K
DENGAN HERPES SIMPLEKS
DISUSUN OLEH :
2019610017
MALANG
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Herpes simpleks adalah infeksi akut yang disebabkan oleh herpes simpleks virus
(HSV) tipe I atau tipe II yang ditandai dengan adanya vesikel yang berkelompok di atas
kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah dekat mukokutan (Handoko, 2010).
Herpes simpleks adalah infeksi virus yang menyebabkan lesi atau lepuh pada
serviks, vagina, dan genitalia eksterna.( Smeltzer, Suzanne C, 2010). Herpes simpleks
adalah suatu penyakit virus menular dengan afinitas pada kulit,selaput lender, dan sistem
saraf. (Price, 2006)
B. Etiologi
HSV tipe 1, menyebabkan demam seperti pilek dengan menimbulkan luka di bibir
semacam sariawan. HSV jenis ini ditularkan melalui ciuman mulut atau bertukar alat
makan seperti sendok – garpu (misalnya suap-suapan dengan teman). Virus tipe 1 ini
juga bisa menimbulkan luka di sekitar alat kelamin.
HSV tipe 2; dapat menyebabkan luka di daerah alat vital sehingga suka disebut
genital herpes, yang muncul luka-luka di seputar penis atau vagina. HSV 2 ini juga
bisa menginfeksi bayi yang baru lahir jika dia dilahirkan secara normal dari ibu
penderita herpes. HSV-2 ini umumnya ditularkan melalui hubungan seksual. Virus ini
juga sesekali muncul di mulut. Dalam kasus yang langka, HSV dapat menimbulkan
infeksi di bagian tubuh lainnya seperti di mata dan otak. (Habif.2005)
C. Manifestasi Klinis
Infeksi herpes simpleks virus berlangsung dalam tiga tahap: infeksi primer, fase
laten dan infeksi rekuren. Pada infeksi primer herpes simpleks tipe I tempat predileksinya
pada daerah mulut dan hidung pada usia anak-anak. Sedangkan infeksi primer herpes
simpleks virus tipe II tempat predileksinya daerah pinggang ke bawah terutama daerah
genital.Infeksi primer berlangsung lebih lama dan lebih berat sekitar tiga minggu dan
sering disertai gejala sistemik, misalnya demam, malaise dan anoreksia. Kelainan klinis
yang dijumpai berupa vesikel berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa,
berisi cairan jernih dan menjadi seropurulen, dapat menjadi krusta dan dapat mengalami
ulserasi (Handoko, 2010).
Pada fase laten penderita tidak ditemukan kelainan klinis, tetapi herpes simpleks
virus dapat ditemukan dalam keadaan tidak aktif pada ganglion dorsalis (Handoko, 2010).
Pada tahap infeksi rekuren herpes simpleks virus yang semula tidak aktif di ganglia
dorsalis menjadi aktif oleh mekanisme pacu (misalnya: demam, infeksi, hubungan
seksual) lalu mencapai kulit sehingga menimbulkan gejala klinis yang lebih ringan dan
berlangsung sekitar tujuh sampai sepuluh hari disertai gejala prodormal lokal berupa rasa
panas, gatal dan nyeri. Infeksi rekuren dapat timbul pada tempat yang sama atau tempat
lain di sekitarnya (Handoko, 2010).
D. Patogenesis Herpes Simpleks
Infeksi primer: HSV masuk melalui defek kecil pada kulit atau mukosa dan
bereplikasi lokal lalu menyebar melalui akson ke ganglia sensoris dan terus bereplikasi.
Dengan penyebaran sentrifugal oleh saraf-saraf lainnya menginfeksi daerah yang lebih
luas. Setelah infeksi primer HSV masuk dalam masa laten di ganglia sensoris (Sterry,
2006).
