Anda di halaman 1dari 14

A.

Definisi
Pneumothoraks terjadi bila udara masuk kedalam rongga pleura, akibatnya
jaringan paru terdesak seperti halnya rongga pleura kemasukan cairan. Lebih tepat
kalau dikatakan paru kolaps ( jaringan paru elastis ) ( Tambayong, 2000).
Pneumotoraks atau collaps paru-paru adalah pengumpulan udara dalam ruang di
sekitar paru-paru. Penumpukan udara menempatkan tekanan pada paru-paru, sehingga
tidak dapat memperluas sebanyak biasanya. (Matt Vera, 2012) .
Pneumothoraks adalah kolapsnya sebagian atau seluruh paru yang terjadi sewaktu
udara atau gas lain masuk ke ruang pleura yang mengelilingi paru (Corwin, 2009 :
550).
B. Etiologi
1. Pneumothoraks spontan primer: pecahnya pleura blebs biasanya terjadi pada
orang-orang muda tanpa penyakit paru-paru parenchymal atau terjadidalam
ketiadaan cedera traumatis dada atau paru-paru
2. Pneumothoraks spontan sekunder: terjadi dalam kehadiran penyakit paru-paru,
emfisema terutama, tetapi juga dapat terjadi dengan tuberkulosis (TB),
Sarkoidosis, cystic fibrosis, keganasan, dan fibrosis paru
3. Iatrogenik: komplikasi prosedur medis atau operasi, seperti terapi thoracentesis,
trakeostomi, biopsi pleura, kateter vena sentral penyisipan, ventilasi mekanik
tekanan positif, sengaja intubasi bronkus kanan mainstem
4. Traumatis: bentuk paling umum dari Pneumotoraks dan hemothorax, disebabkan
oleh trauma dada terbuka atau tertutup terkait dengan cedera tumpul atau
menembus. (Matt Vera: 2012)
C. Manifestasi Klinis
Gejala dan tandanya sangat bervariasi, tergantung kepada jumlah udara yang masuk
ke dalam rongga pleura dan luasnya paru-paru yang mengalami kolaps.
1. Gejalanya bisa berupa :
a. Nyeri dada kejam yang timbul secara tiba-tiba dan semakin nyeri jika penderita
menarik nafas dalam atau terbatuk.
b. Sesak nafas
c. Dada terasa sempit
d. Mudah lelah
e. Denyut jantung cepat
f. Warna kulit menjadi kebiruan akibat kekurangan oksigen.
2. Gejala-gejala tersebut mungkin timbul pada saat istirahat akan tidur.Gejala lain
yang mungkin ditemukan :
a. Hidung tampak kemerahan
b. Cemas, stress, tegang
c. Tekanan darah rendah (hipotensi)
d. Nyeri pleuritik hebat
e. Trakea bergeser menjauhi sisi yang mengalami pneumothoraks
f. Dyspnea (jika luas)
g. Takikardia
h. Sianosis (jika luas)
i. Perkusi hipersonor diatas pneumothorak
j. Perkusi redup diatas paru yang kolaps
k. Suara napas berkurang atau tidak ada pada sisi yang terkena
l. Fremitus vocal dan berkurang
D. Komplikasi
Tension pneumathoraks dapat menyebabkan pembuluh darah kolaps, akibatnya
pengisian jantung menurun sehingga tekanan darah menurun. Paru yang sehat juga
dapat terkena dampaknya.
Pneumothoraks dapat menyebabkan hipoksia dan dispnea berat. Kematian menjadi
akhir dari pneumothoraks jika tidak ditangani dengan cepat. Gambaran ancaman
terhadap kehidupan pada pasien ekstrim yaitu pertimbangan tension pneumothoraks,
nafas pendek, hypotensi, tachykardy,trachea berubah.
E. Implementasi
1. Chest wound/sucking chest wound
Luka tembus perlu segera ditutup dengan pembalut darurat atau balutan tekan dibuat
kedap udara dengan petroleum jelly atau plastik bersih. Pembalut plastik yang steril
merupakan alat yang baik, namun plastik pembalut kotak rokok (selofan) dapat juga
digunakan. Pitaselofan dibentuk segitiga salah satu ujungnya dibiarkan tebuka untuk
memungkinkan udara yang terhisap dapat dikeluarkan. Hal ini untuk mencegah
terjadinya tension pneumothoraks. Celah kecil dibiarkan terbuka sebagai katup agar
udara dapat keluar dan paru-paru akan mengembang.
