Anda di halaman 1dari 7

A.

Konsep Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman (Bebas Nyeri)


Lanjut usia adalah masa perkembangan terakhir dalam hidup manusia. Perkembangan
yang dimaksud disini bukan mengarah pada perkembangan fisik seperti yang dialami
remaja. Melainkan adaIah perkembangan psikologis dan sosialnya. Hal ini seperti
diuraikan oleh Erikson, bahwa tugas perkembangan di lanjut usia adaIah tercapainya
integritas dalam diri seseorang. Artinya seorang lanjut usia memiliki tanggung jawab
untuk dapat berhasil memenuhi komitmen dalam hubungan dengan dirinya sendiri dan
dengan pribadi lain.
Upaya seseorang untuk memenuhi kebutuhanya sebagai manusia, adalah dengan cara
memenuhi kebutuhan dasar yang sangat vital. Pemenuhan kebutuhan dasar merupakan
hal-hal yang harus dipenuhi untuk mengembalikan tingkat kesehatan yang lebih optimal.
Maslow menguraikan lima kebutuhan bertingkat: kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan
rasa aman, kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan akan rasa harga diri dan kebutuhan
untuk mengaktualisasi diri. Jika kebutuhan satu telah terpuaskan, maka kebutuhan yang
lebih tinggi akan muncul menuntut kepuasan, demikian seterusnya.7 Manusia
mempunyai kebutuhan dasar, dimana kebutuhan dasar tersebut merupakan unsur yang
dibutuhkan manusia untuk mempertahankan keseimbangan fisiologis dan psikologis.
Begitu juga dengan para lansia yang berada di panti jompo yang sudah tidak lagi tinggal
bersama keluarganya membutuhkan kasih sayang dari keluarga maupun orang sekitarnya.
Jika kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman telah terpenuhi, maka muncullah
kebutuhan akan kasih sayang. Kebutuhan-kebutuhan ini meliputi dorongan untuk
dibutuhkan oleh orang lain agar ia dianggap sebagai warga komunitas sosialnya. Bentuk
akan pemenuhan kebutuhan ini seperti kebutuhan untuk dekat pada keluarga dan
kebutuhan antar pribadi seperti kebutuhan untuk memberi dan menerima cinta.
Kenyamanan atau rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar
manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan
penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan
tentang sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri). Kenyamanan harus dipandang secara
holistik yang mencakup empat aspek yaitu:
1. Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh.
2. Sosial, berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan sosial.
3. Psikososial, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri sendiri yang
meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan.
4. Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal manusia
seperti cahaya, bunyi, temperatur, warna, dan unsur alamiah lainnya (Wahyudi &
Abd.Wahid, 2016).
Dalam meningkatkan kebutuhan rasa nyaman diartikan perawat lebih memberikan
kekuatan, harapan, dorongan, hiburan, dukungan dan bantuan. Secara umum dalam
aplikasinya pemenuhan kebutuhan rasa nyaman adalah kebutuhan rasa nyaman bebas
dari rasa nyeri, dan hipo/hipertermia. Hal ini disebabkan karena kondisi nyeri dan
hipo/hipertermia merupakan kondisi yang mempengaruhi perasaan tidak nyaman
pasien yang ditunjukkan dengan timbulnya gejala dan tanda pada pasien (Wahyudi &
Abd.Wahid, 2016).
1. Pengertian Nyeri
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak meneyenagkan bersifat sangat
subjektif karena perasaan nyeri beerbeda pada stiap orang dalam hal sekala atau
tingkatanya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau
mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya. Berikut adalah pendapat beberapa ahli
mengenai pengertian nyeri:
a. Mc. Coffery, mendefinisikan nyeri sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi
seseorang yang keberadaanya di ketahui hanya jika seseorang tersebut pernah
mengalaminya.
b. Wolf Waisfel Feurst, mengatakan nyeri merupaksn suatu perasaan menderita
secara fisik dan mental atau perasaan yang bisa menimbulkan ketegangan.
