Disusun oleh :
Nama : Rohani
Nim : 18010012
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan Proposal ini dengan judul “Faktor-Faktor Yang mempengaruhi
Proposal ini.Semoga dengan terselesaikan Proposal ini dapat membantu dan menambah
Oleh karena itu, dengan senang hati kami senantiasa menerima kritik dan saran yang
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................... 1
2.1.5 Ventilasi..................................................................................... 6
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang melibatkan organ
saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. Infeksi ini
disebabkan oleh virus, jamur dan bakteri. ISPA akan menyerang host apabila ketahanan
tubuh (immunologi) menurun. Bayi di bawah lima tahun adalah kelompok yang memiliki
sistem kekebalan tubuh yang masih rentan terhadap berbagai penyakit. ISPA merupakan
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit menular dan
penyebab kematian yang paling banyak terjadi pada anak di Negara berkembang. Infeksi
saluran pernapasan ini menyebabkan 4 dari 15 juta perkiraan kematian pada anak berusia
di bawah lima tahun pada stiap tahunnya sebanyak dua pertiga kematian tersebut adalah
bayi. Pneumonia merupakan penyebab utama kematian balita di dunia. Menurut World
Health Organization (WHO) insiden ISPA di negara seperti Amerika, Afrika dan negara
di benua Asia pada tahun 2016 diperkirakan terjadi kematian di atas 40 per 1000
kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun pada golongan usia balita (WHO, 2016).
Menurut WHO tahun 2012, sebesar 78% balita yang berkunjung ke pelayanan
kesehatan adalah akibat ISPA, khususnya pneumonia. ISPA lebih banyak terjadi di
25%-30% dan 10%-15%. Kematian balita akibat ISPA di Asia Tenggara sebanyak 2.1
juta balita pada tahun 2010 (Fitri, 2012). India, Bangladesh, Indonesia, dan Myanmar
merupakan negara dengan kasus kematian balita akibat ISPA terbanyak (Usman, 2012).
1
Pada tahun 2017 terdapat dua provinsi yang cakupan penemuan pneumonia balita sudah
mencapai target yaitu DKI Jakarta 98,54% dan Kalimantan Utara 81,39%, sedang provinsi
yang lain masih di bawah target 80%, capaian terendah di provinsi Papua 0,60% (Kemenkes
RI, 2017). Pada tahun 2018 data ISPA untuk kelompok umur 1-4 tahun sebanyak 12,8%
dengan Provinsi terbanyak yaitu Nusa Tenggara Timur sebesar 18,6%, Provinsi Banten
sebesar 17,7% dan Jawa Timur sebesar 17,2%. Untuk Provinsi Aceh juga memiliki kejadian
ISPA balita yang cukup tinggi yaitu sebesar 10.4% (Kementrian Kesehatan RI, 2018).
Menurut profil kesehatan Provinsi Aceh tahun 2017 perkiraan kasus pneumonia pada balita
sebesar 10 % dari jumlah balita di wilayah Aceh yaitu sebanyak 45.280 kasus. Cakupan
penemuan pneumonia pada balita tahun 2017 sebesar 6 % (2.779 kasus) (Dinkes Aceh,
2017).
Berdasarkan survei awal peneliti yang dilakukan ditemukan bahwa jumlah penyakit
ISPA pada balita yang ada di Puskesmas Deleng Pokhkisen pada bulan September sebanyak
20 balita, bulan Oktober 37 balita dan bulan November tahun 2018 yaitu berjumlah 48
balita, dan setelah dilakukan wawancara langsung kepada 10 orang ibu, 6 orang ibu yang
memiliki balita diantaranya mengalami ISPA sedangkan 4 orang lainnya tidak mengalami
ISPA. Tingginya kejadian ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Deleng Pokhkisen terjadi
dikarenakan kurangnya pengetahuan ibu dalam melakukan pencegahan ISPA, banyak ibu
hanya mengetahui apa itu penyakit ISPA, namun tidak mengetahui bahaya, dampak dan
cara pencegahannya seperti tidak memberikan ASI Eksklusif 0-6 bulan, tidak memberikan
imunisasi secara lengkap dan tidak menjauhkan balita dari keluarga yang merokok.
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
2
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi tingginya penyakit ISPA pada balita
1.3.2.4 Untuk mengetahui fentilasi dengan faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya ISPA
pada balita.
penelitian dan juga dapat mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari atau menerapkan
3
Sebangai informasi sehingga kedepan kelusrga dapat lebih meningkatkan
Sebangai bahan dokumentasi dan bahan yang dapat dijadikan acuan untuk penelitian
selanjutnya.
BAB 11
4
TINJAUAN PUSTAKA
Istilah ISPA yang merupakan singkatan Infeksi Saluran Pernafasan Akut mulai
diperkenalkan pada tahun 1984 setelah dibahas dalam Lokakarya Nasional ISPA di Cipanas.
Istilah ini merupakan padanan istilah Inggris Accute Respiratory Infections disingkat ARI.
Istilah ISPA mengandung tiga unsur, yaitu infeksi, saluran pernafasan dan akut (Kemenkes
RI, 2013).
Istilah ISPA mengandung tiga unsur, yaitu infeksi, saluran pernafasan dan akut.
