Anda di halaman 1dari 16

BIOETIKA SEBAGAI DASAR

ETIKA KEDOKTERAN

Nama Penulis: DIMAS CRISTIAN

NIM :

Kelompok PBL:

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring perkembangan dunia dibidang teknologi, perkembangan pendidikan masyarakat
pun ikut bertambah, terutama dibidang medis. Hal ini dapat dilihat dari jumlah dokter yang
semakin bertambah banyak, dokter spesialisisasi maupun dokter umum dan wawasan
masyarakat akan kesehatan juga bertambah luas. Masyarakat sudah dapat memikirkan akan
hak-hak nya sebagai pasien yang wajib mereka dapatkan serta mengenali penyakit yang
mereka derita. Itulah sebabnya mengapa seorang pasien bisa saja pergi berobat ke beberapa
dokter dengan spesialis yang berbeda-beda, dampak yang diberikan adalah hubungan dokter
dengan pasiennya tidak begitu dekat lagi.

Dari kondisi seperti ini, pihak kedokteran pun memikirkan untuk memperhatikan hal-hal
tersebut, agar dapat menyeimbangi dan memuaskan pasien yang datang kepadanya. Maka
disepakati untuk membuat sebuah Kaidah Bioetik. Kaidah Bioetik adalah panduan dasar bagi
dokter dalam menentukan sikap maupun tindakan pada kasus yang dialami oleh pasiennya.
Kaidah bioetik harus dipegang teguh oleh seorang dokter dalam proses pengobatan pasien,
sampai pada tahap pasien tersebut tidak mempunyai ikatan lagi dengan dokter yang
bersangkutan.

Pada kasus kali ini, saya akan membahas masalah yang dialami oleh dr. Bagus, seorang
dokter yang mengabdikan diri di sebuah puskesmas di desa yang terpencil dan sangat jauh dari
kota.

PEMBAHASAN
A. Definisi Bioetik
Bioetik berasal dari kata bios yang berati kehidupan dan ethos yang berarti norma-norma
atau nilai- nilai moral. Bioetika atau Biomedical Ethics, yang dapat diartikan sebagai cabang
dari ilmu etika yang membahas masalah-masalah yang timbul dalam praktek kedokteran dan
atau penelitian di bidang biomedis. Norma Bioetika pada saat ini banyak dipengaruhi oleh
aturan hukum, finansial, budaya, isu-isu sosial, agama, moralitas, hak pasien dan sebagainya
Menurut F. Abel, Bioetika adalah studi interdisipliner tentang problem yang ditimbulkan
oleh perkembangan di bidang biologi dan ilmu kedokteran, pada skala mikro maupun makro,
termasuk dampaknya terhadap masyarakat luas serta sistem nilainya, kini dan masa
mendatang.

B. Pembahasan Masalah
Kaidah Dasar Bioetik yang dipraktikan di kedokteran Indonesia mengacu kepada 4
macam kaidah, yaitu: Beneficence, Non-Maleficence, Justice dan Autonomy. Seorang dokter
harus mengamalkan prinsip-prinsip yang terdapat dalam Kaidah Dasar Bioetik, namun pada
kasus tertentu, kondisi seorang pasien dapat berubah dari kaidah yang satu ke kaidah yang
lain. Dalam penanganannya dokter harus bisa mengambil keputusan untuk meninggalkan atau
merelakan prinsip yang lama untuk digantikan dengan prinsip baru yang lebih absah, kondisi
seperti ini disebut Prima Facie.

1. Beneficence
Prinsip ini digunakan ketika kondisi pasien dalam keadaan yang wajar atau
umum, tidak gawat darurat, dan seperti pada banyak pasien lainnya. Hal-hal
yang mendasari kaidah Beneficence adalah mencegah terjadi kerugian,
menghilangkan kondisi penyebab kerugian, berbuat baik, memberikan
keseimbangan antara biaya- resiko-keuntungan. Prinsip-prinsip yang terkandung
antara lain:
 Mengutamakan altruisme (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk
kepentingan orang lain)
 Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia
 Memandang pasien/keluarga/sesuatu tidak hanya sejauh menguntungkan
dokter
 Mengusahakan agar kebaikan / manfaatnya lebih banyak dibandingkan
dengan keburukannya
 Paternalisme bertanggung jawab/berkasih sayang
 Menjamin kehidupan-baik-minimal manusia
 Tidak ada pembatasan “goal based”
 Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/prefensi pasien
 Minimalisasi akibat buruk
 Kewajiban menolong pasien gawat darurat
 Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan
 Tidak menarik honorarium di luar kepantasan
 Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan
 Mengembangkan profesi secara terus menerus
 Memberikan obat berkhasiat namun murah
 Menerapkan Golden Rule Principle, yaitu jangan menyakiti bila tidak ingin
disakiti

