Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 2

PADA KLIEN BENIGNA PROSTATIC HYPERPLASIA (BPH)


DI RUANG SHOFA 4 RSUD HAJI PROVINSI JAWA TIMUR
SURABAYA

Oleh :
Andwani Lina Sugendi
NIM P27820720052

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
JENJANG SARJANA TERAPAN
2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Medikal Bedah 2 Pada Klien Benigna Prostatic Hyperplacia (BPH) di
Ruang Shofa 4 Rumah Sakit Umum Daerah Haji Provinsi Jawa Timur Surabaya yang
dilaksanakan pada tanggal 28 November s.d 10 Desember 2022 telah disahkan sebagai
laporan Praktek Klinik Keperawatan Medikal Bedah 2 Semester 5 di Ruang Shofa 4 Rumah
Sakit Umum Daerah Haji Provinsi Jawa Timur Surabaya.
Nama Mahasiswa : Andwani Lina Sugendi
NIM : P27820720052

Surabaya, 10 Desember 2022


Pembimbing Pendidikan, Pembimbing Ruangan,

Dwi Adji Narontoko, S.Kep.,Ns.,M.Kep Selly Ekanita Dewi S. Kep.,Ns


NIP. 19630917 199003 1 001 NIP. 19770301 200701 2 015

Mengetahui
Kepala Ruangan,

Supriyo, S.Kep,Ns
NIP. 19671123 199503 1 004
LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN BENIGNA PROSTATIC
HYPERPLASIA (BPH)

A. Landasan Teori Medis


Definisi
Benigna Prostatic Hyperplasia (BPH) merupakan suatu penyakit yang muncul
karena adanya pembesaran dari kelenjar prostat sebagai akibat dari proliferasi dan
hiperplasi sel epitel prostat (1,2) Penyakit ini merupakan salah satu diagnosis urologi
yang paling banyak diderita oleh laki-laki usia lanjut dengan komplikasi gagal ginjal,
refluks vesikuoreter, batu hematuria, dan disfungsi seksual.(1) Kelenjar prostat
terletak pada bagian bawah kandung kemih dan mengelilingi uretra pars posterior,
sedangkan pembesaran kelenjar prostat biasanya ditemukan pada zona transisional.
Karena letak anatomi kelenjar prostat yang mengelilingi uretra pars posterior,
sehingga dalam kondisi BPH dimana adanya pembesaran kelenjar prostat, dapat
menyebabkan adanya penyempitan uretra pars posterior sehingga mengakibatkan
terjadinya retensi urin yang dapat meningkatkan resiko terbentuknya batu saluran
kemih yang disertai Infeksi Saluran Kemih (ISK). Selain itu, dengan terjadinya
penekanan pada uretra pars posterios menyebabkan meningkat pula tekanan
intravesika, dan apabila kondisi ini berlangsung dalam jangka waktu yang lama dapat
menyebabkan kelainan anatomi pada vesika urinaria berupa hipertrofi musculus
detrusor, terbentuk selula, diventrikel vesika urinaria, dan refluks vesiko-ureter. (2)
Etiologi
Benigna Prostatic Hyperplasia (BPH) dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
beberapa diantaranya yaitu karena faktor ras, usia, dan riwayat kanker prostat dalam
keluarga. Selain itu, BPH dapat disebabkan karena beberapa faktor, seperti:
1. Hormon dihidrotestosteron berlebih
2. Ketidakseimbangan hormon estrogen dan testosteron sehingga
mengakibatkan hiperplasi stroma
3. Interaksi stroma dengan epitel
4. Penurunan kematian sel prostat yang disebabkan oleh peningkatan
hormon estrogen
5. Poliferasi abnormal sel stem yang menyebabkan produksi sel stroma
dan sel epitel menjadi berlebih (3)

Klasifikasi
1) Stadium I
Ada obstruktif tapi kandung kemih masih mampu mengeluarkan urine sampai habis.
2) Stadium II
Ada retensi urine tetapi kandung kemih masih mampu mengeluarkan urine sampai
habis, masih terasa kira-kira 60- 150 cc, ada rasa tidak enak BAK atau dysuria dan
menjadi nocturia.
3) Staudium III
Setiap BAK urine tersisa kira-kira 150 cc.
4) Stadium IV
Retensi urine total, buli-buli penuh paisen tampak kesakitan, urine menetes secara
periodic ontinen.(7)

