Anda di halaman 1dari 16

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kemampuan Guru


Istilah kompetensi guru mempunyai banyak
makna, Broke and Stone (Mulyasa, 2007)
mengemukakan bahwa kompetensi guru sebagai
“descriptive of qualitative nature meaningful” (kompetensi
guru merupakan gambaran kualitatif tentang hakikat
perilaku guru yang penuh arti). Sementara Charles
(mulyasa, 2007) mengemukakan bahwa : competency as
rational performance which satisfactory meets the
objective for a desire condition (Kompetensi merupakan
perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang
diharapkan).
Menurut Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
dijelaskan bahwa: Kompetensi adalah seperangkat
pengetahun, ketrampilan, dan perilaku yang harus
dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen
dalam melaksanakan tugas keprofesianalan.
Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa kompetensi guru adalah
kemampuan dasar atau kecakapan yang harus
dimiliki oleh seorang guru yang berkaitan dengan
tugas dan tanggung jawab sebagai pendidik, untuk
menentukan suatu hal. kompetensi guru merupakan
kewenangan guru untuk melakukan tugasnya dalam
kegiatan belajar mengajar.
Di dalam UU RI Nomor 14 tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen pasal 8 menyebutkan guru wajib
memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat
pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional. Pada pasal 8 tentang kompetensi dijelaskan
pada pasal 10 ayat 1 yang berbunyi kompetensi guru
sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 8 meliputi:
1.Kompetensi Pedagogik, kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik. Kompetensi ini dapat
9
dilihat dari kemampuan merencanakan program
belajar mengajar, kemampuan melaksanakan
interaksi atau mengelola proses belajar mengajar,
dan kemampuan melakukan penilaian.
2.kompetensi kepribadian, memiliki karakteristik
kepribadian yang sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan pengembangan sumber daya
manusia. Kepribadian yang mantap dari sosok
seorang guru akan memberikan teladan yang baik
terhadap anak didik maupun masyarakat.
3.kompetensi profesional, kemampuan yang
diperlukan agar dapat mewujudkan dirinya
sebagai guru profesional. Kompetensi profesional
meliputi kepakaran atau keahlian dalam
bidangnya yaitu penguasaan bahan yang harus
diajarkannya beserta metodenya, rasa tanggung
jawab akan tugasnya dan rasa kebersamaan
dengan sejawat guru lainnya.
4.kompetensi sosial, kemampuan guru untuk
berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan
efisien dengan peserta didik, sesama guru,
orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat
sekitar.
Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang
Standar Kualifikasi Akademik dan kompetensi guru,
kompetensi pedagogik guru mata pelajaran terdiri atas
37 buah yang dirangkum dalam 10 kompetensi guru
yaitu :
1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek
fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional,
dan intelektual;
2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip
pembelajaran yang mendidik;
3. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan
mata pelajaran yang diampu;
4. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik;
5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
untuk kepentingan pembelajaran;
6. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimiliki;

10
7. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun
dengan peserta didik;
8. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses
dan hasil belajar;
9. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk
kepentingan pembelajaran;
10. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan
kualitas pembelajaran.
Kemampuan guru dalam membuat rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) terutama kemampuan
guru di dalam mengembangkan indikator termasuk
dalam kompetensi pedagogik, yang merupakan
kemampuan untuk merencanakan program belajar
mengajar. Jadi perumusan indikator harus disesuaikan
dengan kriteria yang telah ditentukan agar program
belajar mengajar lebih efektif.
Guru dalam era globalisasi memiliki tugas dan
fungsi yang lebih kompleks, sehingga perlu memiliki
kompetensi dan profesionalisme yang standar.
Kompetensi guru lebih bersifat personal dan kompleks
serta merupakan satu kesatuan utuh yang
menggambarkan potensi yang mencakup pengetahuan,
ketrampilan, sikap dan nilai yang dimiliki seorang guru
terkait dengan profesinya yang dapat direpresentasikan
dalam amalan dan kinerja guru dalam mengelola
pembelajaran di sekolah. Kompetensi ini digunakan
sebagai indikator dalam mengukur kualifikasi dan
profesionalitas guru pada suatu jenjang dan jenis
pendidikan (Depdiknas, 2004).

