Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN FRAKTUR FEMUR

DISUSUN OLEH :

KARMILA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR

FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN FARMASI

PRODI S1 KEPERAWATAN

2019
A. KONSEP PENYAKIT
1. Pengertian
Fraktur adalah patah tulang, yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar tulang akan
menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. (Price 7 Wilson, 2006
dalam buku Nurarif Amin Huda.2015)
Femur merupakan tulang terbesar dan terkuat dalam tubuh manusia, diselubungi oleh otot
terbesar dan terpanjang, fraktur femur biasanya diakibatkan oleh kekuatan yang sangat besar.
Fraktur ini memiliki implikasi pada penatalaksanaan keperawatan karena besarnya trauma yang
dialami dan kemungkinan untuk cidera lain. (McRae & Esser,2002 dalam buku Kneale
Julia.2011)
Fraktur femur atau patah tulang paha adalah rusaknya kontinuitas tulang  pangkal paha yang
disaebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, dan kondisi tertentu, seperti degenerasi tulang
atau osteoporosis (Muttaqin, 2008).
Fraktur femur terbagi menjadi :
1. Fraktur batang femur Fraktur femur mempunyai insiden yang cukup tinggi, diantara jenis-
jenis  patah tulang. Umumnya fraktur femur terjadi pada batang femur 1/3 tengah. Fraktur
femur lebih sering terjadi pada laki-laki dari pad a perempuan dengan umur dibawah 45 tahun
dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan, atau kecelakaan.
2. Fraktur kolum femur Fraktur kolum femur dapat terjadi langsung ketika pasien terjatuh
dengan  posisi miring dan trokanter mayor langsung terbentur pada benda keras seperti jalan.
Pada trauma tidak langsung, fraktur kolum femur terjadi karena gerakan eksorotasi yang
mendadak dari tungkai bawah. Kebanyakan fraktur ini terjadi pada wanita tua yang
tulangnya sudah mengalami osteoporosis

Tipe fraktur femur adalah sebagai berikut:


1. Fraktur interkapsuler femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul, dan melalui kepala
femur (fraktur kapital).
2. Fraktur ekstrakapsular
a. Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokanter femur yang lebih  besar / lebih kecil/
pada daerah intertrokanter.
b. Terjadi di bagian distal menuju leher femur, tetapi tidak lebih dari 2 inci di bawah
trokanter minor

2. Klasifikasi
a. Fraktur leher femur merupakan jenis fraktur yang sering ditemukan pada orang tua terutama
wanita usia 60 tahun ke atas disertai tulang yang osteoporosis. Fraktur leher femur pada anak
anak jarang ditemukan fraktur ini lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada anak
perempuan dengan perbandingan 3:2. Insiden tersering pada usia 11-12 tahun. 
b. Fraktur subtrokanter Fraktur subtrokanter dapat terjadi pada semua usia, biasanya disebabkan
trauma yang hebat. Pemeriksaan dapat menunjukkan fraktur yang terjadi dibawah trokanter
minor.
c. Fraktur intertrokanter femur Pada beberapa keadaan, trauma yang mengenai daerah tulang
femur. Fraktur daerah troklear adalah semua fraktur yang terjadi antara trokanter mayor dan
minor. Frkatur ini bersifat ekstraartikular dan sering terjadi  pada klien yang jatuh dan
mengalami trauma yang bersifat memuntir. Keretakan tulang terjadi antara trokanter mayor
dan minor tempat fragmen  proksimal cenderung bergeser secara varus. Fraktur dapat bersifat
kominutif terutama pada korteks bagian posteomedial.
d. Fraktur diafisis femur Fraktur diafisis femur dapat terjadi pada daerah femur pada setiap usia
dan  biasanya karena trauma hebat, misalnya kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari ketinggian.
e. Fraktur suprakondilar femur Daerah suprakondilar adalah daerah antar batas proksimal
kondilus femur dan batas metafisis dengan diafisis femur. Trauma yang mengenai femur
terjadi karena adanya tekanan varus dan vagus yang disertai kekatan aksial dan putaran
sehingga dapat menyebabkan fraktur pada daerah ini. Pergeseran terjadi karena tarikan otot

3. Etiologi
a. Fraktur akibat peristiwa trauma
Sebagian fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba berlebihan
y a n g d a p a t  berupa pemukulan, penghancuran, perubahan tempat.
b. Akibat kelelahan atau tekanan
H a l i n i s e r i n g t e r j a d i p a d a a t l e t , p e n a r i a t a u c a l o n t e n t a r a y a n g  berbaris
atau berjalan dalam jarak jauh.
c. F r a k t u r p a t o l o g i k k a r e n a k e l e m a h a n p a d a t u l a n g
Dapat terjadi oleh tekanan yang normal bila tulang tersebut lunak (misalnya oleh
tumor) atau tulang yang rapuh.