2. Blast injury or tention
Jika udara masuk kerongga pleura disebabkan oleh robekan jaringan paru, perlu
penanganan segera. Sebuah tusukan jarum halus dapat dilakukan untuk mengurangi
tekanan agar paru dapat mengembang kembali.
3. Penatalaksanaan WSD ( Water Sealed Drainage )
4. Perawatan Per-hospital
Beberapa paramedis mampu melakukan needle thoracosentesis untuk mengurangi
tekanan intrapleura. Jika dikehendaki intubasi dapat segera dilakukan jika keadaan
pasien makin memburuk. Perawatan medis lebih lanjut dan evaluasi sangat dianjurkan
segera dilakukan. Termasuk dukungan ventilasi mekanik.
5. Pendekatan melalui torakotomi anterior, torakomi poskerolateral dan skernotomi
mediana, selanjutnya dilakukan diseksi bleb, bulektonomi,subtotal pleurektomi.
Parietalis dan Aberasi pleura melalui Video Assisted Thoracoscopic Surgery (VATS).
F. Patofisiologi dan Pathway
Meningkatnya tekanan intra pleural sehingga akan menyebabkan kemampuan
dilatasi alveoli menurun dan lama-kelamaan mengakibatkan atelektasis (layuhnya
paru-paru). Apabila luka pada dinding dada tertutup dan klien masih mampu bertahan,
udara yang berlebihan dapat diserap hingga tekanan udara di dalam rongga pleura
akan kembali normal.
Karena adanya luka terbuka atau oleh pecahnya dinding paru-paru,kuman
dapat terhisap dan berkoloni di dalam pleura hingga terjadi inspeksipleuritis. Jenis
kuman penyebab radang yang terbanyak adalah Fnechrophorum, chorinebacterium
Spp, dan streptococcus spp. Oleh radang akan terbentuk exudat yang bersifat
pnukopurulent, purulent akan serosanguineus yang disertai pembentukan jonjot-jonjot
fibrin.
Pada luka tembus dada, bunyi aliran udara terdengar pada area lukatembus.
Yang selanjutnya disebut “sucking chest wound” (luka dada menghisap). Jika tidak
ditangani maka hipoksia mengakibatkan kehilangan kesadaran dan koma. Selanjutnya
pergeseran mediastinum ke arah berlawanan dari area cedera dapat menyebabkan
penyumbatan aliran vena kaca superior dan inferior yang dapat mengurangi cardiac
preload dan menurunkan cardiac output. Jika ini tidak ditangani, pneumothoraks
makin berat dapat menyebabkan kematian dalam beberapa menit. Beberapa
pneumothoraks spontan disebabkan pecahnya “blebs”, semacam struktur gelembung
pada permukaan paru yang pecah menyebabkan udara masuk kedalam kavum pleura.
Robekan pada percabangan trakeobronkial menyebabkan kolaps paru dan pergeseran
mediastinum ke sisi yang tidak sakit.
Pathway

G. Asuhan Keperawatan Teori Pada Pasien Dengan Pneumothoraks


1. Pengkajian
a. Anamnesis
Keluhan utama meliputi sesak napas, bernapas terasa berat pada dada, dan
keluhan susah untuk melakukan pernapasan.
b. Riwayat penyakit saat ini
Keluhan sesak napas sering kali datang mendadak dan semakin lama semakin
berat. Nyeri dada dirasakan pada sisi yang sakit, rasa berat, tertekan dan terasa
lebih nyeri pada gerakan pernapasan. Melakukan pengkajian apakah ada riwat
trauma yang mengenai rongga dada seperti peluru yang menembus dada dan
paru, ledakan yang menyebabkan tekanan pada paru meningkat, kecelakaan lalu
lintas biasanya menyebabkan trauma tumpul di dada atau tusukan benda tajam
langsung menembus pleura.
c. Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyakan apakah klien pernah menderita penyakit seperti TB Paru
dimana sering terjadi pada pneumothorax spontan
d. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang
mungkin menyebabkan pneumothorax seperti kanker paru, asma, TB paru dan
lain-lain.
e. Pengkajian Pola Fungsi Kesehatan
Pengkajian Pola Kesehatan Fungsional Gordon di kutip dari Hidayat (2004).
