Anda di halaman 1dari 26

PENGEMBANGAN SUSU SEGAR DALAM NEGERI

UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN SUSU NASIONAL

Oleh :
Miftah Farid1
Heny Sukesi2
Naskah diterima : 27 Juni 2011
Disetujui diterbitkan : 19 Desember 2011

ABSTRACT
Milk is one of the important foods for fulfilling nutrition needs. There is
a wide gap between milk production and consumption. In 2002-2007, fresh milk
production only grew by 2 percent; but the consumption rose by 14percent. This
paper uses a descriptive analysis to explain policy and program needed by the
government to develop a milk development plan. In addition, it provides material
for improving coordination among government institutions. On farm level, farmers
need technical assistant through government programs and Corporate Social
Responsibility (CSR), facilitation grass fields, and import facilitation of cows. On
marketing level, government plays a very important role in creating a captive
market for spreading domestic fresh milk market, evaluating the possibility of
milk processing industry to be obliged to purchase domestic fresh milk, improving
capital access, and improving mutual cooperation among farmers, and among milk
processing firms.

Key words: fresh milk, consumption, milk development policy


JEL Classification: Q18

PENDAHULUAN cepat, yang meningkat 14,01% selama


Susu merupakan salah satu periode antara tahun 2002 dan tahun
bahan pangan yang sangat penting bagi 2007. Namun, di sisi lain produksi susu
pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat. Indonesia hanya tumbuh 2% (Direktorat
Susu berperan sebagai asupan penting Budidaya Ternak Ruminansia, 2010).
untuk kesehatan, kecerdasan, dan Kesenjangan antara pertumbuhan
pertumbuhan, khususnya anak-anak. konsumsi dengan produksi tersebut
Kesadaran masyarakat ter- menyebabkan jumlah impor susu
hadap konsumsi susu, menjadikan Indonesia terus meningkat. Bila kondisi
susu sebagai komoditas ekonomi yang ini tidak diwaspadai, kesenjangan
mempunyai nilai sangat strategis. tersebut dapat menyebabkan
Permintaan susu tumbuh sangat kemandirian dan kedaulatan pangan

1 Kepala Sub Bidang Logistik pada Pusat Kebijakan Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan, Jl. M.I.
Ridwan Rais No. 5, Jakarta. E-mail : etahfarid@yahoo.co.uk
2 Kepala Bidang Standarisasi dan Perlindungan Konsumen pada Pusat Kebijakan Perdagangan Dalam
Negeri, Kementerian Perdagangan, Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5, Jakarta. E-mail : heny_s_nanang@
yahoo.co.id

196 - Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 5 No. 2, Desember 2011


(food soverignty) khususnya susu hulu dan sisi hilir. Permasalahan dari sisi
semakin jauh dari harapan, yang pada hulu terkait dengan rendahnya populasi
gilirannya berpotensi masuk dalam sapi perah dengan tingkat produktivitas
food trap negara eksportir. Artinya rendah (11 liter/hari), skala usaha
pemenuhan asupan nutrisi dari susu peternak rendah (rata-rata 2-3 ekor/
sangat tergantung dari kondisi pasar peternak), lahan hijau semakin terbatas,
negara eksportir. biaya impor sapi perah dan bibitnya
Disamping permintaan susu mahal, good farming practices belum
yang semakin meningkat, berbagai dilakukan dengan baik, permodalan
faktor, baik faktor eksternal maupun kurang, dan pendampingan belum
faktor internal, menyebabkan impor optimal (Boediyana, 2008).
susu semakin tinggi. Dari sisi eksternal, Permasalahan dari sisi hilir
tuntutan IMF dalam paket reformasi antara lain terkait dengan rendahnya
termasuk penghapusan kebijakan rasio posisi tawar peternak dalam penjualan
atau Bukti Serap (BUSEP) yang kemudian susu, tarif bea masuk produk susu
direalisasikan melalui Inpres No 4/1998 rendah, harga susu internasional lebih
tentang Koordinasi Pembinaan dan murah, ekonomi biaya tinggi terutama
Pengembangan Persusuan Nasional, dalam distribusi sapi impor dan
komitmen penurunan tarif impor (GATT/ koordinasi antar instansi pemerintah
WTO, FTA regional dan bilateral) secara yang menangani persusuan masih
konsisten dan berkesinambungan serta kurang (Boediyana, 2008).
jargonisasi white revolution oleh negara- Permasalahan-permasalahan di
negara eksportir susu dunia, telah atas perlu dipecahkan melalui paradigma
mendorong meningkatnya impor dan pembangunan yang berorientasi
penggunaan susu bubuk oleh Industri pada pengembangan SSDN untuk
Pengolahan Susu (IPS) (Boediyana, memenuhi kebutuhan susu nasional.
2008). Ketergantungan yang tinggi terhadap
Dari sisi internal, sebagaian bahan baku susu impor, sangat beresiko
besar (90%) produsen Susu Segar terhadap krisis pangan dan hiper-
Dalam Negeri (SSDN) merupakan inflasi, apabila terjadi goncangan pasar.
peternak rakyat. Kemampuan produksi Pengembangan SSDN juga dapat
mereka masih rendah, harganya relatif meningkatkan kesejahteraan peternak,
lebih mahal, sehingga tidak bisa bersaing yang menurut Kementerian Pertanian
dengan susu bubuk impor. Untuk (2010) jumlahnya 127.211 orang, serta
meningkatkan produksinya, peternak menyediakan susu yang harganya relatif
sapi perah rakyat menghadapi berbagai murah untuk meningkatkan konsumsi
permasalahan, seperti skala usaha susu masyarakat.
ternak yang relatif kecil, kemampuan Terkait dengan upaya meme-
induk untuk memproduksi susu belum cahkan permasalahan di atas, maka
optimal, serta kemampuan penanganan studi ini diharapkan dapat membantu
ternak dan produk susu segar yang pemerintah pusat maupun daerah dalam
relatif rendah (Boediyana, 2008) merencanakan pembangunan persusuan
Secara umum, pasar susu yang harmonis. Di harapkan, studi ini
di dalam negeri menghadapi dua dapat juga menyediakan bahan/materi
permasalahan mendasar yaitu, dari sisi untuk menyusun cetak biru persusuan

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 5 No. 2, Desember 2011 - 197


nasional dalam rangka meningkatkan maupun dokumen-dokumen yang belum
koordinasi lintas departemen dan diterbitkan.
instansi. Selain itu studi ini bertujuan
untuk memberikan gambaran-gambaran KONDISI PERSUSUAN NASIONAL
kesempatan investasi bagi usaha A. Potensi dan Produksi Susu
menengah, kecil dan mikro. Metode Nasional
analisis yang digunakan untuk mencapai Salah satu unsur penting dalam
tujuan di atas adalah dengan analisis pengembangan persusuan nasional
deskriptif. Data yang digunakan adalah adalah pengembangan sapi perah baik
data primer dan data sekunder. Data dari sisi kuantitas maupun kualitas. Pada
primer dikumpulkan melalui berbagai tahun 2005-2009 trend pertumbuhan
diskusi dan rapat kerja. Data sekunder populasi sapi perah meningkat 8,46%.
dikumpulkan melalui studi kepustakaan Pertumbuhan populasi sapi perah
terhadap berbagai sumber tertulis bergerak lambat, bila dibandingkan
yang relevan, yang berupa bahan- dengan pertumbuhan produksi susu
bahan tertulis yang telah diterbitkan, segar. Pada tahun 2005-2009, trend
produksi susu segar hanya 5,21%.

Tabel 1 Perkembangan Populasi Sapi Perah di Indonesia


per Propinsi Tahun 2005 – 2009

Keterangan : *) Angka Sementara;


Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan (2010)

198 - Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 5 No. 2, Desember 2011


Dari sebaran populasi sapi perah susu segar sudah memenuhi prinsip
di Indonesia, pusat populasi sapi perah efisiensi3. Namun permasalahannya
adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa adalah inefisiensi di sisi kepemilikan
Timur dan Sumatera Utara. Selama 2005 sapi perah yang masih rendah sekitar
– 2009, trend pertumbuhan populasi sapi 3-4 ekor per peternak. Walaupun Jawa
perah di Jawa Barat meningkat 5,72%, Tengah pertumbuhan populasinya
di Jawa Tengah meningkat 3,86%, di terendah tetapi pertumbuhan produksi
Jawa Timur meningkat 15,61%. Pada susu segarnya mencapai 18% lebih
tahun 2005 populasi sapi perah di tinggi dibanding pertumbuhan di Jawa
Sumatera Utara mencapai 6.521 ekor, Barat dan Jawa Timur yang hanya
pada tahun 2006 naik menjadi 6.526 tumbuh masing-masing mencapai 4%
ekor, pada tahun 2007 turun drastis dan 9% (Direktorat Ternak Budidaya
menjadi 2.093 ekor, namun pada tahun Ruminansia, 2010). Pada tingkat
2008 naik menjadi 2.290 ekor dan 2.505 nasional, produk susu Indonesia
ekor pada tahun 2009 (Direktorat Ternak menunjukan trend yang terus meningkat
Budidaya Ruminansia, 2010) secara perlahan-lahanantara tahun 205
Dengan melihat sebaran populasi dan 2009 (Tabel 2).
sapi perah, pada dasarnya produksi

Tabel 2 Perkembangan Produksi Susu Segar di Indonesia


per Propinsi Tahun 2005 – 2009

Keterangan : *) Angka Sementara


Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan (2010)

