Anda di halaman 1dari 1

Mekanisme pertahanan tubuh

Kulit merupakan suatu organ pada tubuh manusia yang membatasi dengan lingkungan luar. Salah satu fungsi
dari kulit adalah sebagai sistem imun yang memproteksi tubuh dari serangan benda asing.

Sistem imun tubuh secara garis besar terbagi atas


-sistem imun non
-spesifik dan spesifik.

Sistem imun non spesifik bertugas sebagai lini pertama dalam pertama melawan benda asing.

Sistem imun non spesifik terbagi menjadi tiga jenis yaitu yang bersifat :
- fisik,
-larut,
-dan selular.

Sedangkan sistem imun non spesifik terbagi latas


-humoral
-dan selular.

Kulit itu sendiri termasuk dalam bagian sistem imun non spesifik yang bersifat fisik.

kulit dapat melakukan fungsinya sebagai sistem pertahanan tubuh dengan beberapa proses. Dalam kulit itu
sendiri, sudah terdapat suatu sel menjaga kulit dari serangan benda asing. Sel itu dikenal dengan nama sel
langerhans yang terdapat di lapisan epidermis. Kemudian, adapula suatu proses pada kulit yang senantiasa
berjalan terus-menerus dengan siklus yang tetap (kecuali pada psoriasis) setiap 28 hari sekali. Proses ini disebut
sebagai deskuamasi. Deskuamasi adalah proses terlepasnya stratum korneum yang telah mati dan akan
digantikan dengan kulit yang baru. Proses ini dimaksudkan untuk membuang mikroorganisme patogen yang
biasa menempel pada kulit (stratum korneum), dikenal pula dengan nama keratinisasi. Selain itu, terdapat juga
suatu substansi antijamur, yaitu unsatturated transferin dan alfa2 makroglobulin keratinase inhibitor yang
mencegah invasi jamur dermatofita dan mencegah pertumbuhan organisme pada lapisan yang lebih dalam. Jika
sel langerhans dan keratinisasi ini gagal dalam menghadapi mikroorganisme patogen, maka selanjutnya akan
datang banntuan dari mediator inflamasi seperti netrofil, limfosit, komplemen, PMN, dan aktivasi faktor
penghambat serum (serum inhibitory factor) yang disebut proliferasi epidermis. Proliferasi epidermis inilah
yang termasuk sistem imun non spesifik dari kelompok selular.
Jika, sampai pada sistem imun non spesifik jenis selular ini belum berhasil mengatasi serangang patogen, maka
akan dilanjutkan oleh sistem imun spesifik, pada kulit aktivitasnya dilakukan oleh sel limfosit T dan B.

Sistem imun spesifik terbagi atas:


- humoral
- dan selular.
> Pada kelompok humoral, terdapat sel limfosit b dan sitokin yang berperan. Sel limfosit B akan berdiferensiasi
menjadi sel plasma yang memproduksi imunoglobulin (IgA, IgE, IgM, IgG).

> Sedangkan pada kelompok sellu;ar, akan dilakukan oleh sel limfosit T yang akan berdiferensiasi menjadi sel T
sitotoksik ( sel Tc/TCD8+) dan sel T helper (sel Th/TCD4+).

Sel Th ini selanjutnya akan berdiferensiasi lagi menjadi Th1 dan Th2. kedua jenis sel ini harus saling
menyeimbangkan agar tercipta suatu keadaan yang kondusif. Th2 dalam perjalannya akan meningkatkan
pembentukan imonuglobulin melalui kerja dari IL-4 dan IL-13. Imunoglobulin yang terlalu banyak, justru akan
menyebabkan suatu keadaan inflamasi. Untuk mencegah hal itu, ketika telah terjadi inflamasi yang juga
diperantai oleh makrofag, netrofil, sel dendritik, dan mediator inflamasi lainnya, maka akan terbentuk sel Th1
yang akan melelpaskan interferon gamma untuk melawan respon inflamasi tersebut sekaligus untuk
menyeimbangkan sel Th2. Sel Th1 dan dibantu oleh makrofag selanjutnya akan memediasi respon delayed type
hipersensitvity (DTH). DTH ini merupakan mekanisme terakhir dalam usaha menyingkirkan mikroorganisme
patogen dengan jalan deskuamasi yang akan dilanjutkan dengan pembentukan stratum korneum pada bagian
yang terinfeksi dan penyembuhan klinis.

Anda mungkin juga menyukai