PRODI KEPERAWATAN
2021
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
Obat atau metode penanganan HIV belum ditemukan. Namun, perkembangan penyakit dapat
diperlambat dengan menjalani pengobatan tertentu sehingga penderitanya dapat menjalani
hidup dengan normal.
AIDS adalah tahap akhir dari infeksi HIV, yaitu ketika kemampuan tubuh untuk melawan
infeksi sudah tidak ada lagi. Dengan pendeteksian dan penanganan dini, penderita HIV tidak
akan naik kelas menjadi AIDS.
B. Etiologi
umumnya, penyebaran virus HIV yang terjadi di negara Indonesia adalah melalui hubungan
seksual yang tidak aman dan bergantian menggunakan jarum suntik saat memakai narkoba.
Seseorang yang terinfeksi HIV bisa menularkannya kepada orang lain, bahkan sejak beberapa
minggu sejak tertular.
Semua orang berisiko terinfeksi HIV. Namun, beberapa penyebab HIV, antara lain:
Hubungan seks tanpa kondom, baik sesama jenis kelamin maupun heteroseksual.
Sering membuat tato atau melakukan tindik, dengan alat yang tidak steril.
Berhubungan seksual dengan pasangan yang memiliki penyakit kelamin
Suntikan Narkoba
Berhubungan seksual dengan pengguna narkotika.
C. Klasifikasi
Adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan kemudian
menimbulkan AIDS. HIV merupakan sebuah retrovirus yang memiliki genus
lentivirus dengan materi genetik asam ribunokleat.(RNA) Genus ini memiliki tipe
klinis seperti sumber penyakit infeksi yang koronis, periode laten klinis yang panjang,
replikasi virus yang persisten dan terlibat dalam sistem saraf pusat.
D. Manifestasi klinik
Tahap pertama adalah serokonversi, yakni periode waktu tertentu di mana antibodi
HIV sudah mulai berkembang untuk melawan virus.
Tahap kedua adalah masa ketika tidak ada gejala HIV yang muncul.
Tahap yang ketiga merupakan tahap akhir infeksi HIV.
Tahap Pertama
Orang yang terinfeksi virus HIV akan mengalami sakit mirip seperti flu, beberapa minggu
setelah terinfeksi, selama satu hingga dua bulan. Kemudian, setelah kondisi tersebut, HIV
dapat tidak menimbulkan gejala apa pun selama beberapa tahun. Fase ini disebut sebagai
serokonversi.
Demam
Tenggorokan sakit
Muncul ruam
Pembengkakan noda limfa
Diare
Kelelahan
Nyeri otot dan sendi
Namun, gejala HIV di atas bisa saja merupakan gejala dari penyakit lain. Untuk mengetahui
apakah seseorang terinfeksi HIV atau tidak, harus dilakukan tes HIV. Semakin cepat kondisi
diketahui, maka tingkat keberhasilan pengobatan akan semakin tinggi.
Tahap Kedua
Setelah gejala awal menghilang, biasanya HIV tidak menimbulkan gejala lebih lanjut selama
bertahun-tahun. Dalam periode ini infeksi HIV berlangsung tanpa menimbulkan gejala.
Virus terus menyebar dan merusak sistem kekebalan tubuh. Pengidap akan tetap merasa sehat.
Bahkan, ia bisa saja sudah menularkan infeksi kepada orang lain. Tahap ini dapat berlangsung
hingga 10 tahun atau lebih.
Tahap Ketiga
Tahap ini disebut juga sebagai tahap HIV simtomatik. Apabila pengidap HIV tidak mendapat
penanganan tepat, virus akan melemahkan tubuh dengan cepat. Pada tahap ketiga ini,
pengidap lebih mudah terserang penyakit serius. Tahap akhir ini dapat berubah menjadi AIDS
(Acquired Immune Deficiency Syndrome).
Berikut adalah gejala-gejala HIV yang muncul:
Penyakit mematikan yang dengan mudah menyerang penderita AIDS antara lain kanker,
pneumonia, dan TB. Pada tahap ini, pengobatan HIV tetap dilakukan.
E. Patofisiologi
Human immunodeficincy virus) dimulai dari transmisi virus ke dalam tubuh yang
menyebabkan infeksi yang terjadi dalam 3 fase yaitu:
1. serokonversi
2. asimtomatik
3. acquired immunodefiiency syndrome
F. Pathwey
G.