3 Prinsip efisiensi yang dimaksud adalah penyebarannya cukup merata ada disetiap pulau. Hal ini
sebenarnya akan menciptakan efisiensi dalam perdagangan (disparitas harga antar wilayah kecil)

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 5 No. 2, Desember 2011 - 199


B. Impor Susu Sedangkan yang dimaksud
Dalam Buku Tarif Bea Masuk dengan jenis (ii) adalah:
Indonesia (2007), pada dasarnya ada a. Dalam bentuk bubuk, butiran atau
dua klasifikasi utama jenis susu yang bentuk padat lainnya, dengan
dapat diimpor, yaitu: (i) susu dan kepala kandungan lemak tidak melebihi
susu (cream) yang tidak dipekatkan 1,5% menurut beratnya, dalam
maupun tidak mengandung tambahan kemasan dengan berat kotor 20 kg
gula atau bahan pemanis lainnya; dan (ii) atau lebih (HS 0402.10.90.00).
susu dan kepala susu yang dipekatkan b. Dalam bentuk bubuk, butiran atau
atau mengandung tambahan gula atau bentuk padat lainnya, dengan
bahan pemanis lainnya. Yang dimaksud kandungan lemak melebihi 1,5%
dengan jenis (i) adalah: menurut beratnya, dalam kemasan
a. Dengan kandungan lemak tidak dengan berat kotor 20 kg atau lebih
melebihi 1% menurut beratnya (HS (HS 0402.21.90.00).
0401.10.00.00). Secara agregat, volume impor
b. Dengan kandungan lemak melebihi susu sebelum terjadinya krisis global
1% tetapi tidak melebihi 6% menurut (2007) selalu meningkat. Pada saat
beratnya (HS 0401.20.00.00) terjadinya krisis global yaitu tahun 2008,
c. Dengan kandungan lemak melebihi harga susu internasional meningkat
6% (HS 0401.30.00.00). tajam yang kemudian menyebabkan
penurunan impor susu jenis tertentu.

Gambar 1. Volume Impor Susu Secara Agregat

Sumber: Pusat Data Perdagangan (2010)

200 - Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 5 No. 2, Desember 2011


Dilihat dari neraca perdagangan dan pada tahun 2009 mencapai 31%.
selama tahun 2005 – 2009 (Tabel 3), Penurunan defisit yang tinggi pada
defisit terbesar terjadi pada tahun 2007, tahun 2009 disebabkan oleh penurunan
sedangkan pada tahun 2008 dan 2009, impor sebesar 37%. Penurunan tersebut
defisit perdagangan susu semakin sangat terkait dengan harga susu dunia
turun. Penurunan defisit perdagangan yang tinggi pada saat itu.
susu pada tahun 2008 mencapai 23%

Tabel 3 Nilai Ekspor - Impor Susu dan Produk Susu HS 2
Digit (Ribu US$)

Sumber : Pusat Data Perdagangan, Kementerian Perdagangan (2010)

C. Harga Susu Internasional dan Sementara, harga susu


Dalam Negeri International jenis 26% Whole Milk
Selama kurun waktu 1999 – Powder wilayah oceania yaitu rata-
2009, harga rata-rata 1,25 Butter Fat rata meningkat 8 persen per tahun
(BF) Skim Milk Powder wilayah oceania (Tahun 1999-2009). Dibandingkan
berfluktuasi dengan trend positif. Pada dengan pergerakan harga 1,25 Butter
bulan September 2007, harga susu Fat (BF) Skim Milk Powder, perubahan
sebesar US$ 5225 meningkat hampir harga 26% Whole Milk Powder lebih
tiga kali lipat dibandingkan pada awal lambat sehingga terlihat bahwa harga
tahun 1999 sebesar US$ 1330 per ton. 26% Whole Milk Powder mengikuti
Hal ini diduga menyebabkan penururnan pergerakan 1,25 Butter Fat (BF) Skim
impor pada tahun 2009 (Gambar 2) Milk Powder.

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 5 No. 2, Desember 2011 - 201


Gambar 2. Harga Susu Internasional (Oceania Area)
6000

5000

4000
US$/ton

3000

2000

1000

0
1995

1997

1999

2001

2003

2005

2007

2009
International 26% Whole Milk Powder Price International 1.25% BF Skim Milk Powder Price

Sumber: www.understandingdairymarket (2010)

30.000
Untuk harga di dalam negeri, menunjukkan bahwa pendapatan
khususnya di 9 (sembilan) kota/ peternak yang memilki 3 ekor sapi
kabupaten, perkembangan harga susu perah sebesar Rp 10.800,-/hari
selama 4 (empat) tahun (2007-2010)
25.000
sedangkan yang memiliki 10 ekor sapi
menunjukan kenaikan walaupun kecil. perah pendapatannya bisa mencapai
Harga rata-rata susu segar pada tahun
20.000 Rp 219.000,-/hari. Hal ini menunjukkan
2010 hanya sebesar Rp 3.008,-/liter. perbedaan pendapatan yang mencolok
Pada tahun 2010 kisaran harga susu
15.000
sekali, karena perbedaan skala produksi. Harga Susu Bubuk

segar terendah sebesar Rp 2.700,-/liter Dengan demikian, apabila rata-rata


dan tertinggi sebesar Rp 3.267,-/liter. kepemilikan peternak hanya sebanyak
10.000
Menurut Direktorat Pemasaran 2 – 3 ekor, maka pendapatan peternak
Domestik (2010), hasil analisa harga susu akan lebih rendah lagi.
pokok penjualan susu segar (SSDN)
5.000
Okt

Okt

Okt
Mei

Mei

Mei
Des

Des

Des
Jan

Jan

Jan

Jan
Agust

Agust

Agust
Feb

Sep

Feb

Sep

Feb

Sep

Feb
Apr

Jul

Apr

Jul

Apr

Jul

Apr
Jun

Jun

Jun
Nop

Nop

Nop
Mar

Mar

Mar

Mar

Tabel 4 Perkembangan Harga Susu Sapi Segar di Sentra Produksi


2007 2008 2009 2010

Di Tingkat PeternakTahun 2007-2010 (Rp/liter)

Sumber : Direktorat Pemasaran Domestik (2010)


Keterangan : - = tidak ada data

202 - Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 5 No. 2, Desember 2011


4000

US$/ton
3000

Kenaikan harga susu tidak hanya


2000
bulan Juli 2007 hingga Desember 2008.
terjadi di tingkat peternak, di tingkat Namun, pada tahun 2009 – 2010 harga
konsumen pun harga susu bubuk dalam
1000 susu bubuk cenderung stabil. Pada
negeri memiliki trend yang positif. Dapat kurun waktu antara 2007 dan 2010,
dilihat bahwa harga susu bubuk sempat
0
harga rata-rata susu bubuk mengalami
1995

1997

1999

2001

2003

2005

2007

2009
mengalami kenaikan pada periode International 26% Whole Milk Powder Price
kenaikan sebesar 30,6%.
International 1.25% BF Skim Milk Powder Price

Gambar 3. Perkembangan Harga Susu Bubuk Dalam Negeri (dalam Rp/400 gr)
30.000

25.000

20.000

Harga Susu Bubuk


15.000

10.000

5.000
Okt

Okt

Okt
Mei

Mei

Mei
Des

Des

Des
Jan

Jan

Jan

Jan
Agust

Agust

Agust
Feb

Sep

Feb

Sep

Feb

Sep

Feb
Apr

Jul

Apr

Jul

Apr

Jul

Apr
Jun

Jun

Jun
Nop

Nop

Nop
Mar

Mar

Mar

Mar
2007 2008 2009 2010

Sumber: Ditjen Perdagangan Dalam Negeri (2010)

Perkembangan harga susu rata-rata susu kental manis mengalami


kental manis juga memiliki trend yang kenaikan per tahun sebesar 6,9% pada
positif artinya mengalami kenaikan pada periode tahun 2008 – 2010.
periode tahun 2008 - 2009. Harga

Gambar 4. Perkembangan Harga Susu Kental Manis (dalam Rp/395 gr)


7.800

7.600

7.400

7.200

7.000

Harga Susu Kental Manis

6.800

6.600

6.400

6.200
Okt

Okt
Mei

Mei
Des
Jan

Des
Jan

Jan
Feb

Agust

Agust
Sep

Feb

Sep

Feb
Jul
Apr

Apr

Jul

Apr
Jun

Jun
Nop

Nop
Mar

Mar

Mar

2008 2009 2010

Sumber: Badan Pusat Statistik (2010)

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 5 No. 2, Desember 2011 - 203


