Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Kesehatan STIKes IMC Bintaro | Volume II, Nomor 2 – Juli 2018

PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL BENTENGAN TERHADAP


PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA KELAS 3
DI SEKOLAH DASAR NEGERI KUNCIRAN 9
TANGERANG TAHUN 2017

Ela Susilawati1, Ngemas Syifha Lulu Meiesyah1, Resna A Soerawidjaja1


Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Banten
_____________________________________________________________________________________

(Email: syifhalulu@gmail.com, Hp: 089657532112)

ABSTRAK
Latar Belakang. Dalam meningkatkan interaksi sosial pada anak usia sekolah dapat dilakukan dengan cara
bermain. Salah satu permainan tradisional yang mampu membentuk karakter positif pada anak-anak dan membentuk
suatu interaksi sosial anak yang baik yaitu permainan bentengan. Permainan secara berkelompok ini dibutuhkan
kerjasama yang baik sehingga dapat terciptanya suatu interaksi atau komunikasi yang baik pada siswa kelas 3 di
Sekolah Dasar Negeri Kunciran 9 Tangerang Tahun 2017.Metode Penelitian,rancangan penelitianmenggunakan
Mixed Methods. desain penelitian kuantitatif menggunakan desain penelitian pre eksperimental dengan pendekatan
one group pre-post test design, sedangkan metode penelitian kualitatif dengan studi kasus. Dengan jumlah sampel
kuantitatif sebanyak 32 orang yang terbagi menjadi 2 kelompok sedangkan sampel penelitian kualitatif sebanyak 6
orang. Analisa menggunakan uji Marginal Homogeneity.Hasil Penelitian,diketahui interaksi sosial pada siswa
sebelum dilakukan permainan tradisional bentengan 40,6% interaksi sosial siswa cukup dan 59,4% interaksi sosial
siswa kurang. Setelah dilakukan permianan tradisional bentengan menjadi 12,5% interaksi sosial siswa baik, 65,6%
interaksi sosial siswa cukup dan 21,9% interaksi sosial siswa kurang. Menunjukkan hasil sig (0,000) untuk
permainan tradisional bentengan yang berarti p value <0,05. Kesimpulan,hasil pada penelitian ini menunjukkan ada
pengaruh permainan tradisional bentengan terhadap peningkatan interaksi sosial pada siswa kelas 3.
Kata Kunci: anak,interaksi sosial, permainan, permainan tradisional bentengan.

