Anda di halaman 1dari 13

 HOME

 POSTS RSS
 COMMENTS RSS
 EDIT

Search

 HOME
 POSTS RSS
 COMMENTS RSS
 EDIT

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN


DERMATITIS ATOPIK
06.37 astrien melinda , 1 Comment
KONSEP TEORITIS PENYAKIT DERMATITIS ATOPIK
DISUSUN OLEH : NOVA DWI A, ZEPLEN CHITRA, IRWAN AFRIANDI
STIKES TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU

1.    Definisi
Dermatitis atopik merupakan kelainan hipersensitivitas segera (immediate hypersensitivity) tipe 1
(Keperawatan Medical-Bedah Volume 3, 2001:1775).
Dermatitis atopik merupakan penyakit inflamasi yang disebabkan karena faktor alergen dengan
ditandai adanya erupsi pada kulit makulo papuler dengan kemerahan, gatal, lesi, kulit kering, dan
adanya eksudasi (Pengantar Ilmu Keperawatan Anak,2006: hal.137).
Dermatitis atopik adalah dermatosis dengan gambaran klinis seperti eczema, dengan perasaan
gatal yang sangat mengganggu penderita dan disertai stigmata atopi pada penderita sendiri atau
dalam keluarganya (Ilmu Kesehatan Anak 1, 1985:hal. 234)
Dermatitis atopik ialah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal, yang
berhubungan dengan atopi. Kata “atopi” pertama diperkenalkan oleh Coca (1928), yaitu istilah yang
dipakai untuk sekelompok penyakit pada individu yang mempunyai riwayat kepekaan dalam
keluarganya, misalnya : asma bronchial, rinitis alergik, konjungtivitis alergik dan dermatitis atopik.
(Suria Djuanda dan Sri Adi Sularsito, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi 3,2002)
Istilah dermatitis atopik masih ada silang pendapat. Banyak istilah lain yang digunakan, misalnya :
ekzema konstitusional, ekzema fleksural, neurodermatitis diseminata, prurigo besnier. Tetapi,
hingga sekarang yang banyak diterima ialah dermatitis atopik.
2.    Etiologi
     Faktor Genetik, terdapat riwayat stigmata atopi berupa asma bronchial, rinitis alergik,
konjungtivitis alergik, dan dermatitis atopic dalam keluarganya.
     Faktor Imunologik, pada penderita ditemukan peningkatan jumlah IgE dalam serum.
     Faktor Psikologik, seperti stress emosional dapat memperburuk dermatitis atopik.
     Faktor pencetus yang dapat memperburuk dermatitis atopik (makanan, inhalan, dan alergen lain,
kelembaban rendah, keringat berlebih, penggunaan bahan iritasi).