c. Arthur C, Curton, mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu mekanisme produksi
bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang di rusak, dan menyebabkan individu
tersebut bereaksi untuk menghilangkan rangsangan nyeri.
d. Serumum, mengartikan nyeri sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan
akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke otak
dan di ikuti oleh reaksi fisik, fisiologi, dan emosional.
2. Fisiologi Nyeri
Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan.
Reseptor nyeri yang di maksud adalah noociceptor, merupakan ujung-ujung saraf
sangat bebas yang memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki myelin yang
tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada kulit dan mukosa, khususnya
pada visera, persendian, dinding arteri, hati, dan kandung empedu,. Reseptor nyeri
dapat memberikan respons akibat adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi
tersebut dapat berupa zat kimiawi seperti histamin, bradikinin, prostaglandin, dan
macam-macam asam yang di lepas apabila terdapat kerusakan pada jaringan
akibat kekurangan oksigen. Stimulasi yang lain dapat berupa termal, listrik, atau
mekanis.
Selanjutnya, stimulasi yang diterima oleh reseptor tersebut di transmisikan
beruma impuls-impuls nyeri ke sumsung tulang belakang oleh dua jenis tersebut
yang bermielin rapat atau serabut A (delta) atau serabut lamban (serabut C).
Impuls-impuls yang di transmisikan oleh serabut delta A mempunyai sifat
unhibitor yang di transmisikan ke serabut C, serabut-serabut aferen masuk ke
spinal melalui akar dorsal (dorsal root) serta sinaps pada dorsal horn. Dorsal horn
terdiri atas beberapa lapisan atau laminase yang saling bertautan. Di antar lapisan
dua da tiga terbentuk subtantia gelatinosa yang merupakan saluran utama impuls.
Kemudian, impuls nyeri menyebrangi sumsum tulang belakang pada interneuron
dan bersambung ke jalur spinal asendens yang paling utama, yaitu jalur
spinochalamictract (STT) atau jalur spinochalamus dan spinoreticular tract (SRT)
yang membawa informasi tentang sifat dan lokasi nyeri. Dari proses transmisi
tersebut terdapat dua jalur mekanisme terjadinya nyeri, yaitu jalur opiate dan jalut
nonopiate. Jalur opiate di tandai oleh pertemuan reseptor pada otak yang tterdiri
atas jalur 35 spinal desendens dan thalamus yang melalui otak tengah dan medula
ke tanduk dorsal dari sumsung tulang belakang yang berkonduksi dengan
nociceptor impuls supresif. Serontonin merupakan neurotransmiter dalam impuls
supresif. Sistem supresif lebih mengaktifkal stimulasi nociceptor yang di
transmisikan oleh serabut A. Jalur nonopiate merupakan jalur desenden yang
tidak memberikan respons terhadap noloxone yang kurang banyak diketahui
mekasinismenya (Barbara C.Long)
3. Klasifikasi Nyeri
Klasifikasi nyeri secara umum dibagi memjadi dua, nyeri akut dan nyeri kronis,
nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara medadak dan cepat menghilang,
yang tidak melebihi 6 bulan dan ditandai adanya peningkatan tegangan otot. Nyeri
kronis merupakan nyeri yang timbuls secara berlahan lahan, biasanya berlangsung
cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan. Yang termaksud dalam kategori nyeri kronis
adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis. Ditinjau dari
sifat terjadinya, nyeri dapat dibagi ke dalam beberapa kategori, diantaranya nyeri
tertusuk dan nyeri terbakar.
4. Stimulasi Nyeri
Seseorang dapat menoleransi, menahan nyeri (pain tolerance), atau mengenali
jumlah stimulasi nyeri sebelum merasakan nyeri. Terdapat beberapa stimulasi
nyeri, di antaranya:
a. Trauma pada jaringan tubuh, misalnya karena bedah akibat terjadinya
kerusakan jaringan dan iritasi secara langsung pada reseptor.
b. Gangguan pada jaringan tubuh, misalnya karena edema akibat terjadinya
penekanan pada reseptor nyeri.
c. Tumor, dapat juga menekan pada reseptor nyeri.
d. Iskemia pada jaringan, misalnya terjadi blokade pada arteria koronaria