2.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


Tematik

2.2.1 Pengertian RPP Tematik


Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang
menggunakan tema dalam mengaitkan beberapa mata
pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman
bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna karena
dalam pembelajaran tematik, siswa akan memahami
konsep-konsep yang mereka pelajari melalui

11
pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan
konsep lain yang telah dipahami.
Pendekatan ini berangkat dari teori pembelajaran
yang menolak proses latihan (drill) sebagai dasar
pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual
anak. Teori pembelajaran ini dimotori oleh tokoh
psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan
bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan
berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak.
Pendekatan pembelajaran tematik lebih menekankan
pada penerapan konsep belajar sambil melakukan
sesuatu (learning by doing).
Dalam pelaksanaan pembelajaran ini pendekatan
pembelajaran tematik ini bertolak dari suatu tema yang
dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama siswa
dengan memperhatikan keterkaitannya dengan isi mata
pelajaran. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan
pokok yang menjadi pokok pembicaraan
(poerwadarminta,1983). Dengan tema diharapkan akan
memberikan banyak keuntungan, diantaranya :
1) Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu
tema tertentu, 2) siswa mampu mempelajari
pengetahuan dan mengembangkan berbagai
kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema
yang sama, 3) pemahaman terhadap materi
pembelajaran lebih mendalam dan berkesan, 4)
kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik
dengan mengkaitkan mata pelajaran lain dengan
pengalaman pribadi siswa, 5) siswa mampu lebih
merasakan manfaat dan makna belajar karena materi
disajikan dalam konteks tema yang jelas, 6) siswa
mampu lebih bergairah belajar karena dapat
berkomunikasi dalam situasi nyata serta untuk
mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata
pelajaran sekaligus mempelajari mata pelajaran lain, 7)
guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran
yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkan
sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga
pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk
kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan.

12
2.2.2 Karakteristik RPP Tematik
Seperti yang diketahui bahwa inovasi dilakukan
dalam proses pembelajaran merupakan hal yang mutlak
dilakukan oleh guru. Dengan menerapkan pendekatan
pembelajaran tematik di sekolah dasar bisa disebut
sebagai suatu upaya untuk memperbaiki kualitas
pendidikan, terutama dalam rangka mengembangkan isi
kurikulum yang sering terjadi dalam proses
pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah disekitar
kita.
Ada sepuluh elemen yang terkait dengan hal ini
dan perlu ditingkatkan oleh guru.
1. Mereduksi tingkat kealpaan atau bernilai tambah
berpikir reflektif.
2. Memperkaya sensori pengalaman di bidang sikap,
keterampilan, dan pengetahuan.
3. Menyajikan isi atau substansi pembelajaran yang
bermakna.
4. Lingkungan yang memperkaya pembelajaran.
5. Bergerak memacu pembelajaran (Movement to
Enhance Learning).
6. Membuka pilihan-pilihan.
7. Optimasi waktu secara tepat.
8. Kolaborasi.
9. Umpan balik segera.
10.Ketuntasan atau aplikasi.
Terdapat beberapa karakteristik yang perlu dipahami
dari pembelajaran tematik ini, yaitu (Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2014) :
a. Berpusat pada anak. Hal ini sesuai dengan
pendekatan belajar modern yang lebih banyak
menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Peran
guru lebih banyak sebagai fasilitator yaitu
memberikan kemudahan-kemudahan bagi untuk
melakukan aktivitas belajar;
b. Memberikan pengalaman langsung pada anak. (direct
experiences) dengan pengalaman langsung ini siswa
dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit)

13
sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih
abstrak;
c. Pemisahan antar muatan pelajaran tidak begitu jelas
(menyatu dalam satu pemahaman dalam kegiatan).
Dengan demikian siswa akan lebih fokus pada
pembelajaran karena pembelajaran diarahkan kepada
pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan
dengan kehidupan siswa;
d. Menyajikan konsep dari berbagai pelajaran dalam
satu proses pembelajaran (saling terkait antar muatan
pelajaran yang satu dengan lainnya). Diharapkan
siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut
secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu
siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi dalam kehidupan sehari-hari;
e. Bersifat luwes (keterpaduan berbagai muatan
pelajaran). Guru dapat mengaitkan bahan ajar dari
satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang
lainnya bahkan dengan kehidupan siswa dan juga
dengan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada;
f. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan
minat dan kebutuhan anak (melalui penilaian proses
dan hasil belajarnya). Siswa diberi kesempatan
mengoptimalkan potensi yang dimiliki.

Penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar


memiliki beberapa kendala dalam pelaksanaannya,
diantaranya :
1. Kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa
dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan masih
terpisah-pisah ke dalam mata pelajaran-mata
pelajaran yang ada. Hal ini menyulitkan guru dalam
mengembangkan program pembelajaran tematik. Di
samping itu tidak semua kompetensi dasar dapat
dipadukan;
2. Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik
dibutuhkan sarana dan prasarana belajar yang
memadai untuk mencapai tujuan kompetensi dasar
secara optimal, jika tidak maka proses pelaksanaan
pembelajaran tematik tidak akan berjalan baik, dan
14
hal ini tentu akan berpengaruh terhadap hasil belajar
yang dicapai siswa;
3. Belum semua guru sekolah dasar memahami konsep
pembelajaran tematik ini secara utuh, bahkan ada
kecenderungan yang menjadi kendala utama dalam
pelaksanaannya yaitu sifat konservatif guru dalam
arti bahwa pada umumnya guru merasa senang
dengan proses pembelajaran yang biasa dilakukannya
yaitu pembelajaran yang konvensional.

2.2.3 Mengapa RPP Tematik


Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah
rencana yang menggambarkan prosedur dan
pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih
kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan
dijabarkan dalam silabus. Istilah silabus dapat
didefinisikan sebagai garis besar, ringkasan, ikhtisar,
atau pokok –pokok isi atau materi pembelajaran. RPP
merupakan komponen penting dari Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) yang pengembangannya
harus dilaksanakan secara profesional. Tugas guru yang
paling utama terkait dengan RPP berbasis KTSP adalah
menjabarkan ke dalam RPP yang lebih operasional dan
rinci, serta siap dijadikan pedoman atau skenario dalam
pembelajaran. Dalam mengembangkan RPP, guru diberi
kebebasan untuk mengubah, memodifikasi, dan
menyesuaikan silabus sesuai kondisi sekolah dan
daerah, serta karakterstik peserta didik. Hal ini harus
dipahami dan dilakukan guru.
Guru diberikan kewenangan secara leluasa untuk
mengembangkan RPP. Dalam tahap perencanaan,
pertama ditetapkan kompetensi-kompetensi yang akan
diwujudkan dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan
kompetensi-kompetensi tersebut selanjutnya
dikembangkan tema, sub tema, dan topik-topik mata
pelajaran yang akan diajarkan.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah
rencana yang menggambarkan prosedur dan
pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih
kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan
15
dijabarkan dalam silabus. Istilah silabus dapat
didefinisikan sebagai garis besar, ringkasan, ikhtisar,
atau pokok –pokok isi atau materi pembelajaran. RPP
merupakan komponen penting dari Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) yang pengembangannya
harus dilaksanakan secara profesional. Tugas guru yang
paling utama terkait dengan RPP berbasis KTSP adalah
menjabarkan ke dalam RPP yang lebih operasional dan
rinci, serta siap dijadikan pedoman atau skenario dalam
pembelajaran. Dalam mengembangkan RPP, guru diberi
kebebasan untuk mengubah, memodifikasi, dan
menyesuaikan silabus sesuai kondisi sekolah dan
daerah, serta karakterstik peserta didik.
Guru yang profesional harus mampu
mengembangkan RPP yang baik, logis, dan sistematis
karena disamping untuk melaksanakan pembelajaran
RPP juga mengemban Professional accountability
sehingga guru dapat mempertanggung jawabkan apa
yang dilakukan. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
yang dikembangkan guru memiliki makna yang cukup
mendalam bukan hanya sebagai rutinitas untuk
memenuhi kelengkapan administratif, tetapi merupakan
cermin dari apa yang terbaik untuk peserta didiknya.
Oleh karena itu setiap guru harus memiliki RPP yang
matang sebelum melaksanakan pembelajaran, baik
persiapan tertulis sebelum melaksanakan pembelajaran.
Pada pembelajaran di Sekolah Dasar tingkatan
kelas di sekolah dasar dapat dibagi menjadi dua, yaitu
kelas rendah dan kelas tinggi. Kelas rendah terdiri dari
kelas satu, dua, dan tiga, sedangkan kelas-kelas tinggi
terdiri dari kelas empat, lima, dan enam. Di Indonesia,
rentang usia siswa SD, yaitu antara 6 atau 7 tahun
sampai 12 tahun. Usia siswa pada kelompok kelas
rendah, yaitu 6 atau 7 sampai 8 atau 9 tahun. Siswa
yang berada pada kelompok ini termasuk dalam
rentangan anak usia dini. Masa usia dini ini merupakan
masa yang pendek tetapi sangat penting bagi kehidupan
seseorang. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh

16
potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan
berkembang secara optimal.
Beberapa keterampilan akan dimiliki oleh anak
yang sudah mencapai tugas-tugas perkembangan pada
masa kanak-kanak akhir dengan rentang usia 6-13
tahun, Keterampilan yang dicapai diantaranya, yaitu
social-help skills dan play skill. Social-help skills berguna
untuk membantu orang lain di rumah, di sekolah, dan
di tempat bermain seperti membersihkan halaman dan
merapikan meja kursi. Keterampilan ini akan
menambah perasaan harga diri dan menjadikannya
sebagai anak yang berguna, sehingga anak suka bekerja
sama (bersifat kooperatif). Dengan keterampilan ini pula,
anak telah dapat menunjukkan keakuannya tentang
jenis kelamin, mulai berkompetisi dengan teman sebaya,
mempunyai sahabat, mampu berbagi, dan mandiri.
Sementara itu, play skill terkait dengan kemampuan
motorik seperti melempar, menangkap, berlari,
keseimbangan. Anak yang terampil dapat membuat
penyesuaian-penyesuaian yang lebih baik di sekolah dan
di masyarakat. Anak telah dapat melompat dengan kaki
secara bergantian, dapat mengendarai sepeda roda dua,
dapat menangkap bola dan telah berkembang koordinasi
tangan dan mata untuk dapat memegang pensil maupun
memegang gunting.
Pertumbuhan fisik sebagai salah satu
karakteristik perkembangan siswa kelas rendah
biasanya telah mencapai kematangan. Anak telah
mampu mengontrol tubuh dan keseimbangannya.
Untuk perkembangan emosi, anak usia 6-8 tahun
biasanya telah dapat mengekspresikan reaksi terhadap
orang lain, mengontrol emosi, mau dan mampu berpisah
dengan orang tua, serta mulai belajar tentang benar dan
salah. Perkembangan kecerdasan siswa kelas rendah
ditunjukkan dengan kemampuannya dalam melakukan
seriasi, mengelompokkan obyek, berminat terhadap
angka dan tulisan, meningkatnya perbendaharaan kata,
senang berbicara, memahami sebab akibat dan

17
berkembangnya pemahaman terhadap ruang dan
waktu.
Karakteristik Pembelajaran Di Kelas Rendah
Pembelajaran di kelas rendah dilaksanakan
berdasarkan rencana pelajaran yang telah
dikembangkan oleh guru. Proses pembelajaran harus
dirancang guru sehingga kemampuan siswa, bahan ajar,
proses belajar, dan sistem penilaian sesuai dengan
tahapan perkembangan
siswa. Hal lain yang harus dipahami, yaitu proses belajar
harus dikembangkan secara interaktif. Dalam hal ini,
guru memegang peranan penting dalam menciptakan
stimulus respon agar siswa menyadari kejadian di
sekitar lingkungannya. Siswa kelas rendah masih
banyak membutuhkan perhatian karena fokus
konsentrasinya masih kurang, perhatian terhadap
kecepatan dan aktivitas belajar juga masih kurang. Hal
ini memerlukan kegigihan guru dalam menciptakan
proses belajar yang lebih menarik dan efektif. Maka
seorang guru dituntut untuk menciptakan pembelajaran
yang menarik sehingga anak tidak merasa bosan dalam
mengikuti pembelajaran. maka untuk mengajar kelas
rendah dibutuhkan suatu rencana pembelajaran
tematik yang terdiri dari beberapa mata pelajaran yang
digabung menjadi satu sehingga membuat pembelajaran
lebih menarik.
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang
menggunakan tema dalam mengaitkan beberapa mata
pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman
bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna karena
dalam pembelajaran tematik, siswa akan memahami
konsep-konsep yang mereka pelajari melalui
pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan
konsep lain yang telah dipahami.
Pendekatan ini berangkat dari teori pembelajaran
yang menolak proses latihan (drill) sebagai dasar
pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual
anak. Teori pembelajaran ini dimotori oleh tokoh
psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan

18
bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan
berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak.
Pendekatan pembelajaran tematik lebih menekankan
pada penerapan konsep belajar sambil melakukan
sesuatu (learning by doing).
Dalam pelaksanaan pembelajaran ini pendekatan
pembelajaran tematik ini bertolak dari suatu tema yang
dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama siswa
dengan memperhatikan keterkaitannya dengan isi mata
pelajaran. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan
pokok yang menjadi pokok pembicaraan
(poerwadarminta,1983). Dengan tema diharapkan akan
memberikan banyak keuntungan, diantaranya :
1) Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu
tema tertentu, 2) siswa mampu mempelajari
pengetahuan dan mengembangkan berbagai
kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema
yang sama, 3) pemahaman terhadap materi
pembelajaran lebih mendalam dan berkesan, 4)
kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik
dengan mengkaitkan mata pelajaran lain dengan
pengalaman pribadi siswa, 5) siswa mampu lebih
merasakan manfaat dan makna belajar karena materi
disajikan dalam konteks tema yang jelas, 6) siswa
mampu lebih bergairah belajar karena dapat
berkomunikasi dalam situasi nyata serta untuk
mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata
pelajaran sekaligus mempelajari mata pelajaran lain, 7)
guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran
yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkan
sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga
pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk
kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan.
Inovasi dilakukan dalam proses pembelajaran
merupakan hal yang mutlak dilakukan oleh guru.
Dengan menerapkan pendekatan pembelajaran tematik
di sekolah dasar bisa disebut sebagai suatu upaya untuk
memperbaiki kualitas pendidikan, terutama dalam
rangka mengembangkan isi kurikulum yang sering
terjadi dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan di
sekolah disekitar kita.
Ada sepuluh elemen yang terkait dengan hal ini
dan perlu ditingkatkan oleh guru.
19
1. Mereduksi tingkat kealpaan atau bernilai tambah
berpikir reflektif.
2. Memperkaya sensori pengalaman di bidang sikap,
keterampilan, dan pengetahuan.
3. Menyajikan isi atau substansi pembelajaran yang
bermakna.
4. Lingkungan yang memperkaya pembelajaran.
5. Bergerak memacu pembelajaran (Movement to
Enhance Learning).
6. Membuka pilihan-pilihan.
7. Optimasi waktu secara tepat.
8. Kolaborasi.
9. Umpan balik segera.
10. Ketuntasan atau aplikasi.
Terdapat beberapa karakteristik yang perlu dipahami
dari pembelajaran tematik ini, yaitu (Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2014) :
a. Berpusat pada anak. Hal ini sesuai dengan
pendekatan belajar modern yang lebih banyak
menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Peran
guru lebih banyak sebagai fasilitator yaitu
memberikan kemudahan-kemudahan bagi untuk
melakukan aktivitas belajar;
b. Memberikan pengalaman langsung pada anak. (direct
experiences) dengan pengalaman langsung ini siswa
dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit)
sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih
abstrak;
c. Pemisahan antar muatan pelajaran tidak begitu jelas
(menyatu dalam satu pemahaman dalam kegiatan).
Dengan demikian siswa akan lebih fokus pada
pembelajaran karena pembelajaran diarahkan kepada
pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan
dengan kehidupan siswa;
d. Menyajikan konsep dari berbagai pelajaran dalam
satu proses pembelajaran (saling terkait antar muatan
pelajaran yang satu dengan lainnya). Diharapkan
siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut
secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu
20
siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi dalam kehidupan sehari-hari;
e. Bersifat luwes (keterpaduan berbagai muatan
pelajaran). Guru dapat mengaitkan bahan ajar dari
satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang
lainnya bahkan dengan kehidupan siswa dan juga
dengan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada;
f. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan
minat dan kebutuhan anak (melalui penilaian proses
dan hasil belajarnya). Siswa diberi kesempatan
mengoptimalkan potensi yang dimiliki.
Penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar
memiliki beberapa kendala dalam pelaksanaannya,
diantaranya :
1. Kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa
dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan masih
terpisah-pisah ke dalam mata pelajaran-mata
pelajaran yang ada. Hal ini menyulitkan guru dalam
mengembangkan program pembelajaran tematik. Di
samping itu tidak semua kompetensi dasar dapat
dipadukan;
2. Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik
dibutuhkan sarana dan prasarana belajar yang
memadai untuk mencapai tujuan kompetensi dasar
secara optimal, jika tidak maka proses pelaksanaan
pembelajaran tematik tidak akan berjalan baik, dan
hal ini tentu akan berpengaruh terhadap hasil belajar
yang dicapai siswa;
3. Belum semua guru sekolah dasar memahami konsep
pembelajaran tematik ini secara utuh, bahkan ada
kecenderungan yang menjadi kendala utama dalam
pelaksanaannya yaitu sifat konservatif guru dalam
arti bahwa pada umumnya guru merasa senang
dengan proses pembelajaran yang biasa dilakukannya
yaitu pembelajaran yang konvensional.
Menurut teori behavioristik belajar adalah
perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya
interaksi antara stimulus dan respos. Dengan kata lain,
belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami

21
siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku
dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara
stimulus dan respons.
Dalam teori ini yang diutamakan adalah stimulus
karena dengan stimulus maka akan muncul respons.
Dengan kata lain stimulus adalah input yaitu masukan-
masukan yang diberikan guru kepada siswa. Sedangkan
respons adalah reaksi atau tanggapan siswa terhadap
stimulus yang diebrikan guru tersebut.