129
Volume II, Nomor 2 – Juli 2018

Pendahuluan terjalin dengan adanya dukungan dari orang tua


Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu serta ditanamkannya sifat saling melengkapi,
selalu tumbuh dan berkembang sejak konsepsi sehingga anak-anak dapat mengerti pentingnya
sampai berakhirnya masa remaja. Hal ini yang sifat menghargai orang lain, termasuk bagaimana
membedakan anak dengan dewasa. Anak bukan mereka menghargai teman-teman bermainnya di
dewasa kecil. Anak menunjukkan ciri-ciri sekolah (Dhohiri, 2006).
pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai Anak yang kurang menghargai dan kurang
dengan usianya (Depkes RI, 2006). berinteraksi sosial dengan anggota keluarga
Menurut Infodatin (Pusat Data dan Informasi maupun teman sebaya, biasanya dipengaruhi oleh
Kementerian Kesehatan RI) populasi anak di adanya kemajuan teknologi yang biasa disebut
Indonesia pada tahun 2013 mencakup 37,66% dari gadget. Kemajuan teknologi yang semakin pesat
seluruh kelompok usia atau ada 89,5 juta ternyata juga mempengaruhi aktivitas bermain
penduduk termasuk dalam kelompok usia anak. anak. Sekarang, anak-anak lebih sering bermain
Berdasarkan kelompok usia, jumlah anak permainan digital seperti video games, playstation
kelompok usia 5-9 tahun sebanyak 23,3 juta jiwa (PS) dan games online. Permainan ini memiliki
(9,79%), dan kelompok usia 10-14 tahun kesan sebagai permainan modern karena
sebanyak 27,7 juta jiwa (9,55%). dimainkan menggunakan peralatan canggih, yang
sangat berbeda jika dibandingkan dengan
Anak merupakan individu yang sedang permainan tradisional. Kesan yang melekat pada
mengalami suatu proses perkembangan yang permainan modern ini terkadang membuat anak-
sangat pesat dan fundamental bagi proses anak saat ini lebih memilih untuk bermain
perkembangan selanjutnya. Anak usia sekolah permainan digital (Nur, 2013).
adalah anak usia 6-12 tahun, periode yang
kadang-kadang disebut masa anak-anak Dalam survei yang dilakukan oleh The Asian
pertengahan atau masa laten, mempunyai Parent Insight (2014) pada lingkup studi kawasan
tantangan baru. Kekuatan kognitif untuk Asia Tenggara, dengan melibatkan setidaknya
memikirkan banyak faktor secara simultan 2.417 orang tua yang memiliki gadget dan anak
memberikan kemampuan pada anak usia sekolah dengan usia 3-8 tahun pada 5 negara yakni
untuk mengevaluasi diri sendiri dan merasakan Singapura, Thailand, Philipina, Malaysia, dan
evaluasi teman-temannya. Tidak seperti bayi dan Indonesia. Dengan sejumlah sampel orang tua
anak usia prasekolah, anak- anak usia sekolah tersebut, diperoleh 3.917 sampel anak-anak
dinilai menurut kemampuannya untuk dengan usia 3-8 tahun. Terdapat 99% responden
menghasilkan hasil yang bernilai sosial, seperti anak-anak usia 3-8 tahun adalah pemilik gadget
nilai-nilai atau pekerjaan yang baik. tersebut, yaitu sebanyak 67% anak menggunakan
gadget milik orang tua mereka, 18% lainnya anak
Memasuki usia sekolah, anak-anak diatas menggunakan gadget milik saudara atau keluarga,
tujuh tahun mulai mengembangkan interaksi dan 14% sisanya anak menggunakan gadget milik
sosial di lingkungan tempatnya menimba ilmu. sendiri. Hasil survey ini membuktikan bahwa
Dari cara bergaulnya, sifat-sifat dominan yang bukan hanya pada orang dewasa, namun anak-
dimiliki seorang anak, ada yang berperilaku aktif anak juga sering bermain gadget. Anak yang
dengan banyak gerak serta ide-ide yang membuat sering bermain gadget akan menimbulkan dampak
interaksi sosial anak tercipta dengan baik, ada buruk bagi perkembangan sosialnya. Dengan
yang masih malu-malu, kurang aktif dan selalu demikian, anak menjadi kurang berinteraksi sosial
mengandalkan temannya. Proses interaksi sosial pada lingkungan sekitar, baik lingkungan rumah
itupun tidak dapat berjalan dengan lancar. Dari maupun lingkungan sekolah (Fajrin, 2015).
semua itu, sepatutnyalah orang tua waspada
mengenai pergaulan anak-anak dan kebiasaan Dalam meningkatkan interaksi sosial pada
yang kemudian tercipta dalam proses interaksi anak usia sekolah dapat dilakukan dengan cara
sosialnya disekolah (Dhohiri, 2006). bermain. Karena seperti yang diketahui, dunia
anak adalah dunia bermain. Melalui kegiatan
Keseimbangan dan kualitas interaksi sosial bermain semua aspek perkembangan anak
anak terutama pada anak usia sekolah dapat ditumbuhkan sehingga anak-anak menjadi lebih