Kaidah Beneficence dalam kasus dr. Daniel :


> Dokter Daniel telah lama bertugas di suatu desa terpencil yang sangat jauh
dari kota. Sehari-harinya ia bertugas di sebuah puskesmas yang hanya ditemani
oleh seorang mantri, hal ini merupakan pekerjaan yang cukup melelahkan
karena setiap harinya banyak warga desa yang datang berobat, karena
puskesmas tersebut merupakan satu-satunya sarana kesehatan yang ada. Dokter
Daniel bertugas dari pagi hari sampai sore hari tetapi tidak menutup
kemungkinan ia harus mengobati pasien dimalam hari bila ada warga desa yang
membutuhkan pertolongannya. (paragraf 1)

Disini dr. Daniel menunjukkan prinsip mengutamakan altruisme (B1), ia rela


berkorban jauh dari kota demi mengobati masalah kesehatan warga didesa
terpencil, ia bahkan telah berkerja lama demi kepentingan kesehatan didesa
terpencil tersebut. Dokter Daniel juga menunjukkan prinsip yang menghargai
hak-hak pasien secara keseluruhan (B11), karena ia melayani pasien tanpa
mengenal batas waktu, dari pagi sampai siang bahkan malam, walaupun
sebenarnya ia merasa kelelahan, tetapi ia tetap memberikan hak pasien untuk
diberi pengobatan.
> Setelah memeriksakan anak tersebut, dr. Daniel menyarankan agar anak
tersebut dirawat dirumah sakit yang berada di kota. (paragraf 2, kalimat 3)

Disini dr. Daniel menunjukkan prinsip mengusahakan agar kebaikan/manfaatnya


lebih banyak dibandingkan dengan keburukannya (B4), menjamin kehidupan-
baik-minimal manusia (B6) dan minimalisasi akibat buruk (B9)

> “Baiklah kalau begitu saya akan memberi ibu obat dan ORALIT untuk anak
ibu, nanti ibu berikan obat tersebut sesuai dengan aturan dan usahakan anak
ibu minum oralit sesering mungkin, nanti sore setelah selesai tugas saya akan
mampir kerumah ibu untuk melihat kondisi keadaan anak ibu” kata dr. Daniel.
(paragraf 3, kalimat 4)

Kaidah Beneficence dalam kasus dr. Daniel:


> Dokter Bagus telah lama bertugas di suatu desa terpencil yang sangat jauh dari
kota. Sehari-harinya ia bertugas di sebuah puskesmas yang hanya ditemani oleh
seorang mantri, hal ini merupakan pekerjaan yang cukup melelahkan karena
setiap harinya banyak warga desa yang datang berobat
karena puskesmas tersebut merupakan satu-satunya sarana kesehatan yang ada.
Dokter Daniel bertugas dari pagi hari sampai sore hari tetapi tidak menutup
kemungkinan ia harus mengobati pasien dimalam hari bila ada warga desa yang
membutuhkan pertolongannya. (paragraf 1)

Disini dr. Daniel menunjukkan prinsip mengutamakan altruisme (B1), ia rela


berkorban jauh dari kota demi mengobati masalah kesehatan warga didesa
terpencil, ia bahkan telah berkerja lama demi kepentingan kesehatan didesa
terpencil tersebut. Dokter Daniel juga menunjukkan prinsip yang menghargai
hak-hak pasien secara keseluruhan (B11), karena ia melayani pasien tanpa
mengenal batas waktu, dari pagi sampai siang bahkan malam, walaupun
sebenarnya ia merasa kelelahan, tetapi ia tetap memberikan hak pasien untuk
diberi pengobatan

> Setelah memeriksakan anak tersebut, dr. Daniel menyarankan agar anak
tersebut dirawat dirumah sakit yang berada di kota. (paragraf 2, kalimat 3 )