KEBIJAKAN PERSUSUAN NASIONAL b. Peraturan Presiden RI N0 62
Beberapa kebijakan yang terkait Tahun 2008 tentang Perubahan
dengan pengembangan persusuan atas Peraturan Pemerintah
nasional dan implementasinya masih Nomor 1 tahun 2007 tentang
perlu dioptimalkan. Antara lain adalah: Fasilitas Pajak Penghasilan
untuk Penanaman Modal di
a. Undang-undang N0.18 Tahun
bidang-bidang usaha tertentu
2009 Tentang Peternakan dan
dan/atau di daerah tertentu.
Kesehatan Hewan, dalam pasal-
Industri dan usaha
pasal antara lain menyebutkan :
yang mendapat fasilitas pajak
1) Pasal 35, mengamanatkan
penghasilan dalam penenaman
pemerintah pusat dan peme-
modal, antara lain:
rintah daerah agar memfasilitasi
1) Kelompok industri susu dan
pengembangan unit pasca
makanan dari susu (susu bubuk,
panen produk hewan berskala
susu kental manis, susu UHT,
kecil dan menengah.
susu pasteurisasi)
2) Pasal 37, menyatakan pemerintah
2) Usaha peternakan besar/kecil
membina terselenggaranya
(sapi potong, sapi perah)
kemitraan yang sehat antara
industri pengolahan dan c. Peraturan Presiden RI N0 28
peternak dan/atau koperasi Tahun 2008 Tentang Kebijakan
yang menghasilkan produk Industri Nasional
hewan yang digunakan sebagai Pada pasal 2 disebutkan
bahan baku industri. bahwa menteri yang bertanggung
3) Pasal 59, menyatakan bahwa jawab di bidang perindustrian
untuk memasukkan produk menyusun dan menetapkan
hewan ke Indonesia wajib peta panduan (Road Map)
memperoleh izin pemasukan pengembangan klaster industri
dari menteri terkait di prioritas antara lain industri berbasis
bidang perdagangan setelah agro (industri susu),
memperoleh rekomendasi: Lampiran PP No. 28
untuk produk hewan segar dari tersebut, menyebutkan dalam
menteri dan produk hewan strategi pembangunan industri
olahan dari pimpinan instansi nasional : penguatan, pendalaman
yang bertanggung jawab di dan penumbuhan enam klaster
bidang pengawasan obat dan industri prioritas yang kelompok
makanan dan/atau menteri. industri agro adalah industri
4) Pasal 60, pemerintah daerah pengolahan susu.
memberikan nomor kontrol
d. Peraturan Menteri Keuangan
veteriner dan melakukan
No. 131/PMK.05/2009 Tentang
pembinaan, sedangkan pada
Kredit Usaha Pembibitan Sapi
pasal 62. pemerintah daerah
dan Peraturan Menteri Pertanian
wajib memiliki rumah potong
No. 40/Permentan/PD-400/9/2009
hewan yang memenuhi
tentang Pedoman Pelaksanaan
persyaratan teknis.
kredit Usaha Pembibitan Sapi

204 - Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 5 No. 2, Desember 2011


Peraturan di atas diber- seperti syarat agunan (anvalis),
lakukan untuk menciptakan laporan usaha dan sebagainya.
tatanan iklim usaha yang mampu
mendorong pelaku usaha untuk e. Peraturan Presiden Republik
bergerak dibidang pembibitan Indonesia Nomor 111 Tahun
sapi melalui penyediaan skim 2007 Tentang Perubahan Atas
Kredit Kredit Usaha Pembibitan Peraturan Presiden Nomor 77
sapi (KUPS) dengan suku bunga Tahun 2007 Tentang Daftar
bersubsidi. Tujuan dari KUPS Bidang Usaha Yang Tertutup
adalah untuk meningkatkan Dan Bidang Usaha Yang Terbuka
populasi induk sapi potong dan sapi Dengan Persyaratan Di Bidang
perah. Plafon kredit per pelaku Penanaman Modal
usaha paling banyak sebesar Rp. Berdasarkan kebijakan
66.315.000.000,- dengan suku di atas, investasi di industri
bunga 5% / tahun jangka waktu pengolahan susu bubuk dan susu
maximum 6 tahun. kental manis bersifat terbuka
Suku bunga yang hanya dengan syarat kemitraan. Dengan
5%/tahun ternyata belum bisa kebijakan tersebut diharapkan
menarik minat peternak untuk dapat mempercepat pembangunan
memanfaatkan skim kredit tersebut. ekonomi nasional dan mewujudkan
Beberapa kesulitan yang dihadapi kedaulatan politik dan ekonomi
antara lain: (1) Usaha pembibitan Indonesia melalui peningkatan
memerlukan grace periode dan penanaman modal untuk mengolah
turn over yang cukup lama (nimimal potensi ekonomi menjadi kekuatan
satu tahun), sehingga dengan suku ekonomi riil yang disertai dengan
bunga modal 5%/tahun masih belum kemitraan.
bisa tertutupi oleh nilai IRR (internal
rate of return); (2) Salah satu syarat f. Kebijakan Tarif Bea Masuk dan
perusahaan peternakan yang Pajak Pertambahan Nilai
akan memanfaatkan skim kredit Berdasarkan Buku Tarif
KUPS, adalah harus bermitra dan Bea Masuk Indonesia tahun 2007
membina peternak rakyat melalui yang diterbitkan Kementerian
sistem gaduh; (3) Peternak rakyat Keuangan, impor bibit dan sapi
yang ingin memanfaatkan skim tarif bea masuknya 0%, impor susu
kredit KUPS, seringkali terbentur dan produk susu bea masuknya
pada masalah persyaratan yang 5% kecuali impor yoghurt bea
diminta pihak Bank peserta KUPS masuknya 10%.

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 5 No. 2, Desember 2011 - 205


Tabel 5 Tarif Bea Masuk Ternak dan Hasil Ternak Sapi

Sumber: Kementerian Keuangan (2007)

PELUANG DAN TANTANGAN eksternal program pengembangan


PENGEMBANGAN SSDN SSDN tidak dapat dijawab. Oleh karena
Pada dasarnya peluang pasar itu memetakan peluang dan tantangan
dalam negaeri persusuan nasional cukup merupakan tahapan penting dalam
besar, namun peluang tersebut dapat menyusun strategi pengembangan
terabaikan jika tantangan-tantangan persusuan nasional.

206 - Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 5 No. 2, Desember 2011


Peluang yang dapat dioptimal- KEBIJAKAN PENINGKATAN PER-
kan untuk pengembangan sub sektor SUSUAN NASIONAL
industri susu nasional antara lain:
1. Permintaan/kebutuhan susu segar A. Kondisi Yang Diharapkan
maupun produk turunannya diper- Pengembangan persusuan
kirakan terus meningkat seiring nasional terutama ditujukan untuk
dengan pertambahan populasi, mengurangi ketergantungan ter-
pertumbuhan ekonomi, perbaikan hadap bahan baku susu impor
tingkat pendidikan, kesadaran gizi serta meningkatkan konsumsi susu
dan perubahan gaya hidup. masyarakat. Impor bahan baku susu
2. Asumsi pertumbuhan ekonomi secara gradual dikurangi dan disubstitusi
6,1%, konsumsi susu /kapita/th dengan bahan baku SSDN. Peningkatan
akan meningkat 10,75 kg sehingga produksi SSDN dilakukan melalui
kebutuhan susu dalam negeri penambahan populasi sapi perah serta
meningkat > 2 juta ton. Indonesia meningkatkan produktivitas susu.
kekurangan susu sekitar 72% Target yang diharapkan pada
(Asosiasi Peternak Sapi Perah tahun 2014, populasi sapi perah
Indonesia). meningkat dari 423.891 ekor pada
3. Program menggalakan konsumsi tahun 2010, menjadi 613.554 ekor
susu segar atau susu pasturisasi, pada tahun 2014 atau meningkat
sterilisasi (UHT) langsung (tanpa sebesar 44,74%. Disamping itu produksi
perlakuan dengan teknologi tinggi) susu juga diharapkan meningkat dari
ke konsumen (anak usia sekolah, 727.539 ton pada tahun 2010 menjadi
karyawan industri, PNS, ABRI). 1.297.034 ton pada tahun 2014, atau
4. Berkembangnya agroindustri susu terjadi peningkatan produktivitas susu
olahan di Indonesia. 23,17% selama kurun waktu 4 tahun
5. Tataniaga komoditi susu lebih (Kementerian Pertanian, 2010).
terbuka/pasar bebas. Konsumsi susu masyarakat
Sedangkan tantangan yang saat ini baru mencapai 10,47 kg/kapita/
harus dijawab dalam pengembangan tahun. Dengan adanya peningkatan
persusuan nasional antara lain: produksi SSDN, akses masyarakat
1. Harga bahan baku susu impor untuk untuk mengkonsumsi susu meningkat,
jenis tertentu relatif murah. baik dari segi harga yang relatif lebih
2. Kesepakatan kawasan perdagangan murah maupun dari kualitas susu yang
bebas RRT-AFTA. lebih baik. Pada tahun 2014, konsumsi
3. Investor asing terbatas pada IPS susu per kapita meningkat menjadi
yang berskala besar. sekitar 15 kg/kapita/tahun, dimana
4. Kompetisi penggunaan lahan untuk 40 persen dipenuhi dari SSDN (www.
hijauan pakan ternak. livestockreview.com).
5. Pakan konsentrat relatif mahal. Untuk mencapai target pada
6. Pasar SSDN yaitu industri peng- tahun 2014 tersebut, perlu disusun
olahan susu (IPS) hanya dikuasi strategi yang melibatkan seluruh
oleh perusahaan besar sehingga ada pemangku kepentingan (stakeholder)
kecenderungan bersifat oligopsoni. dalam persusuan nasional. Pemangku

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 5 No. 2, Desember 2011 - 207


kepentingan yang terlibat mulai dari Pemerintah daerah diharapkan dapat
penyedia sarana produksi peternakan membantu melalui pemanfaatan lahan
sapi perah (hulu), peternak sapi perah kosong untuk tanaman makanan ternak,
(on farm), penanganan susu segar baik lahan kosong milik perhutani, PTPN
(pasca panen), sampai pemasaran atau yang dikelola pemerintah daerah.
(marketing), serta lembaga pendukung Hijauan makanan ternak hasil budidaya
yang diperlukan (kebijakan pemerintah, memiliki kualitas nutrisi yang lebih baik
lembaga keuangan, petugas dibandingkan dengan rumput lapang
penyuluh lapang, koperasi susu dan atau limbah pertanian, sehingga dapat
sebagainya). meningkatkan produktivitas susu.

