Anda di halaman 1dari 12

Proposal

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


ISPA PADA BALITA

Disusun oleh :

Nama : Rohani

Nim : 18010012

Dosen Pembimbing : Ns.Orita Satria, M.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKeS)

MEDIKA SERAMOE BARAT – MEULABOH

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya

kami dapat menyelesaikan Proposal ini dengan judul “Faktor-Faktor Yang mempengaruhi

ISPA pada Balita”.

Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan

Proposal ini.Semoga dengan terselesaikan Proposal ini dapat membantu dan menambah

wawasan bagi para pembaca.Kami menyadari bahwa Proposal kurang sempurna.

Oleh karena itu, dengan senang hati kami senantiasa menerima kritik dan saran yang

membangun dari para pembaca.

Meulaboh, 19 Juni 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah............................................................................. 2

1.3 Tujuan Penelitian................................................................................. 3

1.3.1 Tujuan Umum............................................................................ 3

1.3.2 Tujuan Khusus........................................................................... 3

1.4 Manfaat Penelitian............................................................................... 3

1.4.1 Bagi Peneliti.............................................................................. 3

1.4.2 Bagi Responden......................................................................... 4

1.4.3 Bagi Tempat Penelitian............................................................. 4

1.4.4 Bagi Insitusi Pendidikan............................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 5

2.1 Definisi ISPA................................................................................ 5

2.1.1 Pengertian ISPA........................................................................ 5

2.1.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhi ISPA.................................. 6

2.1.3 Status Komunikasi..................................................................... 6

2.1.4 Kepadatan Hunian..................................................................... 6

2.1.5 Ventilasi..................................................................................... 6

2.1.6 Jenis-jenis ISPA......................................................................... 7

2.1.7 Gejala ISPA............................................................................... 7

BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN.................................................. 9

3.1 Kerangka Konsep Penelitian............................................................. 9

3.2 Hipotesis Penelitian........................................................................... 9

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang melibatkan organ

saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. Infeksi ini

disebabkan oleh virus, jamur dan bakteri. ISPA akan menyerang host apabila ketahanan

tubuh (immunologi) menurun. Bayi di bawah lima tahun adalah kelompok yang memiliki

sistem kekebalan tubuh yang masih rentan terhadap berbagai penyakit. ISPA merupakan

penyakit yang mudah sekali menular (Probowo, 2012).

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit menular dan

penyebab kematian yang paling banyak terjadi pada anak di Negara berkembang. Infeksi

saluran pernapasan ini menyebabkan 4 dari 15 juta perkiraan kematian pada anak berusia

di bawah lima tahun pada stiap tahunnya sebanyak dua pertiga kematian tersebut adalah

bayi. Pneumonia merupakan penyebab utama kematian balita di dunia. Menurut World

Health Organization (WHO) insiden ISPA di negara seperti Amerika, Afrika dan negara

di benua Asia pada tahun 2016 diperkirakan terjadi kematian di atas 40 per 1000

kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun pada golongan usia balita (WHO, 2016).

Menurut WHO tahun 2012, sebesar 78% balita yang berkunjung ke pelayanan

kesehatan adalah akibat ISPA, khususnya pneumonia. ISPA lebih banyak terjadi di

negara berkembang dibandingkan negara maju dengan persentase masing-masing sebesar

25%-30% dan 10%-15%. Kematian balita akibat ISPA di Asia Tenggara sebanyak 2.1

juta balita pada tahun 2010 (Fitri, 2012). India, Bangladesh, Indonesia, dan Myanmar

merupakan negara dengan kasus kematian balita akibat ISPA terbanyak (Usman, 2012).

1
Pada tahun 2017 terdapat dua provinsi yang cakupan penemuan pneumonia balita sudah

mencapai target yaitu DKI Jakarta 98,54% dan Kalimantan Utara 81,39%, sedang provinsi

yang lain masih di bawah target 80%, capaian terendah di provinsi Papua 0,60% (Kemenkes

RI, 2017). Pada tahun 2018 data ISPA untuk kelompok umur 1-4 tahun sebanyak 12,8%

dengan Provinsi terbanyak yaitu Nusa Tenggara Timur sebesar 18,6%, Provinsi Banten

sebesar 17,7% dan Jawa Timur sebesar 17,2%. Untuk Provinsi Aceh juga memiliki kejadian

ISPA balita yang cukup tinggi yaitu sebesar 10.4% (Kementrian Kesehatan RI, 2018).

Menurut profil kesehatan Provinsi Aceh tahun 2017 perkiraan kasus pneumonia pada balita

sebesar 10 % dari jumlah balita di wilayah Aceh yaitu sebanyak 45.280 kasus. Cakupan

penemuan pneumonia pada balita tahun 2017 sebesar 6 % (2.779 kasus) (Dinkes Aceh,

2017).