Disini dr. Daniel menunjukkan prinsip mengusahakan agar kebaikan/manfaatnya


lebih banyak dibandingkan dengan keburukannya (B4), menjamin kehidupan-
baik-minimal manusia (B6) dan minimalisasi akibat buruk (B9)

> “Baiklah kalau begitu saya akan memberi ibu obat dan ORALIT untuk anak
ibu, nanti ibu berikan obat tersebut sesuai dengan aturan dan usahakan anak
ibu minum oralit sesering mungkin, nanti sore setelah selesai tugas saya akan
mampir kerumah ibu untuk melihat kondisi keadaan anak ibu” kata dr. Daniel.
(paragraf 3, kalimat 4)

Tindakan dr. Daniel disini menunjukkan prinsip mengutamakan altruisme (B1),


paternalisme bertanggung jawab/berkasih sayang (B5) karena ia rela untuk
datang mengecek kondisi sang anak walaupun sudah selesai tugas, tindakan ini
mengandung hubungan seperti orang tua dan anaknya yang memberi perhatian
sangat besar. Tindakan dr. Daniel juga menunjukkan bahwa ia menjalankan
prinsip menjamin kehidupan-baik-minimal manusia (B6), minimalisasi akibat
buruk (B9) dan memberikan obat berkhasiat namun murah (B15).

> Dokter Daniel menjelaskan kepada orang tua pasien bahwa kondisi anaknya
kurang baik dan kemungkinan untuk sembuh sangat kecil walaupun diberikan
obat-obat kemoterapeutik. “Pak, yang hanya saya dapat lakukan adalah
memberi obat-obatan penunjang agar anak bapak tidak terlalu menderita” kata
dr. Daniel sambil menyerahkan obat kepada orang tua pasien. (paragraf 4,
kalimat
11&12)
Prinsip dalam tindakan dr. Daniel disini adalah mengusahakan agar
kebaikan/manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan keburukannya (B4)
dan minimalisasi akibat buruk (B9). Dokter Daniel tetap mengusahakan
memberikan obat-obat untuk sang anak agar tidak terlalu menderita akibat
penyakitnya yang sudah stadium lanjut
> Dokter Daniel meminta kesediaan pasien keempat untuk menunggu diluar
karena ia akan terlebih dahulu memberi pertolongan pada pemuda tersebut.
(paragraf 5, kalimat 2)
Disini dr. Daniel menerapkan prinsip kewajiban menolong pasien gawat darurat
(B10) dilihat dari tindakannya yang tidak memilih-milih pasien, ia tetap
menolong pasien yang gawat darurat bahkan lebih mengutamakannya.

> Sambil berimbah peluh, dr. Daniel akhirnya menyelesaikan tindakan amputasi
telapak tangan pemuda yang mengalami kecelakaan tersebut. (paragraf 5,
kalimat 9)
Disini prinsip yang digunakan oleh dokter Daniel adalah paternalisme
bertanggung jawab/berkasih sayang (B5) dan kewajiban menolong pasien gawat
darurat (B10) karena tindakannya yang peduli dan bertanggung jawab
menangani pasien yang datang kepadanya, bahkan dalam kondisi gawat darurat
sekalipun.
> Melihat kondisi pasien yang baik dan stabil, akhirnya pasien diperbolehkan
pulang dengan diberi beberapa macam obat dan anjuran agar besok datang
kembali untuk konrol. (paragraf 5, kalimat 10)
Prinsip yang digunakan oleh dokter Daniel adalah memandang
pasien/keluarga/sesuatu tidak hanya sejauh menguntungkan dokter (B3),
paternalisme bertanggung jawab/berkasih sayang (B5), menghargai hak-hak
pasien secara keseluruhan (B11).
> Dokter Daniel curiga pasien tersebut menderita penyakit jantung sehingga ia
membuat surat rujukan kerumah sakit yang berada di kota. (paragraf 6, kalimat
3)
Sisi Beneficence yang ditunjukkan oleh dokter Daniel disini adalah
mengusahakan agar kebaikan/manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan
keburukannya (B4) dan minimalisasi akibat buruk (B9). Ia memilih untuk
memberikan surat rujukan kerumah sakit dikota demi mencegah dan
memperkecil akibat buruk yang mungkin akan terjadi pada pasiennya, dan juga
agar pasiennya dapat mendapatkan perawatan medis yang lebih baik dan lebih
canggih.
> Dokter Daniel tidak menanggapi keluhan si ibu muda tadi dan segera membuat
surat rujukan untuk ibu tersebut ke LAB KLINIK “Cepat Tepat” langganannya
yang berada dikota, jauh dari puskesmas. Dari Lab Klinik ini dr. Daniel
mendapat sejumlah uang ternyata sejajar jumlahnya dengan pasien yang ia kirim
kesitu. Pernah dua bulan yang lalu dengan 20 pasien yang ia kirim, ia
memperoleh Rp.300.000,-. (paragraf 7, kalimat 2,3&4).
Tindakan dr. Daniel disini telah melanggar prinsip-prinsip Beneficence yaitu
tidak mengutamakan altruisme (melanggar B1), memandang
pasien/keluarga/sesuatu hanya sejauh menguntungkan dokter (melanggar B3)
dan menarik honorarium di luar kepantasan (melanggar B12).

> Demikianlah kegiatan sehari-hari dr. Daniel dan tanpa terasa sudah 25 tahun
dokter Daniel mengabdi di desa tersebut. (paragraf 8, kalimat 3)
Disini menujukkan dokter Daniel menerapkan prinsip mengutamakan altruisme
(B1) dan memandang pasien/keluarga/sesuatu tidak hanya sejauh
menguntungkan dokter (B3) ia rela menolong dan rela berkorban demi
kepentingan orang lain, tidak karena kepentingan dirinya sendiri
2. Non-Maleficence
Prinsip ini digunakan ketika kondisi pasien dalam keadaan gawat darurat dan
dibutuhkan suatu intervensi medik dalam rangka penyelamatan nyawanya. Hal-
hal yang mendasari kaidah Non-Maleficence adalah jangan menyakiti, jangan
memperburuk keadaan, tidak boleh berbuat jahat ataupun membuat pasien
menderita, tindakan yang merugikan tidak selalu dianggap tingakan yang buruk.
Prinsip-prinsip yang terkandung antara lain:
a) Menolong pasien emergensi
b) Kondisi untuk menggambarkan kriteria ini adalah:
 Pasien dalam keadaan amat berbahaya (darurat) atau berisiko hilangnya
sesuatu yang penting (gawat)
 Dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebut
 Tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
 Manfaat bagi pasien lebih banyak daripada kerugian dokter (hanya
mengalami resiko minimal)
c) Mengobati pasien yang luka
d) Tidak membunuh pasien (tidak melakukan euthanasia)
e) Tidak menghina/mencaci maki/memanfaatkan pasien
f) Tidak memandang pasien hanya sebagai obyek
g) Tidak mengobati secara tidak proporsional
h) Mencegah pasien dari bahaya
i) Menghindari misrepresentasi (salah sangka) dari pasien
j) Tidak membahayakan kehidupan pasien karena kalalaian
k) Memberikan semangat hidup
l) Melindungi pasien dari serangan
m) Tidak melakukan white collar crime dalam bidang kesehatan/kerumah-
sakitan yang merugikan pihak pasien/keluarganya.

Kaidah Non-Maleficence dalam kasus dr. Daniel :


> Dokter Daniel meminta kesediaan pasien keempat untuk menunggu diluar
karena ia akan terlebih dahulu memberi pertolongan pada pemuda tersebut.
(paragraf 5, kalimat 2)
Disini dokter Daniel menggunakan prinsip menolong pasien emergensi (N1). Ia
memprioritaskan untuk menolong pasien yang kondisinya emergensi dan ia pun
memberikan pertolongan medis kepada pemuda tersebut
> Dokter Daniel menjelaskan keadaan telapak tangan kanan suaminya dan
tindakan yang harus dilakukan adalah amputasi. Walau dengan berat hati, istri
pemuda tersebut menyetujui tindakan yang akan dilakukan dokter Daniel.
(paragaraf 5, kalimat 7&8)

Prinsip yang ditunjukkan oleh dr. Daniel disini adalah manfaat bagi pasien
lebih banyak daripada kerugian dokter (N2) dan menghindari misrepresentasi
dari pasien (N9) dilihat dari dokter Daniel tidak membiarkan istrinya salah
sangka dengan menjelaskan keadaan telapak tangan suaminya dan langkah
yang harus diambil adalah amputasi agar suaminya tidak kehilangan nyawa
akibat pendarahan.

