikro, ukurannya antara 3-30 mikron, berfungsi sebagai penghalang pengaliran (water
retention). Pengaliran kapilaritas perlahan-lahan.

D. Stabilitas Susunan Tanah (Structural Stability Of Soil)


Variasi agregat dipengaruhi oleh kondisi alam seperti curah hujan, iklim, gempa bumi, pengaliran
permukaan dan penyaluran dalam tanah, erosi, aerasi, vegetasi, dan sangat tergantung pada
stabilitas lapisan tanah bagian atas (top soil).Bahan organic juga menentukan stabilitas tanah
baik kuantitas maupun macamnya.Susunan tanah yang stabil apabila mengandung bahan
organic, lumpur yang banyak, pasir halus yang banyak, dan tanah liat yang banyak.

E. Kepekatan Tanah (Soil Consistence)


Kepekatan tanah tergantung pada manifestasi gaya-gaya fisik kohesi dan adhesitanah itu sendiri
dalam berbagai macam keadaan kelengasan atau keadaan kering, keaddan lembabatau keadaan
basah kondisi sebagai kenyataan terhadap perilaku tanah karena adanya tegangan mekanik
maupun gaya berat. Kepekatan tanah akan ditentukan oleh adanya suatu periode pembajakan
atau pemadatan.
Tanah friabilitas adalah lepas-lepas (loose), sanagat mudah hancur, mudah hancur, sulit hancur,
sangat sulit hancur dan paling sulit hancur.
Tanah kering adalah lepas-lepas, lunak (soft),agak keras (slightly hard), keras, sangat keras, luar
biasa keras (extremely hard)
Plastisitas tanah berhubungan dengan kesanggupan dari tanah basah menurut kelembaban
tertentu. Kepekatan dapat dilakukan dengan cara pemadatan tanah (soil compaction). Dengan
cara ini tanah menjadi padat derajat kepekatan naik karena partikel-partikel tanah saling
berdesakan dan hasilnya porositan tanah semakin rendah.
F. Warna Tanah
Secara alamiah warna tanah berasal dari material nenek moyangnya yang bersenyawa dan
bergabung menjadi susunan tanah.Hal ini tergantung pada factor internal dan eksternal dari
sistem drainage temperature juga karena adanya sisipan mineral-mineral logam dan
sebagainya.Pada umumnya warna tanah di permukaan diselimuti oleh partikel mineral. Pada
tanah yang langsung terkena udara umumnya berwarna coklat tua. Apabila terhidrasi oleh Fe
warna tanah kekuning-kuningan atau kemerah-merahan.Apabila tereduksi oleh ferric iron warna
tanah adalah kelabu. Pada letak horizontal umumnya warna seragam dan kadang-kadang
berbintik-bintik warna merah, kuning atau warna lainnya tergantung proses oksidasi dan
periode reduksiakibat kondisi fluktuasi air yang menggenanginya. Factor diagnose yang penting
mengenai warna ialah adanya genangan air sementara karena pengaruh akar tumbuh-tumbuhan
dan pengaruh aerasi.

G. Kelembaban Tanah
1. Air yang dapat dipindahkan dari tanah
Sejumlah air yang dapat dipindahkan dapat melalui gravitasi atau oleh tenaga kapilaritas atau oleh
kedua-duanya.Struktur tanah berarti kondisi susunan butir tanah yang menghasilkan suatu
bentuk ikatn tertentu secara alamiah. Tanah yang berbutir kasar didapatkan ruang pori yang
tidak terputus atau kontinyu yang menyababkan mudah meloloskan air. Tanah yang berbutir
halus, air di dalam pori tidak dapat dengan segera meloloskan air apabila tanah di atas tidak
mendapatkan beban. Keluarnya air dari pori-pori tanah menyababkan butir-butir semakin
merapat karena terjadi penurunan tanah.
2. Air yang dapat ditahan oleh tanah
Suatu lapisan dikatakan lolos air apabila karena gravitasi air dapat dipindahakan atau tanah
tersebut mempunyai sifat mengalirkan air cukup baik.
Suatu lapisan tanah disebut semi pervious apabila sifat-sifat meloloskan air kurang baik.Aliran air
dalam lapisan ini hanya bergerak secara vertical.
Sutu lapisan tanah disebut impervious apabila kemampuan meloloskan air sangat kecil dan hanya
sedikit sekali air yang dapat melaluinya baik secara vertical maupun horizontal.
Lapisan tanh yang kedap air jarang dijumpai di permukaan tanah tetapi banyak didapat pada
lapisan yang lebih dalam akibat proses pemadatan, sedimentasi dan proses konsolidasi.
Masalah aliran air tanah dari sistem aquifer dikenal :
- Air tanah yang tidak terkurung atau tidak tertekan (Unconfined groundwater)
- Aiar tanah yang agak terkurung (Semi confined groundwater)
- Air tanah yang terkurung (Confined groundwater)
Air tanah yang dapat dipindahkan dapat juga disebut air bebas.
Dalam istilah teknik sipil klasifikasi tanah dibedakan dalam batuan massif (rock), batu
glondongan (boulder atau cobble stone), kerikil (gravel), pasir (sand) dan lempung (clay).

Anda mungkin juga menyukai