Anda di halaman 1dari 29

CASE REPORT

“OSTEOARTRITIS LUTUT BILATERAL KELLGREN AND LAWRENCE


III”

Oleh:
I Kadek Prapta Adhi Wibawa
1902612044

Penguji:
dr. I Wayan Suryanto Dusak, Sp. OT (K)

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


DEPARTEMEN/KSM ORTHOPEDI DAN TRAUMATOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
RSUP SANGLAH DENPASAR
2021
CASE REPORT

“OSTEOARTRITIS LUTUT BILATERAL KELLGREN AND LAWRENCE III”

Oleh:
I Kadek Prapta Adhi Wibawa
1902612044

Penguji:
dr. I Wayan Suryanto Dusak, Sp. OT (K)

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


DEPARTEMEN/KSM ORTHOPEDI DAN TRAUMATOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
RSUP SANGLAH DENPASAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat-Nya maka Journal Reading dengan topik “Osteoartritis
Lutut Bilateral Kellgren and Lawrence III” ini dapat selesai pada
waktunya. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat mengikuti
Kepaniteraan Klinik Madya (KKM) di Departemen/KSM Orthopedi dan
Traumatologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah. Pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini.
Ucapan terima kasih penulis tujukan kepada:
1. dr. K.G. Mulyadi Ridia, Sp.OT (K) selaku Ketua Departemen/KSM
Orthopedi dan Traumatologi FK UNUD/ RSUP Sanglah Denpasar.
2. dr. I Wayan Subawa, Sp.OT (K) selaku koordinator pendidikan
profesi dokter di Departemen/KSM Orthopedi dan Traumatologi
FK UNUD/ RSUP Sanglah Denpasar.
3. dr. I Wayan Suryanto Dusak, Sp.OT (K) selaku pembimbing dan
penguji atas waktu dan kesediaannya menguji sekaligus
memberikan saran dan masukan.
4. Seluruh pihak yang membantu penulis dalam penyusunan case
report ini.
Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna dan banyak
kekurangan, sehingga saran dan kritik pembaca yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan penulisan journal reading ini.
Semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Denpasar, 23
Mei 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ....................................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................................ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................iv
DAFTAR TABEL .....................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1
BAB II TINJUAN PUSTAKA ..................................................................................2
2.1. Definisi ...............................................................................................................2
2.2 Epidemiologi ......................................................................................................2
2.3 Faktor Risiko......................................................................... .............................2
2.4 Manifestasi Klinis...............................................................................................3
2.5 Patofisiologi .......................................................................................................3
2.6 Diagnosis............................................................................................................4
2.7 Penatalaksanaan .................................................................................................6
BAB III LAPORAN KASUS ...................................................................................9
3.1 Identitas Pasien....................................................................................................9
3.2 Anamnesis ..........................................................................................................9
3.3 Pemeriksaan Fisik.............................................................................................. 10
3.4 Pemeriksaan Penunjang .................................................................................... 13
3.5 Diagnosis Kerja ................................................................................................ 15
3.6 Tatalaksana........................................................................................................ 15
BAB IV PEMBAHASAN .......................................................................................16
BAB V SIMPULAN............................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................20

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Klasifikasi Kellgren - Lawrence pada osteoarthritis lutut …...……….6


Gambar 2 Alur tatalaksana osteoartritis menurut American Academy of Family
Physician (AAFP).
……………………………………………………………….7
Gambar 3 Foto klinis pasien (24 Mei 2021)………………………………...…...12
Gambar 4 Foto Genu dextra et sinistra AP/Lateral (28/04/2021)………...……...14
Gambar 5 Foto Skyline dextra et sinistra AP tanggal (28/04/2021).………….....14

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Klasifikasi diagnosis Osteoartritis berdasarkan kriteria American College of


Rheumatology (ACR).…………………………………………………………....5
Tabel 2 Hasil pemeriksaan hematologi lengkap……………………………...…..13

