Anda di halaman 1dari 24

Erina Yatmasari

Bagian Parasitologi
Fakultas Kedokteran Hang Tuah
Pendahuluan
 Sub filum Crustacea
 Habitat: air payau, berkadar garam rendah
 Sub kelas: Branchiura, Isopoda, Copepoda
 Inang: berbagai jenis ikan
 Inang yang tidak sewajarnya (accidental) antara lain
adalah manusia
 Gangguan pada accidental host  kulit
Branchiura
 Argulus sp.
 Makroskopis
 Host adalah ikan
 Accidental host antara lain manusia
 Morfologi Tubuh lebar, makroskopis, simetris bilateral,
pipih dorsoventral, memiliki dua pasang antena, sepasang
mata dan terdapat probosis pre-oral. Terdapat pula
semacam kait dan tonjolan, yang digunakan untuk melekat
pada inangnya. Maksila yang kedua bermodifikasi
membentuk prehensille sucker.
Argulus sp.
 Siklus hidup
 Sebagaimana pada umumnya Crustacea, Branchiura
ini memiliki siklus hidup yang kompleks. Stadium
larva dari Branchiura terdiri dari beberapa tingkatan
(stage), yang setiap kali terjadi peningkatan ditandai
dengan pergantian kulit (moulting). Larva yang keluar
dari telur yang menetas disebut nauplius.
 Sebaran
 Sebaran terutama pada wilayah-wilayah bersuhu
panas di Eropa, Asia bagian pusat, dan Amerika bagian
utara. Jarang ditemukan pada saat musim gugur, dan
telah diketahui bahwa masa hidupnya pendek.
 Tanda dan gejala
 Manusia bukan inang yang alamiah untuk parasit
ini. Inang alamiahnya adalah ikan laut. Jika tejadi
infestasi pada tubuh manusia, meskipun tidak
sampai mengakibatkan kematian karena adanya
cairan pembantu pencernaan yang dikeluarkan,
yang bersifat toksik, dan dapat menimbulkan
gangguan pada kulit manusia. Gangguan ini dapat
berupa iritasi ringan hingga inflamasi pada kulit
manusia tersebut.
 Diagnosis
 Diagnosis pasti adalah dengan ditemukannya
keberadaan populasinya pada lokasi yang menjadi
dugaan berdasarkan keterangan yang didapatkan dari
anamnesis penderita.
 Manajemen
 Dilakukan eliminasi dari stadium dewasa maupun
larva yang berinfestasi dengan berendam dalam air
yang mengandung NaCl dalam konsentrasi yang
rendah.
 Pencegahan
 Tindakan pencegahan masih sukar, baik untuk
mencegah infestasi pada ikan maupun manusia.
Isopoda
 Cymothoa sp.
 Definisi
 Salah satu dari tiga sub kelas yang merupakan anggota
subfilum Crustacea yang makroskopis, dapat dilihat
dengan mata telanjang secara langsung.
 Morfologi
 Berukuran besar, dapat dilihat dengan mata telanjang,
tubuh pipih dorso-ventral, kepala menyatu dengan segmen
pertama thoraks (cephalothorax), dan terdapat segmen
thoraks serta segmen abdomen. Segmen thoraks terdapat
tujuh, sedangkan segmen abdomen terdapat enam yang
seringkali menyatu menjadi hanya sebanyak dua hingga
lima segmen abdomen. Satu pasang appendages pada
thoraks bermodifikasi menjadi bagian mulut, sedangkan
tujuh pasang yang lain tidak bermodifikasi. Abdomen
memiliki enam pasang appendages yang bermuara pada
satu ujung yang disebut pleotelson.
Cymothoa sp.
 Siklus hidup
 Isopoda memiliki siklus hidup yang kompleks dengan
stadium dewasa baik jantan maupun betina yang
dapat ditemukan hidup sebagai parasit, walaupun
sebagian besar hidup bebas.
 Stadium telur menetas sebagai larva tingkat pertama
yang disebut naupsilus. Selanjutnya ditandai dengan
pergantian kulit, maka bertumbuh sebagai larva
tingkat selanjutnya. Stadium jantan dewasa akan
