Anda di halaman 1dari 12

HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS(HIV)

DISUSUN OLEH KELOMPOK I :

Maria krisnawati natara (2019610012)

Carma umbu pandabandjal (2019610019)

Ari kurniawan dama nuna (2019610017)

Gregorius bili lalo (2019610077)

Maria delu depa (2019610050)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PRODI KEPERAWATAN

UNIVERSITAS TRIBHUANA TUNGGA DEWI MALANG

2021
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian

HIV merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Virus HIV menyerang


sistem kekebalan tubuh yang selanjutnya melemahkan kemampuan tubuh melawan infeksi
dan penyakit.

Obat atau metode penanganan HIV belum ditemukan. Namun, perkembangan penyakit dapat
diperlambat dengan menjalani pengobatan tertentu sehingga penderitanya dapat menjalani
hidup dengan normal.

AIDS adalah tahap akhir dari infeksi HIV, yaitu ketika kemampuan tubuh untuk melawan
infeksi sudah tidak ada lagi. Dengan pendeteksian dan penanganan dini, penderita HIV tidak
akan naik kelas menjadi AIDS.

B. Etiologi

umumnya, penyebaran virus HIV yang terjadi di negara Indonesia adalah melalui hubungan
seksual yang tidak aman dan bergantian menggunakan jarum suntik saat memakai narkoba.
Seseorang yang terinfeksi HIV bisa menularkannya kepada orang lain, bahkan sejak beberapa
minggu sejak tertular.

Semua orang berisiko terinfeksi HIV. Namun, beberapa penyebab HIV, antara lain:

 Hubungan seks tanpa kondom, baik sesama jenis kelamin maupun heteroseksual.
 Sering membuat tato atau melakukan tindik, dengan alat yang tidak steril.
 Berhubungan seksual dengan pasangan yang memiliki penyakit kelamin
 Suntikan Narkoba
 Berhubungan seksual dengan pengguna narkotika.

C. Klasifikasi
Adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan kemudian
menimbulkan AIDS. HIV merupakan sebuah retrovirus yang memiliki genus
lentivirus dengan materi genetik asam ribunokleat.(RNA) Genus ini memiliki tipe
klinis seperti sumber penyakit infeksi yang koronis, periode laten klinis yang panjang,
replikasi virus yang persisten dan terlibat dalam sistem saraf pusat.
D. Manifestasi klinik

Infeksi HIV muncul dalam tiga tahap:

 Tahap pertama adalah serokonversi, yakni periode waktu tertentu di mana antibodi
HIV sudah mulai berkembang untuk melawan virus.
 Tahap kedua adalah masa ketika tidak ada gejala HIV yang muncul.
 Tahap yang ketiga merupakan tahap akhir infeksi HIV.

Tahap Pertama
Orang yang terinfeksi virus HIV akan mengalami sakit mirip seperti flu, beberapa minggu
setelah terinfeksi, selama satu hingga dua bulan. Kemudian, setelah kondisi tersebut, HIV
dapat tidak menimbulkan gejala apa pun selama beberapa tahun. Fase ini disebut sebagai
serokonversi.

Gejala HIV yang paling umum terjadi adalah:

 Demam
 Tenggorokan sakit
 Muncul ruam
 Pembengkakan noda limfa
 Diare
 Kelelahan
 Nyeri otot dan sendi

Namun, gejala HIV di atas bisa saja merupakan gejala dari penyakit lain. Untuk mengetahui
apakah seseorang terinfeksi HIV atau tidak, harus dilakukan tes HIV. Semakin cepat kondisi
diketahui, maka tingkat keberhasilan pengobatan akan semakin tinggi.

Tahap Kedua
Setelah gejala awal menghilang, biasanya HIV tidak menimbulkan gejala lebih lanjut selama
bertahun-tahun. Dalam periode ini infeksi HIV berlangsung tanpa menimbulkan gejala.

Virus terus menyebar dan merusak sistem kekebalan tubuh. Pengidap akan tetap merasa sehat.
Bahkan, ia bisa saja sudah menularkan infeksi kepada orang lain. Tahap ini dapat berlangsung
hingga 10 tahun atau lebih.

Tahap Ketiga
Tahap ini disebut juga sebagai tahap HIV simtomatik. Apabila pengidap HIV tidak mendapat
penanganan tepat, virus akan melemahkan tubuh dengan cepat. Pada tahap ketiga ini,
pengidap lebih mudah terserang penyakit serius. Tahap akhir ini dapat berubah menjadi AIDS
(Acquired Immune Deficiency Syndrome).
Berikut adalah gejala-gejala HIV yang muncul:

 Demam terus menerus lebih dari sepuluh hari


 Merasa lelah setiap saat
 Sulit bernapas
 Diare parah
 Infeksi jamur pada mulut, tenggorokan, dan vagina
 Muncul bintik ungu pada kulit yang tidak akan hilang
 Hilang nafsu makan sehingga berat badan turun drastis

Penyakit mematikan yang dengan mudah menyerang penderita AIDS antara lain kanker,
pneumonia, dan TB. Pada tahap ini, pengobatan HIV tetap dilakukan.

E. Patofisiologi
Human immunodeficincy virus) dimulai dari transmisi virus ke dalam tubuh yang
menyebabkan infeksi yang terjadi dalam 3 fase yaitu:
1. serokonversi
2. asimtomatik
3. acquired immunodefiiency syndrome
F. Pathwey

G.

HIV

Ikatan protein gp 120 dengan sel (CD4+)

Ikatan dengan sel T4 helper

Injeksi 2 utas benang RNA yang identik T4 oleh ensim referse

Pemograman ulang sel T4 terinfeksi

Pembuahan double stranded DNA

Penyatuan DNA nudeus T4

Aktivan sel T4 terinfeksi,interleukin 1 dan produk gen virus

Replikan pembentukan HIV baru

Pelepasan HIV baru keplasma


H. Komplikasi
adalah human immunodeficiency virus. virus mematikan ini menyerang sel kekebalan
tubuh sehingga menyebabkan penurunan sistem imunitas
akibatnya tubuh sangat mudah terkena infeksi yang seharusnya hanya ringan pada
orang normal namun dapat parah atau mematikan pada penderita HIV.
I. Jurnal Penyalagunaaan NAPZA
NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif.
Penyalahgunaan NAPZA tidak saja berbahaya dan merugikan keluarga, tetapi
menimbulkan dampak soasial yang luas. Program Pencegahan, Pemberantasan
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) perlu dilakukan dengan
berfokus pada kegiatan pencegahan sebagai upaya menjadikan para tenaga kerja
memiliki pola pikir, sikap, dan terampil menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap
narkoba. Penelitian ini diharapkan dapat menggambarkan efektivitas penyuluhan
program P4GN terhadap pencegahan penya lahgunaan NAPZA pada pekerja.
Penelitian pada tahun 2014 dan dilaksanakan pada 50 orang tenaga kerja bongkar
muat di Pelabuhan Trisakti Banjarmasin. Instrumen pe-nelitian menggunakan
kuesioner dan media penyuluhan. Sebelum dilaksanakan peny-uluhan diberikan pre
test dan post test setelah penyuluhan untuk menilai efektifitas pe-nyuluhan P4GN.
Hasil analisis dengan uji Wilcoxon menunjukkan bahwa ada terdapat perbedaan
pengetahuan yang bermakna antara sebelum penyuluhan dengan sesudah dilakukan
penyuluhan. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tenaga kerja
terhadap NAPZA sehingga dapat menghindari penyalahgunaan NAPZA.
BAB II
KASUS

Pada tanggal 24 januari 2020 Tn. B datang kerumah sakit dengan keluhan sakit pada
area kelamin dan kelamin mengeluarkan nanah, pasien menyatakan mudah kelelahan
dan sulit bernafas. Pada saat dilakukan pemeriksaan penunjang perawat menemukan
TD : 130/ 90 mmHg
Suhu : 39 C
Nadi : 130x/m
RR : 26x/m

PENGKAJIAN
B. Identiras pasien

 Nama : Tn. B
 Usia : 40 thn
 Pendidikan : SMA
 Pekerjaan : kuli bangunan
 Alamat: tlogosuryo
 tgl masuk Rs : 24 januari 2020

B. Pemeriksaan fisik

1) kepala
Inspeksi : kulit kepala kotor, terlihat rambut uban, adanya rambut rontok saat
melakukan kemoterapi adah lesih serta berketombe.
Palpasi : tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan pada saat melakukan palpasi.
2) Mata
Inspeksi : konjungtiva anemis (-), sclera ikterik (-), pupil isokor, reflex pupil terhadap
cahaya(+/+), kondisi bersih, bulu mata rata dan hitam, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ditemukan nyeri tekan, tidak teraba benjolan abnormal
3) telinga
Inspeksi : telinga simetris, lubang telingah bersih, tidak ada lika/lesi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan
4) hidung
Inspeksi : hidung bersih, lubang hidung kengkap dan simetris, terpasang alat bantu
pernapasan.
5) Mulut dan leher
Inspeksi : adanya bercak-bercak putih seperti krim yang menunjukkan kandidiasi, dan
di leher adanya pembesaran kalenjer getah bening.
Palpasi : adanya pembesaran pada tonsil
6) Paru-paru
Inspeksi: -
Palpasi : Nyeri pada paru-paru
Perkusi:
Auskultasi: ada suara tambahan(weizing)
7) Abdomen
Inspeksi: ditemukan turgol kulit
Palpasi: adanya nyeri pada abdomen
Perkusi: saat melakukan perkusi terdapat bunyi timpani, tidak terdapat cairan
abnormal.
Auskultasi: adanya bunyi bising usus dan bunyi peristaltic usus besar normal.
8) penis
Inspeksi: adanya bintik-bintik pada area kelamin, kemerahan, dan pada area penis
mengeluarkan bercak putih
Palpasi: Adanya nyeri pada saat melakukan palpasi.
9) Eksterimitas atas dengan bawah
a) Bagian tangan
Inspeksi : bisa di gerakan tidak ada luka, tidak ada benjolan dan kuku tangan kotor
Palpasi : tidak ada benjolan nyeri tekan
b) Bagian kaki
Inspeksi : bias di gerakkan tidak ada lula, tidak ada benjolan dan kuku kaki kotor
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan.