Menurut Habif (2004) infeksi HSV ada dua tahap: infeksi primer, virus menyerang
ganglion saraf; dan tahap kedua, dengan karakteristik kambuhnya penyakit di tempat
yang sama. Pada infeksi primer kebanyakan tanpa gejala dan hanya dapat dideteksi
dengan kenanikan titer antibody IgG. Seperti kebanyakan infeksi virus, keparahan
penyakit meningkat seiring bertambahnya usia. Virus dapat menyebar melalui udara via
droplets, kontak langsung dengan lesi, atau kontak dengan cairan yang mengandung
virus seperti ludah. Gejala yang timbul 3 sampai 7 hari atau lebih setelah kontak yaitu:
kulit yang lembek disertai nyeri, parestesia ringan, atau rasa terbakar akan timbul
sebelum terjadi lesi pada daerah yang terinfeksi. Nyeri lokal, pusing, rasa gatal, dan
demam adalah karakteristik gejala prodormal.
Vesikel pada infeksi primer HSV lebih banyak dan menyebar dibandingkan infeksi
yang rekuren. Setiap vesikel tersebut berukuran sama besar, berlawanan dengan vesikel
pada herpes zoster yang beragam ukurannya. Mukosa membran pada daerah yang lesi
mengeluarkan eksudat yang dapat mengakibatkan terjadinya krusta. Lesi tersebut akan
bertahan selama 2 sampai 4 minggu kecuali terjadi infeksi sekunder dan akan sembuh
tanpa jaringan parut (Habif, 2004).
Virus akan bereplikasi di tempat infeksi primer lalu viron akan ditransportasikan
oleh saraf via retrograde axonal flow ke ganglia dorsal dan masuk masa laten di
ganglion. Trauma kulit lokal (misalnya: paparan sinar ultraviolet, abrasi) atau
perubahan sistemik (misalnya: menstruasi, kelelahan, demam) akan mengaktifasi
kembali virus tersebut yang akan berjalan turun melalui saraf perifer ke tempat yang
telah terinfeksi sehingga terjadi infeksi rekuren. Gejala berupa rasa gatal atau terbakar terjadi
selama 2 sampai 24 jam dan dalam 12 jam lesi tersebut berubah dari kulit yang eritem menjadi
papula hingga terbentuk vesikel berbentuk kubah yang kemudian akan ruptur menjadi erosi
pada daerah mulut dan vagina atau erosi yang ditutupi oleh krusta pada bibir dan kulit. Krusta
tersebut akan meluruh dalam waktu sekitar 8 hari lalu kulit tersebut akan reepitelisasi dan
berwarna merah muda (Habif, 2004).
Infeksi HSV dapat menyebar ke bagian kulit mana saja, misalnya: mengenai jari-
jari tangan (herpetic whitlow) terutama pada dokter gigi dan perawat yang melakukan
kontak kulit dengan penderita. Tenaga kesehatan yang sering terpapar dengan sekresi
oral merupakan orang yang paling sering terinfeksi (Habif, 2004). Bisa juga mengenai
para pegulat (herpes gladiatorum) maupun olahraga lain yang melakukan kontak tubuh
(misalnya rugby) yang dapat menyebar ke seluruh anggota tim (Sterry, 2006).
E. PATHWAY HERPES SIMPLEKS
Demam
Ansietas
F. Pemeriksaan Diagnostik
Herpes simpleks virus (HSV) dapat ditemukan pada vesikel dan dapat dibiakkan.
Pada keadaan tidak ada lesi dapat diperiksa antibodi HSV dengan tes Tzanck dengan
pewarnaan Giemsa dapat ditemukan sel datia berinti banyak dan badan inklusi intranuklear
(Handoko, 2010).
Tes Tzanck dapat diselesaikan dalam waktu 30 menit atau kurang.Caranya dengan
membuka vesikel dan korek dengan lembut pada dasar vesikel tersebut lalu letakkan pada
gelas obyek kemudian biarkan mongering sambil difiksasi dengan alkohol atau
dipanaskan.Selanjutnya beri pewarnaan (5% methylene blue, Wright, Giemsa) selama
beberapa detik, cuci dan keringkan, beri minyak emersi dan tutupi dengan gelas penutup. Jika
positif terinfeksi hasilnya berupa keratinosit yang multinuklear dan berukuran besar berwarna
biru (Frankel, 2006).