v
BAB I
PENDAHULUAN

Osteoartritis adalah salah satu bentuk artritis yang paling sering ditemukan
di masyarakat, bersifat kronis, berdampak besar dalam masalah kesehatan
masyarakat. Osteoartritis dapat disebabkan oleh etiologi yang berbeda-beda,
namun mengakibatkan kelainan bilologis, morfologis dan keluaran klinis yang
sama. Proses penyakitnya tidak hanya mengenai tulang rawan sendi namun juga
mengenai seluruh sendi, termasuk tulang subkondral, ligamentum, kapsul dan
jaringan sinovial serta jaringan ikat periartikular.1 Osteoartritis merupakan
penyakit degeneratif yang mengenai dua per tiga orang yang berumur lebih dari
65 tahun, dengan prevalensi 60,5% pada pria dan 70,5% pada wanita. Karena
sifatnya yang kronik progresif, osteoartritis memiliki dampak sosio ekonomik
yang besar di negara maju dan di negara berkembang.2
Penyakit ini ditandai oleh adanya abrasi tulang rawan sendi dan adanya
pembentukan tulang baru yang irregular pada permukaan persendian. Pada
stadium lanjut tulang rawan sendi dapat mengalami kerusakan yang ditandai
dengan adanya fibrilasi, fissura dan ulserasi yang dalam pada permukaan sendi.
Nyeri menjadi gejala utama terbesar pada sendi yang mengalami osteoartritis.
Rasa nyeri diakibatkan setelah melakukan aktivitas dengan penggunaan sendi dan
rasa nyeri dapat diringankan dengan istirahat.Trauma dan obesitas dapat
meningkatkan resiko osteoartritis. Namun baik penyebab maupun pengobatannya
belum sepenuhnya diketahui. Penyakit ini menyebabkan nyeri dan disabilitas
pada pasien sehingga dapat mengganggu aktifitas sehari-hari.2
Prevalensi osteoartritis meningkat pada usia 40 – 60 tahun,
bertambah secara linear dengan bertambahnya usia. Di negara maju, osteoartritis
menyebabkan beban pembiayaan kesehatan yang besar dibandingkan penyakit
muskuloskeletal lainnya, namun kerugian terbesar adalah kualitas hidup,
kesehatan mental, dan psikologis pasien.3

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Osteoarthritis berasal dari kata Yunani, yaitu osteo yang berarti tulang,
arthro yaitu sendi dan itis berarti radang atau inflamasi. Osteoartritis merupakan
suatu penyakit sendi degeneratif yang ditandai dengan terjadinya proses
kerusakan pada tulang rawan sendi dan tulang subkondral sehingga menyebabkan
nyeri pada sendi. Penyakit ini bersifat kronis, dapat mengenai satu atau lebih
sendi dan paling sering menyerang sendi lutut, panggul, vertebra dan pergelangan
kaki.1
2.2 Epidemiologi
Berdasarkan dari AAOS (American Academy of Orthopaedic Surgeons),
insiden osteoartritis lutut di Amerika Serikat diperkirakan mencapai 240 orang
per 100.000 tiap tahunnya. Pada tahun 2009, dikatakan lebih dari sebelas juta
pasien rawat jalan merupakan kasus osteoartritis. 2 Di Indonesia, pada tahun 2006,
penderita osteoartritis mencapai 5% pada usia di bawah 40 tahun, 30% pada usia
40-60 tahun, dan 65% pada usia di atas 60 tahun. Untuk osteoartritis lutut
prevalensinya di Indonesia juga cukup tinggi yaitu mencapai 15,5% pada laki-laki
dan 12,7% pada perempuan dari seluruh penderita osteoartritis.3
2.3 Faktor Resiko
Sebelumnya osteoarthritis dinilai sebagai suatu konsekuensi normal dari
proses penuaan dan konsekuensi mekanis dari "wear and tear", sehingga
mengarah ke istilah penyakit sendi degeneratif. Namun, sekarang disadari bahwa
osteoarthritis merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh mekanisme
multifactorial dan kompleks. Osteoarthritis lutut dapat dihubungkan dengan factor
risiko sebagai berikut.4
1. Usia
Faktor resiko yang sangat dipertimbangkan pada penyakit osteartritis
adalah usia yang biasanya terjadi paling banyak pada usia lebih dari 50
tahun. Mekanismenya masih belum jelas, namun sangat berkaitan dengan
proses biologis pada sendi.3,