130
Jurnal Kesehatan STIKes IMC Bintaro

sehat sekaligus cerdas, anak-anak mempelajari lawan, maka pemain penantang dinyatakan mati.
banyak hal penting. Dengan bermain bersama Biasanya pemain penantang akan berlari
teman, anak-anak akan lebih terasah rasa menghindar atau kembali ke bentengnya sendiri
empatinya, mereka juga bisa mengatasi penolakan untuk pertahanan. Agar pemain yang keluar dari
dan dominasi, serta bisa mengelola emosi. Selain benteng pertama selamat dari lawan, dapat dibantu
itu, bermain adalah usaha mengubah tingkah laku dengan pemain kedua yang keluar dari benteng
bermasalah. Bermain merupakan media yang baik dan melawan pemain yang ingin mengalahkan
untuk berinteraksi sosial dengan teman sebayanya, teman kita sebelumnya. Artinya teman-teman dari
karena dengan bermain anak-anak belajar benteng penantang ini akan mengejar pemain dari
menyesuaikan diri dengan lingkungan (Andriana, benteng lawan yang memburu tadi. Demikian
2013). seterusnya sehingga saling kejar mengejar antara
pemain kedua benteng. Permainan secara
Permainan tradisional sangatlah populer berkelompok ini dibutuhkan kerja sama yang baik
sebelum adanya teknologi yang masuk ke sehingga dapat terciptanya suatu interaksi atau
Indonesia. Dahulu, anak-anak bermain dengan komunikasi yang baik antara anak-anak.
menggunakan alat seadanya. Namun kini, mereka
sudah bermain dengan permainan-permainan Metode Penelitian
berbasis teknologi yang berasal dari luar negeri
dan mulai meninggalkan permainan tradisional. Penelitian ini telah dilaksanakan selama 2
Permainan tradisional perlahan-lahan mulai minggu terhitung tanggal 19Juli 2017 sampai
terlupakan oleh anak-anak Indonesia. Bahkan, dengan 02 Agustus 2017. Penelitian ini
tidak sedikit dari mereka yang sama sekali belum menggunakan metode kombinasi (mixed method).
mengenal permainan tradisional. Salah satu Metode penelitian kombinasi adalah metode
permainan tradisional yang mampu membentuk penelitian yang menggabungkan antara metode
karakter positif pada anak-anak dan membentuk kuantitatif dan metode kualitatif. Teknik
suatu interaksi sosial anak yang baik yaitu pengambilan sampel menggunakan purposive
permainan bentengan. sampling yaitu didasarkan pada suatu
pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti
Permainan bentengan merupakan permainan sendiri. Dengan sampel responden yang telah
tradisional dimana permainan ini dimainkan ditetapkan sebanyak 29 responden, dan peneliti
secara berkelompok untuk mempertahankan menambahkan responden untuk mengantisipasi
benteng masing-masing agar bisa memenangkan adanya drop out selama proses penelitian maka
permainan. Permainan bentengan ini tidak estimasi ditambahkan 10%, menjadi 32
memerlukan peralatan yang khusus dan banyak, responden,selama proses penelitian berjalan tidak
hanya memanfaatkan lingkungan sekitar yang ada responden keluar maka dari itu hasil
cukup luas. Jumlah anggota kedua kelompok penelitian responden tetap ditulis sebanyak 32
harus sama, banyak atau sedikitnya anggota responden yang terbagi menjadi 2 kelompok pada
tergantung jumlah anak dan kesepakatan dalam saat intervensisetiap minggunya dilakukan 2 kali
menentukan jumlah pemain. Biasanya anggota pertemuan pada masing-masing kelompok. Setiap
kelompok permainan bentengan berjumlah 6-10 pertemuan dilakukan selama 60 menit.
orang untuk satu benteng. Benteng bisa ditentukan
dengan sebuah tiang, pohon atau tembok. Untuk Sebelum penelitian dilakukan kepada 32
memainkan permainan ini tidak diperlukan waktu responden penelitimemberikan penjelasan kepada
yang khusus, artinya dalam satu set permaian ini siswa/i yang terpilih menjadi responden mengenai
ditentukan ketika salah satu regu dapat menyentuh maksud tujuan dan cara melakukan permainan
benteng lawan. tradisional bentengan Selanjutnya jika siswa/i
bersedia menjadi responden penelitian ini, maka
Permainan ini dimulai dengan majunya salah responden atau guru selaku wali kelas
satu pemain dari salah satu benteng untuk dipersilahkan untuk menandatangani lembar
menantang para pemain dari benteng lawannya. persetujuan (informed consent) menjadi
Pemain dari benteng lawannya akan maju untuk responden. Kemudian peneliti langsung
mengejar. Jika pemain dari benteng penantang ini melakukan pretest kepada 32 responden, yang
dapat terkejar dan dapat disentuh oleh pemain dilaksanakan pada tanggal 18 Juli 2017. Setelah

