Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA

BENIGNA PROSTAT HIPERPLASI (BPH)

DI SUSUN OLEH:

Nama : Krisogonus Bubi

Nim : 2019610097

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI MALANG

2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Defenisi
Benigne Prostat Hyperplasia (BPH) adalah suatu penyakit pembesaran atau
hipertrofi dari prostat. Kata-kata hipertrofi seringkali menimbulkan kontroversi di
kalangan klinik karena sering rincu dengan hiperplasia. Hipertrofi bermakna bahwa dari
segi (kualitas) terjadi pembesaran sel, namun tidak diikuti oleh jumlah (kuantitas).
Namun, hiperplasia merupakan pembesaran ukuran sel (kualitas) dan diikuti oleh
penambahan jumlah sel (kuantitas). BPH seringkali menyebabkan gangguan dalam
eliminasi urine karena pembesaran prostat yang cederung kearah depan/ menekan vesika
urinaria.
B. Etiologi / Penyebabnya
Penyebab yang pasti dari benigne prostat hyperplasia sampai sekarang belum
diketahui secara pasti, namun ada 2 faktor yang mempengaruhi terjadinya benigne prostat
hyperplasia yaitu usia dan hormonal menjadi prediposisi terjadinya BPH. usia lanjut.
beberapa hipotesis menyebutkan bahwa benigna prostat hiperplasia sangat erat kaitannya
dengan:
1. Peningkatan Dihidrotestosteron (DHT) Peningkatan 5 alfa reduktase dan
reseptor androgen akan menyebabkan epitel dan stroma dari kelenjar prostat
mengalami hiperplasia.
2. Ketidak seimbangan estroge–testoteron Ketidak seimbangan ini terjadi karena
proses degeneratif. Pada proses penuaan, pada pria terjadi peningkatan hormon
estrogen dan penurunan hormon testosteron. Hal ini memicu terjadinya
hiperplasia stroma pada prostat.
3. Interaksi antar sel stroma dan sel epitel prostat Peningkatan kadar epidermal
gorwth factor atau fibroblas gorwth factor dan penurunan transforming gorwth
factor beta menyebabkan hiperplasia stroma dan epitel, sehingga akan terjadi
BPH.
4. berkurangnya kematian sel Estrogen yang meningkat menyebabkan
peningkatan lama hidup stroma dan epitel dari kelenjar prostat.
5. Teori stem sel Sel stem yang meningkat akan mengakibatkan proliferasi sel
transit dan memicu terjadinya BPH.
C. Patofisiologi
Sejalan dengan pertambahan umur, kelenjar prostat akan mengalami hiperplasia,
jika prostat membesar akan meluas ke atas (bladder), di dalam mempersulit saluran uretra
prostatica dan menyumbat aliran urine. Keadaan ini dapat meningkatkan tekanan
intravesika. Sebagai kompensasi terhadap tekanan prostatika, maka otot detrusor dan
buli-buli berkontraksi lebih kuat untuk dapat memompa urine keluar. Kontraksi yang
terus-menerus menyebabkan perubahan anatomi dari buli-buli berupa: hipertropi otot
detrusor, trabekulasi, terbentuknya selua, sekula dan difertikel buli-buli. Perubahan
struktur pada buli-buli dirasakan klien sebagai keluhan pada saluran kencing bagian
bawah atau Lower Urinary Symptom / LUTS.
Penyakit BPH ini merupakan penyakit bedah, jika keluhan masih ringan, maka
observasi diperlukan dengan pengobatan simptomatis untuk mengevaluasi perkembangan
klien. Namun, jika telah terjadi obstruksi/ retensi urine, infeksi, insufisiensi ginjal, maka
harus dilakukan tindakan.
D. Manifestasi Klinik
Gejala klinis yang ditimbulkan oleh Benigna Prostat Hyperplasia disebut sebagai
Syndroma Prostatisme. Syndroma Prostatisme dibagi dua antara lain:
1. Gejala Obstruktif yaitu :
a. Hesitansi yaitu memulai kencing yang lama dan seringkali disertai
dengan mengejan yang disebabkan oleh karena otot destrussor bulibuli
memerlukan waktu beberapa lama meningkatkan tekanan intravesikal
guna mengatasi adanya tekanan dalam uretra prostatika.
b. Intermitency yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang disebabkan
karena ketidakmampuan otot destrussor dalam pempertahankan tekanan
intravesika sampai berakhirnya miksi.
c. Terminal dribling yaitu menetesnya urine pada akhir kencing.
d. Pancaran lemah : kelemahan kekuatan dan kaliber pancaran destrussor
memerlukan waktu untuk dapat melampaui tekanan di uretra.
e. Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa belum
puas

2. Gejala Iritasi yaitu :

a. Urgency yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit ditahan.

b. Frekuensi yaitu penderita miksi lebih sering dari biasanya dapat terjadi
pada malam hari (nocturia) dan pada siang hari.