2
3

2. Jenis kelamin
Prevalensi osteoartritis lebih meningkat pada jenis kelamin wanita
dibanding dengan pria. Diperkirakan akibat adanya disregulasi hormonal
yang terjadi pada wanita.3
3. Faktor herediter
Faktor herediter juga berpengaruh terhadap kejadian osteoartritis, pada ibu
dengan osteoartritis pada sendi lutut, maka anaknya berpeluang besar
terkena penyakit yang sama.3
4. Obesitas
Obesitas merupakan faktor risiko osteoartritis yang dapat dimodifikasi.
Obesitas akan menyebabkan bertambah besarnya beban lutut saat posisi
berdiri, hal ini memiliki hubungan dengan terjadinya osteoartritis.6
5. Trauma, pekerjaan dan olahraga
Pekerjaan yang menyebabkan beban lutut meningkat dan dilakukan secara
terus-menerus dapat memicu terjadinya osteoarthritis. Olahraga yang berat
yang memicu cedera sendi juga dapat memicu terjadinya osteoarthritis.6
2.4 Manifestasi Klinis
Gejala dari osteoartritis lutut dapat bervariasi tergantung dari
penyebabnya. Gejala yang paling sering dikeluhkan penderita osteoartritis lutut
adalah nyeri disekitar sendi lutut. Nyeri yang dirasakan bisa tumpul, tajam, terus-
menerus, atau hilang timbul. Nyeri dapat dirasakan dari ringan hingga berat.
Lingkup gerak sendi dapat mengalami limitasi. Pada saat digerakkan secara aktif
mungkin dapat mendengar suara krepitasi dan bisa juga ditemukan kelemahan
otot. Pembengkakan, lutut terkunci (locking), gangguan berjalan (giving way)
merupakan permasalahan pada sendi lutut yang sering terjadi. Ketidakmampuan
tersebut, terutama yang berkaitan dengan rasa sakit sehingga dapat berdampak
negatif secara psikologis, yang kesemuanya dapat mengakibatkan penurunan
kualitas hidup.4

2.4 Patofisiologi
4

Berdasarkan dari etiologinya osteoartritis diklasifikasikan menjadi dua


kelompok, yaitu osteoartritis primer dan osteoartritis sekunder. Osteoartritis
primer disebut idiopatik karena disebabkan oleh faktor genetik yaitu dengan
adanya abnormalitas kolagen sehingga mudah rusak. Sedangkan osteoartritis
sekunder adalah penyakit yang didasari kelainan endokrin, inflamasi, metabolik,
pertumbuhan, mikro dan makro trauma, imobilitas yang terlalu lama serta faktor
risiko lainnya, seperti obesitas.8
Osteoartritis dapat dijelaskan sebagai suatau gangguan keseimbangan dari
metabolisme kartilago. Kondrosit adalah sel yang berperan dalam membentuk
matriks tulang rawan seperti proteglikan dan kolagen. 8 Apabila terjadi inflamasi
pada kondrosit maka akan mencetuskan keluarnya sitokin pro-inflamasi, seperti
IL-8 dan TNF-α. Sitokin pro-inflamasi inilah yang menurunkan sintesis kolagen
dan meningkatkan mediator katabolik dan zat inflamatori seperti
metalloproteases, IL-8, IL-6, prostaglandin E2 (PGE2), dan nitric oxide (NO).9
Peningkatan mediator katabolik mendorong terjadinya apoptosis kondrosit.
Keadaan inilah yang memicu terjadinya perubahan biomekanik dari tulang rawan,
sehingga tulang rawan sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya. Sinovial juga
mengalami gangguan seperti halnya kartilago; ditandai dengan penebalan dan
efusi pada sinovium pada fase awal osteoartritis lutut. Pada artroskopi ditemukan
kelainan sinovia pada lebih dari 50% penderita osteoartritis lutut, sebagian besar
tidak disertai manifestasi klinis sinovitis. Peradangan sinovial biasanya ditemukan
di sekitar kerusakan tulang dan kartilago.10,11
2.5 Diagnosis
Diagnosis pada osteoartritis didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik
serta pemeriksaan penunjang. Untuk mendiagnosis osteoartritis lutut dapat
ditegakkan dengan temuan klinis atau dengan kombinasi temuan klinis dan
radiologi. Menurut The European League Against Rheumatism, diagnosis
osteoartritis memerlukan tiga gejala dan tiga tanda. Tiga gejala terdiri dari nyeri
persisten, kekakuan sendi di pagi hari, dan menurunnya fungsi sendi, sedangkan
tiga tanda adalah krepitasi, range of motion berkurang, dan pembesaran tulang.
Makin banyak gejala dan tanda, makin besar kemungkinan osteoartritis. 12
5

Tabel 1. Klasifikasi diagnosis Osteoartritis berdasarkan kriteria American College of


Rheumatology (ACR).
B e r d a s a

dalam lima grade menurut Kellgren - Lawrence, yaitu:13


Grade 0 : Tidak ditemukan penyempitan ruang sendi atau perubahan reaktif.
Grade 1 : Penyempitan ruang sendi meragukan dengan kemungkinan bentukan
osteofit.
Grade 2 : Osteofit jelas, kemungkinan penyempitan ruang sendi.
Grade 3 : Osteofit sedang, penyempitan ruang sendi jelas, nampak sclerosis,
kemungkinan deformitas pada ujung tulang.
6

Grade 4 : Osteofit besar, penyempitan ruang sendi jelas, sklerosis berat, nampak
deformitas ujung tulang.