HIV
Pada tanggal 24 januari 2020 Tn. B datang kerumah sakit dengan keluhan sakit pada
area kelamin dan kelamin mengeluarkan nanah, pasien menyatakan mudah kelelahan
dan sulit bernafas. Pada saat dilakukan pemeriksaan penunjang perawat menemukan
TD : 130/ 90 mmHg
Suhu : 39 C
Nadi : 130x/m
RR : 26x/m
PENGKAJIAN
B. Identiras pasien
Nama : Tn. B
Usia : 40 thn
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : kuli bangunan
Alamat: tlogosuryo
tgl masuk Rs : 24 januari 2020
B. Pemeriksaan fisik
1) kepala
Inspeksi : kulit kepala kotor, terlihat rambut uban, adanya rambut rontok saat
melakukan kemoterapi adah lesih serta berketombe.
Palpasi : tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan pada saat melakukan palpasi.
2) Mata
Inspeksi : konjungtiva anemis (-), sclera ikterik (-), pupil isokor, reflex pupil terhadap
cahaya(+/+), kondisi bersih, bulu mata rata dan hitam, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ditemukan nyeri tekan, tidak teraba benjolan abnormal
3) telinga
Inspeksi : telinga simetris, lubang telingah bersih, tidak ada lika/lesi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan
4) hidung
Inspeksi : hidung bersih, lubang hidung kengkap dan simetris, terpasang alat bantu
pernapasan.
5) Mulut dan leher
Inspeksi : adanya bercak-bercak putih seperti krim yang menunjukkan kandidiasi, dan
di leher adanya pembesaran kalenjer getah bening.
Palpasi : adanya pembesaran pada tonsil
6) Paru-paru
Inspeksi: -
Palpasi : Nyeri pada paru-paru
Perkusi:
Auskultasi: ada suara tambahan(weizing)
7) Abdomen
Inspeksi: ditemukan turgol kulit
Palpasi: adanya nyeri pada abdomen
Perkusi: saat melakukan perkusi terdapat bunyi timpani, tidak terdapat cairan
abnormal.
Auskultasi: adanya bunyi bising usus dan bunyi peristaltic usus besar normal.
8) penis
Inspeksi: adanya bintik-bintik pada area kelamin, kemerahan, dan pada area penis
mengeluarkan bercak putih
Palpasi: Adanya nyeri pada saat melakukan palpasi.
9) Eksterimitas atas dengan bawah
a) Bagian tangan
Inspeksi : bisa di gerakan tidak ada luka, tidak ada benjolan dan kuku tangan kotor
Palpasi : tidak ada benjolan nyeri tekan
b) Bagian kaki
Inspeksi : bias di gerakkan tidak ada lula, tidak ada benjolan dan kuku kaki kotor
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan.
C. Tanda-tanda vital
TD : 130/ 90 mmHg
Suhu : 39 C
Nadi : 130x/m
RR : 26x/m
D. Analisa data
Data subjektif :
klien mengeluh: dengan keluhan sakit pada area kelamin dan kelamin mengeluarkan
nanah, pasien menyatakan mudah kelelahan dan sulit bernafas.
Data objektif:
- TD : 130/ 90 mmHg
Suhu : 39 C
Nadi : 130x/m
RR : 26x/m
E. Diagnose keperawatan
Nyeri akut
Pola nafas tidak efektif
Gangguan integritas kulit
F. Intervensi keperawatan
G. Implementasi keperawatan
-pemberian obat
intradermal
-Pemberian inttravena
-pencegahan aspirasi
-pengaturan posisi
-pengaturan posisi
-perawatan trakheostomi
-reduksi ansietas
PENUTUP
Obat atau metode penanganan HIV belum ditemukan. Namun, perkembangan penyakit dapat
diperlambat dengan menjalani pengobatan tertentu sehingga penderitanya dapat menjalani
hidup dengan normal.
AIDS adalah tahap akhir dari infeksi HIV, yaitu ketika kemampuan tubuh untuk melawan
infeksi sudah tidak ada lagi. Dengan pendeteksian dan penanganan dini, penderita HIV tidak
akan naik kelas menjadi AIDS.
DAFTAR PUSTAKA
Link jurnal
http://ojs.unm.ac.id/index.php/JPPK/article/download/2064/1138
HIV merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Virus HIV menyerang
sistem kekebalan tubuh yang selanjutnya melemahkan kemampuan tubuh melawan infeksi
dan penyakit.
Obat atau metode penanganan HIV belum ditemukan. Namun, perkembangan penyakit dapat
diperlambat dengan menjalani pengobatan tertentu sehingga penderitanya dapat menjalani
hidup dengan normal.
AIDS adalah tahap akhir dari infeksi HIV, yaitu ketika kemampuan tubuh untuk melawan
infeksi sudah tidak ada lagi. Dengan pendeteksian dan penanganan dini, penderita HIV tidak
akan naik kelas menjadi AIDS.