4. Tanda dan Gejala


Menurut Jutowiyono.Sugeng.2010:
a. Tidak dapat menggunakan anggota gerak
b. Nyeri, pembengkakan, memar
c. Terdapat trauma seperti (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian,
penganiayaan, tertinpa benda berat, kecelakaan kerja)
d. Gangguan pada anggota gerak
e. Deformitas
f. Kelainan gerak
g. Krepitasi atau datang dengan gejala-gejala lain.
h. Odema : muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan
yang berdekatan dengan fraktur.
i. Kehilangan sensasi (mati rasa mungkin terjadi dari rusaknya saraf atau
perdarahan)

5. Komplikasi
1. K e r u s a k a n a r t e r i pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan
tidak adanya nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal,
hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang
d i s e b a b k a n o l e h t i n d a k a n e m e r g e n s i s p l i n t i n g , p e r u b a h a n  posisi pada
yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan
2. Kompartement Syndrom m e r u p a k a n komplikasi serius yang terjadi
k a r e n a terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan
parut. Ini d i s e b a b k a n oleh oedema atau perdarahan yang
m e n e k a n o t o t , s a r a f , d a n pembuluh darah. Selain itu karena tekanan dari luar
seperti gips dan embebatanyang terlalu kuat.
3. Fat Embolism Syndrome (FES) adalah komplikasi serius yang sering terjadi padakasus
fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang
dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran darah dan menyebabkan tingkat
oksigen dalam darah rendah yang ditandai dengan gangguan pernafasan,
tachykardi,hypertensi, tachypnea, demam.
4. I n f e k s i S y s t e m p e r t a h a n a n t u b u h r u s a k b i l a a d a t r a u m a p a d a
jaringan. Pada trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit
( s u p e r f i c i a l ) d a n m a s u k k e d a l a m . I n i  biasanya terjadi pada kasus fraktur
terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan
plat.
5. A v a s k u l e r nekrosis(AVN) terjadi karena aliran darah ke
t u l a n g r u s a k a t a u terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali
dengan adanya Volkman’s ischemia
6. S h o c k terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini
biasanya terjadi pada fraktur
7. D e l a y e d o n i o n merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi
sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk meny ambung.
i n i d i s e b a b k a n k a r e n a  penurunan supai darah ke tulang.
8. Nonunion patah tulang yang tidak menyambung lagi
9. Malunion adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuhdalam posisi
yang tidak pada seharusnya membentuk sudut atau miring

6. Patofisiologi
Pada dasarnya penyebab fraktur itu sama yaitu trauma, tergantung dimana fraktur tersebut
mengalami trauma, begitu juga dengan fraktur femur ada dua faktor penyebab fraktur femur,
faktor-faktor tersebut diantaranya, fraktur fisiologis merupakan suatu kerusakan jaringan
tulang yang diakibatkan dari kecelakaan, tenaga fisik, olahraga, dan trauma dan fraktur
patologis merupakan kerusakan tulang terjadi akibat proses penyakit dimana dengan trauma
minor dapat mengakibatkan fraktur (Rasjad, 2007). Fraktur ganggguan pada tulang biasanya
disebabkan oleh trauma gangguan adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik,
gangguan metabolik dan patologik. Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik yang
terbuka ataupun tertutup. Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan  pendarahan, maka
volume darah menurun. COP atau curah jantung menurun maka terjadi perubahan perfusi
jaringan. Hematoma akan mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi edema lokal maka
terjadi penumpukan didalam tubuh. Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan
lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar dan
kerusakan jaringan lunak yang akan mengakibatkan kerusakan integritas kulit. Fraktur adalah
patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma gangguan metabolik, patologik yang terjadi itu
terbuka atau tertutup. Baik fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut syaraf yang
dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang sehingga
akan terjadi masalah neurovaskuler yang akan menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas
fisik terganggu. Pada umumnya pada pasien fraktur terbuka maupun tertutup akan dilakukan
immobilitas yang bertujuan untuk mempertahankan fragmen yang telah dihubungkan tetap
pada tempatnya sampai sembuh

7. Pathway

8. Penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi


Menurut (Arif Muttaqin, 2008)
Penatalaksanaan farmakologis :
a. Anastetik lokal, analgesik narkotik, relaksan otot atau diberikan untuk membantu pasien
selama prosedur reduksi tertutup.
b. Imobilisasi dilakukan dengan jangka waktu yang berbeda-beda. Fisioterapi untuk
mempertahankan otot yang luka bila tidak dipakai dapat mengecil secara cepat. Setelah
fraktur cukup sembuh, mobilisasi sendi dapat dimulai sampai ekstremitas betul-betul telah
kembali normal. Fungsi penyangga badan (weight bearina) diperbolehkan setelah
terbentuk cukup callus
Penatalaksanaan non farmakologis
a. Pembebanan fraktur di atas dan di bawah sisi cenderung sebelum
memindahkan pasien. Pembebatan/pembidaian mencegah luka dan nyeri yang lebih jauh
dan mengurangi adanya komplikasi.
b. Memberikan kompres dingin untuk menekan perdarahan, edema dan nyeri.
c. Meninggikan tungkai untuk menurunkan edema dan nyeri.
d. Kontrol perdarahan dan memberikan penggantian cairan untuk mencegah syok
bila perlu.
e. Pemasangan traksi untuk fraktur tulang panjang a)Traksi kulit : kekuatan
diberikan pada kulit dengan busa karet,  plester dan lain-lain.  b)Traksi skelet :
kekuatan yang diberikan pada tulang skelet secara langsung dengan menggunakan kawat
pen.
f. Fiksasi eksternal untuk menstabilkan fraktur kompleks dan terbuka