> Sambil berimbah peluh, dr. Daniel akhirnya menyelesaikan tindakan


amputasi telapak tangan pemuda yang mengalami kecelakaan tersebut.
(paragraf 5, kalimat 9)

Disini sisi Non-Maleficence yang diterpakan oleh dr, Daniel adalah menolong
pasien emergensi (N1) dan mengobati pasien yang luka (N3), dokter Daniel
tidak membiarkan pemuda yang terluka begitu saja, melainkan menolong dan
melakukan tindakan yang tepat untuk mengobatinya

3. Justice
Prinsip ini digunakan ketika dalam konteks membahas hak orang lain selain
diri pasien itu sendiri. Hak orang lain ini khususnya mereka yang sama atau
setara dengan pasien dalam mengalami gangguan kesehatan.
Hal-hal yang mendasari kaidah Justice adalah keadilan dalam memberikan
perlakuan, pengobatan kepada setiap pasien tanpa memandang unsur-unsur
SARA (suku, ras, agama, antar golongan), pembagian atau penyaluran
sumbangan kepada setiap pasien sesuai dengan kebutuhan mereka.
Prinsip-prinsip yang terkandung antara lain:
a) Memberlakukan segala sesuatu secara universal
b) Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan
c) Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang
sama
d) Menghargai hak sehat pasien (affordability, equality, accesibility,
availability, quality)
e) Menghargai hak hukum pasien
f) Menghargai hak orang lain
g) Menjaga kelompok rentan (yang paling merugikan)
h) Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status sosial, dll
i) Tidak melakukan penyalahgunaan wewenang
j) Memberikan kontribusi yang relatif sama dengan kebutuhan pasien
k) Meminta partisipasi pasien sesuai kemampuannya
l) Kewajiban mendistribusi keuntungan dan kerugian (biaya, beban,
sanksi) secara adil
m) Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan
kompeten
n) Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alasan sah/tepat
o) Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit/gangguan
kesehatan
p) Bijak dalam makroalokasi

Kaidah Justice dalam kasus dr. Daniel Bagus:


> Sehari-harinya ia bertugas di sebuah puskesmas yang hanya ditemani oleh
seorang mantri, hal ini merupakan pekerjaan yang cukup melelahkan karena
setiap harinya banyak warga desa yang datang berobat karena puskesmas
tersebut merupakan satu-satunya sarana kesehatan yang ada. Dokter Daniel
bertugas dari pagi hari sampai sore hari tetapi tidak menutup kemungkinan ia
harus mengobati pasien dimalam hari bila ada warga desa yang membutuhkan
pertolongannya. (paragraf 1, kalimat 2&3)
Prinsip yang ditunjukkan oleh dokter Daniel disini adalah menghargai hak sehat
pasien (affordability, equality, accesibility, availability, quality) (J4).
> Dokter Daniel memeriksa pasien sesuai nomor urut pendaftaran, hal ini
dilakukannya agar pemeriksaan pasien berjalan tertib teratur. (paragraf 2,
kalimat 2)

Disini dokter Bagus menjalankan prinsip yang pertama yaitu memberlakukan


segala sesuatu secara universal (J1) ia adil dalam memeriksa pasiennya yang
banyak secara teratur menurut nomor urut pendaftaran agar pemeriksaan
berjalan dengan tertib, lancar dan tidak membeda-bedakan pasien.

> Setelah memeriksa pasien tersebut dr. Daniel memberikan beberapa macam
obat dan vitamin serta nasehat agar istirahat yang cukup. (paragraf 2, kalimat 4)

Disini dokter Daniel mengambil prinsip memberlakukan segala sesuatu secara


universal (J1) yaitu ia sebagai seorang dokter melakukan pemeriksaan terhadap
pasiennya, memberi obat atau vitamin yang diperlukan dan juga nasehat agar
pasiennya dapat lekas sembuh.