131
Volume II, Nomor 2 – Juli 2018

data pretest pada 32 responden terkumpul, peneliti interaksi sosial baik yaitu siswa yang memiliki
melakukan pemilihan untuk pembagian pada skor skala likert 15-21 tidak ada, dengan kategori
kedua kelompok sehingga kriteria pada kedua interaksi sosial cukup yaitu siswa yang memiliki
kelompok tersebut sama atau sebanding,dimana skor skala likert 8-14 sebanyak 13 responden
kriteria untuk pengukuran interaksi sosial siswa (40,6%) dan kategori interaksi sosial kurang yaitu
pada penelitian ini didapatkan hasil skor pada siswa yang memiliki skor skala likert 0-7
skala likert dengan 15-21 (interaksi sosial baik), sebanyak 19 responden (59,4%). Jadi dapat ditarik
8-14 (interaksi sosial cukup) dan 0-7 (interaksi kesimpulan bahwa interaksi sosial pada siswa
sosial kurang). Setelah itu peneliti melakukan kelas 3 SDN Kunciran 9 Tangerang sebelum
intervensi permainan tradisional bentengan (pretest) diberikan permainan tradisional
dimana pada masing-masing kelompok dilakukan bentengan dengan jumlah sampel 32 responden
2 kali. paling banyak dengan kategori interaksi sosial
kurang.
Beberapa kendala dalam proses penelitian
ini adalahwaktu yang ditentukan untuk memulai Interaksi sosial pada anak-anak yang
melakukan intervensi berubah-ubah hal ini memasuki usia sekolah sudah mulai pada tahap
dikarenakan responden harus melakukan kegiatan yang patut mendapat pengawasan. Beragam
belajar mengajar terlebih dahulu, maka dari itu karakter mulai terlihat, ada yang cepat sekali
jadwal dalam menentukan intervensi akan selalu marah dan mau menang sendiri, ada si pendiam
berubah-ubah, namun intervensi permainan yang bersifat penurut, ada pula yang sudah
tradisional bentengan tetap dilakukan sesuai tampak berbakat menjadi pemimpin. Bahkan,
waktu yang telah ditetapkan. tampak juga yang sudah memiliki ego lebih tinggi
dari temannya, mulai menjadi trouble maker
Hasil Penelitian dan Pembahasan dengan kenakalannya dan menakut-nakuti
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan temannya yang dirasa lemah (Dhohiri, 2006).
terhadap 32 responden di Sekolah Dasar Negeri
Sesuai dengan pendapat (Widhianto &
Kunciran 9 Tangerang bulan juli sampai dengan
Sugiyo, 2015) apabila interaksi sosial dengan
bulan agustus tahun 2017, diperoleh data sebagai
teman sebaya itu sifatnya positif, hal itu akan
berikut:
sangat berguna bagi perkembangan anak tersebut.
Tabel 5.1 Akan tetapi apabila interaksi sosial dengan teman
sebaya itu cenderung negatif atau menyimpang,
Persentase interaksi sosial sebelum dilakukan hal itu dikhawatirkan akan membentuk perilaku
permainan tradisional bentengan pada siswa kelas sosial yang menyimpang pada diri siswa sehingga
3 di SDN Kunciran 9 Tangerang Tahun 2017. ini akan mengganggu proses pendidikan di
Sebelum sekolah. Penyebab interaksi sosial kurang yang
Tingkat Interaksi sering terjadi pada anak adalah anak-anak yang
Sosial Jumlah Persentase mempunyai sikap dan perilaku seperti tidak mau
bekerjasama, sering menentang, tidak bisa
Interaksi Sosial Baik 0 0
mengontrol emosi, dan menarik diri dengan
Interaksi Sosial 13 40,6 teman-teman seperti menyendiri serta pendiam.
Cukup Maka apabila hal ini tidak ditangani akan
berdampak buruk pada proses interaksi sosial
Interaksi Sosial 19 59,4 siswa terhadap teman sebayanya di sekolah.
Kurang
Berdasarkan hasil wawancara sebagian
Total 32 100
besar interaksi siswa/i cenderung memiliki
perilaku pendiam dalam berinteraksi sosial.