Gambar 1. (A) penyempitan ruang sendi meragukan dengan kemungkinan


bentukan osteofit (grade 1), (B) osteofit jelas, kemungkinan penyempitan ruang
sendi (grade 2), (C) Osteofit sedang, penyempitan ruang sendi jelas, nampak
sklerosis, kemungkinan deformitas pada ujung tulang (grade 3), (D) osteofit
besar, penyempitan ruang sendi jelas, sklerosis berat, nampak deformitas ujung
tulang (grade 4).14
2.5 Penatalaksanaan

Tujuan dari penatalaksanaan osteoartritis meliputi mengurangi atau


mengendalikan nyeri, mengoptimalkan fungsi gerak sendi, mengurangi
keterbatasan aktivitas fisik sehari-hari, menghambat progresivitas penyakit, dan
mencegah terjadinya komplikasi.1 Pilihan terapi dalam penatalaksanaan
osteoartritis dapat dibagi menjadi terapi bedah dan non bedah. Pada osteoartritis
lutut dengan Kellgren – Lawrence grade 1- 3, penatalaksanaannya dapat
7

dilakukan dengan terapi non-bedah, pada osteoartritis dengan Kellgren –


Lawrence grade 4 diindikasikan untuk dilakukan terapi pembedahan.12

Gambar 2. Alur tatalaksana osteoartritis menurut American Academy of Family


Physician (AAFP).
Terapi non farmakologi dapat berupa edukasi pasien yang bertujuan agar
pasien mengetahui secara garis besar terkait pengobatan osteoartritis, modifikasi
gaya hidup, apabila berat badab berlebih (BMI > 25) dilakukan program
8

penurunan berat badan untuk mencapai target BMI 18,5 -25, program latihan
aerobik, latihan fisik seperti latihan perbaikan lingkup gerak sendi, penguatan
otot-otot quadrisep, dan terapi okupasi meliputi proteksi sendi dan konservasi
energi.1
Terapi farmakologi digunakan untuk mengurangi rasa nyeri, obat analgetik
yang digunakan terdiri dari obat antiinflamasi non steroid (OANS), opiat dan
analgetik non opiate. Pendekatan terapi awal osteoartritis dengan gejala nyeri
ringan hingga sedang, dapat diberikan salah satu obat berikut ini, yaitu
acetaminophen (kurang dari 4 gram per hari) atau obat anti inflamasi non-steroid
(OAINS), apabila memiliki risiko sistim pencernaan dapat diberikan pemberian
obat pelindung gaster (gastro - protective agent). Untuk nyeri sedang hingga berat
yang disertai dengan pembengkakan sendi diberikan injeksi glukokortikoid
intraartikular seperti triamsinolone hexatonide 40 mg bertujuan untuk penanganan
nyeri jangka pendek. Pendekatan terapi alternatif dilakukan apabila terapi awal
tidak memberikan respon yang adekuat. Obat - obatan yang digunakan seperti
triamsinolone hexatonide 40 mg, terapi intraartikular seperti pemberian
hyaluronan atau kortikosteroid jangka pendek.1
Tindakan pembedahan dapat diindikasikan pada pasien dengan gejala
klinis osteoarthritis yang berat, gejala nyeri menetap atau bertambah berat setelah
mendapat terapi konvensional. Pasien yang mengalami keluhan progresif dan
mengganggu aktivitas fisik sehari-hari, keluhan nyeri mengganggu kualitas hidup
pasien seperti menyebabkan gangguan tidur (sleeplessness), kehilangan
kemampuan hidup mandiri, timbul gangguan psikiatri. Deformitas varus atau
valgus lebih dari 15 hingga 20 derajat pada osteoartritis lutut. Gejala mekanik
yang berat seperti gangguan berjalan (giving way), lutut terkunci (locking), tidak
dapat jongkok (inability to squat). Operasi penggantian sendi lutut (knee
replacement) dilakukan pada pasien dengan nyeri sendi pada malam hari yang
sangat mengganggu, kekakuan sendi yang berat, dan mengganggu aktivitas fisik
sehari-hari.1,15
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien


Nama :x
Usia : 54 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat :x
Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : PNS
Status Perkawinan : Menikah
Tanggal Pemeriksaan : 24 Mei 2021
3.2 Anamnesis
Keluhan utama : Nyeri kedua lutut
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien rujukan dari RSUD x, dengan keluhan nyeri lutut. Nyeri
kedua lutut dikeluhkan sejak dua tahun yang lalu, bertambah berat sejak 1
bulan terakhir. Awalnya nyeri dirasakan timbul pada lutut kiri kemudian
dirasakan juga nyeri pada lutut kanan. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-
tusuk, hilang timbul, dan tidak menjalar, hanya pada lutut. Nyeri dirasakan
terutama saat pasien berganti posisi (dari duduk ke berdiri dan dari berdiri
ke duduk). Nyeri berkurang bila pasien beristirahat. Pasien juga
mengeluhkan bengkak pada lutut kanan. Pasien mendengar ada bunyi
“krek” pada lutut saat akan mulai berjalan atau saat digerakkan. Pasien
juga mengeluhkan kaku pada pagi hari kurang dari 5 menit. Pasien masih
dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa menggunakan alat bantu dan
tanpa bantuan orang lain, namun pasien merasa kesulitan bila harus
berjalan jauh.
Riwayat penyakit terdahulu :
Pasien menyangkal penyakit sistemik seperti DM, Hipertensi, PJK,
penyakit metabolik seperti dislipidemia dan gout artritis

9
10

Riwayat penyakit keluarga :


Tidak ada keluarga pasien yang menderita sakit seperti ini.
Riwayat sosial :
Pasien sebagai PNS yang kesehariannya lebih banyak duduk dan
berdiri lama. Pasien mengatakan jarang berolahraga.
Riwayat alergi dan pengobatan :
Pasien tidak memiliki riwayat pengobatan tertentu sebelumnya,
menyangkal memiliki alergi terhadap obat dan makanan. Pasien
mengatakan rutin menkonsumsi jamu tradisional sudah sejak lama.
3.3 Pemeriksaan Fisik
1. Status present
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Kompos Mentis
GCS : E4V5M6
Tekanan darah : 130/80 mm/HG
Nadi : 75 x/menit
Respirasi : 16 x/menit
Suhu aksila : 37oC
Berat badan : 70 kg
Tinggi badan : 155 cm
IMT : 29,1 kg/m2
VAS : 3/10
2. Status general
Kepala : Normochepali
Leher : Deviasi trakea (-), pembesaran KGB (-)
Mata : Konjungtiva anemis -/-, reflek cahaya +/+, pupil bulat
isokor 3/3 mm , sklera ikterik -/-
THT : Rhinorrhea -/-, otorrhea -/-
Maksilofasial : Memar (-), swelling (-)
Thorax : Simetris
Cor : Inspeksi : Pulsasi iktus kordis tidk tampak
11

Palpasi : Ictus kordis teraba


Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : S1 S2 tunggal, regular, murmur (-)
Pulmo : Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis
Palpasi : Fremitus taktil N/N, pergerakan simetris
Perkusi : Sonor / sonor
Auskultasi : Vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : Inspeksi : Datar, pergerakan simetris
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani (+)
Ekstremiras : Ekstremitas superior : akral hangat, capillary refill < 2
detik.
3. Status lokalis regio genu dextra et sinistra
Regio genu dextra :
Look : Edema (-), kemerahan (-), deformitas (+) varus
Feel : Tenderness (+) medial side, arteri dorsalis pedis (+)
palpable, cafillary refill < 2 detik, normal sensation,
krepitasi (+).
Move : Active ROM Knee 0/110 lack of flexion, nyeri gerak (+)
Regio genu sinistra :
Look : Edema (-), kemerahan (-), deformitas (+) varus
Feel : Tenderness (-), arteri dorsalis pedis (+) palpable,
cafillary refill < 2 detik, normal sensation, krepitasi (+)
Move : Active ROM Knee 0/110 lack of flexion, nyeri gerak (+)
12

Gambar 3. Foto klinis pasien (24 Mei 2021).