Berdasarkan survei awal peneliti yang dilakukan ditemukan bahwa jumlah penyakit

ISPA pada balita yang ada di Puskesmas Deleng Pokhkisen pada bulan September sebanyak

20 balita, bulan Oktober 37 balita dan bulan November tahun 2018 yaitu berjumlah 48

balita, dan setelah dilakukan wawancara langsung kepada 10 orang ibu, 6 orang ibu yang

memiliki balita diantaranya mengalami ISPA sedangkan 4 orang lainnya tidak mengalami

ISPA. Tingginya kejadian ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Deleng Pokhkisen terjadi

dikarenakan kurangnya pengetahuan ibu dalam melakukan pencegahan ISPA, banyak ibu

hanya mengetahui apa itu penyakit ISPA, namun tidak mengetahui bahaya, dampak dan

cara pencegahannya seperti tidak memberikan ASI Eksklusif 0-6 bulan, tidak memberikan

imunisasi secara lengkap dan tidak menjauhkan balita dari keluarga yang merokok.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Tingginya ISPA pada Balita.

2
1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi tingginya penyakit ISPA pada balita

1.3.2.1 Tujuan Khusus

Untuk mengetahui pengetahuan keluarga dengan faktor-faktor yang mempengaruhiri

tingginya ISPA pada balita.

1.3.2.2 Untuk mengetahui Status imunisasi balita dengan faktor-faktor yang

mempengaruhiri tingginya ISPA pada balita.

1.3.2.3 Untuk mengetahui Kepadatan hunian dengan faktor-faktor yang mempengaruhi

tingginya ISPA pada balita.

1.3.2.4 Untuk mengetahui fentilasi dengan faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya ISPA

pada balita.

1.3.2.5 Untuk mengetahui kepadatan hunian dengan faktor-faktor yang mempengaruhi

tingginya ISPA pada balita.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Dapat menambahkan pengetahuan wawasan dan pengalaman dalam melakukan

penelitian dan juga dapat mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari atau menerapkan

proses pikir ilmiah dalam memahami dan menganalisis masalah.

1.4.2 Bagi Responden

3
Sebangai informasi sehingga kedepan kelusrga dapat lebih meningkatkan

pengetahuan tentang ISPA Pada balita.

1.4.3 Bagi Tempat Penelitian

Menjadi masukan terhadap Pukesmas yang tersedia.

1.4.4 Bagi Insitusi Pendidikan

Sebangai bahan dokumentasi dan bahan yang dapat dijadikan acuan untuk penelitian

selanjutnya.

BAB 11

4
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi ISPA

2.1.1 Pengertian ISPA

Istilah ISPA yang merupakan singkatan Infeksi Saluran Pernafasan Akut mulai

diperkenalkan pada tahun 1984 setelah dibahas dalam Lokakarya Nasional ISPA di Cipanas.

Istilah ini merupakan padanan istilah Inggris Accute Respiratory Infections disingkat ARI.

Istilah ISPA mengandung tiga unsur, yaitu infeksi, saluran pernafasan dan akut (Kemenkes

RI, 2013).

Istilah ISPA mengandung tiga unsur, yaitu infeksi, saluran pernafasan dan akut.

Pengertian atau batasan masing-masing unsur adalah sebagai berikut: 1) Infeksi adalah

masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak

sehingga menimbulkan gejala penyakit. 2) Saluran pernapasan adalah organ yang mulai dari

hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah

dan pleura. Dengan demikian ISPA secara otomatis mencakup saluran pernafasan bagian

atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa

saluran pernafasan. Dengann batasan ini maka jaringan paru-paru termasuk dalam saluran

pernafasan (respiratory tract). 3) Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan

14 hari ini. Batas 14 hari ini diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk bebera

papenyakit yang dapat digolongakan ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari

(Kemenkes RI, 2013).

2.1.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhi ISPA

5
2.1.3 Status imunisai

Menurut Lisdianti (2015), terdapat hubungan antara status imunisasi balita dengan

kejadian ISPA di mana status Imunisasi balita di Puskesmas Pasir Putih sebagian besar

lengkap sebanyak 53 balita (72,6%) kejadian ISPA pada anak balita di Puskesmas Pasir

Putih sebagian besar tidak ISPA sebanyak 44 balita (60,3%) di mana balita yang

mendapatkan imunisasi lengkap lebih rendah mengalami kejadian ISPA dari pada yang

mendapatkan imunisasi lengkap

2.1.4 Kepadatan hunian

Menurut penelitian Ningrum tahun (2015), bahwa salah satu penyebab kejadian

ISPA pada balita ialah kepadatan hunian, dimana rumah harus menjamin kesehatan

penghuninya, salah satu syarat rumah sehat adalah memenuhi kebutuhan fisiologis seperti

kenyamanan. Penelitian dilakukan di Puskesmas Sungai Pinang menunjukkan bahwa

kepadatan hunian dengan kejadian ISPA pada balita sebesar 43,4% (53 jiwa) dibandingkan

dengan kepadatan hunian yang tidak memenuhi syarat dengan kejadian ISPA pada balita

sebesar 56,5% (69 jiwa), semakin banyak jumlah penghuni rumah, maka semakin cepat udara

ruangan mengalami pencemaran gas atau bakteri yang dapat mengganggu kesehatan

(Ningrum, 2015).