Komplikasi
komplikasi pembesaran prostat meliputi(8)
a. Ketidakmampuan untuk buang air kecil mendadak (retensi urine). Pasien
memerlukan kateter yang dimasukkan ke kandung kemih untuk menampung urine.
Beberapa pria dengan pembesaran prostat membutuhkan pembedahan untuk
meredakan retensi urine.
b. Infeksi saluran kemih (ISK). Ketidakmampuan untuk mengososngkan kandung
kemih dapat meningkatkan resiko infeksi saluran kemih.
c. Batu empedu. Ini umumnya disebabkan oleh ketidakmampuan untuk sepenuhnya
mengosongkan kandung kemih. Batu kandung kemih daoat menyebabkan infeksi,
iritasi kandung kemih, adanya darah dalam urine, dan obstruksi saluran urine.
d. Kerusakan kandung kemih. Kandung kemih yang tidak dikosongkan sepenuhnya
dapat meregang dan melemah seiring waktu. Akibatnya dinidng kandung kemih tidak
lagi berkontraksi dengan baik.
e. Kerusakan ginjal. Tekanan di kandung kemih dari retensi urine langsung dapat
merusak ginjal atau memungkinkan infeksi kandung kemih mencapai ginjal.

Manajemen Medis
Manajemen medis pada penderita BPH dapat dilakukan secara farmakologis dan
nonfarmakologis:
a. Obat-obatan
Biasanya terapi obat-obatan akan diberikan pada klien BPH dengan
keluhan ringan, sedang, dan berat tanpa faktor penyulit. Obat-obatan jenis
hipoxis rosperi, serenoa repens, gelombang alfa blocker, dan golongan
supresor androgen diberikan untuk mengurangi volume pembesaran
prostat.
b. Tindakan pembedahan
Tindakan pembedahan TURP (Transurethral Resection of the Prostate)
dilakukan pada penderita BPH dengan gejala sedang hingga berat dan
ukuran kelenjar prostat 60-100gram)(3)

Pemeriksaan Penunjang
1) Urinalisis dan kultur
Pada pemeriksaan spesimen urin, biasanya hasil pemeriksaan klien akan didapati
adanya hematuri. Kemudian nilai PSA klien biasanya 4-10 ng/ml.
2) Pemeriksaan laboratorium lengkap
Pemeriksaan meliputi pemeriksaan darah lengkap, faal ginjal, serum elektrolit,
dan kadar gula pada klien BPH dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis. Pada
klien dengan tindakan pembedahan, diperlukan hasil pemeriksaan darah lengkap
untuk mengkaji hemoglobin, leukosit, eritrosit, trombosir, BUN, dan kreatinin
serum.
3) Pemeriksaan radiologis
Biasanya dari hasil USG klien akan didapati adanya pembesaran ukuran kelenjar
prostat, batu traktus urinarius, dan adanya volume residu urin.
B. Landasan Teori Asuhan Keperawatan
Pengkajian
1) Identitas klien
Identitas klien berisi nama, nomor rekam medis, tanggal lahir, usia, agama,
jenis kelamin, pekerjaan, status perkawinan, alamat, tanggal MRS, diagnosa
medis, serta identitas penanggungjawab klien.
2) Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Biasanya, klien akan mengatakan sulit berkemih atau bahkan merasakan
adanya peningkatan frekuensi berkemih tetapi tidak tuntas yang
terkadang disertai adanya rasa nyeri saat berkemih.
Skala nyeri yang dialami klien:
 Provoking incident: Biasanya klien merasakan adanya nyeri saat
berkemih
 Quality of pain : Biasanya klien akan menggambarkan rasa
sakitnya seperti tertusuk-tusuk dan panas.
 Region of pain : Biasanya nyeri yang dirasakan berasal dari
area genitalia
 Severity of pain : Biasanya rentang skala nyeri yang dirasakan
klien akan mempengaruhi kemampuannya dalam beraktivitas
sehari-hari.
 Time : Biasanya klien merasakan nyeri pada saat
berkemih saja, ataupun rasa nyeri hilang timbul
b. Riwayat kesehatan sekarang
Pada riwayat kesehatan sekarang akan berisi keluhan utama yang
dirasakan klien. Adanya nyeri saat berkemih yang terkadang disertai
dengan perasaan berkemih tidak tuntas.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya klien tidak memiliki riwayat penyakit terdahulu khusus. BPH
dapat terjadi apabila adanya hormon hidrotestosteron berlebih,
ketidakseimbangan antara hormon estrogen dan testosteron, penurunan
kematian sel prostat, dan poliferasi abnormal sel stem.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya pada riwayat penyakit keluarga ditemukan adanya anggota
keluarga yang menderita kanker prostat.(Purwanto, 2016)
Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Klien biasanya memiliki kesadaran composmentis. Pada saat klien merasakan
nyeri pada bagian genitalia biasanya disertai dengan raut wajah meringis dan
mengeluhkan nyeri.
2) Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah : Biasanya tekanan darah klien dalam batas normal
b. Nadi : Biasanya meningkat saat klien merasakan nyeri saat
berkemih
c. Pernafasan : Biasanya pengukuran pernafasan klien dalam batas
normal
d. Suhu : Biasanya suhu klien dalam batas normal
e. Saturasi oksigen: Biasanya saturasi oksigen klien dalam batas normal
3) Pemeriksaan fisik head to toe
a. Kepala
 Inspeksi : lesi (-), kulit kepala dan rambut bersih
 Palpasi : nyeri tekan (-)
b. Leher
 Inspeksi : bentuk simetris, lesi (-), distensi vena jugularis (-)
c. Thoraks
 Inspeksi : pergerakan dada simetris, lesi (-)
 Palpasi : nyeri tekan (-)
 Perkusi : suara sonor
 Auskultasi: suara paru vesikuler
d. Abdomen
 Inspeksi : lesi (-)
 Palpasi : nyeri tekan (-), distensi kandung kemih (+)
 Perkusi : timpani
 Auskultasi: bising usus terdengar 5-30 kali/menit
e. Genitalia
 Inspeksi : lesi (-)
f. Ekstremitas
 Inspeksi : lesi (-)
 Palpasi : nyeri tekan (-), CRT <2 detik, teraba hangat.