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa “... ...yaa... untuk interaksi sosial anak-anak sih
interaksi sosial pada siswa kelas 3 SDN Kunciran yang saya lihat mereka pendiam... ...” (I.1)
9 Tangerang sebelum (pretest) diberikan “... ...interaksi anak-anak di sekolah itu ada yang
permainan tradisional bentengan dengan kategori memang pendiam sekali karna kan terlihat suka

132
Jurnal Kesehatan STIKes IMC Bintaro

jarang gabung sama temen-temennya yang lain... Permainan tradisional bentengan


...” (I.3) mempunyai kemampuan untuk melibatkan anak
dalam proses interaksi sosial secara aktif. Hal ini
Setelah memahami pentingnya individu dikarenakan bentengan menjadi media anak untuk
(siswa) memiliki kemampuan berinteraksi sosial bersosialisasi karena permainan ini dimainkan
yang baik dengan teman sebaya, maka salah satu secara bersama-sama (Danarti, 2010).
upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi
kurangnya siswa dalam melakukan interaksi sosial Melalui layanan bimbingan kelompok
dengan teman sebaya melalui bimbingan dengan teknik permainan tradisional bentengan ini
kelompok dengan menggunakan teknik permainan setiap individu diberikan kesempatan untuk
tradisional bentengan. (Danarti, 2010). berinteraksi antar pribadi yang khas. Kegiatan
bimbingan kelompok dengan teknik permainan
Tabel 5.2 tradisional bentengan memungkinkan setiap
Persentase interaksi sosial sesudah dilakukan anggotanya untuk saling belajar mengungkapkan
permainan tradisional bentengan pada siswa kelas dan mendengarkan dengan baik, seperti
3 di SDN Kunciran 9 Tangerang Tahun 2017. berpendapat, ide, saran, tanggapan, serta tanggung
jawab terhadap pendapat yang telah dikemukakan
Sesudah saat melakukan permainan. Siswa juga belajar
Tingkat Interaksi
Sosial menghargai pendapat teman-temannya, mampu
Jumlah Persentase menahan dan mengendalikan emosi yang bersifat
Interaksi Sosial 4 12,5 negatif, belajar bertenggang rasa, dan menjadi
Baik akrab satu sama lain. Siswa yang mengikuti
kegiatan bimbingan kelompok dengan teknik
Interaksi Sosial 21 65,6 permainan tradisional bentengan dapat secara
Cukup langsung berlatih menciptakan dinamika
kelompok, yakni berlatih bekerjasama, berbicara,
Interaksi Sosial 7 21,9 menanggapi, mendengarkan dan bertenggang rasa
Kurang dalam suasana kelompok (Yuniati, Setyowani &
Saraswati, 2013).
Total 32 100
Permainan tradisional bentengan yang
diterapkan pada responden mampu
Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa memperlihatkan kerjasama antara satu sama lain
interaksi sosial pada siswa kelas 3 SDN Kunciran dan terlihat jadi lebih sering berdiskusi, hal ini
9 Tangerang sesudah (posttest) diberikan dikatakan oleh sebagian informan. Berikut
permainan tradisional bentengan selama 2 minggu kutipannya:
terdapat peningkatan interaksi sosial pada siswa
kelas 3 SDN Kunciran 9 Tangerang dengan “... ...anak main dilapangan terlihat kompak ya
kategori interaksi sosial baik terjadi peningkatan ada kerjasama antar anggota kelompok, terlihat
menjadi 4 responden (12,5%), dengan kategori ya bahwa anak-anak jadi sering diskusi... ...” (I.1)
interaksi sosial cukup yaitu sebanyak 21 “... ...main benteng-bentengan jadi anak-anak
responden (65,6%) dan kategori interaksi sosial satu sama lain kerjasamanya bagus klo menurut
kurang yaitu sebanyak 7 responden (21,9%). Jadi saya... ...” (I.2)
dapat ditarik kesimpulan bahwa interaksi sosial
pada siswa kelas 3 SDN Kunciran 9 Tangerang Dari hasil wawancara di atas dan sesuai
sesudah (posttest) diberikan permainan tradisional kondisi di lapangan dapat ditarik kesimpulan
bentengan dengan jumlah sampel 32 responden bahwa, setelah mengikuti permainan tradisional
dalam penelitian ini terjadi peningkatan. Dengan bentengan ini terlihat bahwa responden sudah
kata lain peningkatan interaksi sosial terjadi mulai aktif untuk berinteraksi dengan teman-
setelah siswa melakukan kegiatan permainan teman yang lain, bukan hanya dengan teman
secara berkelompok yaitu permainan tradisional dekatnya saja. Hal ini terlihat pada saat
bentengan. melakukan permainan bentengan, responden
mampu bekerja sama dengan anggota lain dalam

133
Volume II, Nomor 2 – Juli 2018

bermain, dimana anggota mengikuti perintah berinteraksi sosial dengan baik. Hal tersebut dapat
ketua kelompok serta memberi usulan, responden dilihat dari perilaku responden yang dapat
yang menjadi ketua kelompok juga memberi mengaplikasikan interaksi sosial dengan baik di
usulan strategi pada kelompoknya. lingkungan sekolah setelah diberikan perlakuan.
Namun ada beberapa responden yang
Tabel 5.3 menunjukkan kurangnya keberhasilan perlakuan,
Pengaruh sebelum dan sesudah dilakukan hal ini dapat dilihat dari tujuh responden yang
permainan tradisional bentengan terhadap masih memiliki karakteristik interaksi sosial
peningkatan interaksi sosial pada siswa kelas 3 di dengan kategori kurang. Dalam interaksi sosial
SDN Kunciran 9 Tangerang Tahun 2017. terdapat faktor-faktor yang ikut mempengaruhi
interaksi sosial dan yang menentukan berhasil
Posttest tidaknya suatu hubungan interaksi sosial. Salah
satunya adalah masalah yang terjadi pada masing-
P Value

masing individu, hal ini menyebabkan kurangnya


Total
Kurang
Cukup
Baik

keberhasilan interaksi sosial. Responden


mempunyai rasa kurangnya percaya diri bergaul
dengan teman-temannya, terlihat responden
Baik 0 0 0 0 0,000 membatasi diri di lingkungan sosialnya,
responden cenderung diam ketika berada di kelas
Pretest