1) Persepsi kesehatan dan penanganan kesehatan
Pada pengumpulan data tentang persepsi dan pemeliharaan kesehatan
yang perlu ditanyakan adalah persepsi terhadap penyakit atau sakit,
persepsi terhadap kesehatan, persepsi terhadap penatalaksanaan kesehatan
seperti penggunaan atau pemakaian tembakau, atau penggunaan alkohol
dan sebagainya.
2) Nutrisi dan metabolik
Pada pola nutrisi dan metabolik yang ditanyakan adalah diet
khusus,/suplemen yang di konsumsi, instruksi diet sebelumnya, nafsu
makan, jumlah makan atau jumlah minum serta cairan yang masuk, ada
tidaknya mual-muntah, stomatitis, fluktuasi BB 6 bulan terakhir
naik/turun, adanya kesukaran menelan, penggunaan gigi palsu atau tidak,
riwayat masalah/penyembuhan kulit, ada tidaknya ruam, kekeringan,
kebutuhan jumlah zat gzinya, dll.
3) Eliminasi
Pada pola ini yang perlu ditanyakan adalah jumlah kebiasaan defekasi
perhari, ada/tidaknya konstipasi, diare, inkontinensia, tipe ostomi yang di
alami, kebiasaan alvi, ada/tidaknya disuria, nuctoria, urgensi, hematuri,
retensi, inkontinensia, apakah kateter indwing atau kateter eksternal, dll.
4) Aktivitas dan latihan
Pada pengumpulan data ini yang perlu ditanyakan adalah kemampuan
dalam menata diri antara lain seperti makan, mandi, berpakaian, toileting,
tingkat mobilitas di tempat tidur, berpindah, berjalan, dll. Pasien dengan
pneumothorak akan mengalami dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat
5) Kognitif dan perseptual
Pada pola ini yang ditanyakan adalah keadaan mental, cara berbicara
normal atau tidak, kemampuan berkomunikasi, keadekuatan alat sensori,
seperti penglihatan pendengaran, pengecapan, penghidu, persepsi
nyeri,kemampuan fungsional kognitif.
6) Istirahat dan tidur
Pengkajian pola tidur dan istirahat ini yang ditanyakan adalah jumlah jam
tidur pada malam hari , pagi hari, siang hari, merasa tenang setelah tidur,
masalah selama tidur, adanya terbangun dini, insomnia atau mimpi buruk.
7) Persepsi diri dan konsep diri
Pada persepsi ini yang ditanyakan adalah persepsi tentang dirinya dari
masalah-masalah yang ada seperti perasaan kecemasan, ketakutan atau
penilaian terhadap diri mulai dari peran, ideal diri, konsep diri, gambaran
diri dan identitas tentang dirinya.
8) Peran dan hubungan
Pada pola yang perlu ditanyakan adalah pekerjaan, status pekerjaan,
kemampuan bekerja, hubungan dengan klien atau keluarga, dan gangguan
terhadap peran yang dilakukan.
9) Seksualitas dan reproduksi
Kepuasan atau ketidakpuasan yang dirasakan oleh klien dengan
seksualitas, tahap dan pola reproduksi.
10) Koping dan toleransi stress
Pola koping yang umum, toleransi stress, sistem pendukung, dan
kemampuan yang dirasakan untuk mengendalikan dan menangani situasi.
11) Nilai dan keyakinan
Nilai dan keyakinan yang perlu ditanyakan adalah agama apa dan
pantangan dalam agama selama sakit serta kebutuhan adanya rohaniawan.
f. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : Keadaan umum ini dapat meliputi kesan keadaan sakit
termasuk ekspresi wajah dan posisi pasien, kesadaran yang dapat meliputi
penilaian secara kualitatif seperti compos mentis, apathis, somnolent,
sopor,koma dan delirium.
2) Pemeriksaan tanda vital : Meliputi nadi (frekuensi, irama, kualitas),
tekanandarah, pernafasan (frekuensi, irama, kedalaman, pola pernafasan)
dan suhu tubuh.
3) Pemeriksaan kepala
Dapat dinilai dari bentuk dan ukuran kepala, rambut dan kulit kepala,
ubun-ubun (fontanel), wajahnya asimetris atau ada/tidaknya
pembengkakan.
4) Mata
Dilihat dari visus, palpebrae, alis bulu mata, konjungtiva, sklera, pupil,
dan lensa.
5) Telinga
Penilaian meliputi liang telinga, membran timpani, mastoid,
ketajamanpendengaran.
6) Hidung
Ada atau tidaknya polip dan nyeri tekan, pernafasan cuping hidung.
7) Mulut
Ada tidaknya trismus (kesukaran membuka mulut), bibir, gusi, ada
tidaknyatanda radang, lidah, salivasi.
8) Leher : Kaku kuduk, ada tidaknya massa di leher, dengan ditentukan
ukuran,bentuk, posisi, konsistensi dan ada tidaknya nyeri telan. Kelenjar
getah bening :Dapat dinilai dari bentuknya serta tanda-tanda radang yang
dapat dinilai didaerah servikal anterior, inguinal, oksipital dan
retroaurikuler.
9) Rambut : Dapat dinilai dari warna, kelebatan, distribusi dan karakteristik
lain.
10) Kulit : Warna (meliputi pigmentasi, sianosis, ikterus, pucat, eritema dan
lain-lain), turgor, kelembaban kulit dan ada/tidaknya edema.

g. Pemeriksaan dada
1. Paru
Secara umum ditanyakan bentuk dadanya, keadaan paru yang meliputi simetris
apa tidaknya, pergerakan nafas, ada/tidaknya fremitus suara,krepitasi serta dapat
dilihat batas pada saat perkusi didapatkan bunyi perkusinya, bagaimana
(hipersonor atau timpani), apabila udara di paru atau pleura bertambah, redup
atau pekak, apabila terjadi konsolidasi jarngan paru, dan lain-lain serta pada saat
auskultasi paru dapat ditentukan suara nafas normal atau tambahan seperti ronchi,
basah dan kering, krepitasi,bunyi gesekan dan lain-lain pada daerah lobus kanan
atas, lobus kiri bawah.
2. Pengkajian Sistem Pernapasan
Meliputi frekuensi, irama, kedalaman, pola pernafasan. Auskultasi bunyinafas.
Catat adanya bunyi nafas misalnya mengi, krekels, ronkhi.
Kaji atau pantau frekuensi pernafasan. Catat rasio inspirasi atau ekspirasi.
Sesak napas
Terdapat retraksi klavikula/dada
Pengembangan paru tidak simetris
Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain
Pada perkusi ditemukan adanya sonor/hipersonor/timpani,hemothoraks
(redup)
Pada auskultasi suara nafas menurun, bising nafas yang
berkurang/menghilang
Pekak dengan batas seperti garis miring/tidak jelas
Dispnea dengan aktivitas atau istirahat
Gerakan dada tidak sama waktu bernapas
Catat adanya derajat dispnea, misalnya keluhan lapar udara,gelisah,
ansietas, distress pernafasan, penggunaan otot bantu.
Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, misalnya peninggian kepalatempat
tidur, duduk pada sandaran tempat tidur.
Dorong atau bantu latihan nafas abdomen atau bibir.
Observasi karakteristik batuk, misalnya batuk menetap, batuk pendek,
basah. Bantu tindakan untuk memperbaiki keefektifan upaya batuk.
3. Jantung
Pemeriksaan jantung yang diperiksa adalah denyut apeks/iktus kordis dan
aktivitas ventrikel, getaran bising (thriil), dan bunyi jantung.
4. Pemeriksaan abdomen
Data yang dikumpulkan adalah data pemeriksaan tentang ukuran atau
bentukperut, dinding perut, bising usus, adanya ketegangan dinding perut atau
adanyanyeri tekan serta dilakukan palpasi pada organ hati, limpa, ginjal,
kandung kencing yang ditentukan ada tidaknya dan pembesaran pada organ
tersebut,kemudian pemeriksaan pada daerah anus, rektum serta genetalianya.
h. Pemeriksaan anggota gerak dan neurologis, diperiksa adanya rentang gerak,
keseimbangan dan gaya berjalan, genggaman tangan, otot kaki, dan lain- lain.
H. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan bromkopasme, napas pendek, mukus,
bronkokontriksi dan iritan jalan napas.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan
menyerap nutrisi, dispnea, kelamahan, efek samping obat, produksi sputum dan
anoreksia, mual muntah.
3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dengan kebutuhan
oksigen

No Diagnosa Keperawatan NOC NIC


1 Pola nafas tidak efektif Status Respirasi : Manajemen Jalan
berhubungan dengan ventilasi Indikator : Nafas Intervensi :
bromkopasme, napas  Rata-rata Pernafasan  Posisikan pasien untuk
pendek, mukus, dalam rentang yang memaksimalkan potensi
bronkokontriksi dan iritan diharapkan ventilasi
jalan napas.  Irama pernafasan dalam  Auskultasi bunyi
rentang yang diharapkan nafas, catat area yang
 Kedalaman pernafasan berkuirang atau tidak
 Ekspansi dada yang ada ventilasi
simetris  Pantau pernafasan dan
Mudah bernafas status oksigenasi
 Pengeluaran sputum  Atur pemasukan cairan
keluar dari jalan nafas untuk mengoptimalkan
 Keadekuatan vokal keseimbangan cairan
 Ekpulsi udara
 Tidak ada penggunaan Monitor Pernafasan
otot-otot bantu pernafasan Intervensi :
 Tidak ada bunyi nafas  Pantau yang
 Tidak ada retraksi dada mengganggu pernafasan
 Tidak ada mulut yang  Pantau pola nafas
berkerut saat bernafas  Pantau saturasi oksigen
 Tidak ada dipnea saat  Pantau yang
istirahat meningkatkan
 Tidak ada dipnea dengan kegelisahan, kecemasan
latihan
Monitor Tanda-tanda
 Tidak ada ortopnea
Vital
 Tidak ada traktil fremitus
Intervensi :
 Auskultasi bunyi
 Monitor tekanan darah,
pernafasan dalam rentang nadi, suhu dan RR
yang diharapkan  Monitor jumlah dan
 Auskultasi vocal dalam irama jantung
rentang yang diharapkan  Monitor bunyi jantung
 Volume tidal dalam  Monitor suhu, warna
rentang yang diharapkan dan kelembaban kulit
 Kapasitas vital dalam
rentang yang diharapkan

2 Ketidakseimbangan nutrisi Status Nutrisi Manajemen Nutrisi


kurang dari kebutuhan tubuh Indikator : Indikator :
b.d ketidakmampuan  Asupan gizi  Tentukan status gizi
menyerap nutrisi, dispnea,  Asupan makanan pasien dan kemampuan
kelamahan, efek samping  Asupan cairan untuk memenuhi
obat, produksi sputum dan  Energi kebutuhan gizi
anoreksia, mual muntah.  Rasio berat / tinggi  Identifikasi alergi
 Hidrasi makanan pada pasien
atau intoleransi
Status Nutrisi :  Tentukan preferensi
Pemasukan Nutrisi makanan pasien
Indikator :  Anjurkan pasien
 Pemasukan kalori tentang kebutuhan
 Pemasukan protein nutrisi (yaitu ,
 Pemasukan lemak membahas pedoman diet
 Pemasukan karbihidrat dan piramida makanan)
 Pemasukan serat  Bantu pasien dalam
menentukan pedoman
 Pemasukan vitamin
atau piramida makanan
 Pemasukan mineral
(misalnya , piramida
 Pemasukan zat besi makanan vegetarian ,
 Pemasukan kalsium panduan piramida
 Pemasukan sodium makanan, dan piramida
makanan untuk pasien
Massa Tubuh berusia lebih dari 70
Indikator : tahun) yang paling
 Berat cocok dalam memenuhi
 Ketebalan lipatan kulit kebutuhan gizi dan
trisep pilihan pasien
 Ketebalan lipatan kulit  Tentukan jumlah kalori
subscapular dan jenis nutrisi yang
 Persentase lemak tubuh dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan
nutrisi
 Berikan makanan
pilihan sambil
menawarkan bimbingan
terhadap pilihan yang
lebih sehat jika perlu
 Atur pola makan, yang
diperlukan (yaitu ,
menyediakan makanan
berprotein tinggi,
menyarankan
menggunakan bumbu
dan rempah-rempah
sebagai alternatif untuk
garam, menyediakan
pengganti gula ,
meningkatkan atau
menurunkan kalori,
menambah atau
mengurangi vitamin,
mineral , atau
suplemen ) Terapi nutrisi
Intervensi :  Kolaborasi
dngan ahli gizi jumlah
kalori yang dibutuhkan
untuk memenuhi
kebutuhan pasien.