3.    Patofisiologi
Penyebabnya belum diketahui pasti. Gambaran klinis yang muncul diakibatkan oleh kerja sama
berbagai faktor konstitusional dan faktor pencetus.
Sekitar 70% penderita ditemukan riwayat stigmata atopi (herediter) berupa asma bronchial, rinitis
alergik, konjungtivitis alergik dan dermatitis atopik dalam keluarganya. Keadaan atopi ini diturunkan,
mungkin tidak di ekspresikan oleh gen tunggal, tetapi oleh banyak gen (polygenic). Pada penderita
dermatitis atopik, ditemukan peningkatan jumlah IgE di dalam serum. Antigen akan ditangkap oleh
fagosit kemudian akan dipresentasikan ke sel T2 Helper (Sel Th2) . Sel Th2 akan memproduksi
Sitokin kemudian mengaktifkan seL-sel B untuk tumbuh dan berdiferensiasi sehingga menghasilkan
Antibodi IgE. IgE menempel di sel mast, lalu melepaskan mediator kimia berupa Histamin. Histamin
dianggap sebagai zat penting yang memberi reaksi dan menyebabkan pruritus. Histamin
menghambat kemotaksis dan menekan produksi sel T sehingga terjadi peningkatan IgE yang akan
menyebabkan pruritus (rasa gatal) pada penderita. Sel mast akan meningkat pada lesi dermatitis
atopik kronis. Sel ini mempunyai kemampuan melepaskan histamin. Histamin sendiri tidak dapat
menyebabkan lesi ekzematosa. Kemungkinan zat tersebut menyebabkan pruritus dan eritema,
mungkin karena garukan akibat gatal menimbulkan lesi ekzematosa. Pada pasien dermatitis atopik
kapasitas untuk menghasilkan IgE secara berlebihan diturunkan secara genetik.
Imunitas seluler dan respons terhadap reaksi hipersensitivitas tipe lambat juga akan menurun pada
80% penderita dermatitis atopik, akibat menurunnya jumlah limfosit T sitolitik (CD8+), sehingga rasio
limfosit T sitolitik (CD8+) terhadap limfosit T helper (CD4+) meningkat sehingga berakibat
meningkatnya kerawanan (suseptibilitas) terhadap infeksi virus, bakteri dan jamur, lalu menimbulkan
sensitisasi terhadap reaksi hipersensitivitas tipe cepat (tipe 1)
Rasa gatal (pruritus) dan reaktivitas kulit yang kuat merupakan tanda penting pada dermatitis atopik.
Pruritus dapat timbul karena faktor intrinsik kulit, yaitu ambang gatal yang rendah. Eksaserbasi
pruritus timbul disebabkan oleh berbagai macam faktor pencetus yang akan memperburuk
dermatitis atopik, antara lain :
•    Makanan, inhalan berbagai alergen lain (seperti debu, kapuk, bulu binatang, serbuk sari, karpet,
boneka berbulu). Anak dengan bawaan atopi lebih mudah bereaksi terhadap alergen tsb dan
menimbulkan sensitisasi terhadap reaksi hipersensitivitas tipe 1
•    Kelembaban rendah sehingga menyebabkan kulit menjadi kering karena ada penurunan
kapasitas pengikatan air, kehilangan air yang tinggi di transepidermal, dan penurunan isi air. Pada
bagian kehilangan air mengalami kekeringan yang lebih lanjut dan peretakan dari kulit, menjadi lebih
gatal.
•    Keringat berlebih, disebabkan lingkungan yang bersuhu panas/dingin dan kelembaban tinggi
atau rendah, sinar matahari.
•    Penggunaan bahan iritan, seperti wol, sabun, deterjen, dll akan memicu terjadinya pruritus pada
kulit.
Faktor psikologik juga berpengaruh pada dermatitis atopik. Factor psikologik ini juga merupakan
factor pencetus yang dapat memperburuk dermatitis atopik. Misalnya saja seseorang yang stress
emosional, dapat menimbulkan respons gatal sehingga menyebabkan terjadinya infeksi sekunder.
Karena stress, tubuh penderita akan terpajan oleh alergen yang sama. Kemudian timbul sensitisasi
terhadap reaksi hipersensitivitas tipe 1, sehingga terjadi peningkatan IgE dalam jumlah yang lebih
besar. Maka dari itulah akan timbul infeksi sekunder yang dapat memperburuk dermatitis atopik.

4.    Manifestasi Klinis


Gejala utama dermatitis atopik ialah gatal (pruritus). Akibat garukan akan terjadi kelainan kulit yang
bermacam-macam, misalnya papul, likenifikasi dan lesi ekzematosa berupa eritema, papulo-vesikel,
erosi, ekskoriasi, dan krusta. Dermatitis atopik dapat terjadi pada masa bayi (infantil), anak, maupun
remaja dan dewasa.

     Bentuk infantil (2 bulan-2 tahun).