Pola Fungsi Kesehatan


1) Pola persepsi kesehatan
Klien yang tidak mengetahui mengenai penyakitnya biasanya akan merasa cemas
dan panik akan prognosis kesembuhannya.
2) Pola nutrisi metabolisme
Klien biasanya klien akan mengalami penurunan nafsu makan karena merasakan
nyeri.
3) Pola eliminasi
Klien biasanya akan mengalami retensi urin dan peningkatan frekuensi berkemih
disertai berkemih tidak tuntas.
4) Pola aktivitas-latihan
Klien biasanya akan mengurangi aktivitasnya karena merasakan
ketidaknyamanan berupa nyeri di area genitalia.
5) Pola istirahat dan tidur
Klien biasanya akan mengalami kurang tidur karena merasakan neyri.
6) Pola kognitif perseptual
Klien biasanya akan merasa cemas dengan penyakit yang dialaminya sehingga
sulit berkonsentrasi.
7) Pola persepsi diri
Klien biasanya akan meraakan ketidaknyamanan pada tubuhnya karena nyeri.
8) Pola peran-hubungan
Klien biasanya akan mengalami kecemasan, akan tetapi apabila kecemasan
tersebut dapat diatasi dengan baik maka tidak akan menimbulkan gangguan pada
peran dan hubungannya dengan keluarga dan orang lain.
9) Pola seksualitas-reproduksi
Biasanya klien akan mengalami penurunan fungsi seksual.
10) Pola koping-toleransi stres
Klien cenderung mengalami stres karena kecemasan mengenai penyakitnya.
11) Pola nilai kepercayaan
Pola nilai dan kepercayaan klien tergantung agama dan kepercayaan masing-
masing. Biasanya klien akan cenderung cemas akan penyakitnya sehingga
meningkatkan ibadahnya.

Pemeriksaan Diagnostik
1) Urinalisis dan kultur
Pada pemeriksaan spesimen urin, biasanya hasil pemeriksaan klien akan didapati
adanya hematuri. Kemudian nilai PSA klien biasanya 4-10 ng/ml.
2) Pemeriksaan laboratorium lengkap
Pemeriksaan meliputi pemeriksaan darah lengkap, faal ginjal, serum elektrolit,
dan kadar gula pada klien BPH dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis. Pada
klien dengan tindakan pembedahan, diperlukan hasil pemeriksaan darah lengkap
untuk mengkaji hemoglobin, leukosit, eritrosit, trombosir, BUN, dan kreatinin
serum.
3) Pemeriksaan radiologis
Biasanya dari hasil USG klien akan didapati adanya pembesaran ukuran kelenjar
prostat, batu traktus urinarius, dan adanya volume residu urin.

