Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pada 31 Desember 2019, World Health Organization (WHO) China Country
Office melaporkan adanya kasus kluster pneumonia dengan etiologi (penyebab) yang
tidak jelas di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China. Kasus ini terus berkembang
hingga pada 7 Januari 2020, dan akhirnya diketahui etiologi dari penyakit ini adalah
suatu jenis baru coronavirus atau yang disebut sebagai novel coronavirus, yang
merupakan virus jenis baru yang sebelumnya belum pernah diidentifikasi pada
manusia (Kemenkes RI,2020).
Coronavirus merupakan keluarga besar virus yang ditularkan secara zoonosis
(antara hewan dan manusia) dan dapat menyebabkan gejala ringan hingga berat.
Sebelumnya, setidaknya terdapat dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan
penyakit pada manusia, yaitu Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV) dan
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV) (Kemenkes RI, 2020).
Pada 20 Februari 2020, secara resmi dikonfirmasikan bahwa penularan
"manusia ke manusia" dan infeksi nosokomial telah terjadi. Nama penyakit disebut
dengan Coronavirus Disease 2019 (COVID 19) (Health Emergency Office 2020;
Chan et al 2020).
Manisfestasi klinis atau tanda dan gelaja penyakit ini yaitu terganggunya
saluran pernafasan seperti demam, batuk dan sesak nafas pada penederita. Masa
inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari (Wu, Chen, &
Chan, 2020). Pada kasus infeksi terpapar virus Covid-19 yang berat dapat
menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan
kematian (Gan, Lim, & Koh, 2020). Tanda-tanda dan gejala klinis yang dilaporkan
pada sebagian besar kasus adalah demam, dengan beberapa kasus mengalami
kesulitan bernapas, dan hasil rontgen menunjukkan infiltrat pneumonia luas di kedua
paru (Kemenkes RI, 2020a).
Pandemi covid-19 melanda Indonesia sejak Maret 2020. Upaya mencegah
penyebaran virus dan menanggulangi dampak pandemi bukan hanya merupakan
tanggung jawab pemerintah semata. Di tempat kerja peran tenaga kerja secara
keseluruhan sangat penting dalam upaya pencegahan dan penanggulangan covid-19
(Rosidin, 2020).
Di Indonesia, jumlah kasus aktif covid-19 per 4 Juli 2021 sebesar 295.228
(12.93%), penambahan kasus positif mencapai 27.233 kasus covid-19 dan jumlah
kasus meninggal sebanyak 60.582 (2.65%). Jumlah kasus konfirmasi covid-19 di
Jawa Timur per 4 Juli 2021 sebesar 178.725 dari seluruh kasus di Indonesia,
penambahan kasus terbanyak satu minggu terahir sebesar 47,3% (SATGAS COVID).
Dalam upaya mencegah penularan Covid-19 yang semakin meluas. Pemerintah
menghimbau seluruh lapisan masyarakat untuk melakukan berbagai langkah
pencegahan seperti melakukan physical distancing, menggunakan masker, rutin
mencuci tangan, meningkatkan daya tahan tubuh dan menjaga kesehatan (Pane,
2020).
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial
Berskala Besar dalam rangka percepatan penanganan Corona Virus Disease 2019
(covid-19) telah menyatakan bahwa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)
dilakukan salah satunya dengan meliburkan tempat kerja sebagai upaya pencegahan
penyebaran covid-19 (Coppola dkk, 2009). Dunia kerja tidak mungkin selamanya
dilakukan pembatasan, roda perekonomian harus tetap berjalan, untuk itu pasca
pemberlakuan PSBB dengan kondisi pandemi covid-19 yang masih berlangsung,
perlu dilakukan upaya mitigasi dan kesiapan tempat kerja seoptimal mungkin.
Dengan menerapkan panduan PSBB diharapkan dapat meminimalisir risiko dan
dampak pandemi covid-19 pada tempat kerja, dimana terdapat potensi penularan
covid-19 akibat berkumpulnya sejumlah atau banyak orang dalam satu lokasi (ILO,
2020).
Saat tenaga kerja tidak menerapkan protokol covid-19 akan meningkatkan
risiko untuk tertular penyakit (Quyumi, 2020). Kepatuhan terhadap protokol
kesehatan sangat penting dilakukan, sehingga dapat memperlambat penyebaran virus
corona. Upaya yang bisa dilakukan oleh semua pihak, seperti social distancing,
menggunakan masker, dan sering melakukan cuci tangan (Asyary, 2020) (Setiati,
2020). Meskipun sudah terdapat kebijakan mengenai pencegahan dan
penanggulangan covid-19, tetapi masih banyak masyarakat yang tidak menerapkan
protokol pencegahan covid-19, hal ini disebabkan beberapa faktor diantaranya faktor
predisposisi (predisposing factors) yang meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan
keyakinan dan nilai-nilai, faktor pendukung (enabling factors) yang meliputi
lingkungan fisik, tersedia atau tidak bersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana
kesehatan serta faktor pendorong (reinforcing factors) yang meliputi sikap dan
perilaku petugas kesehatan atau petugas lainnya yang merupakan kelompok retefensi
dari perilaku masyarakat (Notoatmodjo, 2014).
Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang pencegahan covid-19 akan
mendukung meningkatkan angka kejadian covid-19, hal ini sejalan dengan jumlah
kasus covid-19 bahwa 60% pasien yang terpapar covid-19 berpengetahuan kategori
rendah (Wulandari et al, 2020). Penelitian Max Joseph Herman, dkk, pada umumnya
sarana dan prasarana kesehatan masih belum dapat mendukung upaya pencegahan
dan penanggulangan penyakit seperti covid-19 (Herman, 2017).
Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan sebagian besar responden yang tidak
mendapatkan dukungan dari petugas kesehatan sebesar 97,7% akan cenderung tidak
patuh terhadap upaya pencegahan dan penanggulangan covid-19 (Krstianti, 2019).
Sebagai upaya pencegahan covid-19 seperti menggunakan masker, kebiasaan cuci
tangan dan physical / social distancing menunjukkan baik sebanyak 95,8% dan hanya
4,2% masyarakat dalam kategori cukup baik, tetapi 4,2 % tersebut masih cukup tinggi
mengingat penularan covid-19 yang sangat cepat (Purnamasari, 2020). Berdasarkan
rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan
angka kejadian covid pasien rawat inap dengan riwayat perilaku pasien dalam upaya
pencegahan dan penanggulangan infkesi covid-19 periode bulan Juni hingga Agustus
2021 di Puskesmas Sukowono.