2.1.5 Ventilasi

Ventilasi adalah suatu usaha untuk menyediakan udara segar, berfungsi untuk

mencegah akumulasi gas beracun dan mikroorganisme, memelihara temperatur dan

kelembaban terhadap udara di dalam ruangan. Ventilasi rumah harus memiliki syarat yaitu

10% dari luas lantai. Hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Sungai Pinang

menunjukkan bahwa ventilasi yang memenuhi syarat dengan kejadian ISPA pada balita

6
sebesar 48,3% (59 jiwa), dibandingkan dengan ventilasi dengan kejadian ISPA pada balita

yang tidak memenuhi syarat sebesar 51,6 % (63 jiwa) hal ini menunjukkan bahwa terdapat

hubungan antara luas ventilasi dengan kejadian ISPA. Hal ini disebabkan ventilasi yang

selalu dibuka setiap hari sehingga udara dapat bertukar dengan baik dari dalam dan luar

rumah (Ningrum, 2015)

2.1.6 Jenis-Jenis ISPA

Penyakit infeksi saluran pernapasan akut menyerang salah satu bagian dan atau lebih

dari saluran nafas mulai hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk

jaringan aksesoris seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Istilah ISPA meliputi tiga

unsur yakni antara lain : (1) Infeksi merupakan masuknya kuman atau mikroorganisme ke

dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. (2)

Saluran pernapasan merupakan organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ

aksesorinya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. (3) Infeksi Akut yang

berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari ditentukan untuk menunjukkan proses akut

meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat

berlangsung lebih dari 14 hari. Penyakit ISPA secara anatomis mencakup saluran pernapasan

bagian atas, saluran pernapasan bagian bawah (termasuk paru-paru) dan organ aksesoris

saluran pernapasan. Berdasarkan batasan tersebut jaringan paru termasuk dalam saluran

pernapasan (respiratory tract) (Widoyono, 2011).

1.2.7 Gejala ISPA

Gejala ISPA dibagi menjadi 3 antara lain sebagai berikut : (a) Gejala dari ISPA ringan

adalah batuk, Serak pada pada waktu berbicara atau menangis, Pilek yang mengeluarkan

lendir atau ingus dari hidung dan Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37°C. (b) Gejala

dari ISPA sedang adalah Pernapasan cepat (fast breathing) sesuai umur, untuk kelompok

7
umur kurang dari 2 bulan frekuensi nafas 60 kali per menit atau lebih untuk umur 2-<12

bulan dan 40 kali per menit atau lebih pada umur 12 bulan - < 5 tahun, suhu tubuh lebih dari

39°C, tenggorokan berwarna merah, timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai

bercak campak, telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga dan Pernapasan

berbunyi seperti mengorok

(mendengkur). (c) Gejala dari ISPA Berat seseorang balita dinyatakan menderita ISPA berat

jikan dijumpai gejala-gejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-

gejala sebagai berikut yaitu bibir atau kulit membiru, anak tidak sadar atau kesadaran

menurun, pernapasan berbunyi seperti mengorok dan anak tampak gelisah, sela iga tetarik ke

dalam pada waktu bernafas, nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba dan

tenggorokan berwarna merah (Usman, 2012).

BAB 111

8
KARANGKA KONSEP PENELITIAN

3.1 Karangka konsep penelitian

Adapun karangka konsep penelitian yang berjudul faktor-faktor yang mempengaruhi

ISPA pada balita

Penggunaan ini menggunakan desain deskriptif,yaitu untuk mengetahui dukungan

keluarga dan faktor status imunisasi,kepadatan hunian,dan vintilasi.

Untuk memberikan arah dari penelitian ini,maka disusunlah karangka konsep

penelitian sebagai berikut:

Variabel Idependen Variabel Dependen

-Status imunisasi

-kepadatan hunian
ISPA
-Ventilasi

3.2 Hipotesis Penelitian

Ha: Ada hubungan antara status imunisai dengan faktor-faktor yang mempengaruhi ISPA
pada balita.

Ha: Ada hubungan antara kepadatan hunian dengan faktor-faktor yang mempengaruhi ISPA
pada balita.

Ha: Ada hubungan antara ventilasi dengan faktor-faktor yang mempengaruhi ISPA pada
balita.

Anda mungkin juga menyukai