B. Strategi Pengembangan Per- 3. Kemudahan Investasi Industri


susuan Nasional Persusuan
1. Peningkatan Populasi Sapi Perah Pengembangan industri
Peningkatan populasi sapi persusuan berbasis SSDN untuk
perah betina induk mutlak diperlukan memenuhi kebutuhan konsumsi dalam
agar produksi SSDN bisa meningkat. negeri, memerlukan dukungan investasi
Penambahan populasi sapi perah pada seluruh sistem, mulai dari hulu
dapat berasal dari kelahiran dan impor. hingga hilir. Pentingnya dukungan
Permasalahan yang sedang dihadapi investasi pada sistem hulu-hilir karena
terkait dengan penambahan sapi perah produksi susu segar di tingkat on farm
dari kelahiran adalah skala usaha sapi memerlukan input yang dihasilkan
perah yang masih kecil, dan tidak industri lain, seperti industri pakan, obat-
jarang pada saat-saat membutuhkan obatan dan semen untuk Inseminasi
dana, peternak sering menjual sapinya. Buatan (IB). Susu segar yang
Permasalahan dalam penambahan dihasilkan peternak juga memerlukan
sapi perah dari impor adalah tingginya IPS untuk menampung dan mengolah
biaya distribusi dari pelabuhan ke lebih lanjut agar menjadi produk yang
sentra peternakan sapi perah. Besarnya mempunyai nilai tambah, awet, mudah
penambahan populasi sapi dari kelahiran didistribusikan dan siap konsumsi.
tergatung dari umur beranak pertama,
calving interval (CI, jarak antar beranak 4. Pengembangan Kemampuan
satu dengan berikutnya), calving size Peternak
(jumlah anak sapi per kelahiran), dan Aplikasi good farming practices
mortalitas (tingkat kematian, terutama oleh peternak dapat mengoptimalkan
anak sapi). produktivitas dan kualitas susu segar
yang dihasilkan peternak. Penyebab
2. Fasilitasi Kebutuhan Lahan kurang berkembangnya peternakan sapi
Upaya pengembangan sapi perah rakyat yang terjadi selama ini,
perah, lahan untuk hijauan pakan ternak antara lain karena rendahnya produksi
mutlak diperlukan. Kebutuhan lahan dan kualitas susu segar yang dihasilkan.
untuk makanan ternak sulit dipenuhi Menurut Pambudy (2009), rendahnya
oleh peternak rakyat, karena lahan kualitas susu dapat menurunkan harga
yang dimiliki peternak relatif sempit dan jual. Susu segar dengan kandungan
diutamakan untuk tanaman pangan. bakteri (TPC) diatas 3.000.000/cc,

208 - Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 5 No. 2, Desember 2011


harganya bisa sampai Rp 2.750,- per untuk mengembangkan usahanya.
liter, sementara biaya memproduksi Peningkatan serapan susu segar dapat
susu berkisar antara Rp 2.500,- sampai dilakukan melalui program minum susu
Rp 3.000,- per liter. bagi anak-anak usia sekolah (school
Good farming practices milk).
mencakup manajemen pemeliharaan Di Indonesia program school
selama periode rearing, tata cara milk, juga telah dilaksanakan di beberapa
perkawinan, pemeliharaan sapi daerah. Pemerintah Daerah Sukabumi,
kering, pemberian pakan, penanganan mencanangkan Program Gerimis Bagus
kesehatan induk penanganan susu (Gerakan Minum Susu bagi Anak Usia
segar. Praktik-praktik tersebut Sekolah), untuk meningkatkan konsumsi
jika dilakukan dengan baik dapat susu segar di kalangan murid SD,
mengoptimalkan jumlah kelahiran dan dengan dana dari APBD. Pemerintah
jumlah periode laktasi selama hidup daerah lainnya, seperti Kabupaten Sinjai
induk sapi, yang selanjutnya dapat Sulawesi Selatan dan Semarang, Jawa
meningkatkan produksi susu (dan anak) Tengah juga telah merintis program
yang dihasilkan. school milk (http://repository.ipb.ac.id)

5. Fasilitasi Kebutuhan Modal 7. Mengembangkan Kemitraan Yang


Diantara pelaku agribisnis Sehat
persusuan, kelompok yang paling Ketergantungan peternak ter-
lemah modal adalah penghasil SSDN hadap IPS dalam memasarkan pro-
dimana 90% merupakan peternak duknya seringkali menciptakan perilaku
rakyat. Peternak rakyat dengan modal monopsoni. Selama ini peternak hanya
terbatas, pada umumnya tidak mampu sebagai price taker yang ditetapkan
menyediakan pakan yang optimal oleh pihak IPS. Standar harga dasar
yang diperlukan sapi. Peternak hanya (floor price) seperti pada komoditas
memberi pakan seadanya, seperti beras/padi, belum diterapkan pada
rumput lapang, limbah pertanian serta komoditas susu. Bahkan ketika harga
pengganti konsentrat (dedak, limbah bahan baku susu dunia naik, harga beli
pabrik dan sebagainya). Akibatnya SSDN oleh IPS relatif tetap, namun
produktivitas sapi rendah. bila harga bahan baku di pasar dunia
Pemberian modal murah turun, harga beli SSDN oleh IPS ikut
bagi peternak, dapat meningkatkan turun. Hal ini diperkuat oleh semakin
kemampuan peternak untuk pengadaan lebarnya disparitas harga susu di tingkat
input produksi berkualitas, yang pada konsumen dengan harga beli IPS di
akhirnya dapat meningkatkan produksi tingkat peternak.
SSDN. Modal tidak hanya berdampak
pada produktivitas sapi, tetapi juga pada 8. Memperkuat Pasar Susu Domestik
peningkatan populasi. Kerjasama regional RRT-
ASEAN FTA dan AANZ-FTA,
6. Meningkatkan Serapan Susu Segar merupakan tantangan bagi industri
Peningkatan daya serap SSDN persusuan nasional untuk meningkatkan
dengan harga yang menguntungkan produktivitas dan kualitas SSDN.
peternak, dapat membantu peternak Ketergantungan yang tinggi terhadap

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 5 No. 2, Desember 2011 - 209


Gambar 5. Contoh Mekanisme School milk
Gambar 5. Contoh Mekanisme School Milk

Susu
segar
Koperasi/kelompok murah Anak
Peternak peternak dan sekolah
sapi perah berkua
litas
Harga dan
infrastruktur jumlah disalurkan

Pemerintah Daerah
daya serap
Kesehatan
SSDN dan
dan
kesejahteraan
Penyalur kecerdasan
peternak
generasi
muda
Sumber dana:
- APBD
- BOS
- Dinas Kesehatan
- Dinas Peternakan
- CSR, dll

Sumber:
Sumber: Kementerian
Kementerian Pendidikan
Pendidikan Nasional
Nasional (2010)
(2010)

Gambar 6. Penguatan Pasar Susu Segar Dalam Negeri*

bahan baku, dapat mengancam saing SSDN terhadap bahan baku susu
kedaulatan susu nasional. Isu-isu impor, dan jaminan keamanan bagi yang
negatif dunia seperti bencana alam, mengkonsumsi susu segar.
dan wabah penyakit, akan berdampak IPS Keterlibatan
PASAR Pemerintah dalam
PERBAIKAN SUSU PASTEURISASI PENA PRODUKpasar
pada permintaan
MANAJEMEN SEGAR
susu nasional. Oleh memperkuat susu domestik
PERMIN
UHT WAR SUSU
karena
BETERNAK itu perlu dilakukan
BERKU upaya untuk sangat penting, TAAN pembinaan
melalui
FERMENTASI AN BERKUALITAS
ALITAS
memperkuat pasar dalam ICE negeri untuk terhadap peternak, kampanye terhadap
KONSUMEN

CREAM, DLL BERBASIS


pemenuhan kebutuhan susu nasional konsumenSSDN serta pengawasan terhadap
dari SSDN. kualitas susu cair siap konsumsi. Industri
KAMPANYE DAN
Diperlukan koordinasi
PEMBINAAN DAN yang pengolahan susu yang mengemas susu
PEMAHAMAN
PENDAMPINGAN PEMERINTAH
KELOMPOK
saling mendukung antara peternak, cair perlu mencantumkan SUSU MURNI bahan baku
PETERNAK
konsumen
SAPI PERAH dan pemerintah, agar susu tersebut dengan jelas, apakah dari
kedaulatan susu nasional dapat susu bubuk impor, SSDN atau campuran.
tercapai. Peternak perlu ditingkatkan Transparansi tentang bahan baku yang
kemampuan managementnya untuk digunakan dapat menjadi informasi bagi
menghasilkan susu berkualitas yang konsumen yang telah paham kualitas
Catatan: * Hasil analisis
diikuti dengan produktivitas yang tinggi. susu murni, dalam memutuskan susu
Upaya ini akan meningkatkan daya yang akan dikonsumi.