Cukup 4 9 0 13 dan hanya bergaul dengan beberapa teman yang


Kurang 0 12 7 19
akrab dengannya saja. Seperti pada saat
berlangsungnya permainan responden memilih-
Total 4 21 7 32 milih teman saat bermain sehingga tidak mau
berbaur dengan yang lain, tidak mau bekerjasama
Hasil analisis pada tabel 5.3 diatas dengan anggota yang lain, tidak aktif dalam
menunjukkan 32 responden dengan interaksi permainan, tidak mau menerima kritikan dari
sosial sebelum dan sesudah dilakukan permainan teman-temannya, memiliki ego tinggi dimana
tradisional bentengan adalah 4 responden dalam tidak bisa menerima kekalahan saat bermain serta
kategori interaksi sosial cukup mengalami tidak aktif dalam kegiatan yang dilakukan secara
peningkatan menjadi interaksi sosial baik, bersama-sama di sekolah yaitu kegiatan saat mata
sebelum dan sesudah dilakukan permainan pelajaran olahraga seperti senam, social play
tradisional bentengan 9 responden tetap dalam seperti bermain bermain tikus dan kucing serta
kategori cukup, 12 responden yang sebelum bermain ular naga panjang.
diakukan permainan tradisional bentengan
mengalami peningkatan dari kategori interaksi Hal ini berbeda dengan responden yang
sosial kurang menjadi interaksi sosial cukup, dan mengalami peningkatan pada interaksi sosialnya,
7 responden tetap dalam kategori interaksi sosial ada faktor-faktor yang mendukung dalam
kurang. Angka significancy menunjukkan angka peningkatan interaksi sosial responden
0,000 yang berarti bahwa P < (0,05) pada taraf diantaranya yaitu adanya kegiatan yang dilakukan
signifikan 5% maka Ho ditolak. Hal ini sesuai secara bersama-sama seperti kegiatan yang
dengan teori Hastono (2007:95), bila nilai p ≤ α, dilakukan dengan aktif saat mata pelajaran
maka keputusannya adalah Ho ditolak dan bila olahraga seperti senam, social play yaitu bermain
nilai p ≥ α, maka keputusannya adalah Ho gagal tikus dan kucing serta bermain ular naga panjang,
ditolak. Pada uji marginal homogeneity, nilai p aktif berdiskusi saat kegiatan belajar kelompok di
adalah 0,000. Hal ini berarti bahwa terdapat kelas, serta pada saat permainan berlangsung
pengaruh yang signifikan dari permainan responden aktif bekerjasama dengan teman yang
tradisional bentengan terhadap peningkatan lain juga mampu berbaur dengan teman-teman
interaksi sosial pada siswa kelas 3 di SDN yang lain.
Kunciran 9 Tangerang Tahun 2017. Hal ini dikarenakan kegiatan yang
Peningkatan interaksi sosial yang berkelompok seperti permainan tradisional
signifikan menandakan responden dapat bentengan memiliki nilai-nilai yang baik untuk
anak, seperti dalam permainan bentengan setiap