Diagnosa
3) Nyeri akut b.d agen pencedera biologis d.d mengeluh nyeri (D.0077)
4) Retensi urin b.d peningkatan tekanan uretra d.d disuria (D.0050)
5) Resiko infeksi b.d efek prosedur invasif (D.0142)
6) Ansietas b.d kurang terpapar informasi d.d tampak gelisah (D.0080)
Intervensi

No Diagnosa Tujuan dan Tindakan Rasional


Keperawatan Kriteria Hasil Keperawatan
1. Nyeri akut Setelah Manajemen Nyeri
berhubungan dilakukan (I.12391 )
dengan agen tindakan Observasi
pencedera keperawatan  Identifikasi  Mengetahui
biologis ditandai selama 3×24 lokasi, lokasi,
dengan mengeluh jam tingkat karakteristik, karakteristik,
nyeri (D.0077) nyeri menurun durasi, frekuensi, durasi, frekuensi,
dengan kriteria kualitas, kualitas, dam
hasil: intensitas nyeri intensitas nyeri
1. Keluhsn  Identifikasi skala  Mengetahui skala
nyeri nyeri nyeri klien
menurun  Identifikasi  Mengetahui
2. Sikap respons nyeri feedback klien
protektif non verbal terhadap nyeri
menurun  Identifikasi  Mencegah faktor
3. Kesulitan faktor yang yang memperberat
tidur memperberat nyeri
menurun dan
4. Pola tidur memperingan
membaik nyeri
(L.08066)  Identifikasi  Mengkaji dampak
pengaruh nyeri nyeri pada klien
pada kualitas
hidup
 Monitor efek  Memantau
samping perkembangan
penggunaan klien
analgetik
Terapeutik
 Berikan teknik  Memberikan rasa
non framakologi nyaman
untuk
mengurangi rasa
nyeri
 Kontrol  Mencegah
lingkungan yang bertambahnya rasa
memperberat nyeri
rasa nyeri
 Fasilitasi  Memberikan
istirahat dan istirahat
tidur
Edukasi  Mengedukasi
 Jelaskan penyebab,
penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
periode, dan
pemicu nyeri
 Jelaskan strategi  Mengurangi nyeri
meredakan nyeri
 Ajarkan teknik  Mengedukasi
non teknik untuk
farmakologis mengurangi nyeri
untuk
mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasikan  Membantu
pemberian mengurangi rasa
analgetik, jika nyeri
perlu
2. Retensi urin Setelah Kateterisasi urin
berhubungan dilakukan (I.04148)
dengan tindakan Observasi
peningkatan keperawatan  Periksa kondisi  Memantau
tekanan uretra selama4×24 pasien kondisi klien
ditandai dengan jam eliminasi (kesadaran,
disuria (D.0050) urin membaik tanda-tanda vital,
dengan kriteria daerah perienal,
hasil: distensi kandung
1. Distensi kemih)
kandung Terapeutik
kemih  Siapkan  Menyiapkan alat
menurun peralatan, bahan tindakan
2. Disuria bahan dan
menurun ruangan tindakan
(L.04034)  Siapkan pasien:  Mempersiapkan
bebaskan klien
pakaian bawah
dan posisikan
dorsal rekumben
pemasangan
kateter urine  Memberikan efek
 Anjurkan relaksasi
menarik nafas
saat insersi
selang kateter
3. Resiko infeksi Setelah Pencegahan Infeksi
berhubungan dilakukan (I.14539)
dengan efek tindakan Observasi
prosedur invasif keperawatan  Monitor tanda  Mengetahui tanda
(D.0142) selama 4×24 dan gejala dan gejala infeksi
jam tingkat infeksi lokal dan
infeksi menurun sistemik
dengan kriteria Terapeutik
hasil:  Cuci tangan
1. Nyeri sebelum dan  Mengurangi
menurun sesudah kontak transmisi
(L. 14137) dengan pasien mikroorganisme
dan lingkungan
pasien
 Pertahankan  Mencegah resiko
tenik aseptik infeksi
pada pasien
beresiko tinggi
Edukasi
 Jelaskan tanda
dan gejala  Mengedukasi
infeksi tanda dan gejala
 Ajarkan mencuci infeksi
tanngan dengan  Mengurangi
benar transmisi
 Ajarkan cara mikroorganisme
memeriksa  Mengedukasi
kondisi luka atau keluarga cara
luka operasi memeriksa luka
4. Ansietas b.d Setelah Terapi relaksasi (I.
kurang terpapar dilakukan 09326)
informasi d.d tindakan Observasi
tampak gelisah keperawatan  Periksa  Mengkaji kondisi
(D.0080) (PPNI, selama 4×24 ketegangan otot, ketegangan otot,
2016) (4) jam tingkat frekuensi nadi, frekuensi nadi,
ansietas tekanan darah, tekanan darah,
menurun dan suhu dan suhu
dengan kriteria sebelum dan
hasil: sesudah latihan
1. Gelisah Terpeutik
menurun  Ciptakan
2. Pola tidur lingkungan yang  Memberikan rasa
membaik tenang dan tanpa nyaman dan
(L.08064) gangguan rileks
(PPNI, 2016) dengan
(5) pencahayaan dan
suhu ruang
nyaman, jika
memungkinkan
 Gunakan pakaian
longgar  Memberikan rasa
Edukasi nyaman
 Anjurkan
mengambil  Memposisikan
posisi nyaman klien lebih
(6) nyaman
2.2 Implementasi
Implementasi keperawatan adalah bagian dari tahapan keperawatan dimana
perawat mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan yang telah disusun sedemikian
rupa sesuai dengan kondisi klien. Dalam melaksanakan implementasi keperawatan,
juga diperlukan untuk menuliskan tanggal, jam, dan tandatangan penanggungjawab
tindakan. Dengan dilakukan implementasi keperawatan tersebut diharapkan nyeri
akut, retensi urin, resiko infeksi, dan ansietas dapat teratasi.(3)
2.3 Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah bagian akhir dari tahapan keperawatan dimana
perawat mengevaluasi dan mengidentifikasi keefektifan pencapaian kriteria hasil dari
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan kepada klien. Dalam melakukan
evaluasi keperawatan, diperlukan indikator untuk memntukan keberhailan dari
adanya suatu tindakan keperawatan berupa komponen SOAP. Pada komponen
Subjective (S) berisi mengenai hasil wawancara dengan klien setelah dilakukannya
tindakan keperawatan terkait dengan masalah keperawatan yang dialaminya, berupa
pernyataan atau keluhan mengenai apakah gangguan yang dirasakan sudah berkurang
atau menghilang. Pada komponen Objective (O) berisi mengenai data pemeriksaan
fisik klien steelah dilakukannya tindakan keperawatan terkait dengan masalah
keperawatan yang dialaminya. Pada komponen Assesment (A) berisi mengenai
kesimpulan dari data subjective dan objective dan kriteria hasil untuk mendapatkan
hasil apakah masalah sudah teratasi, atau teratasi sebagian, atau belum teratasi. Pada
komponen Planning (P) berisi rencana tindakan atas masalah keperawatan yang
dialaminya, apakah rencana tindakan dilanjutkan, dihentikan, ataupun ditambahkan.
Evaluasi keperawatan yang diharapkan didapatkan yaitu tingkat nyeri menurun,
eliminasi urin membaik, tingkat infeksi menurun, dan tingkat ansietas menurun.(3)
PATHWAY

Ansietas
DAFTAR PUSTAKA

1. Aprina A, Yowanda NI, Sunarsih S. Relaksasi Progresif terhadap


Intensitas Nyeri Post Operasi BPH (Benigna Prostat Hyperplasia). J
Kesehat. 2017;8(2):289.
2. Maulana DA. Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Batu Saluran Kemih
Pada Pasien Benign Prostate Hyperplasia. J Penelit Perawat Prof [Internet].
2021;3(3):603–10. Available from:
http://jurnal.globalhealthsciencegroup.com/index.php/JPPP/article/view/557
3. Purwanto H. Keperawatan Medikal Bedah II. Vol. 1, Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia. 2016. 411 p.
4. PPNI. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. 2016
5. PPNI. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. 2016
6. PPNI. Standar Intervensi Keperawatan Indo
7. Jong, De dan Sjamsuhidajat. 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-3. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran. Muttaqin, Arif dan Sari Kumala. 2011
8. Harmilah. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem.
Perkemihan. Pustaka Baru Press. Harsismanto, Rifa'i, & Anggraini

Anda mungkin juga menyukai