Anda di halaman 1dari 10

Tugas 2

Nama : MAHARANI

NIM : E1B020080

No. WA : 081937017853

A. Isi Tugas
1. Bacalah dan pahami secara komprehensif tentang: Ruang Lingkup Filsafat Ilmu,
Tantangan dan Masa Depan Ilmu.
2. Setelah melakukan nomor 1, maka jawablah beberapa pertanyaan berikut:
a. Jelaskan secara komprehensif hakekat Filsafat Ilmu dan Ilmu Filsafat. Apakah
yang membedakan keduanya?
b. Ruang lingkup Filsafat Ilmu, meliputi apa saja? Jelaskan secara komprehensif
masing-masing bagian dari ruang lingkup tersebut.
c. Jelaskan secara komprehensif tantangan dan masa depan ilmu. Apa sajakah
peran yang dapat anda lakukan untuk menjawab tantangan tersebut?
d. Lihatlah kembali jawaban anda dari pertanyaan bagian b dan c, kemudian
buatkanlah peta konsep yang menunjukkan keterkaitan antarseluruh bagian.
Setelah itu, jelaskan peta konsep yang telah anda susun.
Jawab
a. Filsafat ilmu tersusun dari dua kata, yaitu filsafat dan ilmu. Filsafat berarti
berfikir secara bebas dan radikal. Bebas disini berarti tidak ada yang dapat
menghalangi dalam berfikir. Sementara, radikal berarti berfikir secara
mendalam sampai ke akar masalah. Kemudian, istilah ilmu berarti mengetahui
yang dalam bahasa arab berasal dari kata ‘alima.
Sebagaimana rumusan mengenai filsafat ilmu yang dikemukakan oleh Peter A.
Angeles bahwa filsafat ilmu merupakan analisis tentang ilmu yang dilihat dari
berbagai tinjauan, termasuk tinjauan metologi, logika, sosiologi, sejarah ilmu,
dan tinjauan lainnya. Selain itu, A. Cornelis Benyamin mengemukakan bahwa
filsafat ilmu sebagai studi kritis dan sistematis tentang ilmu yang mencakup
konsep-konsep, metode-metode, praduga-praduga, serta posisi ilmu dalam
kerangka umum dalam cabang-cabang intelektual.
Sehingga dapat disimpulkan hakikat dari filsafat ilmu adalah pemikiran
mendasar, reflektif, dan radikal mengenai persoalan tentang ilmu, serta
landasan dan hubungan ilmu dengan kehidupan. Dalam filsafat ilmu, ilmu
menjadi obyek kajiannya. Filsafat ilmu merupakan studi yang mengkaji tentang
ilmu secara luas dan mendalam, mulai dari apa itu ilmu, bagaimana
memperoleh ilmu, kegunaan ilmu, hubungan ilmu dengan kehidupan dan
lainnya. Sehingga, dikatakan bahwa filsafat ilmu merupakan dasar dalam
proses kegiatan memperoleh suatu pengetahuan secara ilmiah (ilmu).
Ilmu filsafat menurut Poedjawidjatna merupakan jenis pengetahuan yang
berusaha menyelidiki hubungan kausalitas secara mendalam berdasarkan
pemikiran belaka. Kemudian Plato (427-348 SM) mengemukakan filsafat
sebagai suatu pengetahuan untuk mencari kebenaran yang sesungguhnya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ilmu filsafat memiliki kajian yang lebih luas
yakni sebagaimana hakikat dari ilmu filsafat itu sendiri merupakan jenis
pengetahuan yang mengkaji segala permasalahan untuk memperoleh suatu
pengetahuan, dari pengetahuan yang diperoleh dapat melahirkan ilmu. Ilmu
filsafat merupakan jenis pengetahuan untuk berfikir secara kritis, sistematis