Pengertian atau batasan masing-masing unsur adalah sebagai berikut: 1) Infeksi adalah
masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak
sehingga menimbulkan gejala penyakit. 2) Saluran pernapasan adalah organ yang mulai dari
hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah
dan pleura. Dengan demikian ISPA secara otomatis mencakup saluran pernafasan bagian
atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa
saluran pernafasan. Dengann batasan ini maka jaringan paru-paru termasuk dalam saluran
pernafasan (respiratory tract). 3) Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan
14 hari ini. Batas 14 hari ini diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk bebera
papenyakit yang dapat digolongakan ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari
5
2.1.3 Status imunisai
Menurut Lisdianti (2015), terdapat hubungan antara status imunisasi balita dengan
kejadian ISPA di mana status Imunisasi balita di Puskesmas Pasir Putih sebagian besar
lengkap sebanyak 53 balita (72,6%) kejadian ISPA pada anak balita di Puskesmas Pasir
Putih sebagian besar tidak ISPA sebanyak 44 balita (60,3%) di mana balita yang
mendapatkan imunisasi lengkap lebih rendah mengalami kejadian ISPA dari pada yang
Menurut penelitian Ningrum tahun (2015), bahwa salah satu penyebab kejadian
ISPA pada balita ialah kepadatan hunian, dimana rumah harus menjamin kesehatan
penghuninya, salah satu syarat rumah sehat adalah memenuhi kebutuhan fisiologis seperti
kepadatan hunian dengan kejadian ISPA pada balita sebesar 43,4% (53 jiwa) dibandingkan
dengan kepadatan hunian yang tidak memenuhi syarat dengan kejadian ISPA pada balita
sebesar 56,5% (69 jiwa), semakin banyak jumlah penghuni rumah, maka semakin cepat udara
ruangan mengalami pencemaran gas atau bakteri yang dapat mengganggu kesehatan
(Ningrum, 2015).
2.1.5 Ventilasi
Ventilasi adalah suatu usaha untuk menyediakan udara segar, berfungsi untuk
kelembaban terhadap udara di dalam ruangan. Ventilasi rumah harus memiliki syarat yaitu
10% dari luas lantai. Hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Sungai Pinang
menunjukkan bahwa ventilasi yang memenuhi syarat dengan kejadian ISPA pada balita
6
sebesar 48,3% (59 jiwa), dibandingkan dengan ventilasi dengan kejadian ISPA pada balita
yang tidak memenuhi syarat sebesar 51,6 % (63 jiwa) hal ini menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara luas ventilasi dengan kejadian ISPA. Hal ini disebabkan ventilasi yang
selalu dibuka setiap hari sehingga udara dapat bertukar dengan baik dari dalam dan luar
Penyakit infeksi saluran pernapasan akut menyerang salah satu bagian dan atau lebih
dari saluran nafas mulai hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk
jaringan aksesoris seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Istilah ISPA meliputi tiga
unsur yakni antara lain : (1) Infeksi merupakan masuknya kuman atau mikroorganisme ke
dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. (2)
Saluran pernapasan merupakan organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ
aksesorinya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. (3) Infeksi Akut yang
berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari ditentukan untuk menunjukkan proses akut
meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat
berlangsung lebih dari 14 hari. Penyakit ISPA secara anatomis mencakup saluran pernapasan
bagian atas, saluran pernapasan bagian bawah (termasuk paru-paru) dan organ aksesoris
saluran pernapasan. Berdasarkan batasan tersebut jaringan paru termasuk dalam saluran
Gejala ISPA dibagi menjadi 3 antara lain sebagai berikut : (a) Gejala dari ISPA ringan
adalah batuk, Serak pada pada waktu berbicara atau menangis, Pilek yang mengeluarkan
lendir atau ingus dari hidung dan Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37°C. (b) Gejala
dari ISPA sedang adalah Pernapasan cepat (fast breathing) sesuai umur, untuk kelompok
7
umur kurang dari 2 bulan frekuensi nafas 60 kali per menit atau lebih untuk umur 2-<12
bulan dan 40 kali per menit atau lebih pada umur 12 bulan - < 5 tahun, suhu tubuh lebih dari
39°C, tenggorokan berwarna merah, timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai
bercak campak, telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga dan Pernapasan
(mendengkur). (c) Gejala dari ISPA Berat seseorang balita dinyatakan menderita ISPA berat
jikan dijumpai gejala-gejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-
gejala sebagai berikut yaitu bibir atau kulit membiru, anak tidak sadar atau kesadaran
menurun, pernapasan berbunyi seperti mengorok dan anak tampak gelisah, sela iga tetarik ke
dalam pada waktu bernafas, nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba dan
BAB 111
8
KARANGKA KONSEP PENELITIAN
-Status imunisasi
-kepadatan hunian
ISPA
-Ventilasi
Ha: Ada hubungan antara status imunisai dengan faktor-faktor yang mempengaruhi ISPA
pada balita.
Ha: Ada hubungan antara kepadatan hunian dengan faktor-faktor yang mempengaruhi ISPA
pada balita.
Ha: Ada hubungan antara ventilasi dengan faktor-faktor yang mempengaruhi ISPA pada
balita.