210 - Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 5 No. 2, Desember 2011


- Dinas Peternakan
- CSR, dll

Sumber: Kementerian Pendidikan Nasional (2010)

GambarGambar
6. Penguatan Pasar
6. Penguatan Susu
Pasar Susu Segar Dalam
Segar Dalam Negeri*
Negeri*

IPS PASAR
PERBAIKAN SUSU PASTEURISASI PENA PRODUK
MANAJEMEN SEGAR PERMIN
UHT WAR SUSU
BETERNAK BERKU TAAN
FERMENTASI AN BERKUALITAS
ALITAS

KONSUMEN
ICE CREAM, DLL BERBASIS
SSDN

PEMBINAAN DAN KAMPANYE DAN


PENDAMPINGAN PEMERINTAH PEMAHAMAN
KELOMPOK SUSU MURNI
PETERNAK
SAPI PERAH

Catatan:
Catatan: * Hasil
* Hasil analisis
analisis

C. Optimalisasi dan Revisi Kebijakan oleh satu kementrian atau instansi.


Pengembangan Persusuan Nasio- Keberhasilannya sangat ditentukan oleh
nal kontribusi dari kementerian dan instansi
Pengembangan industri per- terkait lainnya.
susuan dalam negeri, selain untuk Konstribusi dari masing-
mengurangi ketergantungan terhadap masing instansi dan kementrian
susu impor, juga mendukung program diterjemahkan melalui kebijakan,
swasembada daging tahun 2014 terutama kebijakan berupa insentif bagi
yang dicanangkan dalam Program tumbuh-kembangnya produksi SSDN
Revitalisasi Pertanian Perikanan dan serta kebijakan penguatan pasar dalam
Kehutanan (RPPK) tahun 2005. Dalam negeri. Secara umum kebijakan dan
pelaksanaannya, pengembangan industri insentif yang sudah ada dapat dilihat
persusuan, tidak dapat hanya dilakukan pada Tabel 6.

Tabel 6 Kebijakan Terkait Dengan Pengembangan Industri Persusuan


Instansi/
Kebijakan Materi Lembaga
terlibat
- PP No. 44 Tahun 1997; Kewajiban pengusaha besar dan menengah untuk Kementan,
Keppres No. 99 Tahun bermitra dengan pengusaha kecil, pedoman Kemenperind;
1998; bermitra dan Penetapan Tingkat Hubungan Kemenkop
- SK Mentan No. 940 Kemitraan Usaha Pertanian dan UMKM
Tahun 1997;
- SK Mentan No. 944
Tahun 1997

PP No.6/2007 tentang Pemanfaatan kawasan hutan sebagai sumber Kementan,


pengembangkan pakan ternak Kemenhut
silvopastura

UU No. 25 tahun 2007 Hak guna usaha (HGU) diberikan dalam satuan Kementan,
tentang Penanaman Modal yang luas dan jangka waktu yang panjang (sampai Badan
95 tahun).
Buletin Pertanahan;
Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 5 No. 2, Desember 2011 - 211
Nasional,
Kemen
BUMN;
Tahun 1997;
- SK Mentan No. 944
Tahun 1997

PP No.6/2007 tentang Pemanfaatan kawasan hutan sebagai sumber Kementan,


pengembangkan pakan ternak Kemenhut
Instansi/
silvopastura
Kebijakan Materi Lembaga
terlibat
-UU PPNo.
No.2544tahun
Tahun2007
1997; Hak guna pengusaha
Kewajiban usaha (HGU) diberikan
besar dalam satuan
dan menengah untuk Kementan,
tentang
KeppresPenanaman Modal
No. 99 Tahun yang luas dan
bermitra jangkapengusaha
dengan waktu yang kecil,
panjangpedoman
(sampai Badan
Kemenperind;
1998; 95 tahun). dan Penetapan Tingkat Hubungan
bermitra Pertanahan;
Kemenkop
- SK Mentan No. 940 Kemitraan Usaha Pertanian Nasional,
dan UMKM
Tahun 1997; Kemen
- SK Mentan No. 944 BUMN;
Tahun 1997
PP No 111 Tahun 2007 Investasi di industri pengolahan susu bubuk dan Kemenperind;
Tentang Perubahan Atas susu kental manis bersifat terbuka dengan syarat BKPM
PP No.6/2007 tentang Pemanfaatan kawasan hutan sebagai sumber Kementan,
PP No 77 Tahun 2007 kemitraan. Kemenkop
pengembangkan pakan ternak Kemenhut
Tentang Daftar Bidang dan UMKM
silvopastura
Usaha Yang Tertutup Dan
Bidang Usaha Yang
UU No. 25
Terbuka tahun 2007
dengan Hak guna usaha (HGU) diberikan dalam satuan Kementan,
tentang Penanaman
Persyaratan Di Bidang Modal yang luas dan jangka waktu yang panjang (sampai Badan
Penanaman Modal 95 tahun). Pertanahan;
Nasional,
Permenkeu No. Subsidi bunga untuk pembibitan sapi. Peternak Kementan,
Kemen
131/PMK/05/2009 tentang membayar bunga pinjaman bank sebesar 5%. Kemenkeu
BUMN;
KUPS
PP No 111 Tahun 2007 Investasi di industri pengolahan susu bubuk dan Kemenperind;
Permentan
Tentang No
Perubahan Atas Persyaratan
susu pengajuan
kental manis bersifatKUPS
terbukabagi kelompok
dengan syarat Kemenkeu;
BKPM
40/Permentan/PD.400/9/20
PP No 77 Tahun 2007 peternak dan perusahaan
kemitraan. Kementan;
Kemenkop
09 tentang
Tentang pedoman
Daftar Bidang dan UMKM
pelaksanaan
Usaha KUPS Dan
Yang Tertutup
Bidang Usaha Yang
UU No18dengan
Terbuka tahun 2009 - Kemudahan pemasukan sapi bibit impor untuk Kementan;
tentang Peternakan
Persyaratan dan
Di Bidang meningkatkan mutu dan keragaman genetik, PEMDA;
Kesehatan Hewan
Penanaman Modal serta mengatasi kekurangan bibit di dalam negeri Kemenperind;
Permenkeu No. - Dukungan
Subsidi bunga terhadap daerah untuk
untuk pembibitan sapi.melakukan Kemenkop
Peternak Kementan,
131/PMK/05/2009 tentang kerjasama
membayar antara
bunga pengusaha
pinjaman peternakan
bank sebesar 5%. dan Kemenkeu
dan UMKM
KUPS pengusahaan tanaman pangan, hortikultura, Kemendag
perikanan, perkebunan, dan kehutanan serta
Permentan No bidang lainnya
Persyaratan dalam memanfaatkan
pengajuan KUPS bagi kelompoklahan di Kemenkeu;
kawasan
40/Permentan/PD.400/9/20 peternak tersebut
dan sebagai sumber pakan ternak Kementan;
perusahaan
09 tentang pedoman murah.
pelaksanaan KUPS - Peruntukan lahan untuk peternakan
- Larangan pemotongan betina produktif
UU No18 tahun 2009 Pemerintah agar
- Kemudahan memfasilitasi
pemasukan pengembangan
sapi bibit impor untuk Kementan;
tentang Peternakan dan unit pasca panen
meningkatkan mutu produk
dan hewan berskala
keragaman kecil PEMDA;
genetik,
Kesehatan Hewan dan menengah.
serta mengatasi kekurangan bibit di dalam negeri Kemenperind;
Kemitraan yang
- Dukungan sehat daerah
terhadap antara industri
untuk pengolahan
melakukan Kemenkop
dan peternak
kerjasama antara dan/atau
pengusaha koperasi
peternakan yang
dan dan UMKM
menghasilkan
pengusahaan produktanamanhewan
pangan,yang hortikultura,
digunakan Kemendag
sebagai bahan
perikanan, baku industri
perkebunan, dan kehutanan serta
bidang lainnya dalam memanfaatkan lahan di
Catatan: KUPS: Kredit Usaha Pembibitan Sapi
kawasan tersebut sebagai sumber pakan ternak
Sebagian besar murah.
kebijakan untuk mengoperasionalkan kebijakan
- Peruntukan lahan untuk peternakan
yang telah ada, masih- Larangan berorientasi
pemotongantersebut, serta kebijakan tambahan
betina produktif
pada produsen, dalam - hal ini sub
Pemerintah agar untuk meningkatkan
memfasilitasi pengembangan konsumsi SSDN.
sistem on farm. Bahkan unitbeberapa
pasca panen Beberapa
produk hewan berskala
kebijakan kecil yang perlu
dan menengah.
kebijakan dinilai kurang- Kemitraan
operasional. ditambahkan seperti
yang sehat antara industri pengolahan ditampilkan pada
Sehingga masih diperlukan dan revisi Tabel
peternak 7. koperasi yang
dan/atau
kebijakan maupun instrumen tambahan produk hewan yang digunakan
menghasilkan
sebagai bahan baku industri

212 - Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 5 No. 2, Desember 2011


Tabel 7 Kebijakan Yang Masih Perlu Direvisi Atau Ditambahkan
Kebijakan Instansi/ Lembaga
terlibat
Kebijakan yang perlu direvisi
Permenkeu No. 131/PMK/05/2009, tentang KUPS untuk pembibitan sapi suku Kementan; Kemenkeu;
bunga 5% dinilai masih terlalu tinggi, karena perusahaan wajib membina Perbankan
peternak rakyat. Perlu ada kajian suku bunga KUPS yang layak

Keppres No.4/1998 tentang tidak berlakunya Keppres No.2/1985, Bahwa IPS Kementan; Kemendag;
tidak diwajibkan menyerap SSDN. Kebijakan ini perlu ditinjau ulang, Kemenperind.
mengingat peternak sangat tergantung pada IPS sebagai pasar SSDN

Kebijakan yang perlu ditambahkan


Pengalihan impor sapi bakalan menjadi sapi induk (betina) Kementan; Kemendag

Kebijakan impor calon bibit (pedet) Kementan; Kemendag


Fasilitasi pabrik pakan berbahan baku lokal dan prioritas pasar dalam negeri Kementan, Menperind;
bagi produsen bahan baku pakan (bungkil kelapa sawit; tetes dsb) Kemen BUMN; Kemendag