C. Tanda-tanda vital

TD : 130/ 90 mmHg
Suhu : 39 C
Nadi : 130x/m
RR : 26x/m

D. Analisa data

Data subjektif :

klien mengeluh: dengan keluhan sakit pada area kelamin dan kelamin mengeluarkan
nanah, pasien menyatakan mudah kelelahan dan sulit bernafas.

Data objektif:

- TD : 130/ 90 mmHg

Suhu : 39 C

Nadi : 130x/m

RR : 26x/m
E. Diagnose keperawatan

 Nyeri akut
 Pola nafas tidak efektif
 Gangguan integritas kulit

F. Intervensi keperawatan

Dx keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


1. pola nafas tidak efektif - kapasitas vital - monitor adanya sumbatan
- fentilasi semit - diameter toraks nafas
- anterior posteilor - Atur interval pemantauan
- tekanana eksiprisi membaik. respirasi sesuai kondisi
pasien
- jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
- dokumentasikan hasil
pemantauan
2. gangguan intetgritas kulit -elastisitas hidrasi perkusi - identifikasi pengetahuan
-integritas kulit dan jaringan jaringan meningkat tentang perawatan diri
- ajatrkan perawatan diri,
praktik perawatan diri, dan
aktifitas sehari-hari.

3. nyeri akut  -Kemampuan -identifikasi karakteristik


- tingkat nyeri menuntaskan aktifitas nyeri
Tambahan menurun -identifikasi riwayat alergi
-penyembuhan luka  Penyatuan kulit, obat
penyatuan tepi luka, -identifikasi kesesuaian jenis
jaringan granulasi analgesic
meningkat - monitor tanda-tanda vital
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik

G. Implementasi keperawatan

N Dx keperawatan Implementasi Evaluasi


o

1 Pola nafas tidak efektif -pemberian obat inhalasi


- pemberian obat
interpleura

-pemberian obat
intradermal

-Pemberian inttravena

-pemberian obat oral

-pencegahan aspirasi

-pengaturan posisi

-pengaturan posisi

- perawatan selang dada

-perawatan trakheostomi

-reduksi ansietas

-stabilisasi jalan nafas

- terapi relaksasi otot


progresif

2 Integritas kulit -pemberian obat kulit


-pemberian obat subcutan
-pemberian obat topical
-penjahitan luka
-perawatan area insisi
-Perawatan imobilisasi
-perawatan kuku
-Perawatan luka bakar
-Perawatan luka tekan
-Perawatan pasca seksio
sesaria
-Perawatan skin graft
-Teknik latihan penguatan
otot dan sendi
-Terapi lintah
-Skrining kangker
3 Nyeri akut -pemberian obat oral
-pemberian obat intravena
-pemberian obat topical
-pengaturan posisi
-perawatan amputasi
-perawatan kenyamanan
-teknik distraksi
-teknik imajinasi
terbimbing
-terapi akupresur
-terapi akupuntur
-terapi bantuan hewan
-terapi humor
- terapi murattal
-terapi music
-terapi pemijatan
-terapi relaksasi
-terapi sentuhan
BAB III

PENUTUP

HIV merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Virus HIV menyerang


sistem kekebalan tubuh yang selanjutnya melemahkan kemampuan tubuh melawan infeksi
dan penyakit.

Obat atau metode penanganan HIV belum ditemukan. Namun, perkembangan penyakit dapat
diperlambat dengan menjalani pengobatan tertentu sehingga penderitanya dapat menjalani
hidup dengan normal.

AIDS adalah tahap akhir dari infeksi HIV, yaitu ketika kemampuan tubuh untuk melawan
infeksi sudah tidak ada lagi. Dengan pendeteksian dan penanganan dini, penderita HIV tidak
akan naik kelas menjadi AIDS.
DAFTAR PUSTAKA

Link jurnal

http://ojs.unm.ac.id/index.php/JPPK/article/download/2064/1138

HIV merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Virus HIV menyerang
sistem kekebalan tubuh yang selanjutnya melemahkan kemampuan tubuh melawan infeksi
dan penyakit.

Obat atau metode penanganan HIV belum ditemukan. Namun, perkembangan penyakit dapat
diperlambat dengan menjalani pengobatan tertentu sehingga penderitanya dapat menjalani
hidup dengan normal.

AIDS adalah tahap akhir dari infeksi HIV, yaitu ketika kemampuan tubuh untuk melawan
infeksi sudah tidak ada lagi. Dengan pendeteksian dan penanganan dini, penderita HIV tidak
akan naik kelas menjadi AIDS.

Anda mungkin juga menyukai