Masa awitan paling sering pada usia 2-6 bulan. Lesi mulai di muka (pipi, dahi) dan scalp, tetapi
dapat pula mengenai tempat lain (badan, leher, lengan dan tungkai). Bila anak mulai merangkak,
lesi ditemukan di lutut. Lesi beruoa eritema dan papulovesikel miliar yang sangat gatal; karena
garukan terjadi erosi, ekskoriasi, dan eksudasi atau krusta, tidak jarang mengalami infeksi. Garukan
dimulai setelah usia 2 bulan. Rasa gatal ini sangat mengganggu sehingga anak gelisah, susah tidur
dan menangis. Lesi menjadi kronis dan residif. Sekitar usia 18 bulan, mulai tampak likenifikasi di
bagian fleksor. Pada usia 2 tahun sebagian besar penderita sembuh, sebagian berlanjut menjadi
bentuk anak.

     Bentuk anak (3-11 tahun)


Dapat merupakan kelanjutan bentuk infantil, atau timbul sendiri. Lesi kering, likenifikasi, batas tidak
tegas; karena garukan terlihat pula ekskoriasi memanjang dan krusta. Tempat prediliksi di lipat siku,
lipat lutut, leher, pergelangan tangan, dan kaki; jarang mengenai muka. Tangan mungkin kering,
likenifikasi atau eksudasi; bibir dan perioral dapat pula terkena; kadang juga pada paha belakang
dan bokong. Sering ditemukan lipatan Dennie Morgan, yaitu lipatan kulit di bawah kelopak mata
bawah.

     Bentuk remaja dan dewasa (12-30 tahun)


Tempat prediliksi di muka (dahi, kelopak mata, perioral), leher, dada bagian atas, lipat siku, lipat
lutut, punggung tangan; biasanya simetris. Gejala utama adalah pruritus; kelainan kulit berupa
likenifikasi, papul, ekskoriasi dan krusta. Umumnya dermatitis atopik bentuk remaja dan dewasa
berlangsung lama, tetapi intensitasnya cenderung menurun setelah usia 30 tahun. Sebagian kecil
dapat terus berlangsung sampai tua. Dapat pula ditemukan kelainan setempat, misalnya di bibir
(kering, pecah, bersisik), vulva, puting susu, scalp. 

Selain itu manifestasi lain berupa kulit penderita tampak kering dan sukar berkeringat. Ambang
rangsang gatal rendah, sehingga penderita mudah gatal, apalagi bila berkeringat.

6.    Penatalaksanaan
Kulit penderita dermatitis atopik umumnya kering dan sangat peka terhadap berbagai rangsangan.
Penderita merasa sangat gatal, sehingga terpaksa menggaruk. Perjalanan dermatitis berlangsung
kronis dan cenderung berulang (kambuh). Banyak faktor yang menyebabkan kambuhnya penyakit
ini, misalnya infeksi kulit, iritasi, berkeringat atau kedinginan, stress, endokrin (contoh: kehamilan,
penyakit tiroid, haid). Oleh karena itu, penatalaksanaannya pada dasarnya berupaya menghindari
atau menyingkirkan faktor-faktor tersebut.
Kulit yang sehat boleh disabun dengan sabun khusus untuk kulit kering, tetapi jangan terlalu sering
agar lipid di kulit tidak banyak berkurang sehingga kulit tidak semakin kering. Kulit diolesi dengan
krim emolien, maksudnya membuat kulit tidak kaku dan tidak terlalu kering. Pakaian jangan yang
terbuat dari wol atau nilon karena dapat merangsang, pakailah katun karena selain tidak
merangsang juga dapat menyerap keringat. Keringat akan menambah rasa gatal, oleh karena itu
pakaian jangan ketat; ventilasi yang baik akan mengurangi keringat.
Hindarkan dari perubahan suhu dan kelembaban mendadak. Sebaiknya mandi dengan air yang
suhunya sama dengan suhu tubuh, karena air panas maupun air dingin menambah rasa gatal.
Upayakan tidak terjadi kontak dengan debu rumah dan bulu binatang karena dapat menyebabkan
rasa gatal bertambah dan menyebabkan penyakit kambuh.
Makanan dapat mempengaruhi terjadinya kekambuhan atau menambah rasa gatal. Sebagian kecil
para penderita alergi terhadap makanan, yang sering ialah susu sapi, terigu, telur, dan kacang-
kacangan. Dengan meningkatnya usia, kemungkinan mendapat alergi tersebut semakin berkurang.
Stress emosional akan memudahkan penyakitnya kambuh, oleh karena itu hendaknya dihindari atau
dikurangi.
Imunitas selular penderita dermatitis atopik menurun, sehingga mudah mengalami infeksi oleh virus,
bakteri dan jamur. Bila mendapat infeksi virus, misalnya vaksinia atau herpes simpleks, akan
menimbulkan gejala akut berupa timbulnya banyak vesikel dan pustule yang akan menyebar,
disertai demam yang tinggi, dan dapat menyebabkan kematian; disebut erupsi variseloformis atopik
Kaposi. Oleh karena itu penderita dermatitis atopik tidak boleh berdekatan dengan pendekatan
varisela, herpes zoster, atau herpes simpleks.
Kuku dipotong pendek agar bila menggaruk tidak sampai timbul luka, sehingga tidak mudah terjadi
infeksi sekunder.