134
Jurnal Kesehatan STIKes IMC Bintaro

pemain harus berlaku jujur. Misalnya, saat pemain Kesimpulan


tersentuh oleh lawan, ia harus mengakui bahwa ia Berdasarakan hasil penelitian selama 2
sudah tertangkap lawan. Dengan begitu dalam minggu terhitung tanggal 19 Juli sampai dengan
kehidupan sehari-hari anak akan jujur dalam 02 Agustus 2017, mengenai Pengaruh Permainan
berkata dan bertindak. Permainan bentengan Tradisional Bentengan Terhadap Peningkatan
menjunjung tinggi nilai keberanian, misalnya, Interaksi Sosial Pada Siswa Kelas 3 Di Sekolah
berani menyerang, mengusulkan strategi, dan Dasar Negeri Kunciran 9 Tangerang Tahun 2017
mengakui kekalahan. dapat disimpulkan sebagai berikut:
Berdasarkan hasil wawancara yang 1. Persentase interaksi sosial sebelum dilakukan
dilakukan, peneliti melihat adanya kerjasama permainan tradisional bentengan pada siswa
sesudah dilakukannya permainan tradisional kelas 3 di SDN Kunciran 9 Tangerang adalah
bentengan terhadap interaksi sosial antar siswa dengan kategori interaksi sosial baik
responden. Hal ini dikatakan oleh sebagian tidak ada (0%), dengan kategori interaksi
informan, berikut kutipannya: sosial cukup sebanyak 13 responden (40,6%)
“... ...ada ya banyak perubahannya yang saya dan dengan kategori interaksi sosial kurang
lihat sekarang ini ya, anak-anak itu jadi lebih sebanyak 19 responden (59,4%).
bekerja sama dengan teman-temannya... ...” (I.1) 2. Persentase interaksi sosial sesudah dilakukan
permainan tradisional bentengan pada siswa
“... ...setelah main ya lumayan perubahannya kelas 3 di SDN Kunciran 9 Tangerang adalah
untuk interaksi sesama temennya, disini sih siswa dengan kategori interaksi sosial baik
terlihat sekali yang anak-anak jadi lebih sering sebanyak 4 (12,5%), interaksi sosial cukup
bekerja sama... ...” (I.3) sebanyak 21 (65,6%), dan interaksi sosial
kurang sebanyak 7 (21,9%).
Sesuai dengan pendapat dari (Mulyani, 3. Ada pengaruh yang signifikan sebelum dan
2011) kegiatan yang dilakukan secara sesudah dilakukan permainan tradisional
berkelompok dapat berpeluang mengembangkan bentengan terhadap peningkatan interaksi
emosi dan sosial anak. Hal ini dapat dilihat dari sosial pada siswa kelas 3 di SDN Kunciran 9
komunikasi dan interaksi yang terjalin ketika Tangerang dengan nilai p value 0,000 < 0,05.
mengikuti permainan. Semua anak berperan
secara aktif dalam mensukseskan permainan. DAFTAR PUSTAKA
Layanan bimbingan dengan teknik social Andriana, D. (2013). Tumbuh Kembang dan
play akan membantu anak melatih komunikasi Terapi Bermain pada Anak. Jakarta:
dan sosialisasi mereka dan dapat langsung Salemba Medika.
diterapkan dalam bentuk permainan social play
Danarti, D. (2010). 52 Fun Family Full Games.
yang didalamnya melibatkan interaksi antar
Yogyakarta: ANDI.
anggota kelompoknya seperti permainan
tradisional bentengan, yang melatih kemampuan Dhohiri, T. R. (2006). Pengenalan Sosiologi.
anak dalam bekerjasama (Khamid & Supriyo, Jakarta: Ghalia Indonesia Printing
2015).
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Dimana tujuan umum dari layanan (2011). Profil Kesehatan Indonesia2010.
bimbingan kelompok yaitu berkembangnya Jakarta.
kemampuan sosialisasi siswa, khususnya
kemampuan komunikasi pada siswa, sedangkan Fajrin, O. R. (2015). Hubungan Tingkat
teknik permainan social playing ditandai dengan Penggunaan Teknologi Mobile Gadget dan
bermain bersama, yang didalamnya ada interaksi Eksistensi Permainan Tradisional Pada
dalam kelompok, siswa dalam kelompok mampu Anak Sekolah Dasar. Jurnal Idea Societa,
melibatkan diri dalam kerjasama dan ikut bermain 2(6), 1-33.
(Rizkiana & Sutoyo, 2014). Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI (2014). Kondisi Pencapaian
Program Kesehatan Anak Indonesia. (2-

135
Volume II, Nomor 2 – Juli 2018

12). Jakarta.
http://www.depkes.go.id/download.php?file
=download/pusdatin/infodatin-anak.pdf
Khamid, I. F., & Supriyo. (2015). Meningkatkan
Interaksi Sosial Melalui Layanan
Bimbingan Kelompok Dengan Teknik
Social Play. Indonesian Journal of
Guidance and Counseling, 4(4), 21-25.
Nur. H. Membangun Karakter Anak Melalui
Permainan Anak Tradisional. Jurnal
Pendidikan Karakter. 3(1), 87-94.
Rizkiana, N., Sugiyo., & Sutoyo, A. (2014).
Meningkatkan Interaksi Sosial Siswa
Melalui Layanan Bimbingan Kelompok
Teknik Permainan Social Playing.
Indonesian Journal of Guidance and
Counseling, 3(4), 1-6.
The Asian Parent. Survey Tentang Smartphone &
Tablet Hasilnya Mengejutkan. Diambil
tanggal 14 maret 2017. Dari
https://www.google.com/hasil-survey-
smartphone-yang-mengejutkan/amp/
Widhianto. W., & Sugiyo. (2015). Pengaruh
Bimbingan Kelompok Teknik Sosiodrama
Terhadap Interaksi Sosial dengan Teman
Sebaya. Indonesian Journal of Guidance
and Counseling, 4(4), 52-58.
Yuniati., Setyowati, N., & Saraswati, S. (2013).
Upaya Meningkatkan Kemampuan
Interaksi Sosial Siswa Melalui Bimbingan
Kelompok dengan Teknik Permainan.
Indonesian Journal of Guidance and
Counseling, 2(3), 24-31.

136

Anda mungkin juga menyukai