dan radikal tentang dasar-dasar filsafat yang mencakup ontology, aksiologi,
dan epistemology.
Adapun yang membedakan filsafat ilmu dengan ilmu filsafat adalah sebagai
berikut :
 Perbedaan dari segi definisi, dimana filsafat ilmu merupakan pemikiran
mendasar, reflektif, dan radikal mengenai persoalan tentang ilmu.
Sedangkan, ilmu filsafat merupakan jenis pengetahuan untuk mencari
suatu kebenaran yang dikaji secara mendalam dengan berfikir kritis,
sistemati, dan radikal.
 Dilihat dari obyek yang dikaji, filsafat ilmu mengkaji tentang ilmu-ilmu
yang diperoleh oleh manusia baik ilmu yang bersifat ilmiah maupun non-
ilmiah. Sedangkan, obyek kajian ilmu filsafat lebih luas yakni semua yang
ada disekitar manusia dalam arti yang seluas-luasnya.
 Dilihat dari sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, filsafat ilmu
menggunakan pendekatan yang sesuai dengan kajian masing-masing ilmu
dalam arti filsafat ilmu hanya mengkaji ilmu dari sudut pandang ilmu itu
sendiri. Sedangkan, ilmu filsafat menggunakan pendekatan yang bersifat
integral yang berarti ilmu filsafat tidak hanya mengkaji sesuatu dari satu
sudut pandang tetapi menggunakan berbagai sudut pandang.
b. Ruang lingkup filsafat ilmu diarahkan pada beberapa komponen yang
menjadi penyangga bagi keberadaan ilmu, yaitu onlogy, epistemology, dan
aksiology.
 Ontology ilmu
Ontology ilmu berkenaan dengan hakikat, esensi, dan obyek telaah dari
ilmu itu sendiri yang tidak terlepas dari persepsi filsafat mengenai apa dan
bagaimana kebenaran itu. Menurut Jujun S. Suriasumantri dalam
Pengantar Ilmu mengatakan bahwa ontology membahas mengenai apa
yang ingin diketahui, seberapa jauh keingintahuan kita, atau dengan kata
lain, ontology mengkaji mengenai teori tentang ada.
 Epistemology ilmu
Epistemology ilmu berkenaan dengan tata cara memperoleh ilmu. Secara
sederhana epistemology dapat disebut sebagai teori pengetahuan ( theory
of knowledge). Sehingga, dapat disimpulkan bahwa epistemology ilmu
merupakan cabang filsafat yang membahas tentang asal mula ilmu,
struktur, metode dan validitasnya sebuah ilmu. Epistemology memuat
tentang upaya-upaya untuk memperoleh pengetahuandan bagaimana
mengembangkannya. Epistemology ilmu pada hakikatnya merupakan
perpaduan antara berfikir rasional dan empiris. Kedua cara berfikir
tersebut dipadukan dalam mempelajari ilmu untuk menemukan
kebenaran. Oleh sebab itu, epistemology merupakan usaha untuk
menafsirkan atau membuktikan kenyataan yang sebenarnya.
 Aksiology ilmu
Aksiology ilmu berkenaan dengan nilai. Aksiologi sendiri berasal dari
bahasa Yunani yakni axion berarti teori tentang nilai. Aksiology ilmu
memuat pertanyaan tentang apa kegunaan ilmu itu, bagaimana
keterkaitan pengguanaan ilmu dengan kaidah-kaidah moral, serta
bagaimana cara penentuan ilmu yang ditelaah berdasarkan moral.
Selain itu, aksiologi menunjukkan nilai sebagai suatu kondisi yang harus
ditaati, baik dalam melakukan penelitian maupun dalam penerapan ilmu
itu sendiri.
c. Tantangan dan masa depan ilmu

Tak terelakan bahwa ilmu memiliki kontribusi yang besar bagi kehidupan
manusia baik di masa lalu, sekarang, maupun masa yang akan datang. Rasa
ingin tahu yang dimiliki manusia menjadi dasar pengembangan ilmu di
berbagai bidang. Hal ini menjadi latar belakang penelitian dan pengembangan
ilmu dari keberagaman realitas. Proses berfilsafat menjadi awal
berkembangnya pemikiran manusia untuk melakukan pembuktian terhadap
keberadaan ilmu.

Dapat kita lihat realitas sekarang maupun masa yang akan datang, para ilmuan
seakan berlomba-lomba melakukan eksperimen, penelitian, atau observasi
untuk menciptakan produk ilmu sehingga sampai saat ini perkembangan ilmu
begitu pesat dan akan terus berkembang di masa mendatang.
Karena dengan ilmu segala keperluan dan kebutuhan manusia dapat terpenuhi
secara mudah dan cepat. Dengan kemajuan ilmu di berbagai bidang manusia
juga memperoleh berbagai kemudahan dan kesenangan seperti pendidikan,
transportasi, komunikasi, dan lainnya. Ilmu pada hakikatnya ditujukan untuk
kepentingan dan kemaslahatan manusia. Hal ini berarti, ilmu dapat
dimanfaatkan sebagai sarana dan prasarana untuk meningkatkan taraf hidup
manusia, dengan mempertimbangkan martabat manusia, kodrat manusia,
serta kelestarian manusia.

Di zaman modern ini kemajuan ilmu semakin luas dan pesat dan justru menjadi
tantangan bagi kehidupan manusia. Tantangan ilmu saat ini adalah krisis
manusia. Krisis merupakan peralihan antara keadaan lama menuju keadaan
baru yang serba belum pasti. Krisis manusia merupakan keadaan ancaman
terhadap kesehatan, keamanan, serta keberadaan atau eksistensi manusia
dalam suatu wilayah yang luas. Kemajuan ilmu di berbagai bidang menjadi
boomerang bagi kehidupan manusia. Seolah-olah teknologi sebagai salah satu
produk pengembangan ilmu dijadikan sebagai kiblat, sebagai sarana penebar
berita kebohongan, sebagai mainan yang sangat menyenangkan dan masih
banyak lagi. Segala kemudahan yang di hasilkan dari kemajuan berbagai bidang
ilmu justru membuat hidup semakin sukar yakni kesukaran material berganti
menjadi kesukaran mental. Beban mental semakin berat di situasi yang serba
belum pasti. John Naissbitt mengemukakan bahwa, era modern memberi
dampak gejala mabuk teknologi, dengan beberapa cirri-ciri, yakni : 1).
Masyarakat cenderung menyukai hal-hal yang bersifat praktis, 2). Masyakat
berubah menjadi pemuja teknologi, 3). Masyarakat membaurkan antara
kenyataan dengan hal yang bersifat semu, 4). Kekerasan sebagai hal yang
wajar, 5). Masyarakat mencintai teknologi sebagai mainan, 6). Hidup
masyarakat menjadi renggang . Hal ini kemungkinan besar disebabkan karena
penyalahgunaan kemajuan ilmu di berbagai bidang yang di dominasi
kepentingan pribadi masyarakat, sehingga terkikisnya moralitas masyarakat
yang menyebabkan krisis manusia. Pengaruh perkembangan ilmu di berbagai
bidang terhadap pola kehidupan masyarakat merupakan kondisi psikologis
seorang individu yang dinafasi kesadaran semu mengenai eksistensinya sebagai
individu maupun kelompok. Sehingga, hal ini menyebabkan ruh dan tujuan dari
ilmu yang sebnarnya menjadi buram. Yang seharusnya dimanfaatkan untuk
kemaslahatan.
Situasi covid-19 juga turut menjadi tantangan ilmu saat ini, karena
perkembangan ilmu yang begitu maju belum mampu mengendalikan situasi
yang serba belum pasti. Bahkan kemajuan ilmu di berbagai bidang juga belum
mampu menumbuhkan moralitas masyarakat yang semakin hari semakin
merosot ditengah keadaan yang serba mengancam. Seperti maraknya hoax,
dan pemalsuan obat-obatan yang gencar dibutuhkan pada situasi covid-19,
ekonomi sulit karena situasi yang serba di batasi seperti, keterbatasan untuk
beraktivitas diluar ruangan yang dimana sebagian besar masyarakat
memperoleh penghasilan dengan cara bekerja diluar ruangan, sekolah tatap
muka di batasi sehingga transfer ilmu sedikit terganggu karena gangguan
seperti, jarak, jaringan, dan fasilitas yang belum memadai.
Sehingga sebagian besar masyarakat harus berlomba-lomba untuk
mempertahankan hidupnya ditengah situasi pandemic covid-19. Hal ini
menimbulkan ancaman terhadap rasa aman, dan ancamana kesehatan
semakin meningkat sehingga kebahagiaan yang dimiliki manusia menjadi
lenyap.
Untuk menjawab segala persoalan mengenai tantangan tersebut hal yang bisa
saya lakukan adalah mencoba memahami gerak dari perkembangan ilmu yang
begitu maju di berbagai bidang yang sedemikian itu. Melalui kehadiran filsafat
ilmu ini bisa menjadi alat untuk mengkaji dan berusaha mengembalikan tujuan
dan ruh ilmu agar ilmu yang berkembang di masyarakat tidak menjadi
boomerang bagi kehidupan manusia. Seperti mengajak para pemuda dan
masyarakat untuk lebih bijaksana dalam mengguankan atau memanfaatkan
bidang ilmu. Hal ini bisa saya lakukan dengan membagikan konten-konten
inspiratif melalui media sosial yang dapat membangun moralitas pemuda yang
terkikis karena perkembangan ilmu diberbagai bidang yang di salahgunakan.
Karena saya yakin sebagian besar masyarakat sudah melek teknologi
khususnya informasi, apalagi di tengah situasi pandemic saat ini, sehingga
sedikit tidak melalui konten-konten yang bermanfaat maka pemikiran
masyarakat akan sedikit terbuka untuk lebih bijaksana dalam segala hal.
Mengajak masyarakat untuk tidak mudah percaya dan lebih selektif terhadap
berita-berita yang bertebaran. Mengajak pemuda untuk lebih menyadari
eksistensinya sebagai manusia yang bermartabat, serta membangun solidaritas
untuk memperkukuh persatuan ditengah situasi pandemic covid-19 yang serba
di batasi dan belum pasti.
d.

Ruang Lingkup Tantangan dan Masa


Depan Ilmu
Filsafat Ilmu

Apa hakikat ilmu


dan kebenaran Ontology

Tata cara dijawab  Kemajuan ilmu


memperoleh Epistemology  Krisis Manusia
ilmu  Covid-19

Nilai normative
dalam makna Aksiology
Peran
kebenaran

 Mencoba memahami gerik perkembangan ilmu


 Membagikan konten inspiratif dan edikatif untuk
menumbuhkan rasa bijaksana masyarakat dalam
menyikapi segala hal.

Dari peta konsep tersebut keterkaitan antara ruang lingkup filsafat ilmu dengan
tantangan dan masa depan ilmu dimana, filsafat ilmu mampu menjawab tantangan
dan masa depan ilmu. Karena keberadaan filsafat sebagai dasar lahirnya ilmu
begitupun kebaradaan ilmu memperkuat keberadaan dari filsafat itu sendiri.

Dalam hal ini, filsafat ilmu mencoba untuk menjawab pertanyaan landasan ontology
ilmu dari tantangan dan masa depan ilmu seperti apa obyek yang ditelaah? Bagaimana
hubungan antara obyek yang ditelaah dengan daya tangkap manusia yang
menghasilkan ilmu? Ontology berusaha untuk mencari inti setiap kenyataan yang
melatarbelakangi tantangan dan masa depan ilmu atau dalam rumusan Lorens Bagus,
menjelaskan mengenai sesuatu yang ada yang meliputi semua realitas. Dalam hal ini
ontology membahas mengenai keberadaan ilmu yang begitu pesat dalam
perkembangnnya dapat melahirkan tantangan berupa krisis manusia dan juga belum
mampu mengendalikan covid-19 yang merupakan salah satu hal yang turut menjadi
tantangan ilmu saat ini.
Epistemology merupakan cabang filsafat yang membahas tata cara memperoleh atau
menggunakan sarana dan prasarana. Dengan demikian, perubahan pandangan
tentang ilmu dalam membentuk peradaban manusia yang menjadi tentangan dalam
kehidupan menjadi kecenderungan bagi ilmu dan juga para ilmuan untuk melakukan
inovasi terhadap penemuan dan perumusan bidang ilmu berikutnya. Selain itu,
semakin maju perkembangan ilmu yang di alami, maka semakin meningkat hasrat
manusia untuk menerapkan apa yang dihasilkan ilmu di berbagai bidang tersebut,
bahkan sampai membabi buta penerapan ilmu. Akibatnya penerapan ilmu menjadi
tidak wajar, seolah-olah ilmu kehilangan ruh dan tujuannya yang sesungguhnya.
Seperti perkembangan ekonomi di situasi covid-19 saat ini yang menyebabkan
melebarnya jurang kaya dan miskin. Lahirnya ilmu dan pengetahuan juga berkaitan
langsung dengan struktur sosial dan politik yang berkaitan dengan jutaan manusia
yang mengalami kemiskinan, kelaparan, dan kesetimpangan lainnya ditengah
keyakinan dan pandangan manusia akan perkembangan ilmu pengetahuan untuk
menghapus penderitaan manusia. Untuk itu epistemology ilmu berusaha menjawab
pertanyaan mengenai : bagaimana proses pengetahuan yang masih terpecah-pecah
bisa menjadi ilmu?
Aksiologi berkenaan dengan nilai normative dalam makna kebenaran. Ilmu
merupakan hal yang paling penting bagi kehidupan manusia, karena ilmu mampu
mempermudah keperluan dan kebutuhan manusia. Ilmu telah banyak mengubah
wajah kehidupan manusia seperti, pemusnahan kemiskinan, kelaparan, penyakit, dan
lainnya. Singkatnya, ilmu sebagai sarana dalam membantu manusia untuk mencapai
tujuan hidupnya. Setiap ilmu akan menghasilkan produk yang akan diterapkan dalam
kehidupan manusia. Proses ilmu pengetahuan menjadi sebuah produk yang dapat
dimanfaatkan oleh manusia tentu tidak terlepas dari peran seorang ilmuan yang
menciptakan produk tersebut. seorang ilmuan akan di pertimbangkan dengan
kepentingan pribadi atau kepentingan masyarakat luas yang akan membawanya
kepada etika serorang ilmuan yang harus dipupuk, dan berada pada ranah yang tepat,
tanggung jawab akademis, serta tanggung jawab moral. Aksiologi disini berusaha
menjawab pertanyaan, apakah ilmu itu akan digunakan untuk kepentingan pribadi,
atau kah kependingan masyarakat luas? Apakah pengembangan ilmu sudah berada
pada ranah yang tepat yang memenuhi tanggung jawab moral?
Sehingga peran yang dapat kita lakukan untuk mengatasi tantangan ilmu yang di
hadapi adalah memahami gerik dari perkembangan ilmu itu sendiri, supaya kita tidak
menjadi budak dari produk yang di hasilkan oleh ilmu itu sendiri. Kemudian, mengajak
masyarakat untuk lebih bijaksana dalam memanfaatkan produk dari pengembangan
ilmu salah satunya melalui konten-konten yang inspiratif dan edukatif melalui media
sosial yang banyak digunakan oleh masyarakat luas.
Referensi :
- Dr. Nunu Burhanuddin. Filsafat Ilmu. Jakarta : Prenamedia Group.2018
- Welhendri Azwar Mulliono. Filsafat Ilmu. Jakarta : Kencana. 2019
- Bakhtiar, Amsal. Filsafat Ilmu. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.2010
- Afid Burhanuddin. Ruang Lingkup Filsafat Ilmu : com.cdn.amprojecct.org.2013
- Sielawati. Filsafat Ilmu : Tantangan dan Masa Depan Ilmu :
sielawati.blogspot.com/.2016

Anda mungkin juga menyukai