Identifikasi virus dengan PCR, mikroskop elektron, atau kultur (Sterry, 2006). Tes
serologi menggunakan enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) spesifik HSV tipe II
dapat membedakan siapa yang telah terinfeksi dan siapa yang berpotensi besar menularkan
infeksi (McPhee, 2007).
G. Komplikasi
Menurut Hunter (2003) komplikasi herpes simpleks adalah herpes ensefalitis atau meningitis
tanpa ada kelainan kulit dahulu, vesikel yang menyebar luas ke seluruh tubuh, ekzema
herpeticum, jaringan parut, dan eritema multiforme.
H. Penatalaksanaan
Pada lesi yang dini dapat digunakan obat topikal berupa salap/krim yang mengandung
preparat idoksuridin (stoxil, viruguent, virunguent-P) atau preparat asiklovir
(zovirax).Pengobatan oral preparat asiklovir dengan dosis 5x200mg per hari selama 5 hari
mempersingkat kelangsungan penyakit dan memperpanjang masa rekuren.Pemberian
parenteral asiklovir atau preparat adenine arabinosid (vitarabin) dengan tujuan penyakit yang
lebih berat atau terjadi komplikasi pada organ dalam (Handoko, 2010).
Pada terapi sistemik digunakan asiklovir, valasiklovir, atau famsiklovir. Jika pasien
mengalami rekuren enam kali dalam setahun, pertimbangkan untuk menggunakan asiklovir
400 mg atau valasiklovir 1000 mg oral setiap hari selama satu tahun. Untuk obat oles
digunakan lotion zinc oxide atau calamine. Pada wanita hamil diberi vaksin HSV sedangkan
pada bayi yang terinfeksi HSV disuntikkan asiklovir intra vena (Sterry, 2006).
J. Diagnosa
1. Hipertermia berhubugan dengan penyakit
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan pigmentasi kulit (timbul
bula, kemerahan)
4. Gangguan citra diri berhubungan dengan penyakit
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
6. Resiko infeksi berhubungan dengan gangguan integritas kulit
7. Ketidakefektifan pola seksual berhubungan dengan takut infeksi menular seksual
K. Analisa Data
M. Intervensi
Centers for Disease Control and Prevention. 2008. Vaksinasi Cacar Air.
http://www.immunize.org/vis/in_var.pdf
Djuanda, Adhi (1993). Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin, Edisi Kedua, FK Universitas
Indonesia, Jakarta, 1993.
Dumasari, Ramona.2008. Varicella Dan Herpes Zozter. Departemen Ilmu Kesehatan Kulit
Dan Kelamin. Universitas Sumatra Utara.
Finn, Adam 2005. Hot Topics In Infection And Immunity In Children II. New York: Spinger
Hadinegoro , dkk. 2010. Terapi Asiklovir Pada Anak Dengan Varisela Tanpa Penyulit .
Departemen Ilmu Kesehatan Anak, RS Dr Cipto Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta. Sari Pediatri, Vol. 11, No. 6, April 2010
Joanne M. McCloskey Dochterman. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC).
Elsevier. Mosby
Katsambas, Andreas. 2015. European Handbook of Dermatological Treatments. New York:
Spinger
Kurniawan, dkk. 2009. Varicela Zoster Pada Anak. Medicinus · Vol. 3 No. 1 Februari 2009 –
Mei 2009
Mansjoer Arif dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Media Aescula plus. Jakarta.
Mehta. 2006. Pyoderma gangrenosum on varicella lesions. Clinical and Experimental
Dermatology.Volume 32, pages 215–217, 27 November 2006
NANDA.2014. Nursing Diagnoses definitions and clasification 2015-2017 10th edition.