c. Disuria yaitu nyeri pada waktu kencing

E. Penatalaksanaan dan Terapi


1. Observasi
Biasanya pada terapi ini pasien tidak mendapatkan terapi apapun dan hanya diberi
penjelasan mengenai sesuatu hal yang dapat memperburuk keluhannya, misalnya jangan
banyak minum dan mengonsumsi kopi atau alkohol setelah makan malam, kurangi
konsumsi makanan atau minuman yang menyebabkan iritasi pada bulibuli (kopi atau
coklat), batasi penggunaan obat-obat influenza yang mengandung fenilpropanolamin,
kurangi makanan pedas dan asin, jangan menahan kencing terlalu lama. setiap 6 bulan
pasien diminta untuk kontrol dengan ditanya dan diperiksa tentang perubahan keluhan
yang dirasakan. Jika keluhan masi bertambah jelek daripada sebelumnya, mungkin perlu
difikirkan untuk memilih terapi yang lain
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap, faal ginjal, serum elektrolit dan kadar gula
digunakan untuk memperoleh data dasar keadaan umum klien.
b. Pemeriksaan urine lengkap.
c. PSA (Prostatik Spesific Antigen) penting diperiksa sebagai kewaspadaan
adanya keganasan
ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENKAJIAN
a. Identitas klien
Nama : Tn. B
Umur : 40 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Status perkawinan : kawin
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Swasta
Suku : jawa
No. RM : 3456
Tanggal masuk : 27 mei 2021
Tanggal pengkajian : 30 mei 2021
Diagnose medis : Benigna Prostat Hiperplasi
Alamat : tlaga warna
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Sdr. F
Umur : 20 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Pendidikan : STM
Pekerjaan : swasta
Hubungan dengan klien : anak
Alamat : tlaga warna

c. Riwayat penyakit
a) Keluhan utama
Klien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi pada perut bagian bawah
dan nyeri saat BAK.
b) Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan kurang lebih 1 minggu yang lalu mengeluh nyeri pada
saat BAK, baru pada tanggal 27 April 2021 klien dibawa oleh keluarga ke
RSU Banyudono di UGD oleh dokter diagnosa BPH dan harus dilakukan
operasi.
d. Pola funsional

a. Pola aktivitas dan latihan

sebelum sakit : Klien mengatakan mampu melakukan aktivitas secara mandiri


seperti: makan, minum, mandi, berpakaian, toileting

selama sakit : klien mengatakan aktivitas dibantu oleh keluarga dari makan,
minum, mandi, toileting, berpakaian , mobilitas, ROM

e. Pemeriksaan Fisik
1) TTV :
TD : 140/80 mmHg
RR : 19 x/ menit
Nadi : 87 x menit
Suhu : 370 C
2) Abdomen
I : Terdapat luka pembedahan daerah suprapubis, luka bersih, tidak
bengkak, tidak bengkak, tampak warna kemerahan,
A : peristaltic 10x/menit
P : tidak terdapat nyeri tekan
P : Suara tympani
3) Genetalia
Terpasang kateter sejak tanggal 30 april 2021, keadaan kateter bersih,
genetalia bersih.
ANALISIS DATA

No Data penunjang Etiologi Masalah


keperawatan
1 S: klien mengatakan nyeri pada luka Agen pencedera fisik nyeri akut
bekas operasi bagian bawah perut, nyeri
saat BAK.

O : wajah klien tampak tegang menahan


sakit, TTV: TD : 140/80 mmHg, N:
86x/menit, RR : 19x/menit, S : 370C
2 S : klien mengatakan setelah operasi keterbatasan hambatan aktivitas
hanya tiduran ditempat tidur lingkungan, peralatan
terapi
O : aktivitas di bantu keluarga, klien
tampak bedrest ditempat tidur
3 S : klien mengatakan pada luka bekas prosedur trauma, resiko infeksi
operasi terasa panas pembedahan

O : luka bersih , tampak kemerahan,


tidak bengkak

INTERVESI KEPERAWATAN

No Tujuan Kreteria Hasil


1 setelah di lakukan tindakan asuhan keperawatan klien mengatakan nyeri berkurang
selama 3 x 24 jam di harapkan nyeri berkurang atau hilang, skala nyeri 0-3, klein
atau hilang menjadi tenang
2 setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan ADL dapat dilakukan secara
selama 3 x 24 jam diharapkan mobilitas ditempat mandiri, dapat mengatur posisi dari
tidur dapat dilakukan secara mandiri telentang, duduk, dapat melakukan
aktivitas miring kanan-kiri.
3 setelah dilakukan tindakan asuhan keperawtan tidak ada tanda-tanda infeksi
selama 3 x 24 jam diharapkan tidak terjadi infeksi (kemerahan,nyeri,bengkak)
pada luka bekas operasi
IMPLEMENTASI

Tanggal jam Tindakan keperawatan TTD


30-04-2021 08.00 1. mengobservasi TTV, mengkaji tingkat nyeri,
mengajarkan teknik nafas dalam, memberikan
terapi analgesic dengan hasil nyeri dapat diatasi
skala nyeri 1-3

2. mengobservasi tingkat ketergantungan,


mengajarkan ROM, menganjurkan tirah baring,
melatih gerak aktif dengan hasil klien mampu
mengubah posisi secara mandiri, dapat
beraktivitas mandiri

3. mengobservasi tanda-tanda infeksi,


melakukan perawatan luka dengan prinsip steril,
pemberian antibiotic dengan hasil menekan
pertumbuhan yang menyebabkan terjadinya
infeksi
EVALUASI

No Evaluasi TTD
1 S : klien mengatakan nyeri sudah berkurang saat BAK,
nyeri seperti ngilu.

O : klien tampak rileks

A : masalah teratasi sebagian

P : intervensi di lanjutkan
2 S : klien mengatakan sudah mampu mengantur posisi
secara mandiri walau baru sedikit

O : klien sudah mampu mengantur posisi secara mandiri

A : masalah teratasi sebagian

P : intervensi dilanjutkan
3 S : klien mengatakan panas pada luka bekas operasi
sudah berkurang

O : klien tampak rileks

A : masalah teratasi

P : intervensi di hentikan

Anda mungkin juga menyukai