Fasilitator: Susanti,S.Kep.Ns.,M.Kep
Disusun Oleh:
1. Muzdalifah (2211013)
2. Siska Rahmawati (2211054)
3. Aniza Badriyah (2211063)
Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, atas
nikmat kesehatan, dan kesempatan yang telah diberikan sehingga makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Integumen
Dengan Herpes” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penyusunan makalah
ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah II. Dimana nantinya dapat memudahkan mahasiswa untuk memahami isi
dari makalah dan menjadi bahan ajar bagi dosen maupun mahasiswa.
Penulis dalam makalah ini juga mendapatkan dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak, terutama dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Anak,
yaitu Ibu Susanti,S.Kep.Ns.,M.Kep dan semua pihak yang membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.Dalam penyelesaian makalah ini, kami menyadari
bahwa masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik
dan saran dari semua pihak yang tentunya bersifat membangun demi kelengkapan
makalah yang kami susun. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya. Apabila terdapat kesalahan, dengan rendah hati penulis
mohon maaf sebesar besarnya.
Surabaya,22 ,maret,2024
DAFTAR ISI
BAB 1
KONSEP DASAR
1.1. Definisi
Herpes zozter atau shingles adalah radang kulit akut yang bersifat khas
(herpes virus yang juga mengakibatkan cacar air) yang sifatnya localized atau
dengan kata lain virus ini mengendap di ganglia dorsal sensorik setelah infeksi
cacar air pada masa kanak-kanak. Ketika mengalami reaktivasi, virus ini
berpindah ke area dermatom kulit yang berkaitan dengan ciri khas berupa
Herpes simpleks adalah infeksi akut yang disebabkan oleh Herpes Simplek
Virus (HSV) tipe I atau tipe II yang ditandai oleh adanya vesikel yang
residif karena sering terjadi persintensi virus pada penyakit infeksiosa dan
gejala atau gejala ringan, subklinis atau hanya lokal karena patogenitas dan
daya tahan terhadap infeksi baik walau di lain sisi derajat penularannya tinggi
1.2. Etiologi
Herpes Genitalis disebabkan oleh HSV atau herpes virus hominis (HVH),
yang merupakan anggota dari famili herpesviridae. Adapun tipe-tipe dari HSV
adalah:
1. Herpes Simplex Virus tipe I: pada umumnya menyebabkan lesi atau luka
2. Herpes Simplex Virus tipe II: umumnya menyebabkan lesi pada genital
Herpes Simplex Virus tergolong dalam famili herpes virus, selain HSV
yang juga termasuk dalam golongan ini adalah Epstein Barr (mono) dan
varisela zoster yang menyebabkan herpes zoster dan varicella. Sebagian besar
disebabkan oleh HSV-2 yang penularannya secara utama melalui vaginal atau
anak seks. Beberapa tahun ini, HSV- 1 telah lebih sering juga menyebabkan
herpes genital. HSV-1 genital menyebar lewat oral seks yang memiliki cold
sore pada mulut atau bibir, tetapi beberapa kasus (batmomolin, et al., 2023)
Infeksi primer, infeksi virus alfa menetap dalam bentuk laten neuron
dari ganglion
Presdisposisi pada klien pernh enderita cacar air, system imun yang
lemah dan yang menderita kelaianan maglinitas
Reaksi virus varisela zoester
Vasikula terbesar
Local motoric kranialisis sistemik Intergritas kulit Susunan saraf tepi dan
bagian gangguan kranilas
Kerusakan saraf perifer Gangguan
gastroinstestinal Nyeri
Respon psikologis Gejala
prodomal otot
nyeri Lesi pada kulit
Mual, Gangguan citra sistemik
anoreksia dan tubuh Ganggu
Gangguan Kerusakan
malesie an aman
istirhat tidur intergritas Demam , pusing nyaman
kulit
Deficit nutrisi Reaksi imflamasi
Gangguan gambar diri
hipertermi
Kurang pengetahuan
Resiko infeksi
Infeksi awal dari 63% HSV-2 dan 37% HSV-1 adalah asimptomatik.
Simptom dari infeksi awal (saat inisial episode berlangsung pada saat infeksi
awal) simptom khas muncul antara tiga hingga sembilan hari setelah infeksi .
hilang sendiri.
3. Gejala kambuh lagi seperti di atas tetapi tidak senyeri pada tahap awal,
utama herpes untuk tidak kunjung sembuh. Segala hal yang memicu stres
terbagi menjadi dua yaitu herpes zoster dan herpes sipleks, berikut adalah
1. Gejala prodomal
selama 1- 4 hari.
daerah yang dipersarafi oleh satu gong lion sensorik, erupsi dapat
torakalis.
vasikel. Pada hari ketiga berubah menjadi pastul yang akan mengering
menjadi krusta dala 7-110 hari. Kusta dapat bertahan smpai 2-3
enghilang.
sampai hari ke 7
f. Pada lansia biasanya mengalami lesi yang lebih parah dan mereka
b. Diawali dengan rasa panas, rasa terbakar dan gatal pada aera yang
terserang.
c. Kemudian timbul vesikula (bitnik-bintik) bergeromboll, mudah pecah
Adapun kekambuhan terjadi karena berbagai factor dan dapat dipicu oleh
lebih ringan. Gambaran penyakit beersifat local pada salah satu sisi
dan nyeri.
3. Fase laten
Fase ini berarti penderita tidak ditemukan gejala klinis, tetapi HVS
Sampai sekarang belum ada obat yang memuaskan untuk terapi herpes
2016), seperti :
pasien akan mengalami rasa nyeri hebat, maserasi kulit dapat juga terjadi.
2023).
a. Pengobatan topical
delama 20 menit.
3. Apabila lesi berkrusta dan agak basah dapat diberikan salep antibiotic
sehari.
b. Pengobatan sisteatik
1. Terapi spesifik:
(tiap 3 jam selama 4 hari). idealnya, rim ini digunakan 1 jam setelah
1). Terapi episodik : acyclovir, 400 mg.p.o 3x/hr, atau 800 mg 2x/hr,
memperingan gejala yang timbul berupa nyeri dan rasa gatal. Rasa
sekunder.
c. Pemeriksaan penunjang
1. Tzanck smear
a). Preparat diambil dari discraping dasar vasikuler yang masih baru,
cells.
c). Test ini tidak dapat membedkan antara virus varicella zoster dengan
2. Kultur dari cairan vasikuler dan tes antibody: pemeriksaan digunakan untuk
5. Kultur virus
dengan degenerasi sel epidermal dan acantholysis. Pada dermis bagian atas
d. Komplikasi
yang serius pada orang dewasa. Sering dijumpai komplikasi pada susunan
saraf pusat (SSP) dan super infeksi jamur. Komplikasi pada SSP berupa
meningitis aseptik, disfungsi sistem saraf otonom. Pada pria bisa terjadi
impotensi. Pada sejumlah orang dengan sistem imunitasnya tidak bekerja baik,
bisa terjadi outbreaks herpes genital yang bisa saja berlangsung parah dalam
waktu yang lama. Orang dengan sistem imun yang normal bisa terjadi infeksi
herpes pada mata yang disebut herpes okular. Herpes okular biasanya
yang lahir dengan herpes dapat meninggal atau mengalami gangguan pada
otak, kulit atau mata. Bila pada kehamilan timbul herpes genital, hal ini perlu
sirkulasi fetal serta dapat menimbulkan kerusakan atau kematian pada janin.
Infeksi neonatal mempunyai angka mortalitas 60%, separuh dari yang hidup
2023).
Kompliaksi herpes zoster menurut Bricker dkk, 2002 adalah sebagai
berikut :
Neuralgia paska herpetik adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah
dampai beberapa tahn. Keadaan ini cenderung timbul pada umur diatas 40
2. Infeksi sekunder
Sindrom ramsay hunt terjadi karena gangguan pada nervus fasialis dan
5. Paralisis motorik
Paralisis motorik apat terjadi pada 1-5% kasus, yang terjadi akibat
e. Pencegahan
dengan luka, air liur, maupun cairan tubuh orang yang terinfeksi. Jika tidak
bahwa mencegah lebih baik daripada mengobati. Untuk mencegah infeksi virus
virus herpes.
5. Jaga daya tahan tubuh dengan menerapkan gaya huidup sehat, termasuk
Jika memiliki beberapa gejala herpes, seperti timbul lepuhan di kulit yang
ke dokter. Dengan begitu, dokter bisa memastikan apakah gejala yang Anda
alami disebabkan oleh virus penyebab herpes atau bukan. Jika Anda menderita
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pemeriksaan Fisik
B. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik pada herpes zoster ini digunakan untuk
membedakan dari impetigo, kontak dermatitis dan herpes simplek:
a. Tzanck Smear: mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat
membedakan herpes zoster dan herpes simplek.
b. Kultur dari cairan vesikel dan tes antibody: digunakan untuk
membedakan diagnosis herpes virus.
c. Immunofluororescent: mengidentifikasi varicella di sel kulit
d. Pemeriksaan histopatologik
e. Pemerikasaan mikroskop electron
f. Virus Kultur
g. Identifikasi anti gen / asam nukleat VVZ (Virus Varisela Zoster)
h. Deteksi antibody terhadap infeksi virus
Pemeriksaan penunjang untuk infeksi HSV dapat dilakukan secara
virologi maupun serologi, masing-masing contoh pemeriksaan tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Virologi
1) Mikroskop cahaya. Sampel berasal dari sel-sel di dasar lesi, apusan
pada permukaan mukosa, atau dari biopsi, mungkin ditemukan
intranuklear inklusi (Lipschutz inclusion bodies). Sel-sel yang
terinfeksi dapat menunjukkan sel yang membesar menyerupai balon
(ballooning) dan ditemukan fusi. Pada percobaan Tzanck dengan
pewarnaan Giemsa atau Wright, dapat ditemukan sel datia berinti
banyak dan badan inklusi intranuklear.
2) Pemeriksaan antigen langsung (imunofluoresensi). Sel-sel dan
specimen dimasukkan dalam aseton yang dibekukan. Kemudian
pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan cahaya elektron (90%
sensitif, 90% spesifik) tetapi, pemeriksaan ini tidak dapat dicocokkan
dengan kultur virus.
3) PCR, Test reaksi rantai polimer untuk DNA HSV lebih sensitive
dibandingkan kultur viral tradisional (sensitivitasnya >95 %,
dibandingkan dengan kultur yang hanya 75%). Tetapi penggunaannya
dalam mendiagnosis infeksi HSV belum dilakukan secara reguler,
kemungkinan besar karena biayanya yang mahal. Tes ini biasa
digunakan untuk mendiagnosis ensefalitis HSV karena hasilnya yang
lebih cepat dibandingkan kultur virus 6.
4) Kultur Virus, Kultur virus dari cairan vesikel pada lesi (+) untuk
HSV adalah cara yang paling baik karena paling sensitif dan spesifik
dibanding dengan cara-cara lain. HSV dapat berkembang dalam 2
sampai 3 hari. Jika tes ini (+), hampir 100% akurat, khususnya jika
cairan berasal dari vesikel primer daripada vesikel rekuren.
Pertumbuhan virus dalam sel ditunjukkan dengan terjadinya granulasi
sitoplasmik, degenerasi balon dan sel raksasa berinti banyak. Sejak
virus sulit untuk berkembang, hasil tesnya sering (-). Namun cara ini
memiliki kekurangan karena waktu pemeriksaan yang lama dan biaya
yang mahal.
b. Serologi
Pemeriksaan serologi ini direkomendasikan kepada orang yang
mempunyai gejala herpes genital rekuren tetapi dari hasil kultur virus
negatif, sebagai konfirmasi pada orang-orang yang terinfeksi dengan
gejala-gejala herpes genital, menentukan apakah pasangan seksual darib.
Serologi Pemeriksaan serologi ini direkomendasikan kepada orang yang
mempunyai gejala herpes genital rekuren tetapi dari hasil kultur virus
negatif, sebagai konfirmasi pada orang-orang yang terinfeksi dengan
infeksi menular sexual lainnya. Sample pada pemeriksaan serologi ini
diambil dari darah atau serum. Pemeriksaannya dapat berupa:
2) Western Blot Test, merupakan tes yang akurat untuk mendeteksi HVS,
namiun harganya lebih mahal dibandingkan tes-tes yang lain dan
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengintepretasikannya. Tes
ini merupakan metode gold standard dalam pemeriksaan antibodi. Tes ini
hanya digunakan sebagai refrensi dan konfirmasi apabila tes dengan
ELISA menunjukkan hasil yang mergukan. Tes ini memiliki ketelitian
untuk menyimpulkan secara spesifik bahwa sample benar-benar
mengandung antibody terhadap protein tertentu dari virus.
3) Blokit HSV-II, merupakan tes untuk mendekati antibod HSV tipe II.
Tes ini merupakan tes yang cepat, hanya kira-kira membutuhkan waktu 10
menit dan hasilnya juga cepat ditunjukkan. Hasil positif ditunjukkan
dengan dua warna merah yang lebih tipis bila dibandingkan dengan
kontrol. Jika antibody HSV-II tidak ada, maka hanya tampak satu warna
merah. Jika hanya mengandung antibody HSV-I maka hanya akan ada satu
tanda merah. Jika tidak terdapat