Penetapan harga dasar/harga pokok produksi SSDN Kementan; Kemenkeu;


Kemendag

Ketersediaan dan kepastian hukum dalam pengembangan kawasan Kementan, Pemprov/Pemda


peternakan sapi perah terintegrasi pola cluster
Kebijakan pendorong tumbuhnya industri pengolahan SSDN (IPS) skala kecil Kemenkeu;
menengah Menperind;
Kemenkop dan UMKM

Kebijakan pengurangan pajak impor mesin dan peralatan industri hilir yang Kemenkeu; Kemendag;
belum bisa disediakan oleh industri dalam negeri (cooling unit, mesin Kemenperind
pasteurisasi, mesin packaging, mesin perah, cool storage)

Kebijakan peningkatan pajak impor untuk produk hilir yang sudah mampu Kemenkeu; Kemendag;
diproduksi di dalam negeri Kemenperind

Kebijakan pengembangan dana riset untuk pengembangan industri persusuan Kementan; Kemendiknas;
dengan pendekatan hulu hilir secara komprehensif sampai pada tahap Kemen Riset dan Teknologi
komersialisasi teknologinya.
Kebijakan pengembangan dana riset untuk memperkuat posisi tawar SSDN Kementan;
dan produk olahannya Kemendiknas;
Kemen Riset dan Teknologi

Pengembangan skema pengusahaan lahan kepada petani produktif dari Kementan;


lahan HGU yang habis masa perijinannya BPN;
Kemen. BUMN

Memperbesar/memperluas jangkauan KUPS Kemenkeu

Bantuan sarana produksi peternakan sapi perah (kandang; peralatan perah) Kementan
untuk peningkatan produksi dan produktivitas

Bantuan untuk rakyat miskin atau bencana dalam bentuk pangan berbahan Kemenkesra;
baku SSDN Bulog

Pelatihan penerapan SJMKP untuk peningkatan kualitas SSDN Kementan;


Kemenperind;
Kemenkop dan UMKM

Kebijakan promosi minum susu segar, utamanya bagi anak usia pertumbuhan Pemprov/Pemkab;
melalui program milk schooling. Kemendiknas;
Kemenkes;
Kementan
Mendorong sistem identifikasi sapi perah Indonesia (SISI) untuk peningkatan Pemprov/Pemkab;
kualitas bibit (upgrading) Kementan

Penanganan penyakit brucelosis dan mastitis serta good farming practices Pemprov/Pemkab;
Kementan

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 5 No. 2, Desember 2011 - 213


Pembangunan SSDN menuntut 1. Program Utama
keterpaduan hulu dan hilir, terencana, Program utama dirumuskan
tepat dan berkesinambungan. Keber- melalui diskusi dengan stakeholder
hasilan dalam satu rantai, tidak akan persusuan nasional. Program utama
berhasil bila tidak ada kesinambungan merupakan kegiatan yang harus
antara rantai sebelumnya dan rantai dilakukan oleh pemerintah untuk
sesudahnya. Pemenggalan kewena- pengembangan persusuan nasional.
ngan lintas kementerian menyulitkan Industri persusuan merupakan suatu
koordinasi strategi, kebijakan dan sistem yang terintegrasi dari hulu
program pengembangan SSDN. Oleh sampai hilir, sehingga program yang
karena itu, revisi PP 17/1986 tentang dilakukan harus secara holistik, tidak
kewenangan, pengaturan, pembinaan bisa parsial.
dan pengembangan industri seyogianya
diarahkan untuk menjadikan industri a. Impor Induk Sapi dan Pengem-
persusuan menjadi satu dalam bangan Kemampuan Peternak
Kementerian Pertanian. Sapi yang diimpor adalah
Selain koordinasi dan keter- sapi induk muda yang sedang bunting
paduan antar Instansi Pemerintah (G), pertama kali, usia antara 3-5 bulan
keberhasilan program juga ditentukan kebuntingan. Hal yang perlu dihindari
oleh peran aktif dunia bisnis/B adalah impor sapi bunting yang berumur
(penggerak, penghela dan pelaksana diatas 6 tahun. Sapai induk yang telah
utama) dan akademisi (A) sebagai berumur diatas 6 tahun kemungkinan
penghasil teknologi termasuk pemikiran besar tidak akan dapat lagi bunting.
ilmiah pengembangan SSDN. Peran Impor sapi dara yang belum bunting
aktif harus terencana, terpadu dan juga berpeluang sapi majir.
terprogram sehingga terjadi keserasian Program impor induk produktif
yang saling terkait dan menguatkan. dilakukan secara bertahap, sambil
menyiapkan sumberdaya peternak dan
PROGRAM PENGEMBANGAN PER- sumberdaya pendukungnya. Rencana
SUSUAN NASIONAL impor induk sapi dan target pemenuhan
komsumsi susu dalam negeri dari SSDN
ditampilkan pada tabel 8.

Tabel 8 Perencanaan Impor Induk Sapi Perah dan Produksi SSDN

Uraian 2010 2011 2012 2013 2014


Impor induk produktif (000 ekor) 5 20 20 20 20
Populasi induk bibit (000 ekor) 45,0 55,5 74,5 91,0 118,8
Kebutuhan susu (000 ton) 2.206,2 2.231,6 2.257,1 2.283,1 2.309,2
661,8 714,1 767,4 821,9 982,0
SSDN (000 ton)
30 32 34 36 43
Sumber: Bahan Presentasi.  IPB.  Bogor, Tim Satgas PSDS IPB, 2010. Road Map Skenario PSDS
(Program Swasembada Daging Sapi) 2014.  

214 - Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 5 No. 2, Desember 2011


b. Fasilitas Kredit dan Pendampingan c. Optimalisasi Pemanfaatan Skim
Industri Pakan Skala Kecil Kredit Peternakan
Harga pakan masih relatif Salah satu program pemerintah
memberatkan peternak. Harga pakan untuk meningkatkan populasi induk
ternak tinggi, karena ketergantungan sapi adalah melalui pemberian kredit
bahan baku impor, sementara subsidi bersubsidi dengan bunga 5%/th kepada
mulai dihilangkan. Pakan konsentrat peternak pembibitan sapi. Hal ini diatur
dengan memanfaatkan bahan baku lokal dalam Peraturan Menteri Keuangan No.
yang murah bisa diproduksi di lokasi 131/PMK.05/2009. Skim kredit KUPS
sentra peternakan sapi perah. Komposisi bisa diakses oleh peternak sapi perah
pakan fleksibel disesuaikan dengan untuk meningkatkan skala usahanya.
kelimpahan bahan baku, sehingga Skim Kredit KUPS tidak hanya
ketergantungan terhadap bahan baku dapat diakses langsung oleh peternak
import bisa semakin dikurangi. sapi perah. Salah satu pelaku usaha
Industri pakan ternak skala yang menurut Pedoman Pelaksanaan
kecil (mini feed mill) biasanya dikelola KUPS Kementerian Pertanian (2009)
oleh koperasi atau kelompok peternak dapat memanfaatkan KUPS adalah
dengan fasilitas kredit bersubsidi dari Koperasi. Koperasi dapat bertindak
pemerintah. Dalam konteks ini bahan sebagai anvalis (lembaga penjamin)
pakan dapat berupa: 1) hasil sisa bagi peternak anggotanya yang ingin
tanaman (crop residues); 2) hasil ikutan/ memanfaatkan KUPS. Peran koperasi
samping/limbah tanaman (crop-by sebagai anvalis bukan hal baru, karena
products); dan 3) hasil ikutan/samping/ pada skim kredit sebelumnya, koperasi
limbah industri agro (Sukria dan Krisnan, selalu bertindak sebagai penyalur kredit
2009). Untuk menjamin ketersediaan dari pemerintah kepada peternak.
bahan baku pakan, pemerintah perlu Peternak menerima kredit KUPS
melakukan restrukturisasi tataniaga dalam bentuk induk sapi bunting yang
bahan baku lokal. Sebagai contoh, disediakan oleh koperasi, selanjutnya
bungkil kelapa sawit yang selama ini di peternak membayar cicilan kredit
ekspor, diprioritaskan untuk dipasarkan kepada koperasi dengan susu segar
di dalam negeri sebagai bahan baku yang dihasilkan setiap hari, selama
pakan. masa laktasi.
Lembaga yang melakukan Pengadaan induk bunting
pendampingan dan pengawasan melalui kredit KUPS adalah induk
terhadap industri pakan skala kecil bunting impor dan lokal. Untuk
perlu dibentuk, untuk menjamin kualitas memudahkan impor, beberapa koperasi
produk pakan yang dihasilkan. Dalam berkolaborasi. Dengan cara itu, biaya
membeli pakan, peternak serungkali transportasinya akan menjadi lebih
hanya mempertimbangkan harga yang murah. Biaya transportasi impor induk
murah, tanpa melihat kualitas. Beberapa akan semakin mahal bila jumlahnya
pabrik pakan tidak mencantumkan kurang dari 2000 ekor, karena
kandungan nutrisi, sehingga peternak menggunakan angkutan pesawat.
seringkali tidak mengetahui kandungan Dalam jumlah besar, transportasi bisa
nutrisinya. dilakukan menggunakan kapal laut yang
biayanya relatif murah.