2.3 Kemampuan Guru dalam menyusun RPP


Kemampuan guru dalam menyusun RPP mempunyai
beberapa indikator antara lain :
1. Tema atau judul yang akan dipelajari;
2. Merumuskan tujuan pembelajaran;
3. Mengembangkan dan mengorganisasikan materi,
media (alat bantu pembelajaran), dan sumber
belajar;
4. Merancang pengelolaan kelas;
5. Merencanakan prosedur, jenis, dan menyiapkan alat
penilaian;
6. Tampilan dokumen rencana pelaksanaan
pembelajaran.

2.4 Kerangka Berpikir


Kurikulum merupakan dasar dalam menentukan
tujuan, isi, organisasi, dan penilaian maka dalam
Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) terdapat
pembelajaran dengan tematik pada kelas I, II dan III.
Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik dibutuhkan
suatu rencana yang matang dalam Rencana yang tertian
dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
tidak serta merta langsung jadi, maka sangat diperlukan
beberapa percobaan dalam membuat RPP tersebut agar
menghasilkan pembelajaran yang menarik dan
bermakna.
Kemampuan Guru dalam menyusun RPP Tematik
di Gugus Kendalisodo Kecamatan Tretep Kabupaten
Temanggung bisa dilihat dari skema gambar berikut :

22
sesuai
Pengumpulan Proses Seleksi
RPP RPP
Kurang sesuai

pembenahan

Berdasarkan skema diatas maka RPP tematik yang


belum sesuai diadakan perbaikan sehingga menjadi RPP
tematik yang sesuai.

2.5 Penelitian yang relevan


Penelitian dilakukan oleh Hayama dkk (2012)
menyatakan bahwa pengimplementasian model
pembelajaran tematik pada peserta didik kelas III
Madrasah Ibtidaiyah Swasta Nurul Islam Pontianak
Barat yang rendah aktivitasnya dalam pembelajaran
penyelesaian soal cerita pada Ilmu Pengetahuan Alam.
Hasil pelaksanaan tindakan pembelajaran penyelesaian
soal – soal bergambar dengan menggunakan metode
pemecahan masalah pada setiap siklusnya selalu
mengalami peningkatan yaitu pada siklus I rata-rata
indikator 60% dan pada siklus II rata-rata indikator
88%. Kesimpulan bahwa diharapkan dapat
meningkatkan kinerja guru yang profesional dan
memperbaiki mutu aktivitas peserta didik dengan
implementasi pembelajaran tematik.
Penelitian juga dilakukan oleh Nurul Ain & Maris
Kurniawati (2012) hasil penelitian menunjukkan bahwa
Lebih dari enam tahun setelah penerapan Kurikulum
KTSP, sekolah dasar di Kecamatan Sukun dan
Kecamatan Klojen belum melaksanakan pembelajaran
tematik dengan optimal. Guru sudah membuat RPP
tematik tetapi belum melaksanakannya karena menurut

23
guru pembelajaran terpisah lebih dapat meningkatkan
hasil belajar siswa daripada pembelajaran tematik.
Beberapa hambatan yang dialami guru menunjukkan
bahwa mereka belum memahami konsep pembelajaran
tematik. Guru baru memberikan ketrampilan kognitif,
sedangkan afektif dan psikomotorik belum berbasis
kegiatan pembelajaran. Ketrampilan kognitif yang
diberikan kepada siswa baru pada tingkat C1-C3. Hal
ini berarti bahwa guru belum memberikan
ketrampilan tingkat tinggi kepada siswa.
Penelitian juga dilakukan oleh Kon Chon Min
(2012) Teachers' Understanding and Practice towards
Thematic Approach in Teaching Integrated Living Skills
(ILS) in Malaysia. Dan hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa di District Kinta Utara, Perak, Malaysia
pendekatan tematik sangat membantu guru dalam
mengajar dan juga pengalaman guru belum tentu
berpengaruh dalam pembelajaran.

24

Anda mungkin juga menyukai