> Setelah memeriksakan anak tersebut, dr. Daniel menyarankan agar anak
tersbut dirawat dirumah sakit yang berada dikota. (paragraf 3, kalimat 3)

Dokter Daniel menunjukkan prinsip yang ketiga yaitu memberi kesempatan


yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama (J3) , ia memberikan
kesempatan agar setiap pasiennya yang dalam kondisi buruk bisa mendapatkan
perawatan medis yang lebih baik.

> “Pak mantri tolong bikinkan puyer untuk anak ibu ini dan setelah itu tolong
jelaskan cara membuat air oralit pada ibu ini” kata dokter Daniel kepada pak
mantri. (Paragraf 3, kalimat 6)

Prinsip yang ditunjukkan disini adalah dr. Daniel memberikan kontribusi yang
relatif sama dengan kebutuhan pasien (J10), seorang dokter umumnya akan
memberikan resep obat dan cara meminumnya, melalui suster atau mantri.
> Dokter Daniel meminta kesediaan pasien keempat untuk menunggu diluar
karena ia akan terlebih dahulu memberi pertolongan pada pemuda tersebut.
(paragraf 5, kalimat 2)

Disini ditunjukkan prinsip memberlakukan segala sesuatu secara universal (J1)


dan memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama
(J10). Dalam kasus ini tentu harus mengutamakan untuk mengobati pasien yang
gawat darurat terlebih dahulu, walaupun urutan nomor pendaftarannya sudah
sampat.

> Pada pemeriksaan, dr. Daniel mendapatkan telapak tangan pemuda tersebut
tampak bengkak dan pada pemeriksaan lebih lanjut ternyata tulang-tulang
ditelapak tangan tersebut hancur. (paragraf 5, kalimat 4)

Prinsip Justice yang digunakan adalah memberlakukan segala sesuatu secara


universal (J1), ia memberikan pengecekan lebih lanjut untuk mengetahui kondisi
kesehatan sebenarnya pasien.

4. Autonomy
Prinsip ini digunakan ketika berkaitan dengan hak-hak pasien kondisi pasien dewasa,
yang berkerpribadian matang untuk mengambil jalan hidupnya. Tidak berlaku untuk
orang yang mengidap sakit jiwa, idiot, ataupun tidak sadarkan diri. Kaidah Autonomy
selalu berkaitan erat dengan informed consent (surat untuk melakukan tindakan medik).
Hal-hal yang mendasari kaidah Autonomy adalah Autonomy bermaksud menghendaki,
menyetujui, membenarkan, membela, dan membiarkan pasien demi dirinya sendiri.
Prinsip-prinsip yang terkandung antara lain:
 Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien
 Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan (pada kondisi
elektif)
 Berterus terang
 Menghargai privasi
 Menjaga rahasia pasien
 Menghargai rasionalitas pasien
 Melaksanakan informed consent
 Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri
 Tidak mengintervensi atau menghalangi Autonomy pasien
 Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam membuat keputusan,
termasuk keluarga pasien sendiri
 Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non
emergensi
 tidak berbohong kepada pasien meskipun demi kebaikan pasien
 Menjaga hubungan (kontrak)

Kaidah Autonomy dalam kasus dr. Daniel:


> Namun ibu tersebut menolak karena tidak mempunyai uang untuk berobat.
(paragraf 3, kalimat 4) Disini prinsip kaidah Autonomy yang digunakan oleh
dokter Daniel adalah menghargai hak
menentukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien.

> Dokter Daniel menjelaskan kepada orang tuanya bahwa kondisi anaknya tidak
dapat ditingkatkan dan sangat sulit bagi mereka untuk membeli obat-obatan
mahal tersebut. (paragraf 4, kalimat 7)

Dokter Daniel menunjukkan sisi berterus terang (A3) dan tidak berbohong
kepada pasien meskipun demi kebaikan pasien (A12), dilihat dari ia
menjelaskan apa adanya, dan tidak menutup- nutupi.

> Dokter Daniel menjelaskan keapada orang tua pasien bahwa kondisi anaknya
kurang baik dan kemungkinan untuk sembuh sangat kecil walaupun diberikan
obat kemoterapeutik. (paragraf 4, kalimat 11)

Dokter Daniel menunjukkan sisi berterus terang (A3) dan tidak berbohong
kepada pasien meskipun demi kebaikan pasien (A12).