7.    Komplikasi
     Pada anak penderita Dermatitis atopik, 75% akan disertai penyakit alergi lain di kemudian hari.
Penderita Dermatitis atopik mempunyai kecenderungan untuk mudah mendapat infeksi virus
maupun bakteri (impetigo, folikulitis, abses, vaksinia. Molluscum contagiosum dan herpes).
     Infeksi virus umumnya disebabkan oleh Herpes simplex atau vaksinia dan disebut eksema
herpetikum atau eksema vaksinatum. Eksema vaksinatum ini sudah jarang dijumpai, biasanya
terjadi pada pemberian vaksin varisela, baik pada keluarga maupun penderita. lnfeksi Herpes
simplex terjadi akibat tertular oleh salah seorang anggota keluarga. Terjadi vesikel pada daerah
dermatitis, mudah pecah dan membentuk krusta, kemudian terjadi penyebaran ke daerah kulit
normal.
     Penderita Dermatitis atopik, mempunyai kecenderungan meningkatnya jumlah koloni
Staphylococcus aureus.

8.    Pemeriksaan Diagnostik


     Darah perifer ditemukan eosinofilia dan peningkatan kadar IgE
     Dermatografisme putih. Penggoresan pada kulit normal akan menimbulkan tiga respons , yakni
berturut-turut akan terlihat garis merah ditempat penggoresan selama 15 detik, warna merah
disekitarnya selama beberapa detik, dan edema timbul sesuah beberapa menit. Penggoresan pada
pasien atopik akan bereaksi berlainan. Garis merah tidak disusul warna kemerahan, tetapi
kepucatan selama 2-5 menit, edema tidak timbul. Keadaan ini disebut dermatografisme putih.
     Percobaan asetilkolin. Suntikan secara intrakutan 1/5000 akan menyebabkan hiperemia pada
orang normal. Pada orang dengan dermatitis atopik akan timbul vasokonstriksi, terlihat kepucatan
selama 1 jam.

     Percobaan histamin. Jika histamin fosfat disuntikkan pada lesi, eritema akan berkurang
dibandingkan dengan orang lain sebagai kontrol. Kalau obat tersebut disuntikkan parenteral, tampak
eritema bertambah pada kulit yang normal.

Selain itu, HANIFIN dan LOBITZ (1977) menentukan kriteria diagnosis dermatitis atopik secara rinci
sebagai berikut :
     Harus terdapat :
•    Pruritus
•    Morfologi dan distribusi yang khas: likenifikasi fleksural pada orang dewasa, gambaran dermatitis
di pipi dan ekstensor pada bayi.
•    Kecenderungan menjadi kronis atau kambuh.
     Ditambah 2 atau lebih tanda lain :
•    Adanya penyakit atopic (asma bronchial, rinitis alergik, dermatitis atopik) pada penderita atau
anggota keluarganya.
•    Tes kulit tipe cepat yang reaktif
•    Dermografisme putih atau timbul kepucatan pada tes dengan zat kolinergic
•    Katarak subkapsular anterior.
     Ditambah 4 atau lebih butir berikut ini :
•    Xerosis/ iktiosis/ hiperlinear Palmaris
•    Pitiriasis alba
•    Keratosis pilaris
•    Kepucatan fasial/ warna gelap infra orbital
•    Tanda dennie morgan
•    Peningkatan kadar IgE
•    Keratokunosus
•    Kecenderungan mendapatkan dermatitis nonspesifik di tangan
•    Kecenderungan infeksi kulit yang berulang.

4.    Kemungkinan diagnosa keperawatan


     Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kekeringan pada kulit.
     Resiko kerusakan kulit berhubungan dengan terpapar alergen
     Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan pruritus.

1.    Kesimpulan
Dermatitis atopik ialah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal, yang
berhubungan dengan atopi. Kata “atopi” pertama diperkenalkan oleh Coca (1928), yaitu istilah yang
dipakai untuk sekelompok penyakit pada individu yang mempunyai riwayat kepekaan dalam
keluarganya, misalnya : asma bronchial, rinitis alergik, konjungtivitis alergik dan dermatitis atopik.
Penyebabnya ialah ditemukan Riwayat stigmata atopi (herediter) berupa asma bronchial, rinitis
alergik, dermatitis atopic dalam keluarganya, peningkatan jumlah IgE dalam serum, penurunan
Imunitas seluler dan respons terhadap reaksi hipersensitivitas tipe lambat, sehingga berakibat
meningkatnya kerawanan terhadap infeksi virus, bakteri, dan jamur, alergi terhadap berbagai
alergen, kelembaban rendah, keringat berlebihan, dan bahan iritan, faktor psikologik.
Gejala utama dermatitis atopik ialah gatal (pruritus). Akibat garukan akan terjadi kelainan kulit yang
bermacam-macam, misalnya papul, likenifikasi dan lesi ekzematosa berupa eritema, papulo-vesikel,
erosi, ekskoriasi, dan krusta. Dermatitis atopik dapat terjadi pada masa bayi (infantil), anak, maupun
remaja dan dewasa.
Diagnosis Dermatitis atopik ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan adanya riwayat atopik
(dalam keluarga maupun sendiri).

2.    Saran
     Diharapkan kepada  mahasiswa dapat mempelajari dan memahami tentang penyakit dermatitis
atopic dan pencegahannya.
     Dalam bidang keperawatan, mempelajari suatu penyakit itu penting, dan diharapkan kepada
mahasiswa mampu membuat konsep teoritis suatu penyakit tersebut beserta asuhan
keperawatannya.
1 Response to "MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN DERMATITIS
ATOPIK"

1. <img src="//lh3.googleusercontent.com/-
TDUNhDppc6s/AAAAAAAAAAI/AAAAAAAAAFY/jYTWqY0HiwU/s35-c/photo.jpg"
width="35" height="35" class="photo" alt="">
nasi jamilah says:
18 Maret 2015 07.39
Terima kasih mas sharing2nya sangat bermanfaat sekali ..
oya referensi yang lain mungkin bisa juga baca2 disini
http://www.tanyadok.com/kesehatan/gangguan-kesehatan-kulit-yang-sering-kambuh-jangan-
jangan-dermatitis-atopik barusan saya baca cukup lengkap dan bagus, menambah wawasan

Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

CANTIK MUDA KAYA

PRIA JUGA BISA


FACEBOOK BADGE
Astriend Melyndha

Create Your Badge

LABELS
 ASKEP (1)
 ENDOKRIN (1)
 HIPERTIROID (1)
 KEPERAWATAN (1)
 LENGKAP (1)