berkopulasi dengan stadium betina dewasa
 Sebaran
 Sebaran terutama pada wilayah-wilayah tropis dan
subtropis, jarang terdapat pada daerah yang bersuhu udara
cenderung dingin atau sedang.
 Tanda dan gejala
 Gejala yang ditimbulkan sebagai akibat infestasinya pada
manusia, mulai dari yang ringan yaitu iritasi ringan, gatal,
ruam, hingga karena secara biologi menghisap darah inang
sebagai konsumsi utama memenuhi energinya, maka jika
terjadi penghisapan dalam jumlah besar (walaupun ini
jarang), maka akan sangat mungkin terjadi anemia.
 Diagnosis
 Diagnosis pasti adalah dengan ditemukannya keberadaan
populasinya pada lokasi yang menjadi dugaan berdasarkan
keterangan yang didapatkan dari anamnesis penderita.
 Manajemen
 Dilakukan eliminasi dari stadium dewasa maupun larva
yang berinfestasi dengan berendam dalam air yang
mengandung NaCl dalam konsentrasi yang rendah.
 Pencegahan
 Tindakan pencegahan masih sukar, baik untuk mencegah
infestasi pada ikan maupun manusia.
Copepoda
 Definisi
 Salah satu dari tiga sub kelas yang merupakan anggota
subfilum Crustacea yang mikroskopis
 Genus Caligus sp., Ergasilus sp., Lernanthropus sp.,
dan Lernaea sp.
 Morfologi
 Dewasa berukuran antara 1 dan 5 mm. Tubuh
copepoda berbentuk silindrikonikal, bagian anterior
lebih lebar. memiliki exoskeleton yang keras, banyak
kaki yang digunakan untuk berenang dan
mengumpulkan makanan, tubuhnya tersegmentasi.
Caligus sp.
Ergasilus sp.
Lernanthropus sp.
Lernaea sp.
 Siklus hidup
 Copepoda memiliki siklus hidup yang kompleks dengan
stadium dewasa yang hidup dalam jangka waktu lama
adalah betina, yang dapat hidup bebas maupun sebagai
parasit.
 Stadium telur menetas sebagai larva tingkat pertama yang
disebut naupsilus. Selanjutnya ditandai dengan pergantian
kulit, maka bertumbuh sebagai larva tingkat selanjutnya.
Stadium jantan dewasa akan berkopulasi dengan stadium
betina dewasa, dan setelah kopulasi jantan dewasa akan
segera mati.
 Sebaran
 Sebaran terutama pada wilayah-wilayah tropis dan
subtropis, jarang terdapat pada daerah yang
bersuhu udara cenderung dingin atau sedang.
 Tanda dan gejala
 Infestasi Copepoda pada permukaan kulit manusia
dapat memberikan gejala yang ringan hingga
berat. Gejala ringan adalah timbulnya rasa gatal
dan iritasi. Gejala yang berat sampai dapat
menimbulkan keradangan dan abses.
 Diagnosis
 Pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis
terjadinya infestasi Copepoda adalah dengan dilakukan
kerokan kulit yang terdapat tanda dan gejala, dan disertai
keluhan, dan ditemukan stadium larva dan atau dewasanya
pada tersangka penderita.
 Manajemen
 Dilakukan eliminasi dari stadium dewasa maupun larva yang
berinfestasi dengan berendam dalam air yang mengandung NaCl
dalam konsentrasi yang rendah.
 Pencegahan
 Tindakan pencegahan masih sukar, baik untuk mencegah
infestasi pada ikan maupun manusia.
 REFERENSI
 Gerald D. Schmidt and Larry S. Roberts’ Foundations of
Parasitology 7th ed., Larry S. Roberts and John Janovy, Jr.
2006. Mc Graw Hill International Edition. Singapore
 Neva, F.A., & Brown, H.W. 1994. Basic Clinical
Parasitology. Norwalk: Appleton & Lange.
 Markell and Voge’s Medical Parasitology 9th Edition. David
T. John and William A. Petri, Jr. Elsevier Sauders. US

Anda mungkin juga menyukai