13

3.4 Pemeriksaan Penunjang


1. Laboratorium 29/04/2021
Darah Parameter Hasil Satuan Nilai Keterangan
Lengkap Rujukan
WBC 5.97 103/µL 4.1 - 11.0
NE% 56.50 % 47 - 80
LY% 32.50 % 13 - 40
MO% 8.00 % 2.0 - 11.0
EO% 2.80 % 0.0 - 5.0
BA% 0.20 % 0.0 - 2.0
NE# 3.37 103/µL 2.50 -
7.50
LY# 1.94 103/µL 1.00 -
4.00
MO# 0.48 103/µL 0.10 -
1.20
EO# 0.17 103/µL 0.00 -
0.50
BA# 0.01 103/µL 0.0 - 0.1
RBC 4.27 106/µL 4.5 - 5.9
HGB 12.40 g/dL 13.5 -
17.5
HCT 38.80 % 41.0 -
53.0
MCV 90.90 fL 80.0 -
100.0
MCH 29.00 Pg 26.0 -
34.0
MCHC 32.00 g/dL 31 - 36
RDW 12.20 % 11.6 -
14.8
PLT 231.00 103/µL 150 - 440
MPV 9.90 fL 6.80 -
10.0
NLR 1.74 <= 3.13
Glukosa Glukosa Darah 81 mg/dL 70 - 140
Sewaktu (Sewaktu)
BUN/Ureum BUN 15.70 mg/dL 8.00 -
23.00
Creatinin Kreatinin 0.90 mg/dL 0.72 -
e-LFG 72.49 1.25 Rendah
>=90
Kalium (K) Kalium (K) - 3.96 mmol/L 3.50 -
Serum 5.10
Natrium (Na) Natrium (Na) – 135 mmol/L 136 - Rendah
Serum 145
14

2. Radiologi

PPT/INR INR 0.88 0.9 - 1.1 Rendah


PPT 10.1 Detik 10.8 - 14.4 Rendah
APTT APTT 23.9 Detik 24 - 36 Rendah

Gambar 4. Foto Genu dextra et sinistra AP/Lateral tanggal 28/04/2021

Gambar 5. Foto Skyline dextra et sinistra AP tanggal 28/04/2021.

Hasil pemeriksaan foto polos :


15

Foto Genu dextra et sinistra AP/Lateral tanggal 28/04/2021


Kesan :
Mengesankan OA Genu bilateral Grade III sesuai dengan kellgren
and Lawrence classification.
Foto Skyline dextra et sinistra AP tanggal 28/04/2021
Kesan :
Subluksasi medial os patella bilateral
OA Knee bilateral
3.5 Diagnosis
1. Oteoarthritis Knee Bilateral Kellgren and Lawrence III.
2. Obesitas grade I
3.6 Tatalaksana
1. Paracetamol 4 x 500 mg
2. Modifikasi gaya hidup dan program penurunan berat badan untuk
mencapai IMT yang ideal.
3. Modalitas elektroterapi seperti TENS dan NEMS
BAB IV
PEMBAHASAN

Pasien perempuan, usia 54 tahun rujukan dari RSUD Bajawa Nusa


Tenggara Timur datang dengan keluhan nyeri pada kedua lutut yang memberat
sejak 1 bulan yang lalu. Pasien sudah mengalami nyeri lutut sejak 2 tahun yang
lalu, awalnya nyeri dirasakan timbul pada lutut kiri kemudian dirasakan juga pada
lutut kanan. Nyeri dikatakan seperti ditusuk-tusuk, hilang timbul, dan tidak
menjalar, hanya pada lutut. Pasien merasakan nyeri terutama saat perubahan
posisi dari duduk ke berdiri dan sebaliknya. Pasien juga mengeluhkan kaku sendi
lutut pada pagi hari yang terjadi kurang dari 5 menit. Keluhan tersebut dikatakan
membaik setelah dilakukan peregangan dalam beberapa menit. Dalam
kesehariannya pasien masih dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa
menggunakan alat bantu dan tanpa bantuan orang lain, namun pasien mengeluh
kesulitan apabila harus berjalan jauh.
Pasien tampak sakit sedang dengan tanda vital masih dalam batas normal.
Pemeriksaan fisik umum dilakukan dengan pasien pada posisi terlentang dan
pemeriksa berada di sebelah kanan pasien. Pada pemeriksaan mata didapatkan
dalam batas normal. Pemeriksaan mulut dalam batas normal, Pada pemeriksaan
fisik leher didapatkan dalam batas normal. Pemeriksaan fisik thoraks didapatkan
thoraks simetris saat keadaan statis maupun dinamis, tidak didapatakan suara
nafas tambahan, dan jantung dalam batas normal. Pemeriksaan abdomen
didapatkan dalam batas normal. Pada pemeriksaan ektremitas dilakukan
pemeriksaan lokalis. Pemeriksaan lokalis pada regio genu dilakukan
dengan posisi pasien tidur terlentang. Pada regio genu dextra, pemeriksaan look
ditemukan adanya deformitas berupa varus. Pada pemeriksaan feel, ditemukan
adanya tenderness medial side dan ditemukan adanya krepitasi. Pada pemeriksaan
move, didapatkan adanya nyeri gerak, active ROM Knee 0/110 lack of flexion.
Pada regio genu sinistra, pemeriksaan look, ditemukan adanya deformitas berupa
varus. Pada pemeriksaan feel, ditemukan adanya krepitasi. Pada pemeriksaan
move, didapatkan adanya nyeri gerak, active ROM Knee 0/110 lack of flexion.