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Anamnesa
a. Identitas pasien (tanggal pengkajia, ruangan, nama, No MR, umur, pekerjaan, agama,
jenis kelamin, alamat, tanggal masuk RS, alas an masuk RS, penanggung jawab, dll)
b. Riwayat kesehatan
 Riwayat kesehatan dahulu
 Riwayat kesehatan sekarang
 Riwayat kesehatan keluarga
c. Pola fungsi kesehatan
 Pola persepsi kesehatan  Pola persepsi diri-konsep diri
 Pola nutrisi-metabolik  Pola peran-hubungan
 Pola eliminasi  Pola seksualitas-reproduktiv
 Pola aktivitas-latihan  Pola koping-stress
 Pola tidur-istirahat  Pola nilai-keyakinan
 Pola kognitif-perseptual
2. Pengkajian fisik

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d agen pencera fisik
2. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan integritas struktur tulang
3. Gangguang integritas kulit/jaringan b.d penurunan mobilitas

D. PENETAPAN TUJUAN DAN KRITERIA EVALUASI

N Diagnosa keperawatan SLKI SIKI


o
1 Nyeri akut b.d agen TINGKAT NYERI (L.08066) MANAJEMEN NYERI
pencera fisik Setelah dilakukan tindakan (I.08238)
keperawatan selama 3x24 jam 1. Identifikasi lokasi,
Tingkat Nyeri dapat teratasi karakteristik, durasi,
dengan kriteria hasil : frekuensi, kualitas,
 Keluhan nyeri intensitas nyeri
 meringis 2. Berikan Teknik non
farmakologis untuk
Keterangan : mengurangi rasa nyeri
1=meningkat (kompres dingin)
2=cukup meningkat 3. Jelaskan penyebab,
3=sedang periode, dan pemicu nyeri
4=cukup menurun 4. Kolaborasi pemberian
5=menurun analgetik, jika perlu
2 Gangguan mobilitas MOBILITAS FISIK (L.05042) DUKUNGAN
fisik b.d kerusakan Setelah dilakukan tindakan MOBILISASI (I.05173)
integritas struktur tulang keperawatan selama 3x24 jam 1. Identifikasi adanya nyeri
Mobilitas Fisik dapat teratasi atau keluhan fisik lainnya
dengan kriteria hasil : 2. Libatkan keluarga untuk
 Nyeri membantu pasien dalam
 Gerakan terbatas meningkatkan pergerakan
3. Ajarkan mobilisasi
Keterangan : sederhana yang harus
Keterangan : dilakukan
1=meningkat
2=cukup meningkat TEKNIK LATIHAN
3=sedang PENGUATAN OTOT
4=cukup menurun (I.05184)
5=menurun 1. Kolaborasi dengan tim
kesehatan lain
(mis:terapis aktivitas
/terapis fisik) dalam
perencanaan, pengajaran,
dan memonitor program
latihan otot
3 Gangguan integritas INTEGRITAS KULIT DAN PERAWATAN
kulit/jaringan b.d JARINGAN (L.14125) INTEGRITAS KULIT
penurunan mobilitas Setelah dilakukan tindakan (I.11353)
keperawatan selama 3x24 jam 1. Identifikasi penyebab
Integritas Kulit dan Jaringan gangguan integritas kulit
dapat teratasi dengan kriteria 2. Ubah posisitiap 2 jam
hasil : jika tirah baring
 Nyeri 3. Anjurkan meningkatkan
 Hematoma asupan nutrisi

Keterangan : MANAJEMEN NYERI


1=meningkat (I.08238)
2=cukup meningkat 4. Kolaborasi pemberian
3=sedang analgetik, jika perlu
4=cukup menurun
5=menurun
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 Volume 2, EGC, Jakarta.

Jitowiyono, Sugeng ,Weni kristiyani. 2010. Asuhan Keperawatan Post Operasi.Yogyakarta:Nuha


Medika.

Muttaqin, Arif. 2008.  Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem  Muskuloskeletal.
Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Muttaqin, A. 2011. Buku Saku Gangguan Mulskuloskeletal Aplikasi pada Praktik  Klinik
Keperawatan. Jakarta:EGC

PPNI(2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi
1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai