Oleh :
Andwani Lina Sugendi
NIM P27820720052
Asuhan Keperawatan Medikal Bedah 2 Pada Klien Benigna Prostatic Hyperplacia (BPH) di
Ruang Shofa 4 Rumah Sakit Umum Daerah Haji Provinsi Jawa Timur Surabaya yang
dilaksanakan pada tanggal 28 November s.d 10 Desember 2022 telah disahkan sebagai
laporan Praktek Klinik Keperawatan Medikal Bedah 2 Semester 5 di Ruang Shofa 4 Rumah
Sakit Umum Daerah Haji Provinsi Jawa Timur Surabaya.
Nama Mahasiswa : Andwani Lina Sugendi
NIM : P27820720052
Mengetahui
Kepala Ruangan,
Supriyo, S.Kep,Ns
NIP. 19671123 199503 1 004
LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN BENIGNA PROSTATIC
HYPERPLASIA (BPH)
Klasifikasi
1) Stadium I
Ada obstruktif tapi kandung kemih masih mampu mengeluarkan urine sampai habis.
2) Stadium II
Ada retensi urine tetapi kandung kemih masih mampu mengeluarkan urine sampai
habis, masih terasa kira-kira 60- 150 cc, ada rasa tidak enak BAK atau dysuria dan
menjadi nocturia.
3) Staudium III
Setiap BAK urine tersisa kira-kira 150 cc.
4) Stadium IV
Retensi urine total, buli-buli penuh paisen tampak kesakitan, urine menetes secara
periodic ontinen.(7)
Komplikasi
komplikasi pembesaran prostat meliputi(8)
a. Ketidakmampuan untuk buang air kecil mendadak (retensi urine). Pasien
memerlukan kateter yang dimasukkan ke kandung kemih untuk menampung urine.
Beberapa pria dengan pembesaran prostat membutuhkan pembedahan untuk
meredakan retensi urine.
b. Infeksi saluran kemih (ISK). Ketidakmampuan untuk mengososngkan kandung
kemih dapat meningkatkan resiko infeksi saluran kemih.
c. Batu empedu. Ini umumnya disebabkan oleh ketidakmampuan untuk sepenuhnya
mengosongkan kandung kemih. Batu kandung kemih daoat menyebabkan infeksi,
iritasi kandung kemih, adanya darah dalam urine, dan obstruksi saluran urine.
d. Kerusakan kandung kemih. Kandung kemih yang tidak dikosongkan sepenuhnya
dapat meregang dan melemah seiring waktu. Akibatnya dinidng kandung kemih tidak
lagi berkontraksi dengan baik.
e. Kerusakan ginjal. Tekanan di kandung kemih dari retensi urine langsung dapat
merusak ginjal atau memungkinkan infeksi kandung kemih mencapai ginjal.
Manajemen Medis
Manajemen medis pada penderita BPH dapat dilakukan secara farmakologis dan
nonfarmakologis:
a. Obat-obatan
Biasanya terapi obat-obatan akan diberikan pada klien BPH dengan
keluhan ringan, sedang, dan berat tanpa faktor penyulit. Obat-obatan jenis
hipoxis rosperi, serenoa repens, gelombang alfa blocker, dan golongan
supresor androgen diberikan untuk mengurangi volume pembesaran
prostat.
b. Tindakan pembedahan
Tindakan pembedahan TURP (Transurethral Resection of the Prostate)
dilakukan pada penderita BPH dengan gejala sedang hingga berat dan
ukuran kelenjar prostat 60-100gram)(3)
Pemeriksaan Penunjang
1) Urinalisis dan kultur
Pada pemeriksaan spesimen urin, biasanya hasil pemeriksaan klien akan didapati
adanya hematuri. Kemudian nilai PSA klien biasanya 4-10 ng/ml.
2) Pemeriksaan laboratorium lengkap
Pemeriksaan meliputi pemeriksaan darah lengkap, faal ginjal, serum elektrolit,
dan kadar gula pada klien BPH dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis. Pada
klien dengan tindakan pembedahan, diperlukan hasil pemeriksaan darah lengkap
untuk mengkaji hemoglobin, leukosit, eritrosit, trombosir, BUN, dan kreatinin
serum.
3) Pemeriksaan radiologis
Biasanya dari hasil USG klien akan didapati adanya pembesaran ukuran kelenjar
prostat, batu traktus urinarius, dan adanya volume residu urin.
B. Landasan Teori Asuhan Keperawatan
Pengkajian
1) Identitas klien
Identitas klien berisi nama, nomor rekam medis, tanggal lahir, usia, agama,
jenis kelamin, pekerjaan, status perkawinan, alamat, tanggal MRS, diagnosa
medis, serta identitas penanggungjawab klien.
2) Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Biasanya, klien akan mengatakan sulit berkemih atau bahkan merasakan
adanya peningkatan frekuensi berkemih tetapi tidak tuntas yang
terkadang disertai adanya rasa nyeri saat berkemih.
Skala nyeri yang dialami klien:
Provoking incident: Biasanya klien merasakan adanya nyeri saat
berkemih
Quality of pain : Biasanya klien akan menggambarkan rasa
sakitnya seperti tertusuk-tusuk dan panas.
Region of pain : Biasanya nyeri yang dirasakan berasal dari
area genitalia
Severity of pain : Biasanya rentang skala nyeri yang dirasakan
klien akan mempengaruhi kemampuannya dalam beraktivitas
sehari-hari.
Time : Biasanya klien merasakan nyeri pada saat
berkemih saja, ataupun rasa nyeri hilang timbul
b. Riwayat kesehatan sekarang
Pada riwayat kesehatan sekarang akan berisi keluhan utama yang
dirasakan klien. Adanya nyeri saat berkemih yang terkadang disertai
dengan perasaan berkemih tidak tuntas.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya klien tidak memiliki riwayat penyakit terdahulu khusus. BPH
dapat terjadi apabila adanya hormon hidrotestosteron berlebih,
ketidakseimbangan antara hormon estrogen dan testosteron, penurunan
kematian sel prostat, dan poliferasi abnormal sel stem.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya pada riwayat penyakit keluarga ditemukan adanya anggota
keluarga yang menderita kanker prostat.(Purwanto, 2016)
Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Klien biasanya memiliki kesadaran composmentis. Pada saat klien merasakan
nyeri pada bagian genitalia biasanya disertai dengan raut wajah meringis dan
mengeluhkan nyeri.
2) Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah : Biasanya tekanan darah klien dalam batas normal
b. Nadi : Biasanya meningkat saat klien merasakan nyeri saat
berkemih
c. Pernafasan : Biasanya pengukuran pernafasan klien dalam batas
normal
d. Suhu : Biasanya suhu klien dalam batas normal
e. Saturasi oksigen: Biasanya saturasi oksigen klien dalam batas normal
3) Pemeriksaan fisik head to toe
a. Kepala
Inspeksi : lesi (-), kulit kepala dan rambut bersih
Palpasi : nyeri tekan (-)
b. Leher
Inspeksi : bentuk simetris, lesi (-), distensi vena jugularis (-)
c. Thoraks
Inspeksi : pergerakan dada simetris, lesi (-)
Palpasi : nyeri tekan (-)
Perkusi : suara sonor
Auskultasi: suara paru vesikuler
d. Abdomen
Inspeksi : lesi (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), distensi kandung kemih (+)
Perkusi : timpani
Auskultasi: bising usus terdengar 5-30 kali/menit
e. Genitalia
Inspeksi : lesi (-)
f. Ekstremitas
Inspeksi : lesi (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), CRT <2 detik, teraba hangat.
Pemeriksaan Diagnostik
1) Urinalisis dan kultur
Pada pemeriksaan spesimen urin, biasanya hasil pemeriksaan klien akan didapati
adanya hematuri. Kemudian nilai PSA klien biasanya 4-10 ng/ml.
2) Pemeriksaan laboratorium lengkap
Pemeriksaan meliputi pemeriksaan darah lengkap, faal ginjal, serum elektrolit,
dan kadar gula pada klien BPH dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis. Pada
klien dengan tindakan pembedahan, diperlukan hasil pemeriksaan darah lengkap
untuk mengkaji hemoglobin, leukosit, eritrosit, trombosir, BUN, dan kreatinin
serum.
3) Pemeriksaan radiologis
Biasanya dari hasil USG klien akan didapati adanya pembesaran ukuran kelenjar
prostat, batu traktus urinarius, dan adanya volume residu urin.
Diagnosa
3) Nyeri akut b.d agen pencedera biologis d.d mengeluh nyeri (D.0077)
4) Retensi urin b.d peningkatan tekanan uretra d.d disuria (D.0050)
5) Resiko infeksi b.d efek prosedur invasif (D.0142)
6) Ansietas b.d kurang terpapar informasi d.d tampak gelisah (D.0080)
Intervensi
Ansietas
DAFTAR PUSTAKA