Wiley Blackwell
Prabhu, Smitha. 2009. Chilhood Herpes Zoster : A Clustering Of Ten Cases. Indian Journal
Of Dermatology.Vol : 54 Page 62-64
Rampengan, T.H. 2008. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, Edisi 2, jakarta: EGC.
Richard,E.Berhman,dkk.2012. Ilmu Kesehatan Anak Nelson.Jakarta:EGC.
Siregar., 2005. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta ; EGC.
Sue Moorhead. 2013. NOC. Elsevier. Mosby
Thomson ,June M., et. al. 1986. Clinical Nursing Practice, The C.V. Mosby Company,
Toronto
Wasitaatmadja,S,M. 2010 Anatomi Kulit dan Faal Kulit. ed. 6 Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI - MALANG
A. PENGKAJIAN
1. Biodata Klien
a. Nama : An. K
b. Umur : 5 Tahun
c. Jenis kelamin : laki-laki
d. Agama : Islam
e. Suku / Bangsa : Jawa/Indonesia
f. Alamat : Tlogomas jawa timur
g. No. Register : 12345
h. Tanggal Masuk RS : 23 juni 2021
i. Tanggal Pengkajian : 23 juni 2021
j. Diagnosa Medis :
k. Nama Orang Tua : lelu bili
2. Keluhan Utama :
Klien mengatakan Adanya rasa tidak nyaman dan adanya lepuhan yang dikelilingi oleh
daerah kemerahan membentuk sebuah gelembung cair pada daerah bibir . Sebelumnya An.K
mengalami gatal –gatal selama 2 hari , An.K Mengeluh nyeri , hasil TTV : TD : -mmHg ,
RR =36X/menit , HR = 76 x / menit , Suhu = 37 C
5. Riwayat Imunisasi
- Tidak ada gejala saat imunisasi
6. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat cacar air waktu kecil tidak diketahui , tidak pernah menderita penyakit ini
sebelumnya dan tidak pernah dirawat dirumah sakit
GENOGRAM
Keterangan :
: Perempuan meninggal
: perempuan hidup
: pasien
b. Aspek Sosial
Pasien menyebut dirinya sangat berharga
c. Aspek Spiritual / Sistem Nilai Kepercayaan
Pasien mempercayai agamanya yg dianut
9. Pola Aktifitas-Latihan
Rumah Rumah Sakit
Makan/minum 1.................................................... 2....................................................
Mandi 1.................................................... 2....................................................
Berpakaian/berdandan 1.................................................... 2....................................................
Toileting 1.................................................... 2....................................................
Mobilitas di tempat tidur 1....................................................
2…………………………
Berpindah 1.................................................... 2....................................................
Berjalan 1.................................................... 2....................................................
Pemberian Skor: 0 = mandiri, 1 = alat bantu, 2 = dibantu orang lain, 3 = tidak
mampu
Pola Perkembangan
1. Keadaan umum :
a. Kesadaran : sadarkan diri
b. Tanda-tanda vital : - Tekanan Darah : - mmHg Suhu : 37
℃
Nadi : - Pernafasan : 36x/menit
c. Tinggi Badan : 30 cm Berat Badan : 35 kg
LK : tidak terkaji LD : tidak terkaji LLA : tidak terkaji
2. Kepala dan Leher
a. Kepala : Bentuk ; normal Massa : tidak ada
Distribusi rambut : rambut hitam,tidak ada ketombe Warna kulit kepala :
normal tidak ada lesi
b. Mata : Bentuk : simetris tidak ada nyeri tekan pada daerah mata
Konjungtiva : hitam kemerahan
Pupil : ( ) reaksi terhadap cahaya ( v) isokor ( )Miosis
Tanda-tanda radang :
Funsi penglihatan : (v ) Baik ( ) Kabur
c. Hidung : Bentuk simetris………….. Warna:putih Pembengkakan : tidak ada
…………
Nyeri tekan tidak ada. Perdarahan : tidak ada
d. Mulut dan Tenggorokan :
Warna bibir : merah Mukosa : bibir kering
Ulkus : tidak ada lesi dan nyeri tekan
Lesi : tidak ada lesi Massa : - Warna Lidah : warna merah
Perdarahan gusi ………………………….