16
17

Pada pemeriksaan penunjang laboratorium ditemukan hasil penurunan


pada parameter hemostasis dan estimasi laju filtrasi glomerulus. Beberapa
pemeriksaan radiologi yang sudah dilakukan di RSUP Sanglah antara lain: Foto
Genu dextra et sinistra AP/Lateral yang dilakukan pada tanggal 28/04/2021,
mengesankan OA Genu bilateral Grade III sesuai dengan Kellgren and Lawrence
classification. Foto Skyline dextra et sinistra AP pada tanggal 28/04/2021,
mengesankan adanya subluksasi medial os patella bilateral dengan osteoartritis
knee bilateral.
Faktor resiko yang meningkatkan kemungkinan kecurigaan pada
osteoarthritis knee antara lain usia diatas 50 tahun, jenis kelamin perempuan,
factor keturunan, obesitas, trauma, jenis pekerjaan dan olahraga tertentu. Pada
pasien ini memiliki riwayat factor resiko yaitu perempuan dengan usia lebih dari
50 tahun, obesitas grade I dengan IMT 29,1 kg/m2, berdasarkan dari Riwayat
pekerjaan pasien mengatakan lebih banyak berdiri dalam kesehariannya.
Pada penegakan diagnosis kasus osteoarthritis knee dapat dilakukan
dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada
anamnesis dapat ditemukan adanya nyeri persisten, kekakuan sendi di pagi hari,
dan menurunnya fungsi sendi, pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya
krepitasi, berkurangnya range of motion dari sendi lutut dan pembesaran tulang.
Pada pasien ini, berdasarkan hasil anamnesis didapatkan adanya keluhan nyeri
kedua sendi yang terjadi sejak dua tahun dan memberat sejak 1 bulan yang lalu.
Pasien juga mengeluhkan adanya kaku sendi dengan durasi waktu kurang dari 5
menit. Pemeriksaan fisik pada pasien ini ditemukan adanya krepitasi saat gerakan
aktif, nyeri tepi tulang pada lutut kanan pada saat dilakukan palpasi, nyeri gerak
pada kedua sendi, dan terjadinya penurunan ROM baik dilakukan secara aktif dan
pasif. Beberapa tanda dan gejala yang ditemukan pada pasien ini sudah bisa
mengarahkan pada diagnosis osteoarthritis. Berdasarkan gambaran radiologi,
osteoarthritis knee dapat diklasifikasikan dalam lima grade berdasarkan Kellgren
and Lawrence classification, hasil foto genu dextra et sinistra AP/Lateral dari
pasien ini mengesankan OA Genu bilateral Grade III.
Penatalaksanaan kasus osteoarthritis knee dapat dibagi menjadi dua yaitu
bedah dan non bedah. Berdasarkan dari algoritma American Academy of Family
18

Physician (AAFP), pasien osteoarthritis knee tanpa adanya bukti robekan


meniscus dengan gejala klinis locking dan catching dapat di terapi secara non
bedah. Langkah awal yang dilakukan adalah mengukur IMT dari pasien, apabila
IMT > 25 kg/m2 maka akan dilakukan program penurunan berat badan. Kemudian
terkait derajat nyeri, apabila nyeri dirasakan signifikan maka akan diberikan obat-
obatan untuk menkontrol nyeri tersebut. Jika nyeri dikatakan memberat dengan
adanya penurunan fungsi sendi maka terdapat indikasi penanganan secara
pembedahan. Pada pasien ini tidak ditemukan adanya locking dan catching
sebagai tanda robekan meniscus sehingga terlebih dahulu dilakukan
penatalaksanaan secara non bedah. Pasien memiliki IMT 29,1 kg/m 2 sehingga
perlu dilakukan program penurunan berat badan. Terkait dengan keluhan nyeri
yang dirasakan pasien, dilakukan penanganan secara farmakologis dengan
memberikan analgetic acetaminophen. Modalitas electroterapi juga bisa
diterapkan dengan tujuan memperbaiki lingkup gerak sendi dan penguatan otot-
otot pangkal paha.
19
BAB V
SIMPULAN