FEEDJIT
<a href="http://feedjit.com/">Feedjit Live Blog Stats</a>
POPULAR POSTS
 Makalah Asuhan Keperawatan ASMA BRONKIAL
PENDAHULUAN A.    Latar Belakang Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkhial  dengan ciri
bronkospasme periodik(kontraksi spasme pada ...
 MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN BENIGNA PROSTAT HIPERPLASY (bph)
  DISUSUN OLEH : ASTRIEN MELINDA- ILMU KEPERAWATAN STIKES TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU  TINJAUAN TEORITIS 2.1    Pengertian Benign Prostat...


Asuhan keperawatan kebutuhan nutrisi
PENGERTIAN NUTRISI • Nutrisi adalah proses pengambilan zat-zat makanan penting (Nancy Nuwer
Konstantinides). • Jumlah dari selu...


ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KLIEN PERITONITIS
disusun oleh : ASTRIEN MELINDA - S1 ILMU KEPERAWATAN STIKES TRI MANDIRI SAKTI TINJAUAN
TEORI A.    PENGERTIAN Peritonitis adalah perad...


Gangguan Sistem Sensori Persepsi Askep Glaukoma
Asuhan Keperawatan pasien dengan Glaukoma 1.1    Pengertian             Glaukoma adalah suatu
keadaan dimana tekanan mata tidak normal...


MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN DERMATITIS ATOPIK
KONSEP TEORITIS PENYAKIT DERMATITIS ATOPIK DISUSUN OLEH : NOVA DWI A, ZEPLEN
CHITRA, IRWAN AFRIANDI STIKES TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU 1...


ASKEP KLIEN PADA ALERGI SISTEM IMUNOLOGI LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK (SLE)
KONSEP TEORITIS PENYAKIT SLE disusun oleh : ASTRIEN MELINDA ILMU KEPERAWATAN-STIKES
TRI MANDIRI SAKTI 2.1. Definisi Lupus Eritematosus S...
 ASKEP KLIEN PADA KEGANASAN SISTEM INTEGUMEN SINDROM STEVEN
JOHNSON
KONSEP TEORITIS oleh : MA'ARIFATUN, WETA OKTARENA, ASTRIEN MELINDA 2.1. Definisi
Stevens-johnson syndrome adalah suatu kondisi mengan...

ASUHAN KEPERAWATAN KANKER KOLOREKTAL
 DIS USUN OLEH :ASTRIEN MELINDA- WETA OK TA RENA (S1 ILMU KEPE RAWATAN STIKES TRI
MANDIRI SAKTI BENGKULU) TINJAUAN TEORITIS A.    Defeni...
 ASUHAN KEPERAWATAN ENDOKRIN HIPERTIROID
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU 2014 KATA
PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang t...

FOLLOWERS

Klik iklan di bawah ini lalu Klik CLOSE

BLOG ARCHIVE
 ►  2014 (1)
 ►  September (1)
 ▼  2013 (8)
 ►  Februari (2)
 ▼  Januari (6)
 MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN DERMATITIS ATOPIK
 ASKEP KLIEN PADA KEGANASAN SISTEM INTEGUMEN SINDRO...
 ASKEP KLIEN PADA ALERGI SISTEM IMUNOLOGI LUPUS ERI...
 MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN BENIGNA PROSTAT
HIPERPL...
 ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KLIEN PERITONITIS
 ASUHAN KEPERAWATAN KANKER KOLOREKTAL
 ►  2012 (1)
 ►  September (1)

PAGES
 Beranda
MENGENAI SAYA

astrien melinda
Lihat profil lengkapku

ASUHAN KEPERAWATAN
Diberdayakan oleh Blogger.

© 2010 ASUHAN KEPERAWATAN |Blogger Author BloggerTheme | Blue Host Coupon


powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme

Anda mungkin juga menyukai