yang menstimulasi reseptor nyeri akibat tertumpuknya asam laktat
e. Spasme otot, dapat menstimulasi mekanik.
5. Teori Nyeri
Terdapat beberapa teori tentang terjadinya rangsangan nyeri, di antaranya:
a. Teori Pemisahan (Specificity theory) Rangsangan sakit masuk ke medula
spinalis melalui kornul dorsalis yang bersinaps di daerah posterior,
kemudia naik ke tractus lissur dan menyilang ke garis median ke sisi
lainya, dan berakhir di korteks sensori tempat rangsangan nyeri tersebut di
teruskan.
b. Teori Pola (Pattern Theory) Rangsangaan nyeri masuk melalui akar
ganglion dorsal ke medula spinalis dan merangsang aktifitas sel T. Hal ini
mengakibatkan suatu respons yang merangsang ke bagian yang lebih
tinggi, yaitu korteks serebri, serta kontraksi menimbulkan persepsi dan
otot erkontraksi sehingga menimbulkan nyeri. Persepsi dipengaruhi oleh
modalitas respons dari reakti sel T.
c. Teori Pengendalian Gerbang ( Gate Control Theory) Nyeri tergantung dari
kerja syarafbesar dan kecil yang keduanya berada pada akar ganglion
dorsalis. Rangsangan pada saraf-saraf besar akan menigkatkan aktivitas
substansia ganglion yang mengakibatkan tertutupnya pintu mekanisme
sehingg aktifitas sel T terhambat dan menyebabkan hantaran rangsangan
ikut terhambat. Rangsangan saraf besar dapat langsung merangsang
korteks serebri. Hasil persepsi ini akan di kembalikan ke dalam medula
spinalis melalui saraf efeen dan reaksinya akan mempengaruhi aktifitas sel
T. Ragsangan pada serat kecil akan menghambat aktifitas 39 substansia
gelatinosa dan membuka pintu mekanisme, sehinga merangsang aktifitas
sel T yang selanjutnya akan meghantarkan rangsangan nyeri.
d. Teori Transmisi dan Inhibisi Adanya stimulasi pada nociceptor memulai
transmisi impuls-impuls saraf, sehigga transmisi impuls nyeri menjadi
efektif oleh neurotransmiter yang spesifik. Kemudian, inhibisi imouls
nyeri menjadi efektif oeh impuls-impuls pada serabut serabut besar yang
memblok impuls-impuls pada serabut lamban dan endogen opiate sistem
supresif.
6. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Nyeri
Pengalaman nyeri pada seseorang dapat di pengaruhi pleh beberapa hal, di
antaranya adalah:
a. Arti Nyeri.
Arti nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir
sebagian arti nyeri mrupakan arti yang negatif, seperti membahayakan,
merusak, dan lain-lain. Keadaan ini di pengaruhi oleh berbagai faktor,
seperti usia, jenis kelamin, larat belakang busaya, lingkungan, dan
pengalaman.
b. Persepsi Nyeri
c. Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subjektif tempatnya pada
korteks pada fungsi evaluatif kognitif. Persepsi ini di pengaruhi oleh
faktor yang dapat memicu stimulasi nociceptor
d. Toleransi Nyeri
Toleransi ini erat hubunganya dengan intensitas nyeri yang dapat
memengaruhi kemampuan sesorang menahan nyeri. Faktor yang dapat
memengaruhi peningkatan 40 toleransi nyeri antara lain alkohol, obat-
obatan, hipnotis, gesekan atau garukan, pengalihan perhatian,
kepercayaan yang kuat, dan sebagainya. Sedangkan faktor yang
menurunkan toleransi antara lain kelelahan, rasa marah, bosan, cemas,
nyeri yang tidak kunjung hilang, sakit, dan lain-lain.
7. Penatalaksanaan Nyeri
Penelitian tentang kompres panas untuk mengurangi nyeri sudah pernah
dilakukan. Handoyo (2008) membuktikan bahwa terdapat perbedaan intensitas
nyeri antara sebelum dan sesudah terapi kompres panas pada pasien pasca bedah
sesar dengan spinal anestesi. Sementara itu, Wahyuni dan Nurhidayat(2008) juga
membuktikan bahwa terdapat penurunan tingkat nyeri flebitis akibat pemasangan
infuse intravena setelah diberikan terapi kompres panas.
DAFTAR PUSTAKA

Agustian, M. H. (2019). Pelayanan Pemenuhan Kebutuhan Lansia Di Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia
(PPSLU). Sejahtera di Usia Senja , hlm.6.

Sri Melfa Damanik, H. (2019). Modul Bahan Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: Universitas Kristen
Indonesia .

Anda mungkin juga menyukai