HASIL PENELITIAN
31
32
2011
3. Nama Pendiri Dr. Ali Rahim, S.Ag., M.Ag
4. Badan Hukum Pondok Pesantren Al Wahid
Akta No. 5 tanggal 5 April 2011
Notaris Lia Trizza Firgita Adhilia, SH
5. Alamat Jl. Poros Soppeng (Pape)
Desa Wanio
Kecamatan Panca Lautang
Kabupaten Sidenreng Rappang
Provinsi Sulawesi Selatan
Kode Pos 91672
6. No. Telepon 081 241 367 32 / 085 241 774 586
7. Nama Direktur Dr. Ali Rahim, S.Ag., M.ag
8. Nomor Izin Oprasional Kd.21.16/V/PP.007.1744/2011
Tabel 4.2
Identitas pondok pesantren
2 Asrama 11 Baik
5 Masjid 1 Baik
6 Koperasi 1 Baik
34
11 Perpustakaan 1 Baik
12 Area parkir 1
Tabel 4.3
Fasilitas Pondok Pesantren
1) Tajwid,
2) Bahasa arab dasar (Nahwu Shorof)
3) Fiqih dasar
4) Akidah
5) Adab-adab menghafal Al-Qur’an
1
Muh. Ali Rahim (53) Ketua Yayasan Ponpes Al Wahid, Wawancara di Sidrap, tgl 3 April 2021
38
Terjemahnya:
maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah
lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut".
Maksud dari ayat di atas bahwa seorang pembina tentunya harus
berkomunikasi langsung dengan cara menyampaikan arahan-arahan kepada santri
dengan cara lemah lembut, supaya dalam proses pembinaan kedisplinan santri
tetap mengikuti arahan dari pembina dan santri akan tetap meningat dan takut atau
segan kepada pembina.
Adapun pola komunikasi yang digunakan pembina dalam membina
kedisiplinan hafal Al-Qur’an sebagai berikut:
Mengumpulkan
2. Pola Komunikasi semua santri khusus -
Kelompok program akselerasi
30 juz
Pola Komunikasi Sirkular Memberikan Berbagi pengalaman
motivasi kepada dalam proses
santri, menambah menghafal dengan
ilmu serta wawasan teman dan pembina
2
Abdul hamid (25) pembina Ponpes Al Wahid, wawancara di Sidrap, tgl 3 April 2021
40
santri agar tetap konsisten dengan tujuan awal mereka, yakni menghafal
Al-Qur’an sampai dengan 30 juz. Saya sebagai pembina akan
memberikan hadiah kepada santri setiap perpidahan juz, supaya mereka
tetap semangat menghafal Al-Qur’an”3
Pernyataan ustadz Abdul Hamid juga ditambahkan oleh salah satu
santrinya yang bernama Muhammad Nizar Mahendra:
“pemberian hadiah bukan hanya dari pembina kami saja, kami juga para
santri juga mengumpulkan uang untuk membeli hadiah dan
memberikannya kepada santri yang tetap konsisten bahkan bisa
menyelesaikan sebelum dari target yang ditentukan, agar semangat kami
juga bertambah untuk cepat-cepat menyelesaikan target hafalan. Kita
juga kumpul uangnya tidak seberapa, yang berharga disini momentumnya
saja dan saling memberi support.”4
Dari hasil wawancara peneliti di atas bagaimana pola komunikasi yang
digunakan pembina dalam membina kedisiplinan santri dengan menggunakan
komunikasi antarpribadi yaitu berkomunikasi dengan melibatkan pembina dan
santri secara pribadi. Pembina tetap memberikan dukungan dan peringatan kepada
santri agar tetap komitmen dan konsisten dalam hafalan mereka dengan memberi
hadiah kepada santri yang tepat waktu menyetor hafalan.
Hasil analisis peneliti tentang pola komunikasi antar pribadi yang
digunakan pembina dalam membina kedisiplinan hafal Al-Qur’an menurut
peneliti tidak semua santri bisa menerima dengan baik karena santri masing-
masing santri memiliki karakter yang berbeda-beda. Seperti dalam halnya
memberikan hadiah kepada santri yang menyetor hafalan tepat waktu dan naik juz
sesuai target, ada beberapa santri yang memang semangat dan menjadikan ini
sebagai motivasi untuk dirinya dan adapula santri yang beranggapan bahwa ia
telah mendapatkan hadiah tersebut dan tidak merasa tertantang lagi untuk
menyetor hafalan tepat waktu.
b. Komunikasi Kelompok
3
Abdul hamid (25) pembina Ponpes Al Wahid, wawancara di Sidrap, tgl 3 April 2021
4
Muhammad Nizar Mahendra (20) pembina Ponpes Al Wahid, wawancara di Sidrap, tgl 3 April
2021
41
7
Abdul hamid (25) pembina Ponpes Al Wahid, wawancara di Sidrap, tgl 3 April 2021
43
8
Abdul hamid (25) pembina Ponpes Al Wahid, wawancara di Sidrap, tgl 3 April 2021
9
Muhammad Iqbal (19) pembina Ponpes Al Wahid, wawancara di Sidrap, tgl 3 April 2021
45
10
Abdul hamid (25) pembina Ponpes Al Wahid, wawancara di Sidrap, tgl 3 April 2021
46
“salah satu cara agar hafalan kita tetap terjaga yaitu dengan cara
muroja’ah sebelum menambah hafalan terlebih dahulu kita mengulang
hafalan sebelumnya kemudian melanjutkan. Muroja’ah hafalan bisa kita
lakukan sendiri tapi akan lebih baik jika diperdegarkan dengan teman
sesama tahfidz atau dengan pembina kita.” 11
Dari hasil wawancara peneliti di atas terkait tantangan pembina dalam
membina kedisiplinan santri dalam hafal Al-Qur’an. Menjaga hafalan adalah hal
sangat sulit dibandingkan dengan menambah hafalan, ini merupakan tugas yang
sangat sulit dan harus diperhatikan sebagai pembina. Bagaimana cara yang akan
dilakukan agar santri tetap bisa menjaga hafalan mereka.
Hasil analisis peneliti terhadap tantangan pembina dalam membina
kedisiplinan santri dalam hafal Al-Qur’an tidak semua santri bisa dengan mudah
menghafal kemudian muroja’ah dan menambah lagi hafalan mereka, karena
menurut peneliti santri tidak memiliki banyak waktu disamping kewajibannya
menyetor hafalan satu halaman setiap hari santri juga harus tetap muroja’ah
hafalan agar tidak terlupakan. Jadi menurut peneliti waktu santri hanya untuk
menghafal dan muroja’ah setiap harinya waktu untuk istirahat dan bermain sangat
kurang. Akan tetapi usaha pembina dalam meminimalisir tantangan ini dengan
tetap mengingatkan kepada santri menurut peneliti sudah cukup efektif karena
pembina tetap bertanggung jawab. Selain bertanggung jawab dengan target
hafalan harian santri juga bertanggung jawab dengan terjaganya hafalan Al-
Qur’an santri.
11
Muhammad Fikar (19) Santri Ponpes Al Wahid, wawancara di Sidrap, tgl 3 April 2021