 Selesaikan pengkajian
nutrisi pasien.
 Pastikan bahwa diet
telah memenuhi
makanan yang tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi.
Monitor Nutrisi
Intervensi :
 Berat badan pasien
 Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
 Mendapatkan ukuran
antropometri dari
komposisi tubuh (seperti
: BMI, ukuran pinggang)
Monitor kecenderungan
naik dan turun berat
badan
 Identifikasi perubahan
dalam berat badan
 Menentukan jumlah
yang tepat dari kenaikan
berat badan selama
periode antepartum
 Monitor turgor kulit
dan mobilitas
Identifikasi
abnormalitas pada kulit
(seperti banyak memar,
penyembuhan luka yang
tidak baik, dan
perdarahan)
Identifikasi
abnormalitas pada
rambut (seperti kering,
tipis, rambut kasar, dan
mudah patah)
 Monitor mual dan
muntah
Identifikasi
abnormalitas pada
eliminasi (seperti diare,
darah, mukus, dan nyeri
dan ketidakteraturan
eliminasi)
 Monitor intake diet
dan kalori
 Identifikasi perubahan
terbru nafsu makan dan
aktifitas.
3 Intoleransi aktivitas b.d Toleransi Aktivitas Terapi Aktivitas
ketidakseimbangan antara Indikator : Intervensi :
suplai dengan kebutuhan  Saturasi oksigen dalam  Kaji tanda dan gejala
oksigen rentang yang diharapkan yang menunjukan
dalam respon aktivitas ketidaktoleransi terhadap
 Heart rate dalam rentang aktivitas dan
yang diharapkan dalam memerlukan pelaporan
respon aktivitas terhadap perawat dan
 RR dalam rentang yang dokter
diharapkan dalam respon  Tingkatkan
aktivitas pelaksanaan ROM pasif
 Tekanan darah dalam sesuai indikasi
rentang yang diharapkan  Buat jadwal latihan
dalam respon aktivitas aktivitas secara bertahap
untuk pasien dan berikan
Management Diri periode istirahat
Sendiri-Penyakit Kronis  Berikan suport dan
Indikator : libatkan keluarga dalam
 Gunakan strategi untuk program terapi
meningkatkan kesenangan  Berikan berikan
hidup. reinforcemen untuk
 Gunakan strategi untuk pencapaian aktivitas
mengontrol nyeri. sesuai program latihan
 Seimbangkan aktifitas  Kolaborasi ahli
dan istirahat fisioterapi
 Monitor perubahan pada
penyakit. Manajemen Energi
Intervensi :
 Bantu pasien untuk
mengidentifikasi pilihan-
pilihan aktivitas
 Rencanakan aktivitas
untuk periode dimana
pasien mempunyai
energi paling banyak
 Bantu dengan aktivitas
fisik teratur
 Tentukan persepsi lain
pasien tentang penyebab
fatigue
 Dorong verbalisasi
perasaan keterbatasan
 Tentukan penyebab
fatigue
 Monitor pola tidur
pasien dan jumah jam
tidur
 Monitor lokasi nyeri
selama aktivitas
 Batasi stimulus
lingkungan
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofiologi Edisi Revisi 3. Jakarta : EGC
Hinchliff, Sue. 1999. Kamus Keperawatan edisi 17. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif. dkk . 2008. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi 3. Jakarta : Media
Aesculapius FKUI
Syaifuddin, H . 2006 . anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 3. Jakarta :
EGC
Tambayong, Jan . 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC Johnson
M.,et all, 2002, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition, IOWA
Intervention Project, Mosby.
Mc Closkey, C.J., Iet all, 2002, Nursing Interventions Classification (NIC) second Edition,
IOWA Intervention Project, Mosby.
NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi

Anda mungkin juga menyukai