> Dokter Daniel menjelaskan keadaan telapak tangan kanan suaminya dan
tindakan yang harus dilakukan adalah amputasi. Walau dengan berat hati, istri
pemuda tersebut menyetujui tindakan yang akan dilakukan dokter Daniel.
(paragraf 5, kalimat 7&8)
Dalam tindakan dr. Daniel disini, ia telah menerapkan prinsip tidak
mengintervensi pasien dalam membuat keputusan (A2), berterus terang (A3),
melaksanakan informed consent (A7) dan tidak berbohong kepada pasien
meskipun demi kebaikan pasien (A12). Dokter Daniel berkata apa adanya ketika
menjelaskan kepada keluarga pasien (istrinya) demi kebaikan pasien, dan tidak
mencampuri atau menghasut kerabat/keluarga pasien untuk memilih keputusan.

> Melihat kondisi pasien yang baik dan stabil, akhirnya pasien diperbolehkan
pulang dengan diberi beberapa macam obat dan anjuran agar besok datang
kembali untuk kontrol. (paragraf 5, kalimat 10)

Dokter Daniel tetap menjaga hubungan (A13) dengan pasiennya melalui kontrol
lagi.

> Setelah menerima penjelasan tentang kemungkinan penyakit yang dideritanya,


pasien pulang dengan membawa surat rujukan tersebut. (paragraf 6, kalimat 4)

Dokter Daniel melakukan prinsip membiarkan pasien dewasa dan kompeten


mengambil keputusan sendiri (A8).
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan, dapat ditarik kesimpulan bahwa Kaidah Dasar
Bioetik sangatlah erat hubungannya dengan setiap tindakan seorang dokter
terhadap pasien-pasiennya. Keempat macam Kaidah Dasar Bioetik tentu
harus diperhatikan dan dipegang teguh untuk menghindari terjadinya hal-
hal yang merugikan pasien, dan juga nama baik dokter.

Dari pembahasan kasus dr. Daniel, dapat ditarik kesimpulan bahwa dokter
Bagus melakukan semua tindakan-tindakannya berdasarkan prinsip-prinsip
yang terdapat dalam Kaidah Dasar Bioetik, yaitu Beneficence, Non-
Maleficence, Justice dan Autonomy. Dalam kaidah Beneficence, dr. Bagus
sudah berusaha memaksimalisasi keuntungan untuk pasiennya,
menghargai martabat manusia, dan memberikan kemudahan serta
kepuasan kepada pasien dan kesembuhan penyakitnya. Lalu, dalam kaidah
Non-Maleficence, dokter Daniel juga sudah menerapkan prinsip-
prinsipnya, yaitu mengutamakan keselamatan nyawa pasien terutama
pasien dengan kondisi gawat darurat (emergency), mengambil tindakan
pengobatan yang paling kecil resikonya bagi pasien dan tidak melakukan
perbuatan yang memperburuk atau memperparah kondisi pasien.
Kemudian, sesuai prinsip Justice, dr. Daniel dapat mengambil keadilan
yang terbaik bagi setiap pasien yang datang kepadanya, melakukan
tindakan universal dalam pengobatan, tidak membeda-bedakan
berdasarkan suku, ras, agama, dan status sosialnya.
Terakhir, tindakan dr. Daniel juga telah menunjukkan prinsip-prinsip
dalam kaidah Autonomy, yaitu membiarkan pasien yang dewasa dan
berkepribadian matang memilih nasibnya sendiri, menghargai keputusan-
keputusan yang diambil pasien, tidak mengintervensi atau mencampuri
pasien dalam membuat keputusan.

Prinsip-prinsip dalam Bioetik sangatlah penting, maka seorang dokter


sebaiknya menjadikan Bioetik sebagai panduan dasar dalam memutuskan
tindakan medik apapun dalam penanganan terhadap pasiennya. Sehingga
dapat tercipta dan terbinanya hubungan yang harmonis antara dokter
dengan pasiennya dalam pelayanan kesehatan demi kesembuhan
pasiennya sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

1. Hartono, B., & Salim, D. (2013). WHO AM I? Bioetika, Humaniora dan


Profesionalisme dalam Profesi
Dokter. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana.

2. Guwandi, J. Dokter dan Hukum. Jakarta: Monella Jakarta

Anda mungkin juga menyukai