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 5 No. 2, Desember 2011 - 215


Agar program KUPS bisa ternak sapi akan hujauan segar menurut
optimal maka perlu dilakukan langkah perkiraan aksar yaitu 10% dari berat
berikut: badan per hari per ekor. Apabila berat
1) Sosialisasi KUPS di pusat dan seekor sapi perah 600 kg, maka
daerah oleh Kemtan, Bank, kebutuhan hijauan per hari adalah 60 kg,
Dinas/Pemda, Asosiasi/Kelompok jadi kebutuhan akan hijauan per tahun
Peternak. 365 x 80 kg = 21,9 ton. Berdasarkan
2) Pemetaan daerah yang berpotensi perhitungan tersebut berarti rumput raja
menyerap program KUPS. dapat menampung 49 ekor sapi perah/
3) Koordinasi dan sinkronisasi ha/tahun (http://serdangbedagaikab.
pelaksanaan KUPS antara go.id/indonesia/images/keputusan/
Kementan, Kemenkeu, Perbankan, rumput.pdf, 2010).
Pemda dan stakeholders terkait. Program penyediaan lahan
4) Monitoring ketersediaan bibit untuk rumput dilakukan melalui bebe-
ternak yang akan dibeli dengan rapa cara:
modal kredit KUPS di dalam 1) Pemanfaatan Lahan gontai. Di
dan luar negeri dengan kualitas tingkat daerah, pemanfaat lahan
yang memadai dan harga yang gontai (absente land) untuk rumput
kompetitif. budidaya sangat memungkinkan
5) Identifikasi dan klarifikasi pelaksana dilakukan. Kebijakan ini mengadopsi
dan pemanfaatan KUPS. kebijakan ketika krisis moneter
6) Pembinaan dan pengawasan pelak- 1997, dimana petani dibolehkan
sanaan KUPS secara berjenjang. menanam sayuran pada lahan
7) Koordinasi dengan Pemda dalam tidur. Pemanfaatan lahan gontai
pengalokasian APBD/DAK/DAU dilakukan melalui sistem kontrak
untuk dana penjaminan KUPS pemilik dengan peternak dalam
pada bank daerah. jangka waktu minimal 3 tahun,
8) Pengintegrasian program KUPS sesuai dengan masa produksi
dalam program SMD (sarjana tanaman rumput.
membangun desa). 2) Memanfaatkan kawasan hutan yang
di atur dalam izin pengembangan
d. Mengalokasikan Lahan Khusus silvopastura agar dapat diberikan
Hijauan Pakan Ternak kepada perorangan maupun
Pemerintah pusat membuat korporasi.
payung hukum untuk mengawal
Pemerintah Daerah agar mengalokasikan e. Pendampingan Peternak Melalui
lahan untuk wilayah peternakan di dalam Program Sarjana Membangun
Rencana Umum Tata Ruang (RUTR). Desa
Sapi impor dengan potensi genetik yang Pendampingan masih sangat
tinggi hanya akan berproduksi dengan diperlukan bagi peternak rakyat terutama
baik pada lingkungan dan pemberian dalam hal pemberian pakan berkualitas,
pakan yang sesuai dengan kebutuhan. penanganan kesehatan sapi, sanitasi
Oleh karena itu pengembangan sapi pemerahan, pencatatan (recording)
perah impor, memerlukan lahan khusus sistem informasi sapi perah Indonesia
untuk hijauan pakan ternak. Kebutuhan (SISI), dan pendeteksian birahi.

216 - Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 5 No. 2, Desember 2011


Pendampingan peternak rakyat bisa susu dan pengawasan mutu produk,
melalui Program Sarjana Membangun lebih diperketat untuk menjamin
Desa (SMD), yang sekaligus menjadi keamanan pangan. Pelatihan mengenai
agen pembaharuan. Program SMD Hazard Analysis And Critical Control
dilakukan dengan cara pemberian kredit Points (HACCP) perlu diberikan kepada
murah jangka panjang (seperti KUPS) petugas operator pengolahan susu untuk
dan atau modal abadi (dalam bentuk meningkatkan kemampuan penanganan
bantuan sosial) dari pemerintah pusat, susu secara higienis.
pemerintah provinsi, atau pemerintah
daerah kepada kelompok peternak yang h. Pelatihan Teknik Pengolahan
dimotori oleh peternak berpendidikan Susu
minimal sarjana/D3 Peternakan/Keswan Agar industri pengolahan susu
yang dipilih berdasarkan kriteria skala kecil yang dikelola kelompok
tertentu. peternak/koperasi, bisa menghasilkan
produk olahan susu segar yang lebih
f. Kredit Pengembangan Industri bervasiasi, maka perlu dilakukan
Pengolahan SSDN Skala Kecil pelatihan teknologi pengolahan susu.
Kredit khusus industri Pelatihan juga diberikan kepada
pengolahan susu perlu digulirkan untuk industri makanan rumah tangga yang
mendorong tumbuhnya pengolahan menggunakan bahan baku susu segar
skala kecil, dan industri-industri skal seperti karamel dan dodol susu.
kecil seperti ini diharapkan bisa menjadi Dengan demikian, pasar susu segar
kompetitor IPS dalam pembelian bisa lebih luas. Disamping itu, untuk
susu segar dari peternak. Industri meningkatkan kapasitas pemasaran,
pengolahan skala kecil, bisa berperan pelatihan manajemen marketing perlu
sebagai penampung susu segar dari diadakan secara periodik kepada pelaku
peternak, sehingga lokasinya hendaknya persusuan.
berdekatan dengan cluster peternak.
Sebagai pengelola adalah lembaga yang i. Pengaturan Rasio Bahan Baku
berkomitmen terhadap kesejahteraan SSDN Dan Impor Bagi IPS
peternak seperti kelompok peternak Selama ini IPS masih berperan
atau koperasi. Target pasar susu hasil sebagai penyerap susu segar dalam
olahan industri tersebut adalah captive negeri (SSDN) sekaligus menjadi
market seperti program school milk importir utama bahan baku susu.
dan masyarakat umum di sekitar lokasi Niat Pemerintah untuk meningkatkan
peternakan. produksi SSDN dan mengurangi impor
terkait langsung dengan kedua peran
g. Pendampingan dan Pengawasan IPS tersebut. Setelah kewajiban
Mutu Hasil Produk peternak menghasilkan susu berkualitas
Susu siap konsumsi hasil terpenuhi, maka menjadi kewajiban IPS
pengolahan industri skala kecil untuk menampung SSDN dan membatasi
masih dalam bentuk cair, sehingga impor bahan baku. Diperlukan payung
memerlukan penanganan yang teliti hukum setingkat Menteri, agar IPS
agar tidak rusak dan tercemar bakteri. bisa konsisten dengan kewajibannya
Pendampingan proses penanganan tersebut.

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 5 No. 2, Desember 2011 - 217


j. Meningkatkan captive market 2. Program Pendukung
untuk SSDN a. Penanggulangan Gangguan Repro-
Pengembangan SSDN harus duksi dan Pelayanan Kesehatan
diikuti dengan pengembangan pasar Hewan
untuk SSDN. Susu segar mempunyai Kegiatan ini ditargetkan untuk
komposisi gizi sangat lengkap untuk mengurangi tingkat kegagalan reproduksi
membentuk generasi berkualitas. Di sapi betina produktif yang telah dikawini/
sisi lain pemerintah memiliki kewajiban diinseminasi, dengan melaksanakan
menciptakan generasi yang sehat dan kegiatan operasional penanggulangan
cerdas. Melalui program school milk gangguan reproduksi, dan peningkatan
yang menjadi kebijakan pemerintah pelayanan kesehatan hewan.
pusat bagi murid-murid TK dan SD, Penanganan gangguan reproduksi
dapat meningkatkan konsumsi susu dilakukan melalui pemeriksaan akseptor
segar sekaligus membantu peternak terhadap status penyakit Brucellosis
dalam memasarkan produknya. Untuk (khusus di daerah yang belum bebas
mendukung pelaksanaan program school Brucellosis), peningkatan kualitas SDM
milk di luar Pulau Jawa, diperlukan yang menangani penyakit reproduksi,
pula program pengembangan industri pengadaan obat-obatan dan hormonal,
sapi perah atau produksi susu segar di penanganan ternak yang mengalami
daerah tersebut. gangguan reproduksi, serta monitoring,
evaluasi, dan pelaporan.
k. Peningkatan Efisiensi Dan Trans- Peningkatan pelayanan
paransi KUD Dan IPS kesehatan hewan dilakukan dengan cara
Peran koperasi sebagai pembangunan pusat kesehatan hewan
perantara antara peternak dengan di wilayah padat ternak, pemeriksaan,
IPS, harus semakin berpihak pada identifikasi, dan pemetaan kasus parasit
kesejahteraan peternak. Beberapa internal dan kematian pedet; pengadaan
koperasi dan IPS beroperasi dengan obat-obatan parasit internal, terapi
biaya tinggi, dan biaya tersebut antibiotika, dan penambah daya tahan;
dibebankan pada peternak melalui serta peningkatan pelayanan poskeswan
pemotongan harga beli susu oleh terhadap penanganan mastitis dan
koperasi dan IPS. Kontrol yang ketat brucellosisi. Tenaga paramedis dan
terhadap kinerja koperasi dan IPS kemampuan teknis petugas reproduksi
diperlukan untuk mengefisienkan kinerja perlu ditingkatkan.
kedua lembaga tersebut. Kontrol juga
dilakukan terhadap transparansi koperasi b. Revitasilasi Pusat Pembibitan Sapi
dan IPS dalam menentukan kualitas Perah dan Aplikasi SISI
susu yang dihasilkan peternak, melalui Agar tidak terjadi penurunan
lembaga independen yang menetapkan kualitas bibit induk sapi perah,
kualitas susu segar peternak di TPS perlu dilakukan penguatan wilayah
(tempat penampungan sementara). sumber bibit dan kelembagaan usaha