e. Telinga : Bentuk : simetris tidak ada nyeri tekan Warna : merah …Lesi :
tidak ada lesi
Massa : - Nyeri:tidak ada nyeri
f. Leher : Kekakuan : tidak ada…Nyeri/Nyeri tekan : tidak ada
Benjolan/massa : tidak ada Vena jugularis : tidak ada
3.Dada : Jantung : Inspeksi : tampak iktus kordis
Palpasi : denyut jantung teraba
Perkusi : sonor
Auskultasi : bunyi s2-s3 tunggal ( bunyi lup-dup jantung)…
Paru : Inspeksi : simetris antara paru kanan dan kiri
Palpasi : tidak ada kelainan
Perkusi : sonor
Auskultasi : tidak ada suara tambahan ……
4. Payudara dan Ketiak : simetris antara payudara kiri dan kanan , tidak ada lesi dan
tidak ada kemerahan atau perubahan warna dan bentuk pada payudara
Benjolan/massa : tidak ada …Nyeri/nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan
Bengkak : tidak ada
5.Abdomen :
Inspeksi : tidak ada lesi , tidak ada pembengkakan ,tidak ada benjolan
…………
Auskultasi : Bising usus 18x/menit …………………………
Palpasi : tidak ada nyeri tekan …………………………
Perkusi : tampani……………………………………………………………….
6. Genetalia :
Inspeksi : tidak ada benjolan atau kelainan ………………
Palpasi : tidak ada nyeri …………………………………..
A. ANALISIS DATA
HARI/TGL :selasa 23 juni 2021
MASALAH
NO DATA PENYEBAB
KEPERAWATAN
M 1 D DS : Pasien mengatakan adanya U
rasa tidak nyaman danadanya Perubahan status nutrisi Gangguan integritas
lepuhan yang dikelilingi oleh (kelebihan atau - kulit/jaringan ( D.0129)
daerah kemerahan membentuk kekurangan)
sebuah gelombung cair pada
daerah bibir Kekurangan/
D Kelebihan volume cairan
DO : Sebelumnya pasien
mengalami gatal-gatal selama 2 Bahan kimia iritatif
hari dan mengeluh nyeri
Hasil TTV : TD : -mmHg,RR Suhu lingkungan yang
=36x/meit, HR = ekstreme
76x/menit,suhu : 37℃
Efek samping terapi
radiasi
D
Kelembaban
d
Gangguan integritas
kulit/jaringan
B.DIAGNOSA KEPERAWATAN
NAMA & TANDA
NO TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGAN
PERAWAT
23
Edukasi :
-Anjurkan
menggunakan
pelembab
-anjurkan menghindari
terpapar suhu ekstrem
Kolaborasi :
D. IMPLEMENTASI TINDAKAN KEPERAWATAN
NAMA &
TANDA
NO TANGGAL JAM TINDAKAN KEPERAWATAN
TANGAN
PERAWAT
1 D.0129 S: Pasien S: S: -
mengatakan ........................................... ..................................................
masih ............................ O:-
merasakan O : pasien merasakan ..................................................
gata-gatal pada belum nyaman A:-
area kulit TTV: TD : -mmHg .....................................
.......................... RR : 36x/menit
O : pasien HR : 76x/menit P: -
merasakan SUHU: 37⁰C ..................................................
tidak nyaman .....................
.......................... A : Masalah belum
A : Masalah teratasi
belum teratasi ...........................................
.......................... ............................
P :Intervensi ...........................................
dilanjutkan ............................
............................ ...........................................
.. ............................
...........................................
............................
P : intervensi
dilanjutkan
...........................................
............................
...........................................
............................
...........................................
............................
...........................................
............................