Osteoartritis merupakan suatu artritis yang bersifat degeneratif ditandai


dengan adanya kerusakan pada tulang rawan sendi dan tulang subkondral.
Kejadian osteoartritis lebih banyak terjadi pada usia lebih dari 50 tahun yang lebih
banyak terjadi pada perempuan. Manifestasi klinis yang muncul berupa gejala
nyeri lutut, kaku pada persendian, dan gangguan pergerakan. Tanda yang dapat
ditemukan dari pemeriksaan fisik seperti krepitasi, range of motion berkurang,
dan pembesaran tulang. Diagnosis osteoarthritis ditegakkan dengan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Menurut The European League
Against Rheumatism diagnosis osteoarthritis dapat ditegakkan secara klinis, klinis
ditambah radiografi, atau klinis ditambah laboratorium. Penatalaksanaan
osteoarthritis dibagi menjadi dua yaitu bedah dan non bedah. Terdapat beberapa
indikasi dilakukannya terapi pembedah, salah satunya pada klasifikasi Kellgren -
Lawrence grade 4. Terapi non bedah dapat dibagi menjadi farmakologi dan non
farmakologi. Terapi farmakologi diberikan dalam upaya untuk meredakan nyeri
dengan pemberian analgetik seperti obat antiinflamasi non steroid (OANS), opiat
dan analgetik non opiate. Terapi non farmakologi seperti program
penatalaksanaan mandiri, program penurunan berat badan, program latihan
aerobic, dan latihan perbaikan lingkup gerak sendi.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Indonesian Rheumatologist Association. Rekomendasi IRA untuk Diagnosis


dan Penatalaksanaan Osteoarthritis. (2014). ISBN 978-979-3730-24-0.
2. Pratiwi AI. Article Review Diagnosis and Treatment of Osteoarthritis. J
Majority. 2016;4(4):10-11.
3. Wijaya S. Osteoartritis Lutut. Cdkjournal. 2018:45(6):424-425.
4. Lespasio MJ, Piuzzi NS, Husni ME, Muschler GF, Guarino A, Mont MA.
Knee Osteoarthritis: A Primer. Perm J. 2017;21:16-183. doi:10.7812/TPP/16-
183
5. Braunwald E, Fauci AS, et al. Degenerative joint disease. In:
Harrison‟smanual of medicine 15 thed. Boston: McGraw-Hill: 2002;748-49.
6. Moghimi N, Rahmani K, Delpisheh A, Saidi A. Risk factors of knee
osteoarthritis: A case-control study. Pak J Med Sci. 2019:35(3): 636–640.
7. Mora JC, Przkora R, Almeida YC. Knee osteoarthritis: pathophysiology and
current treatment modalities. J Pain Res. 2018; 11: 2189–2196.
8. Rezende M, Campos G, Pailo A. Current concepts in osteoarthritis. Acta
Ortoped Brasil. 2013;21(2):120-2.
9. Sandiford N, Kendoff D, Muirhead A. Osteoarthritis of the hip: aetiology,
pathophysiology and current aspects of management. Annals of Joint.
2019:5(1) url = {https://aoj.amegroups.com/article/view/5539}
10. Vogelgesang S. Osteoartritis. In: West SG, editor. Rheumatology secrets,2nd
edition. Philadelphia: Hanley & Belfus Inc, 2002;365-74.
11. Musumeci G, Aiello FC, Szychlinska MA, Rosa MD, Castrogiovanni P,
Mobasheri A. Osteoarthritis in the XXIst century: Risk factors and behaviours
that influence disease onset and progression. Intenat J Mol Sci. 2015;16:6093-
112.
12. Lespasio MJ, Piuzzi NS, Husni ME, Muschler GF, Guarino AJ, Mont MA, et
al. Knee osteoarthritis: A primer. Perm J. 2017;21:16-183.
13. Vaishya R, Pariyo GB, Agarwal AK, Vijay V. Non-operative management of
osteoarthritis of the knee joint. J Clin Orthopaed Trauma. 2016;7:170-6.

20
14. Kohn MD, Sassoon AA, Fernando ND. Classification in brief: Kellgren-
Lawrence classification of osteoarthritis. Clin Orthop Relat Res.
2016;474:1886-93.
15. David JH. Osteoarthritis Management: Time to Change the Deck. Orthop
Sports Phys Ther. 2017;47(6):370-372. doi:10.2519/jospt.2017.0605.

21

Anda mungkin juga menyukai