218 - Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 5 No. 2, Desember 2011


pembibitan. Wilayah yang teridentifikasi serta (4) menurunkan konsumsi susu
potensial sebagai sumber bibit sapi (VBC segar yang berkualitas berbahan baku
= village breeding center) berdasarkan SSDN.
acuan ilmiah, diberlakukan program Namun upaya untuk memenuhi
SISI (sistem identifikasi sapi perah kebutuhan konsumsi susu berbasis
Indonesia). Kelompok peternak perlu SSDN diperlukan kerjasama seluruh
dilatih dan didampingi dalam rangka pemangku kepentingan industri per-
menerapkan program VBC berdasarkan susuan mulai dari hulu sampai hilir. Peran
prinsip Good Breeding Practice. pemerintah sangat diperlukan pada
Unit Pelaksana Teknis (UPT) setiap tingkatan usaha tersebut. Pada
pembibitan perlu diperkuat dan dibentuk tingkat hilir, permasalahan utamanya
kerjasama sinergis antar UPT lingkup adalah penyediaan sarana produksi
Kementerian Pertanian dalam rangka (bibit sapi perah, pakan konsentrat
seleksi, penjaringan, dan penyediaan dan hijauan). Support pemerintah
bibit sapi unggul. Selanjutnya ditetapkan sangat diperlukan, khususnya dalam
standard mutu bibit melalui sertifikasi pembibitan, subdisi pakan konsentrat
bibit untuk menjaga/ meningkatkan serta penyediaan lahan khusus hijauan
harga bibit di tingkat UPT maupun di makanan ternak (HMT).
tingkat peternak. Di tingkat on farm, pemerintah
masih perlu memerlukan pembinaan
c. Peningkatan Personil Dan Kemam- dan pendampingan kepada peternak.
puan Petugas Inseminasi Buatan Pembinaan peternak dilakukan oleh
(IB) penyuluh, atau atas rekomendasi
Kualitas bibit yang semakin baik pemerintah oleh koperasi atau IPS,
dan populasi sapi yang semakin banyak melalui program SCR atau SMD
harus didukung dengan peningkatan misalnya. Pembinaan tersebut perlu
kemampuan dan jumlah inseminator dilakukan secara kontinyu untuk
yang memadai. Inseminator merupakan meningkatkan kualitas dan produktivitas
penentu utama keberhasilan IB, yang susu yang dihasilkan peternak rakyat.
selanjutnya akan menentukan S/C rasio, Pada tingkat pemasaran, peme-
calving interval dan masa produksi induk. rintah berperan dibidanga pengawasan
Pada umumnya setiap koperasi memiliki selama prosessing dan pengawasan
petugas IB, yang bisa dilibatkan dalam kualitas produk susu siap konsumsi.
program ini. Penciptaan captive market (seperti school
milk) untuk memperluas pasar SSDN
KESIMPULAN sekaligus program peningkatan kualitas
Ketergantungan yang sangat SDM, memerlukan dukungan politik dari
tinggi terhadap bahan baku susu pemerintah. Kewajiban membeli SSDN
impor untuk memenuhi kebutuhan bagi IPS dengan harga dasar yang bisa
susu nasional memiliki beberapa memberikan keuntungan bagi peternak,
kelemahan, antara lain: (1) menguras juga perlu mendapat perhatian untuk
devisa negara; (2) tidak menjamin meningkatkan penyerapan SSDN.
keamanan pangan jangka panjang, Akses memperoleh modal
(3) meningkatkan pengangguran dan murah untuk pengembangan industri
mengurangi kesejahteraan peternak persusuan sangat diperlukan terutama

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 5 No. 2, Desember 2011 - 219


di tingkat on farm. Kredit bersubsidi April Tahun 2010. Kementrian
yang ditawarkan oleh pemerintah Pertanian. Jakarta.
seringkali sulit diakses oleh peternak Direktorat Budidaya Ternak Ruminansia.
karena persyaratannya tidak bisa (2010). Road Map Revitalisasi
dipenuhi. Biaya-biaya tambahan Persusuan Nasional. Direktorat
selama mengelola kredit bersubsidi pun Budidaya Ternak Ruminansia
dibebankan kepada peternak, sehingga Tahun 2010-2014. Kementrian
biaya modal yang riil dikeuarkan Pertanian. Jakarta.
peternak menjadi semakin tinggi. Direktorat Jenderal Peternakan. (2010).
Tidak kalah penting adalah Buku Statistik Peternakan.
prinsip kerjasama yang adil dan saling Direktorat Jenderal Peternakan,
menguntungkan antara peternak, Kementerian Pertanian.
koperasi dan IPS. Kerjasama yang baik Jakarta.
antara ketiganya sangat diperlukan Ditjen Perdagangan Dalam Negeri.
untuk kelancaran program peningkatan (2010). “Perkembangan Harga
produksi SSDN. Pengukuran kualitas Bahan Pokok”. Dokumen yang
susu segar untuk menetapkan harga belum dipublikasikan.
beli dari peternak, perlu lebih transparan Institut Pertanian Bogor. (2010). “Model
dan bertujuan memberikan insentif Penciptaan Pengetahuan Untuk
bagi peternak untuk meningkatkan Meningkatkan Keunggulan
kualitasnya. Bersaing Koperasi Susu di
Indonesia. Diakses dari http://
Daftar Pustaka repository.ipb.ac.id/bitstream/
Anonim. (2006). “Frisian flag perluas handle/123456789/46508/
jalur distribusi”. Diakses dari B A B % 2 0 I % 2 0
http://www.wartaekonomi.com/ Pendahuluan_%202011asu.
detail.asp?aid=7167&cid=18 pdf?sequence=4, pada tanggal
pada tanggal 27 Jan 2010. 15 Juni 2010
Anonim. (2009). “Peternak Sapi Kementerian Keuangan. (2007). Buku
Khawatir Bea Impor Susu Turun” Tarif Bea Masuk Indonesia
Diakses dari http://gudeg.net/id/ (BTBMI). Kementerian
news/1001/news pada tanggal Keuangan, Jakarta.
19 Juni 2009 Kementerian Pertanian. (2009).
Badan Pusat Statistik. 2010. Pedoman Pelaksanaan Kredit
Perkembangan Harga Pangan. Usaha Pembibitan Sapi (KUPS).
Badan Pusat Statistik. Jakarta Direktorat Jenderal Peternakan.
Boediyana, Teguh. (2008). Kementerian Pertanian.
“Menyongsong agribisnis Jakarta.
persusuan yang prospektif di Kementerian Pendidikan Nasional.
tanah air”. Trobos, No 108 (2010). Contoh Mekanisme
September 2008 Tahun VIII. School Milk. Kementerian
Direktorat Pemasaran Domestik. (2010). Pendidikan Nasional, Jakarta.
Perkembangan Harga Susu Kementerian Pertanian. (2010).
Segar di Tingkat Peternak Rencana Strategis Kementerian
(Produsen) periode Januari - Pertanian 2010-2014

220 - Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 5 No. 2, Desember 2011


Pambudy, R. (2009). “Impor-pangan- Peraturan Presiden RI N0 28 Tahun
yang-menjebak/ Pemerintah 2008 Tentang Kebijakan Industri
Kenakan Tarif Bea Masuk Impor Nasional
Susu”. Diakses dari http:// Peraturan Menteri Keuangan N0 131/
agroindonesia.co.id/2009/09/01/ PMK.05/2009 Tentang Kredit
tanggal 1 September 2009. Usaha Pembibitan Sapi dan
Pemerintah Kabupaten Serdang Peraturan Menteri Pertanian N0
Bedagai. (2010). “King Grass 40/Permentan/PD-400/9/2009
(Rumput Raja)”. Diakses dari tentang Pedoman Pelaksanaan
http://serdangbedagaikab.go.id/ kredit Usaha Pembibitan sapi
indonesia/images/keputusan/ Pusat Data Perdagangan. (2010). Data
rumput.pdf, pada tanggal 16 Impor Susu Indonesia. Pusat
Juni 2010 Data Perdagangan, Kementerian
Peraturan Presiden Republik Indonesia Perdagangan. Jakarta
Nomor 111 Tahun 2007 Tentang Sukria H. Ahmad dan Rantan
Perubahan Atas Peraturan Krisnan. (2009). Sumber dan
Presiden Nomor 77 Tahun Ketersediaan Bahan Baku
2007 Tentang Daftar Bidang Pakan di Indonesia. IPB Press.
Usaha Yang Tertutup Dan Bogor.
Bidang Usaha Yang Terbuka Tim Satgas PSDS IPB. (2010).
Dengan Persyaratan Di Bidang “Road Map Skenario PSDS
Penanaman Modal (Program Swasembada Daging
Peraturan Presiden RI N0 62 Tahun Sapi) 2014”.  Bahan Presentasi. 
2008 tentang perubahan atas IPB.  Bogor.  
peraturan pemerintah nomor “Undang-undang No.18 Tahun 2009
1 tahun 2007 tentang fasilitas tentang Peternakan dan
pajak penghasilan untuk Kesehatan Hewan”
penanaman modal di bidang- www.understandingdairymarket.com
bidang usaha tertentu dan/atau
di daerah tertentu.

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 5 No. 2, Desember 2011 - 221

Anda mungkin juga menyukai