1.2 Rumusan Masalah


Apakah terdapat hubungan antara angka kejadian kasus covid pasien rawat inap
dengan riwayat perilaku pasien dalam upaya pencegahan dan penanggulangan covid
periode Juni hingga Agustus 2021 di puskesmas Sukowono, Kecamatan Sukowono,
Kabupaten Jember?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara angka kejadian kasus covid pasien rawat
inap dengan riwayat perilaku pasien dalam upaya pencegahan dan penanggulangan
covid periode Juni hingga Agustus 2021 di puskesmas Sukowono, Kecamatan
Sukowono, Kabupaten Jember.
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran kejadian kasus covid di rawat inap puskesmas
Sukownon, Kecamatan Sukowono, Kabupaten Jember periode Juni 2021
hingga Agustus 2021
2. Untuk mengetahui kepatuhan perilaku pencegahan dan penanggulangan
kasus infeksi oleh masyarakat di puskesmas Sukowono, Kecamatan
Sukowono, Kabupaten Jember periode Juni 2021 hingga Agustus 2021
3. Untuk mengetahui hubungan antara angka kejadian kasus covid dengan
riwayat perilaku dalam upaya pencegahan dan penanggulangan covid di
rawat inap puskesmas Sukowono, Kecamatan Sukowono, Kabupaten
Jember periode Juni hingga Agustus 2021

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Pelayanan Kesehatan
1. Sebagai masukan dan informasi untuk mengurangi angka kejadian infeksi
covid di rawat inap Puskesmas Sukowono
2. Sebagai informasi untuk memahami pentingnya mematuhi standar
operasional prosedur pencegahan dan penanggulangan covid
1.4.2 Bagi Penelitian
Sebagai data dasar dan sumber untuk penelitian lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai